You are on page 1of 13

Diabetes Sebagai Faktor Penginduksi Karies Gigi: Analisis Kasus-Kontrol; di

Jammu
1 2 3
Iqbal Singh, Paramjeet Singh, Amarpreet Singh, Tara Singh, and Robindera Kour
Department of Public Health Dentistry, Indira Gandhi Dental College and Hospital,
Jammu, Jammu and Kashmir, India
1
Department of Public Health Dentistry, Himachal Dental College and Hospital, Sundar
Nagar, Himachal Pradesh, India
2
Department of Periodontics, Government Dental College, Srinagar, Jammu and
Kashmir, India
3
Department of General Surgery, Government Medical College and Hospital, Jammu,
Jammu and Kashmir, India
J Int Soc Prev Community Dent. 2016 Mar-Apr; 6(2): 125129

Abstrak

Objektif :

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang telah menjadi masalah
utama pelayanan kesehatan. Terdapat peluang yang lebih besar terjadi karies
dentin pada penderita diabetes dibandingkan yang non diabetes. DM
menyebabkan penurunan proporsi dan aktivitas saliva yang berdampak pada
kesehatan mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak
berbagai faktor saliva pada kerusakan gigi di kalangan DM tipe-II di Jammu.
Bahan dan Metode :

Subjek dalam analisis ini terdiri dari 50 pasien DM tipe-II dan 50 kontrol dalam
kelompok usia 30-60 tahun. Status diabetes dinilai dengan perkiraan kadar
glukosa darah secara acak. Hasil temuan gigi dicatat menggunakan Oral health
survey-basic method 2013 WHO. Sampel saliva dari semua subjek dikumpulkan
dan dikirim ke laboratorium untuk interpretasi pH, laju aliran saliva, dan kalsium
saliva. Analisis komponen saliva gigi yang membusuk dilakukan dengan
menggunakan analisis ANOVA dan Pearson's correlation test. Semua parameter
dianalisis secara statistika menggunakan Statistical Package for Social Sciences
(SPSS) versi 20.0.

Hasil :

Didapatkan hasil berupa nilai signifikan yang lebih rendah terhadap pH saliva,
laju aliran saliva, dan kadar kalsium saliva pasien diabetes dibandingkan non
diabetes.

Kesimpulan :

Keterbatasan penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan


DM tipe-II memiliki angka kejadian karies gigi yang tinggi dan beresiko tinggi
mengalami karies. Penurunan komponen saliva akan mengurangi kemampuan
untuk mendukung kompartemen mineral dalam struktur gigi dalam menolak
proses demineralisasi oleh potensi kariogenik sehingga menciptakan lingkungan
yang menguntungkan bagi perkembangan karies.

Kata Kunci : Karies gigi, diabetes, diabetes mellitus tipe-II, laju aliran saliva,
pH saliva.
Pendahuluan

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang telah menjadi masalah
utama pelayanan kesehatan. Terdapat estimasi 40 juta orang dengan diabetes di
India pada tahun 2007 dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi hampir 70
juta orang pada tahun 2025. Menurut Atlas Diabetes yang diterbitkan oleh
International Diabetes Federation (IDF), setiap lima orang diabetes adalah orang
India pada tahun 2025.[1] DM menyebabkan sekelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya. [2]

Diabetes terdiri dari dua jenis: Diabetes tipe-I, di mana sel- pankreas kehilangan
kemampuannya untuk menghasilkan insulin dan Diabetes tipe-II, di mana terjadi
kerusakan dalam sel- atau berkurangnya sensitivitas jaringan terhadap insulin
yang penting dalam manifestasi penyakit. Komplikasi oral termasuk karies gigi,
penyakit periodontal, dan mobilitas gigi yang dipengaruhi oleh air liur. [3]

Pasien diabetes berhubungan dengan hilangnya intensitas cairan akibat poliuria,


berkurangnya respon terhadap infeksi, gangguan metabolisme jaringan ikat, dan
berbagai perubahan mikrovaskuler. Faktor-faktor ini bertanggung jawab terhadap
berbagai penyakit mulut pada pasien diabetes termasuk xerostomia, disfungsi
kelenjar saliva, peningkatan kerentanan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur,
abses periapikal, kehilangan gigi, gangguan rasa, lichen planus, burning mouth
syndrome, dan perubahan gerakan gigi ortodontik. [4]

Prevalensi sangat tinggi dan memprihatinkan dari karies gigi ditemukan pada
pasien diabetes dibandingkan dengan non diabetes.

Telah dilaporkan dalam literatur penelitian sebelumnya bahwa risiko karies gigi
lebih tinggi pada pasien dengan DM tipe-II dibandingkan dengan non diabetes.

DM bertanggung jawab menyebabkan naiknya dari proporsi dan aktivitas saliva


yang berdampak pada kesehatan mulut.
Karies gigi disebabkan oleh demineralisasi yang dipicu oleh akumulasi flora
penyebab plak mikroba, penurunan laju aliran saliva yang menyebabkan
penurunan proses pembersihan, dan penyangga aktivitas dan penurunan kadar
kalsium yang penting untuk perbaikan gigi yang membusuk. [5]

Saliva sangat penting dalam menjaga keseimbangan mulut dan efek dari saliva
dan komponen mikroorganisme di mulut yang mempengaruhi perkembangan
karies gigi. Komponen saliva (imunoglobulin, protein saliva, kalsium saliva, serta
kadar fosfor anorganik dan alkali fosfat), laju aliran saliva, viskositas, kapasitas
buffer, pH, dll, memegang peran utama dalam inisiasi dan perkembangan karies
gigi. [6]

Nilai rata-rata keseluruhan saliva dalam penelitian yang dilakukan pada saliva
yang tidak distimulasi didapatkan 0,3 mL/menit. Jika nilai-nilai yang ditemukan
kurang dari 0,1 ml/menit merupakan hiposalivasi.[5] Nilai normal pH saliva
adalah 5,6-7,9, sedangkan kadar normal kalsium saliva adalah 4-6 mg/mL.[7] Di
Jammu, tidak ada penelitian tentang perubahan komponen saliva pada pasien
diabetes dan karies gigi yang terdapat pada pencarian literatur. Dengan demikian,
ada diperlukan penyelidikan yang difokuskan pada penilaian faktor saliva pasien
diabetes. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi hubungan antara berbagai komponen saliva dan pengaruhnya
terhadap kerusakan gigi pada pasien diabetes tipe-II di di kota Jammu.
Bahan dan Metode

Studi kasus-kontrol ini terdiri dari 100 pasien yang dipilih secara acak yang
berobat di Indira Gandhi Dental College and Hospital Jammu dalam jangka
waktu 5 bulan dari Maret sampai Agustus 2015.

Dari 100 pasien, 50 pasien DM tipe-II dan 50 orang non diabetes dipilih
berdasarkan kadar gula darah puasa (FBS) dan rekam medik sebelumnya.

Para pasien diinformasikan dan persetujuannya diambil sebelum penelitian.

Pasien dipilih berdasarkan kriteria berikut:

Menderita diabetes tipe-II selama minimal 3 tahun

Usia pasien antara 30 sampai 60 tahun

Kadar FBS dengan batasan 126 mg/dL (7 mmol/L) atau lebih tinggi

Bebas dari komplikasi diabetes dan pasien tidak mengikuti prosedur preventif
karies termasuk paparan fluoride.

Pasien nondiabetes yang dipilih berdasarkan kriteria berikut:

Kelompok umur kontrol antara 30 sampai 60 tahun

Kadar FBS dibawah normal <100 mg/dL (5,6 mmol/ L)

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes dan riwayat keluarga diabetes.

Desain kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam pencatatatn


data umum dan informasi demografis pasien, jenis DM dan tahun mulai
didiagnosis DM, dan riwayat keluarga. Oral health survey basic method 2013
WHO digunakan untuk menghitung data klinis dalam pencatatan karies gigi.
Karies gigi, indeks status gigi dan indeks periodontal komunitas digunakan untuk
mencatat status periodontal dari pasien.
Analisis saliva dilakukan dengan mengumpulkan 3-5 mL air liur yang
dikumpulkan dari semua pasien dalam tabung kultur steril. Sampel saliva
disimpan pada suhu -20C sampai dikirim ke laboratorium. Analisis laju aliran
saliva dilakukan dengan mengeluarkan air liur dalam tabung tes dan diukur
selama 60 detik. pH meter digital digunakan untuk menentukan pH saliva. Metode
kalorimetrik digunakan untuk mengukur kalsium saliva.

Armamentarium yang telah digunakan dalam penelitian ini terdiri dari set
odontoscope steril, no. 23- explorer, CPI probe, dan tweezer.

Pemeriksaan dilakukan di departemen kesehatan gigi masyarakat Indira Gandhi


Dental College di Jammu. Pemeriksaan dibantu oleh asisten pencatatan yang
menguasai kuesioner dan alur pemeriksaan.

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis hubungan antara berbagai


komponen saliva dan kerusakan gigi pasiendiabetes tipe-II dan kontrol. Pearson's
correlation test dan analisis variasi parametrik satu arah (ANOVA) digunakan
dalam mendeskribsikan dampak dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Data
diinput dan dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences
(SPSS) version 20 (SPSS-Inc., Chicago, IL).
Hasil

Tabel 1. Hubungan faktor saliva dan status DMFT pasien diabetes tipe-II dan
kontrol
Parameters Normal patiens Diabetic patients
Salivary calcium 5.880.33 0.840.029
Salivary pH 6.060.09 5.530.91
Salivary flow rate 1.530.08 2.860.05
FBS 109 201.210.07
DMFT 3.750.24 14.80.59
Values are mean SEM. FBS=Fasting blood sugar, DMFT=Decayed, Missing, and Filled Teeth

Terdapat nilai DMFT dan FBS yang tinggi, dan kadar kalsium, pH, dan laju aliran
saliva yang rendah pada penderita diabetes tipe-II dibandingkan dengan kontrol
menggunakan Students t-test.

Tabel 2. Hubungan komponen saliva dan status DMFT pasien diabetes tipe-II
Parameters N Mean SD F-value P value Significance
Salivary calcium 50 6.00 2.14 3.565 0.027 Significant
Salivary pH 50 4.93 0.55 0.932 0.710 Nonsignificant
Salivary flow rate 50 0.61 0.39 2.57 0.295 Nonsignificant
Duration of
50 8.00 4.45 7.241 0.005 Significant
diabetes
FBS 50 199.4 54.3 0.675 0.655 Nonsignificant
DMFT 50 5.55 2.67 1.207 0.049 Significant
(One-way ANOVA test) (P<0.05 Significant, CI=95%). SD=Standard deviation, FBS=Fasting
blood sugar, DMFT=Decayed, Missing, and Fiilled Teeth

Terdapat hubungan yang signifikan antara rentang waktu diabetes dan kadar
kalsium dalam saliva pada pasien diabetes tipe-II.
Tabel 3. Hubungan komponen saliva dan status DMFT pasien non diabetes
Parameters N Mean SD F-value P value Significance
Salivary
50 6.00 2.14 2.232 0.213 Nonsignificant
calcium
Salivary
50 4.93 0.55 2.074 0.195 Nonsignificant
pH
Salivary
50 0.61 0.39 0.552 0.901 Nonsignificant
flow rate
DMFT 50 5.55 2.67 1.647 0.312 Nonsignificant
(One-way ANOVA test) (P,0.05 Significant, CI=95%). SD=Standard deviation, DMFT=Decayed,
Missing, and Filled Teeth

Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara karies gigi dan faktor saliva pada
pasien non diabetes.

Tabel 4. Hubungan antara karies gigi dan faktor saliva pasien diabetes
Duration of Salivary Salivary Salivary
Parameters (r) Age (r) FBS (r) DMFT (r)
diabetes (r) calcium (r) pH (r) flow rate (r)
Age 1 0.659 0.071 0.059 0.358 0.104 0.271
Duration of
0.644 1 0.143 0.269 0.376 0.096 0.376
diabetes
Salivary
0.064 0.143 1 0.319 0.245 0.038 0.375
calcium
Salivary pH 0.053 0.269 0.319 1 0.041 0.244 0.483
Salivary flow
0.358 0.376 0.245 0.041 1 0.067 0.315
rate
FBS 0.104 0.096 0.038 0.244 0.067 1 0.228
DMFT 0.271 0.376 0.375 0.483 0.315 0228 1
(P<0,05 Significant, CI=95%). FBS =Fasting blood sugar, DMFT=Decayed, Missing, and
Filled Teeth

Terdapat hubungan yang signifikan antara karies gigi dan laju aliran saliva, pH,
dan kadar kalsium saliva pada pasien diabetes tipe-II.

Tabel 5. Hubungan antara komponen saliva dan status DMFT pasien non diabetes
(Pearsons correlation)
Parameters (r) Age (r) Salivary Salivary pH (r) Salivary DMFT (r)
calcium (r) flow rate (r)
Age 1 0.081 0.189 0.146 0.419
Salivary
0.081 1 0.144 0.079 0.015
calcium
Salivary pH 0.189 0.144 1 0.049 0.386
Salivary flow
0.146 0.079 0.049 1 0.126
rate
DMFT 0.419 0.015 0.386 0.126 1
(P<0.05 Significant, CI=95%). DMFT=Decayed, Missing, and Filled Teeth

Terdapat hubungan yang signifikan antara status DMFT dan pH saliva pada pasien
non diabetes.
Diskusi

DM adalah penyakit metabolik dengan berbagai manifestasi sistemik yang juga


terdapat di rongga mulut yang pertama kali dijelaskan oleh Seifert tahun 1862.
Manifestasi di rongga mulut termasuk perkembangan abnormal dari gigi,
peningkatan frekuensi dan intensitas karies, penyakit mukosa mulut, xerostomia
serta perubahan atrofi dalam proses alveolar. [8]

Pemeriksaan saliva adalah alternatif yang sangat umum dan berguna untuk
mendiagnosis berbagai penyakit sistemik selain darah. Salah satu manfaat penting
dari pemeriksaan saliva adalah biaya yang efektif untuk skrining populasi besar.
[9]

Penelitian ini menyoroti faktor saliva dan dampaknya terhadap kerusakan gigi
antara penderita diabetes tipe-II dan kontrol normal.

Menurut hasil, telah terlihat bahwa nilai DMFT pasien dengan diabetes tipe-II
sangat tinggi dibandingkan dengan orang yang sehat yang diambil sebagai
kontrol. Tingginya prevalensi karies gigi pada pasien diabetes juga telah
dilaporkan oleh Maria Moin et al. [10] (2015), Malicka et al. [11] (2011) dalam
penelitian mereka, sedangkan hasil yang tidak sesuai dilaporkan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Qureshi et al. [8] Alasan di balik tingginya prevalensi ini
adalah kadar glukosa saliva pada pasien diabetes sangat tinggi yang menunjang
penyebaran dan akumulasi mikroorganisme pada permukaan gigi. Faktor-faktor
ini juga menurunkan pengeluaran neutrofil yang mempercepat akumulasi
mikroba, sehingga memaksimalkan risiko kerusakan gigi pada penderita diabetes.
Peran perlindungan dari pH saliva, laju aliran saliva, dan kalsium yang
terkandung dalam saliva terhadap karies gigi telah diungkapkan dalam literatur
lama. Berdasarkan analisis, hasil signifikansi yang rendah dari pH saliva (4,83
0,08) telah terlihat di antara pasien diabetes. Penelitian serupa yang dilakukan
oleh Prathibha [12] (2013) melaporkan rendahnya nilai pH saliva sesuai dengan
penilitian kami, menunjukkan kondisi yang menguntungkan untuk demineralisasi
sehingga mempercepat pembentukan rongga.

Kalsium memainkan peran yang sangat penting dalam disintegrasi gigi, melalui
kelarutannya dalam menyediakan reservoir yang stabil dan berlangsung lama ke
daerah gigi yang telah membusuk. Mineral anorganik lainnya yang terdapat dalam
serum juga akan ditukar dengan saliva disekitar gigi dan bertindak sebagai
kolam kalsium untuk melindungi batas yang kompeten. [13] Jumlah kalsium
yang rendah pada pasien diabetes tipe-II diakibatkan oleh kegagalan kadar
glukosa darah. Dalam analisis ini, kami juga menemukan rendahnya tingkat
kalsium saliva pada penderita diabetes tipe-II dibandingkan dengan yang tidak
menderita diabetes. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jawed et
al. [14]

Diabetes memiliki dampak yang sangat negatif pada sistem saraf simpatis dan
parasimpatis berupa mikroangiopati; hal itu juga menyebabkan dehidrasi dan
perubahan hormonal yang bertanggung jawab dalam pengaturan laju aliran saliva.
[15] Hasil penelitian kami juga menunjukkan penurunan laju aliran saliva pada
penderita diabetes tipe-II dibandingkan dengan kontrol normal. Hasil analisis
kami sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Collin et al. [13] dan Avideh
Maboudi [16] (2014), tetapi tidak sesuai dengan hasil yang ditemukan dalam
penilitian yang dilakukan oleh Aydin et al. [17]
Dari analisis ini, diketahui bahwa terdapat ketergantungan karies gigi pada
kalsium saliva, laju aliran saliva, dan pH saliva pada pasien diabetes yang sangat
rendah. Ada literatur dari beberapa penelitian sebelumnyang lebih tua
menunjukkan bahwa pasien diabetes tiga kali lebih berisiko mengalami karies gigi
daripada non diabetes. [18] Penjelasan di balik temuan ini adalah komponen
saliva yang seimbang memiliki kemampuan dalam mendukung kompartemen
mineral pada struktur gigi dalam melawan proses demineralisasi oleh potensi
kariogenik. Jadi penurunan komponen saliva akan menciptakan lingkungan yang
menguntungkan bagi perkembangan karies. Temuan analisis kami seseuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Pearce et al. [18] (2002).

Keterbatasan penelitian ini, berupa bisa adanya perubahan dalam sifat fisikokimia
saliva, seperti penurunan laju aliran saliva, pH, dan kalsium, juga ada berbagai
faktor lain seperti peningkatan jumlah protein dan kapasitas total antioksidan yang
memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan karies. Oleh karena
itu, perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi peran parameter lain dari
saliva penderita diabetes dan karies gigi.

Dukungan keuangan dan sponsor : Tidak ada.

Conflicts of interest : Tidak ada

You might also like