You are on page 1of 15

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN EKSPRESI
MARAH

O
L
E
H

KELOMPOK 6
ALBERTA STEPANI
FERNANDEZ R.A
TONI
VINOLIA JADE
WINA MARIA

AKPER DHARMA INSAN


BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan


dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang
komplek, mutu pelayanan hendaklah diperhatikan dan dikembangkan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan juga tuntutan masyarakat yang terus berubah dan
maju. Dampak perkembangan jaman dan pembangunan dewasa ini juga menjadi faktor
peningkatan permasalahan kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya masalah
kesehatan fisik juga masalah kesehatan mental spiritual. Dan pada akhir-akhir ini
Penderita gangguan jiwa makin meningkat, kebanyakan penderita gangguan jiwa terjadi
karena perilaku kekerasan baik dalam rumah tangga ataupun yang lainnya.
Perilaku kekerasan biasanya dilakukan oleh pasien skizofreina jenis paranoid,
hebepfrenik, residual, dan akut, karena pada jenis ini pasien seolah mendapatkan
ancaman, tekanan psikologi, dan menganggap orang lain sebagai musuh, reaksi yang
spontan karena halusinasi juga bisa berupa pukulan, ancaman dan ekspresi marah yang
lain. Selain itu juga ada faktor pemahaman yang dapat mendorong orang melakukan
kekerasan, yaitu faktor pemahaman yang fanatik dalam beragama, politik dan lain-lain,
yang meliputi segala aspek kehidupan; mulai dari orang bangun tidur sampai tidur
kembali, bahkan ketika tidur sekalipun, bisa mendorong orang melakukan kekerasan.
Kesemuanya masih mengarah pada perlindungan pada aspek keselamatan pada pasien
dan juga Jenis pelayanan kesehatan yang biasa dilakukan pada penanganan pasien
skizofreina dengan perilaku kekerasan di atas adalah: isolasi ruangan, pemberian medika
mantosa (pengobatan), pengikatan dan pembentukan tim krisis (Stuart dan Sundeen,
1998).
Tujuan

1. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien perilaku
kekerasan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku
kekerasan.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan.
c. Mampu merencenakan tindakan keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan.
d. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan.

Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam menyusun makalah ini mengunakan metode deskriptif,
yaitu mengumpulkan data dari berbagai macam sumber baik buku maupun internet yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan ekpresi marah.

Sistematika Penulisan
Dalam Penulisan makalah ini di tulis dalam 2 bab antara lain :
BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Metode Penulisan
Ruang Lingkup
Sistematika penulisan
BAB II : Landasan Teori
Pengertian
Proses Terjadinya Masalah
Mekanisme Koping
Pohon Masalah
Masalah Keperawatan dan Pengkajian

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pengertian
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1987 : 563).

Proses Terjadinya Masalah


Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh
setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.

Stress terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara :


Mengungkapakan secara verbal
Menekan
Menantang

Factor Predisposisi

Factor Psikologi
Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasikan PK (perilaku kekerasan.
Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidk menyenasngkan
Frustasi
Kekerasan dalam rumah atau keluarga

Factor Sosial Budaya


Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelejarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Fakror
ini dapar dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat memengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.

Factor Presipitasi

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencentus
kekerasan adalah sebagai berikut :
Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancaman baik internal dari permasalahan diri klien
sendiri maupun ekternal dari lingkungan.
Lingkungan : panas, padat, dan bising

Rentang Respon Kemarahan


Respon adaptif
Respon maladaptif

Pernyataan
(assertion) Frustasi Pasif Agresif Ngamuk

Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang maladaptif

Assertion adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapakn tampa menyakiti oranglain akan member kelegaan pada
individu dan tidak menimbulkan masalah
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternative lain. Selanjutnya individu
merasa tidak mampu mengungkapakan perasaan dan terlihat pasif.
Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapakan perasaanya, klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicarakarena rendah diri dan
merasa kurang mampu.
Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku
yang tampak dapat berupa: muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar
disertai kekerasan.
Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
control diri. Individu dapat merusak diri sendiri dan lingkugan.

Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain : (Maramis, 1998, hal 83)

a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang


tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.

c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam


sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan


melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.

e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek


yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

Pohon Masalah

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan ekpresi marah

Core problem

Koping maladaptif
Masalah Keperawatan dan Mekanisme Koping

Pengkajian
Pada dasarnya pengkajian pada pasien marah ditujukan pada semua aspek yaitu
biopsikososial kultural spiritual.

a. Aspek biologi.

Respon fisiologik timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epinefrin, sehngga tekanan darah meningkat, takikhardi, wajah merah, pupil
melebar, dan frekuensi pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatkan kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.

b. Aspek Emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi,dendam, ingin berkelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahgunakan
dan menuntut. Prilaku menarik perhatian dan timbul konflik pada diri sendiri perlu
dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran,
dan penyimpangan seksual.

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui proses intelektual.


Peran pancaindera sangat penting intik beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman.

d. Aspek Sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya, dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan dari orang lain. Dan menimbulkan penolakan
dari orang lain. Sebagian klien menyalurkan kemarahan dengan nilai dan mengkritik
tingkah laku orang lain sehingga orang lain menjadi sakit hati. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri menjauhkan diri dari orang lain.

e. Aspek Spiritual

Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu. Aspek


tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal ini bertentangan
dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadaNya.

Diagnosa Keperawatan

Beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan :

1. kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain, sehubungan


dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat diterima, dimanifestasikan
dengan marah di sertai suara keras pada orang sekitar.

2. gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah terhadap situasi dan


pelayanan yang diterimanya yang dimanifestasikan dengan menghina atau
menyalahkan perawat seperti Anda seharusnya di sini sejak 1 jam lalu
3. penyesuaian yang tidak efektif sehubungan drngan tidak mampu
mengkonfrontasikan kemarahan, dimanifestasikan dengan mengucapkan kata-kata
kasar berlebihan.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

DP 1 : kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain,sehubungan


dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat diterima,
dimanifestasikan dengan marah di sertai suara keras pada orang sekitar.

a. data pendukung

1. marah dengan suara keras

2. menyepak barang-barang yang terletak di lantai

3. klien mengarahkan marahnya pada setiap orang dan perawat yang masuk
kekamarnya

4. wajah merah, pandangan mata tajam

b. Tujuan Jangka panjang

1. klien dapat mengenal rasa marahnya

2. klien dapat mengatakan cara mengungkapkan marah yang konstruktif

3. klien dapat menyebutkan batas ungkapan marah yang dapat diterima


lingkungan.

4. klien dapat menyetujui akibat ungkapan marah yang tidak sesuai

5. klien dapat mengidentifikasi dan melaporkan tanda ketegangan.


c. intervensi keperawatan

1. mempersiapkan komunikasi dengan klien

2. menciptakan suasana memerima klien ( suasana tenang, lingkungan teratur


dan terkontrol serta respek dari perawat)

3. membentuk atau menbina hubungan atas daar saling percaya.

4. membantu klien mengenali perasaan marah

5. mengkomunikasikan bahwa marah itu normal

6. mengidentifikasi mekanisme penyesuaian yang bisa digunakan klien.

DPII : gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah terhadap situasi dan
pelayanan yang diterimanya yang dimanifestasikan dengan menghina atau
menyalahkan perawat seperti Anda seharusnya di sini sejak 1 jam lalu.

a. data pendukung

tingkah laku mondar mandir, tangan menggenggam, tubuh kaku, tatapan tajam, alis
mengkerut, gerakan kasar, suara keras, gigi gemeretak, melempar benda.Ungkapan
verbal, marah seperti meledak ledak, menghina, atau menyalahkan perawat.

b. tujuan

1. tujuan jangka panjang : klien dapat berkomunikasi efektif dengan perawatan atau
orang lain.

2. tujuan jangka pendek :

a. klien mampu memulai diskusi dengan perawat

b. klien dapat menceritakan perasaan,harapan, dan pikirannya.

c. klien dapat mengidentifikasi bahwa ungkapan marah mengganggu


komunikasi
d. klien mengungkapkan marah dengan konstruktif.

c. intervensi keperawatan

1. mempersiapkan komunikasi dengan klien :

a. membentuk serta membina hubungan

b. membantu klien mengungkapkan marah yang konstruktif

c. mempertimbangkan waktu tercapainya tujuan interaksi dengan klien.

2. menciptakan suasana menerima kien

a. suasana tenang dan rileks

b. menunjukkan kesejatian dan respek

3. memperkenalkan diri perawat secara ringkas

4. menggunakan kehadiran fisik perawat

5. menghadirkan diri secara psikologis

6. berespon terhadap klien marah dengan :

memberi dorongan ungkapan marah

membuat pernyataan yang eksplisit, jelas, spesifik

menggunakan empati yang akurat

menggunakan diam yang terapeutik

menggali alternatif yang sesuai dengan situasi marah klien.


Klasifikasi pernyataan klien.

7. mengajarkan cara mengungkapakan marah dengan konstruktif.

DP III : penyesuaian yang tidak efektif sehubungan drngan tidak mampu


mengkonfrontasikan kemarahan, dimanifestasikan dengan mengucapkan kata-
kata kasar berlebihan.

a. data pendukung :

tingkah laku mencari perhatian, menyakiti diri atau orang lain, tingkah laku agresif.
Nonverbal : menolak makan dan minum, menolak partisipasi dalam perawatan diri,
menolak perawatan dan pengobatan tidak kooperatif
verbal : menggunakan kata-kata kasar, menyimpang, dan menyakiti hati orang lain,
mengungkapakan pelayanan perawatan tidak baik, nada mengancam.

b. Tujuan

1. tujuan jangka panjang : klien dapat menggunakan penyesuaian yang efektif

2. tujuan jangka pendek :

- klien dapat mengidentifikasi perasaan marahnya

- klien dapat mengungkapakan marah tanpa menggunakan kata-kata kasar klien


dapat mendiskusikan metode alternatif yang dapat diterima bila marah

- klien menggunakan marah secara asertif/efektif

c. intervensi keperawatan

1. menerima perasaan marah klien

2. membantu mengidentifikasi penyebab marah

3. membantu klien mengenal perasaan marah yang ditekan


4. mengkaji klien tentang dirawat

5. mengkaji perasaan klien tentang marah yang dapat diterima

6. membantu klien mengidentifikasi cara marah yang dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Iyus dan Yosep,2010 . Keperawatan Jiwa . Edisi Revisi, Bandung

You might also like