You are on page 1of 33

ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN

1. ABORTUS
A. DEFINISI

Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Karena


devinisi viabilitas berbeda-beda diberbagai negara, WHO merekomendasikan bahwa janin
viabel apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500
gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil
pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu
bertahan hidup.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi
belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Jenis- jenis abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1. Abortus spontan : apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, disebabkan oleh sebab- sebab alami.
a. Abortus iminens(keguguran mengancam) : abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya, pada abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada
abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
b. Abortus incipiens : abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini
terjadi ketika ada pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada
bagian abdomen bawah atau pada punggung.
c. Abortu inkompletus (keguguran tidak lengkap) : sebagian dari buah kehamilan telah
dilahirkan tapi sebagian ( biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang
akan menyebabkan perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi
terjadi pada trimester ke II
d. Abortus kompletus : keguguran lengkap
e. Missed abortus ( keguguran tertunda ) : keadaan dimana janin telah mati selama 22
minggu tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
f. Aburtus Habitualis : keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami
abortus lebih dari tiga kali.

1
g. Abortus infeksiosus dan abortus septik : abortus yang disertai infeksi pada genetalia,
sedang abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin
kedalam peredaran darah atau peritonium.
2. Abortus provocatus (disengaja , digugurkan) :
a. Abortus provocatus therapeuticus adalah pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat
dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena
ibu menderita penyakit berat.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, S, 2002).
b. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah
dan dilarang oleh hukum.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


1. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan
pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan
kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
2. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi
plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian
(Prawirohardjo, S, 2002).
3. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi
abortus,
penyakit menahun, dan
kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan
kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
4. faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta
mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.

2
C. PATOFISIOLOGI

Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat
perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai
berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio
defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut
blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke
empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga
mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat
menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin
biasanya dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang
tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai
persalinan kecil

D .MANIFESTASI KLINIS

1. Abortus komplet
a) Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang
b) Servik tertutupo atau terbuka.
c) Uterus lebih kecil dari ukuran normal
d) Gejala sedikit atau tanpa nyeri perut bawah.
2. Abortus inkompliet
a) setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus
b) sering servik tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap korpus
allenum, maka utherus akan berusaha menelurkannya dengan kontraksi, tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
c) Perdarahan sedang hingga masif
d) Gejala / tanda : kram/ nyeriakaut perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi
3. Abortus incipiens
a) perdarahan banyak
b) nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
c) akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan

3
4. Abortus iminiens
a) Perdarahan sedikit
b) Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali,kram perut bawah dan utherus
lunak
c) Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d) Serviks tertutup
5. Missed abortion
a) rahim tidak membesar, malahan mengecil karenaair ketubanmasrasi janain
b) buah dada mengecil kembali
c) amenore berlangsung terus

E. KOMPLIKASI

1. Perdarah pervorasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretasi yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli seperti bidan atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan
yang banyak disebut syok hemorogik, dan infeksi berat atau sepsis disebuyt septik , infeksi
dan tetanus, payah ginjal
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah ( kapita selekta kedokteran ).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Diagnostik :

1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif


2. Ultra Sonografi Kondisi janin/cavum ut terdapat janin/sisa janin
3. Kadar Hematocrit/Ht Status Hemodinamika Penurunan (< 35 mg%)
4. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%)
5. Kadar SDP Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
6. Kultur Kuman spesifik Ditemukan kuman

4
G. PENATALAKSANAAN

1. Abortus imminiens :
a) Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b) Jangan melakukan aktifitas fissik yang berlebihan atau hubungan seks
c) Jika terjadi perdarahan
1) Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi
lagi
2) Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG ), lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lai, perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan utherus
yang lebih besar dari apa yang diharapkan, mungkib menunjukkan kehamilan ganda atau
mola.
3) Tidak perlu terapai hormonal ( estrogen atau progresteron
)atau tekolitik ( misalnya albutamol atau idometasin ) karena obat obat ini tidak bisa
mencegah abortus.
2. abortus insipiens
a) jika usia kehamilan kurang 16 minggu lakukan evaluasi uterus denga aspirasi vakum manual,
jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :
1) persiapan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari uterus
2) berikan ergromentin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol
400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
b) jika kehamilan lebih dari 16 minggu
1) Tungu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa sisa hasil konsepsi.
2) Jika perliu lakuakn infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV

c) Pastikan untuk memantau kondisi ibu setelah penangan


d) Tirah baring total
e) Tindakan observasi yang cermat terhadap bahan yang keluar dari vagina.
f) Pengawasanm sering dan adekut terhadap tanda tanda vital
3. Abortus inkomplet
a)Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
keluar melalui servik.Jika perdarahan berhenti, beri ergrometrin 0,2 mg IM atau misoprostol
4090 mcg per oral

5
b) Jika perdarahan banyak atau terus menerus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu , evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
1) Aspirasi vacum manual
2) Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia
3) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergrometin 0,2 mg IM ( dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam
bila perlu )
c)Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 mi cairan IV ( garam fisiologik atau RL ) dengan
kecepatan 40 tetes permenit.sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervagina setiap 4 jam samapi terjadi ekspulsi hasil
konsepsi ( max 800 mcg )
3) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan, pada sebagian kasus, supresi
laktasi mungkin di perlukan untuk mencegah perdarahan lebioh lanjut.
4. abortus komplit
a) tidak perlu evaluasi lagi
b) Observasi untuk melihat perdarah banyak
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
d) Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2
minggu.Jika anemia berat berikan transfusi darah
e) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pemeriksaaan fisik terhadap jumlah perdarahan

b. Pemeriksaaan uteri
1) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan
2) Tinggi dan besarnya sudah mengecil
3) Fundus tidak teraba diatas simpisis

6
4) Tinggi fundus 28 cm atau lebih
5) DJJ dalam batas tertentu atau dapat menunjukkan takikardi/ bradikardi
6) Abdomen keras seperti papan uterus tegang dan dengnan pembesaran simetris atau asimetris

c. Pemeriksan dalam
1) Servik uteri menutup
2) Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau
pada kanalis servikalis
3) Besarnya rahim telah mengecil
4) Konsistensinya melunak

d. Kaji TTV
1) TD normal
2) Nadi normal
3) Pernafasan normal
4) Suhu normal.

2. Pengkajian psikologi
a. Cemas ketakutan
b. Gelisah
c. Koping individu

3. Pengkajian data yang mungkin muncul


1) Nyeri dengan hemorogi retroplasenta
2) Nyeri tekan nyata atau berat secara umum atau local
3) Nyeri punggung bawah
4) Hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisn kapiler, kulit dingin dan lembab, pucat, pusing

4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatsi serviks,
b. Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
c. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan infasif

7
5. Intervensi keperawatan
Untuk mencegah kerusakan pada ibu dan menyelamatkan kehamilan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasionalisasi


hasil
1. nyeri akut b/d kontraksi Tujuan : Mandiri :
otot, dilatasi serviks, Klien melaporkan tentukan sifat, lokasi dan membantu dalam mendiagnos
trauma jaringan nyeri hilang durasi nyeri. Kaji kontraksi dan memilih tindakan,
DS : kriteria hasil : uterus, ketidaknyamanan dihubungkan
Cemas
kesakitan, Nyeri hilang/ hemorogi,retoplasma, atau dengan aborsi spontan, karena
gelisah terkontrol nyeri tekan abdomen. kontraksi uterus yang mungkin

nyeri dengan memorasi Kualitas nyeri diperberat oleh oksitosin
plasenta menujukkan
nyeri tekan nyata/berat sekalanyeri 0-3 ansietas sebagai respon
scara umum /local Ekspresi wajah tidak Kaji stres psikologi terhadap situasi darurat dapat
nyeri punggung bawah tidak meringis klien/pasangan dan respon memperberat ketidaknyamana

mual Tidak melakukan emosional terhadap klien

perlakuan distraksi kejadian Dapat membantu dalam


DO :
dengan melakukan menurunkan tingkat ansietas
Hipotensi
kegiatan yang dan karenanya mereduksi
takikardi
berulang Berkan lingkungan yang ketidakinyamanan.
perlambatan pengisian
Respon otonomik : tenang untuk
kapiler
Diaporosis (-) menghilangkan rasa nyeri Meningkatkan kenymanan,
kulit dingin dan lambat.
Tekanan darah stabil menurunkan resiko kompliksi
120/80 mmHg olanorasi : pembedahan.
Pola nafas efektif beri narkotik / sedatif,
24x/menit dispneu berikan obat obat
Klien dapat praoperatif bila prosedur
konsentrasi dan pembedahan diindikasikan
kooperatif
perhatikan status fissologi Kejadian perdarahan
Perubahan perfusi
ibu, status sirkulasi dan potensialmerusak hasil
jaringan b/d hipovolemi.
volume darah. kehamilan, kemungkinan
DS :

8
Melaporkan adanya menyebabkan hipovolemia/
perdarahan hipoksia uteroplasenta.
Mual mengkaji berlanjutnya hipoks

Muntah Auskultasi dan laporkan janin. Pada awalnya janin

DO : DJJ catat bradikardi, berespon pada penurunan kada


Tujuan : takikardi, perubahan pada O2 dengan takikardi
Perdarahan DJJ
Dapat aktifitas janin peningkatan gerakan.
Hipotensi
mempertahankan / bila kontraksi uterus disertai
Takikardi
mempernaiki perfusi catat kehilangan darah ibu dilatasi serviks, tirah baring da
Suhu meningkat jaringan dan adanya kontrasi uterus medikasi mungkin tidak efekti
Perdarahan lebih 500 cc Kriteria hasil : dalam mempertahankan
Kulit dingin. Mendemonstrasikan kehamilan
perfusi yang adekuat menghilangkan tekanan pada
TTV stabil anjurkan tirah baring VCI sdan meningktakan
TD 130/80 mmHg dalam posisi miring. sirkulasi plasenta/ janin dalam
Nadi 80x/menit pertukaran O2

Kulit hangat
Tidak terjad
perdarahan ( normal
tidak lebih dari 500
Resti infeksi
cc)
berhubungan dengan
tindakan infasif Balutan steril pada kelahiran
membantu melindungi luka da
infeksi balutan abdominal kontaminasi, rembesan dapat
terhadap eksudat atau mengganggu hematoma,
rembesan lepaskan balutan gangguan penyatuan jaringan
sesuai indikasi dehisens memerlukan
kelanjutan.
Mencegah dan memaksimalka
sirkulasi dan aliran protein dan
Dorongan dan masukan vitamin diperlukan
cairan oral dan diet tinggi pembentukan kol bezi

9
Setelah diberikan protein vit C dan besi diperlukan sintesis Hb
asuha keperawatan Dalam paska operasi ketiga
selama 4 x 24 jam leukositas takikardi

diharapkan klien dapat Kaji suhu, nadi dan menunjukkan infeksi,
menerapkan tehnik jumlah sel darah putih peningkatan sampai 38 C
kontrol infeksi dalam jam pertama
Kriteria Hasil : Setelah kelahiran fundus tetap
Suhu 37 C ketinggian dalam selama samp

Pola nafas efektif Faal lokasi dan lima hari infolusi mudah deng
24x/menit kontraktifitas uterus, peningkatan lokhea.
Tidak terdapat nyeri perhatikan perubahan Menurunkan kemungkinan
tekan luka bekas dari adanya nyeri pad uterus endometritis paska sesuai
drainase dengan tanda yang eksterna komplikasi obses
awal penyembuhan tromboflekbitis
tidak
terdapat Berikan infus antibiotik Bakterious lebih pada klien
kemerahan profilaksi dengan detil mengalami pecah selama 6 jam
pertama biasanya segera dari pada klien ketubannya tet
setelah pengekleman tali sebelum mesecio sesarea
pusat dan dua dosis lagi
masing-masing berjarak 6
jam
Dapatkan kultur darah dan
urin bila infeksi dicurigai
Berikan antibiotik khusus
untuk proses infeksi yang
diidentifikasi

10
2.MOLAHIDATIDOSA

A. Pengertian

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar,
Rustam, dkk, 1998 : 238)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya
mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265). Mola hidatidosa adalah
kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema
stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)

Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai
proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh,
1973 : 325). Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)

B. Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam
pembuahan.

2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel-sel trofoblast.

3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi
meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan

11
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk
memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

4. Paritas tinggi, Ibu multipara cenderung beresiko terjado kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat di
identifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal ).

5. Kekurangan protein, Protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluaan akan zat
protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.

6. f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam
tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh. (Mochtar,
Rustam ,1998 : 238)

C. Patofisiologis

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. Villi korealis diubah
menjadi masa gelembung-gelembung bening yang besarnya berbeda-beda. Masa
tersebut dapat tumbuh membesar sampai mengisi uterus yang sama besarnya dengan
kehamilan normal lanjut.

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :

1. Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi
dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

12
2. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi
sehigga timbul gelembung.

3. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit
pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan
tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya
selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)

Menurut Sarwono, 1994, patofisiologis dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena tidak
sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu hasil
pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 5 minggu dan karena
pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan di dalam jaringan masenkim
villi.

D. Manifestasi Klinis

Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah :

1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.

2. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan


lanjut kadang keluar gelembung mola.

3. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.

5. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.


(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

13
E. Komplikasi

1. Perdarahan yang hebat sampai syok

2. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemi

3. Infeksi sekunder

4. Perforasi karena tindakan atau keganasan

F. Tes Diagnosis

1. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah
atau urin

2. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah
ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)

3. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 4 bulan

4. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak
terlihat janin

5. Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara

6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis


(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)

14
G. Penatalaksanaan Medis

Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah

1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis

2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana


sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
Evaluasi klinik dengan fokus pada :
- Riwayat haid terakhir dan kehamilan

- Perdarahan tidak teratur atau spotting

- Pembesaran abnormal uterus

- Pelunakan serviks dan korpus uteri

- Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin

- Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.

1. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera

2. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)

3. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.

Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan
pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :

1. Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).

15
2. Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.

3. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum,
selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus
600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast
aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta
besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal
(apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, antara lain :

1. Kekurangan volumen cairan b.d perdarahan per vaginam.

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral,
ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan kadar -hCG.

4. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat
penyakit.

5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vaginam


penyakitnya.

I. Intervensi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan per vaginam.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat

16
mempertahankan keseimbangan cairan.

Kriteria Hasil :

1. Perdarahan tidak ada

Intervensi:

1. Monitor tanda-tanda vital klien dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi 88
x/menit, RR 22 24 x/menit, suhu 36-37 C).

2. Mengawasi turgor kulit rasionalnya juga untuk memonitor adanya tanda-tanda


dehidrasi.

3. Monitor intake dan output rasionalnya kita dapat mengetahui dengan segera cairan
yang masuk dan keluar baik lewat peroral maupun parental.

4. Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit

5. Pantau cairan IV

6. Kolaborasi dokter untuk pemberian therapy rasionalnya adalah untuk mencegah


terjadinya kekurangan cairan lebih lanjut sehingga sesegera mungkin diberikan
therapy.

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit

Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 1 x 24 jam

Kriteria Hasil :

17
1. Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan

2. Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat.

Intervensi:

1. Beri informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut

2. Bicarakan alasan individu mengalami peningkatan atau penurunan nyeri (misalnya:


keletihan/meningkat atau adanya distraksi/menurun)

3. Beri individu kesempatan untuk istirahat siang dan dengan waktu tidur yang tidak
terganggu pada malam hari.

4. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi serta metode
pereda nyeri lain.

5. Ajarkan tindakan pereda nyeri non invasif

1. Relaksasi

1) Beri tahu teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka yang dapat menurunkan
intensitas nyeri.

2) Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.

3) Ajarkan strategi relaksasi khusus (misal : bernapas perlahan, teratur, atau nafas
dalam, kepalkan tinju, menguap)

2. Stimulasi kutan

Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol/pijat punggung

18
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

2. Pantau tanda-tanda vital klien

3. Pantau intensitas nyeri klien

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral,
ketidaknyamanan mulut, mual akibat peningkatan kadar -hCG

Tujuan : Nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 2x24 jam

Kriteria Hasil :

- Klien menyatakan nafsu makannya meningkat

- Klien terlihat tidak lemah

- Porsi makan klien habis

Intervensi :

1. Jelaskan alasan mengapa nafsu makan klien menurun akkibat kemoterapi

2. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat bagi proses penyembuhan penyakit

3. Beri dorongan klien agar meningkatkan selera makannya

4. Beri suasana makan yang rileks

5. Tawarkan makanan porsi kecil tapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada
lambung

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penetapan asupan nutrisi klien

19
7. Pantau kadar -hCG pasien secara berkala

8. Pantau porsi makan yang dihabiskan klien

4. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit

Tujuan : Klien menyatakan dapat menerima penyakitnya dengan baik

Kriteria Hasil:

a) Klien terlihat tidak cemas akibat penyakitnya

b) Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif.

Intervensi:

1. Beri kenyamanan dan ketentraman hati.

2. Singkirkan stimulasi yang berlebihan.

3. Bila ansietas telah berkurang dan cukup untuk terjadi pemahaman, bantu klien
mengenali ansietas untuk mulai memahami atau memecahkan masalah.

4. Gali intervensi yang menurunkan ansietas

5. Beri aktivitas yang dapat menurunkan tegangan.

6. Pantau keadaan umum klien

20
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vaginam
penyakitnya.

Tujuan : Klien mengetahui kapan saja dia bisa melakukan hubungan seksual

Kriteria Hasil:

c) Pola seksualitas klien normal

d) Klien terlihat tidak cemas terhadap aktifitas seksualnya

e) Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif.

Intervensi:

1. Identifikasi penyebab ketidakefektifan pola seksualitas

2. Kaji tingkat kecemasan klien

3. Jelaskan pada klien waktu untuk melakukan hubungan seksual sesuai kondisinya

4. Beri edukasi tentang keadaan klien apabila berhubungan seksual

5. Tekankan bahwa penyakitnya tidak mempunyai dampak yang serius pada fungsi
seksualitasnya

6. Pantau keadaan umum klien

21
3. KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU

A. Definisi kehamilan ektopik

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat
yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini
dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada
ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel
pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.
Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik
(lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat
yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter
rahim.
(Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni
dalam endometrium kavum uteri.

B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa
faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1.Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum
uteri, antara lain:
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba
dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia
mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba
falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun
ini jarang terjadi

22
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia
Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
3.Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4.Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

C. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1.Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2.Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3.Ovarium
4.Intraligamenter
5.Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6.Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.

D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks
dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun
secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot,
endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di
reabsorbsi.

23
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya
perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti
tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua,
meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik,
intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut
sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak
ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba.

E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan
amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor
berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian
bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan
intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher,
terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan
vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada
perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut
bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan
intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.
Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.

24
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian
pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
F. Tanda dan gejala
Tanda :

1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan
vaginal.

2. Menstruasi abnormal.

3. Abdomen dan pelvis yang lunak.

4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau
tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.

5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.

6. Kolaps dan kelelahan

7. pucat

8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.

10. Gangguan kencing


Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh
darah di dalam rongga perut.
1.Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon kehamilan
tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan
intrauterin yang sama umurnya.
2. Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri digoyang)
3. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba
dan sekitarnya.
4. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu, karena
perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
Gejala:

1.Nyeri:

25
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat
bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan
perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus
mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk
bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan
pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil
G. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Kondisi ibu pada saat itu.

2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.

3. Lokasi kehamilan ektropik.

4. Kondisi anatomis organ pelvis.

5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.

6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya
dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di
pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi
untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila
memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :

1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau


insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
26
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

Operasi Laparoskopik : Salfingostomi


Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah
maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa
trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3
intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:

1. Ukuran kantung kehamilan

2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)

3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :

1. Masa tuba

2. Usia kehamilan

3. Janin mati

4. Kadar -hCG

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :

1. Laktasi

2. Status Imunodefisiensi

3. Alkoholisme

4. Penyakit ginjal dan hepar

5. Diskrasia darah

6. Penyakit paru aktif

7. Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.
H. Komplikasi

27
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu
ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
I. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan
ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit
menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK


A. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
1. Riwayat terlambat haid
2. Gejala dan tanda kehamilan muda
3. Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
4. Terdapat aminore
5. Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen
bagian kanan / kiri bawah
6. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.

2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Mulut : bibir pucat


Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
Ekstremitas : dingin

Palpasi

Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut
teraba tegang, messa pada adnexa.
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.

28
Auskultasi

Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)

Perkusi

Ekstremitas : reflek patella + / +

Pemeriksaan fisik umum:

Pasien tampak anemis dan sakit

Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.

Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.

Daerah ujung (ekstremitas) dingin

Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda


abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.

Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok

Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.

Pemeriksaan khusus:

Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks

Kavum douglas menonjol dan nyeri

Mungkin tersa tumor di samping uterus

Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan
dan kiri

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan
untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium

Hematokrit

29
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite 15.000/mm 3. Laju
endap darah meningkat.

Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada
kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3
kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal,
dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus

Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari


rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.

USG :
Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
Adanya massa komplek di rongga panggul

Laparoskopi peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti


oleh USG

Laparotomi Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan


gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).

Kuldosintesis Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk


menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak
perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat
ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:

30
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di


perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak


mengenal sumber-sumber informasi.

C. Intervensi keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan
oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi
berat jenis urine adekuat.
No Rencana Inervensi Rasional
1 Lakukan pendekatan kepada pasien Pasien dan keluarga lebih kooperatif
dan keluarga.
2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan
kondisi pasien saat ini lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasi tanda parameter deteksi dini adanya
akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan tim medis melaksanakan fungsi independent.
untuk penanganan lebih lanjut.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Criteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital stabil,
membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah
tidak pucat dan mental seperti biasa.
No Tindakan intervensi rasional
1 Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane derajat/adekuat perfusi jaringan dan
mukosa, dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2 Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.
pertahankan suhu lingkungan dan Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
tubuh hangat sesuai indikasi. harus seimbang dengan kebutuhan untuk
menghindari panas berlebihan.
3 Kolaborasi dengan tim medis yang Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan

31
lain, awasi pemeriksaan lab: pengobatan atau terhadap terapi.
misalnya: HB/HT
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas
normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
no Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
1 Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
nyeri. Kaji kontraksi uterus tindakan yang akan dilakukan. Ketidak
hemoragi ataunyeri tekan nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan
abdomen. dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang
mungkin diperberat oleh infuse oksitosin.
Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan
nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat
tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2 Kaji steres psikologi Ansietas terhadap situasi darurat dapat
ibu/pasangan dan respons memperberat ketidak nyamanan karena
emosional terhadap kejadian. syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3 Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
dan aktivitas untuk menurunkan asietas dan karenanya mereduksi
rasa nyeri. Instruksikan klien ketidaknyamanan.
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan
prosedur.
Kolaborasi:
4 Berikannarkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan
berikut obat-obat praoperatif bila komplikasi pembedahan
prosedur pembedahan
diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedah Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan
bila terdapat indikasi menghilangkan nyeri.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana,
mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
No Rencana Intervensi Rasional
1 Menjelaskan tindakan dan rasional Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan
yang ditentukan untuk kondisi konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang
hemoragia. akan dilakukan, dan menurunkan sters yang
berhubungan dengan prosedur yang diberikan.

32
2 Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah,
untuk mengaji\ukan pertanyaan identifikasi masala-masalah dan kesempatan
dan mengungkapkan kesalah untuk memulai mengembangkan ketrampilan
konsep penyesuaian (koping)
3 Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang kemungkinan
implikasi jangka ependek pada komplikasi dan meningkatkan harapan realita
ibu/janin dari kedaan pendarahan. dan kerja sama dengan aturan tindakan.

4 Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat


panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan setelah
memerlukan evaluasi dan tindakan pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.
tambahan.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat,
dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.

33

You might also like