You are on page 1of 5

INDIKATOR PENILAIAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses,
dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari
tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.
Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2014).Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :

1. Aspek Struktur (Input)

Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur merupakan masukan
(input) yang meliputi sarana fisik perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan,
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan. Donabedian (1987,
dalam Wijono 2000)

Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat melaksanakan sistem
playanan struktur rumah sakit yang tertata dengan baik akan menjamin mutu playanan kualitas
struktur rumah sakit termasuk komitmen, dan prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana
fasilitas dari masing-masing komponen struktur.

2. PROSES

Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini merupakan
proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan
yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan
pasien.
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun
fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua
metode dengan caramenginteraksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara
lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakkan diagnosis, rencana tindakan
pengobatan, oenanganan penyakit , dan prosedur pengobatan.

3. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap pasien. Dapat
berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Sehingga
baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000).
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen yang di capai dalam jangka pendek .
Untuk manajemen kesehatan,misalnya akhir darikegiatan pemasangan infus, output dikenal
dengan nama pelayanan kesehatan (health services),Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).

sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek
misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus.

Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu:


1. Indikator yang mengacu pada aspek medis.
2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS.
3. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien.
4. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasaan pasien.

Standart Nasional Indikator Mutu Pelayanan

Standar Nasional
BOR 75-80%
ALOS 1-10 hari
TOI 1-3 hari
BTO 5-45 hari
NDR < 2,5%
GDR < 3%
ADR 1,15.000
PODR < 1%
POIR < 1%
NTRR < 10%
MDR < 0,25%
IDR < 0,2%
Tabel 1. Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus
harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) 100%
(jumlah tempat tidur jumlah hari dalam satu periode)

1 ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1 TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur Periode) Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1 BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
1 NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1 GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit:

1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosokomial, angka
kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan

2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan

3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

4. Perawatan diri

5. Kecemasan pasien

6. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.

a. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya ketrampilan
perawat, dan complain pasien.

b. Medication incident, meliputi lima tidak tepat(jenis, obat, dosis, pasien, cara, waktu)
Reverensi

Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional


Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Wijono, D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Teori, Strategi dan Aplikasi.
Volume.1. Cetakan Kedua.Surabaya : Airlangga University

https://www.scribd.com/doc/233676061/Indikator-Penilaian-Mutu-Asuhan-Keperawatan
http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2015/12/mutu-pelayanan-keperawatan.html
http://ayuules.blogspot.co.id/2014/10/manajemen-mutu-dalam-pelayanan.html

You might also like