You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN GANGGUAN
PERKEMIHAN: BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DIRUANG
MAWAR 2 RSUD Dr MOEWARDI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun oleh:

ARDEA DARMARIANTO

J 200 110 029

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN GANGGUAN


PERKEMIHAN: BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DIRUANG
MAWAR 2 RSUD Dr MOEWARDI
(Ardea Darmarianto, J200110029, 44 halaman)

ABSTRAK
Latar belakang: Benign Prostatic Hyperplasia atau BPH merupakan masalah
yang terjadi pada pria dengan usia diatas 60 tahun akibat ketidakseimbangan
produksi hormon.
Tujuan: untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Benign
Prostatic Hyperplasia atau BPH meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
Hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan 4x24 jam didapatkan hasil pre op:
tidak terjadi infeksi, kecemasan klien berkurang, post op: nyeri klien berkurang
dari skala 5 menjadi 3, tidak ada tanda infeksi, kelemahan klien berkurang.
Kesimpulan: Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan diharapkan kolaborasi
dari semua pihak misalnya perawat, dokter, laboraturium, ahli gizi maupun
keluarga, untuk mempercepat serta mempermudah dalam asuhan keperawatan
untuk kesembuhan klien.

Kata kunci: Benign Prostatic Hyperplasia, resiko infeksi, ansietas, nyeri, defisit
perawatan diri.
2

NURSING CARE OF MR.S WITH URINAL DISORDER: BENIGN


PROSTATIC HYPERPLASIA AT ROOM MAWAR 2 RDUD Dr
NOEWARDI
(Ardea Darmarianto, J200110029, 44 pages)
ABSTRACT
Backgound: Benign Prostatic Hyperplasia or BPH is problem happen at male
with age up to 60 years old result from unbalance production of hormone.
Aim of researc: to study about nursing care on cklient with Benign Prostatic
Hyperplasia or BPH including assesment, diagnosis, intervention,
implementation, and evaluation.
Result: after implementation of nursing care for 4x24 hours it found that pre op:
not infection happen, derogate of client anxiety, post op: the client painful
derogate after scale 5 become 3, not sign of infection, the weakness of client
derogate.
Conclusion: in implementation of nursing care hope a collaboration from
eferything of helty time, nursing, pychisian, laboratory, nutrient expert and
family, for hasten and make easier nusrsing care for recovery client.
Key word: Benign Prostatic Hyperplasia, infection risk, anxiety, painfull, deficit
of self care.
3
4

PENDAHULUAN menyebabkan, respon nyeri pada saat


buang air kecil dan dapat
Latar Belakang
menyebabkan komplikasi yang lebih
Jumlah penduduk Indonesia parah seperti gagal ginjal akibat
terutama jumlah lansia semakin lama terjadi aliran balik ke ginjal selain itu
semakin meningkat, berdasarkan data dapat juga menyebabkan peritonitis
yang diperoleh dari departemen atau radang perut akibat terjadinya
kesehatan tahun 2010 Jumlah infeksi pada kandung kemih (Andre,
populasi pria diatas usia 65 di Terrence & Eugene, 2011).
Indonesia pada tahun 2010 di Untuk mengatasi obstruksi yang
menempati urutan ke-4 dengan 6,1% terjadi, dapat dilakukan dengan
dari jumlah umur lebih dari 65 tahun berbagai cara mulai dari tindakan
di negara-negara asia tenggara. yang paling ringan yaitu secara
Tentunya hal tersebut akan konservatif (non operatif) sampai
menimbulkan persoalan-persoalan tindakan yang paling berat yaitu
operasi. Berdasarkan data yang
baru, tidak saja di bidang sosial-
diperoleh dari rekam medis dalam
ekonomi, tetapi juga di bidang 10 besar kasus selama 1 tahun
kesehatan. Salah satu masalah terakhir, dari bulan Januari 2013
kesehatan yang sering dijumpai pada hingga bulan Maret 2014 di ruang
pria diatas 60 tahun adalah Benigna Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr
Prostatic Hyperplasia atau BPH, Moewardi, kasus urologi
keadaan ini di alami oleh 50% pria menempati urutan nomer 4 dengan
jumlah pasien 227.
yang berusia 60 tahun, dan kurang
TINJAUAN PUSTAKA
lebih 80% pria yang berusia 80 tahun 1. Pengertian
(Nursalam dan Fransisca, 2009). Benigna Prostatic
Hyperplasia atau BPH adalah
Benign Prostatic Hyperplasia masalah umum pada sistem
atau BPH adalah masalah umum genitourinari pada pria dewasa
pada sistem genitourinari pada pria yang ditunjukan dengan adanya
dewasa yang ditunjukan dengan peningkatan jumlah sel-sel
adanya peningkatan jumlah sel-sel epitel dan jaringan stroma di
dalam kelenjar prostat (Andre,
epitel dan jaringan stroma di dalam
Terrence & Eugene, 2011).
kelenjar prostat. Menurut 2. Etiologi
kejadiannya pembesaran prostat Penyebab khusus benigna
disebabkan oleh dua faktor penting hiperplasia prostat belum
yaitu ketidakseimbangan hormon diketahui dengan pasti,
estrogen dan androgen, serta faktor beberapa hipotesis menyatakan
umur atau proses penuaan sehingga ada 2 faktor yang
mempengaruhi yaitu
obstruksi saluran kemih dapat terjadi.
peningkatan kadar testosteron
Adanya obstruksi ini akan
5

atau DHT dan proses penuaan 2. Nyeri akut berhubungan


(Nursalam & Fransisca, 2009 ). dengan agen injuri fisik:
3. Manifestasi Klinis spasme kandung kemih
Manifestasi klinik Benigna (Herdman & Heather,
Prostatic Hyperplasia atau BPH 2012)
menurut Neil & Pierc (2007) 3. Resiko infeksi
mencakup: berhubungan dengan
a. Tanda umum tindakan invasife:
peningkatan frekuensi kateterisasi (Herdman &
berkemih, pancaran lemah, Heather, 2012)
dorongan ingin berkemih,urin 4. Ansietas berhubungan
menetes atau dribling, dengan krisis situasional
abdomen tegang, mengejan (Herdman & Heather,
saat berkemih, aliran urine 2012)
tidak lancar, rasa seperti b. Post Operasi:
kandung kemih tidak kosong 1) Nyeri akut berhubungan
dengan baik, dan retensi urine dengan agen injuri fisik:
akut. spasme kandung kemih
4. Penatalaksanaan medis (Herdman & Heather,
Penatalaksanaan untuk 2012)
Benigna Prostatic 2) Resiko infeksi
Hyperplasia atau BPH berhubungan dengan
menurut Neil & pierce (2007) tindakan invasife:
adalah: kateterisasi (Herdman &
a. Medikamentosa : Heather, 2012)
1) Ubah asupan cairan oral, 3) Defisit perawatan diri:
kurangi konsumsi kafein higiene berhubungan
2) Alpha blocker (suatu dengan kelemahan, nyeri
adrenergic receptor (Wilkinson & Judith,
antagonists, misalnya 2011)
fenoksibenzamin) 2. . Intervensi
3) katerisasi. fokus intervensi keperawatan
b. Pembedahan : untuk Benign Prostatic
1) Transurethral resection of Hyperplasia atau BPH
the prostate atau TUR-P. adalah:
2) Prostatectomy a. Pre operasi:
3) Retropubic prostatektomy 1) Retensi urin berhubungan
dengan sumbatan:
TINJAUAN KEPERAWATAN obstruksi kandung kemih
1. Diagnosa keperawatan (Herdman & Heather,
a. Pre operasi : 2012)
1. Retensi urin berhubungan Tujuan: klien dapat buang
dengan sumbatan: air kecil tanpa
obstruksi kandung kemih mengunakan alat bantu
(Herdman & Heather, atau kateter
2012)
6

Kriteria hasil: klien Rasional: identifikasi


mengatakan dapat buang kenyamanan masa
air kecil secara mandiri lalu membantu
Intervensi: menentukan metode
a) Mengajarkan blader mengurangi rasa sakit
training pada klien 3) Resiko infeksi berhubungan
Rasional: membantu dengan prosedur invasife:
merangsang keinginan kateterisasi (Herdman &
untuk buang air kecil Heather, 2012)
b) Memasang kateter bila Tujuan : klien terbebas dari
ada indikasi infeksi
Rasional: membantu Kriteria hasil: klien bebas
mengeluarkan urin dari tanda gejala infeksi
c) Memberikan obat Intervensi:
sesuai program terapi a) Observasi tanda gejala
Rasional: membantu infeksi
memperlancar Rasional: mengetahui
sirkulasi dan tanda awal infeksi
merangsang syaraf b) pertahankan lingkungan
2) Nyeri akut berhubungan aseptik
dengan agen injuri fisik; Rasional:lingkungan
spasme kandung kemih aseptik mengurangi tingkat
(Herdman & Heather, penyebaran patogen
2012) c) Cuci tangan sebelum dan
Tujuan: nyeri klien sesudah tindakan
berkurang Rasional:meminimalisir
kriteria hasil: klien penyebaran patogen
tampak rileks dan klien melalui media tangan
melaporkan status nyeri 4) Ansietas berhubungan dengan
berkurang krisis situasional (Herdman &
a) Kaji status nyeri Heather, 2012)
pasien Tujuan: klien mampu
Rasional: mengetahui mengontrol cemas
tingkat nyeri yang Kriteria hasi: kecemasan
dirasakan klien klien berkurang,wajah
b) Ajarkan teknik tampak rileks, klien tau
relaksasi tentang prosedur tindakan.
Rasional: teknik a) Kaji pengetahuan klien
relaksasi membantu Rasional:mengetahui
mengurangi nyeri sejauh mana tingkat
pada klien pengetahuan klien
c) Bantu klien tentang penyakit
mengidentifikasai b) Gunakan pendekatan
tindakan kenyamanan yang menenangkan
yang efektif dimasa Rasional: pendekatan
lalu yang menenangkan dapat
7

membuat perasaan klien a) Observasi tanda gejala


lebih tenang inveksi
b. Post op rasional: mengetahui
1) Nyeri akut berhubungan tanda awal infeksi
dengan agen injuri fisik; b) pertahankan lingkungan
spasme kandung kemih aseptik
(Herdman & Heather, rasional:lingkungan
2012) aseptik mengurangi
Tujuan: nyeri klien tingkat penyebaran
berkurang patogen
kriteria hasil: klien c) Cuci tangan sebelum dan
tampak rileksdan klien sesudah tindakan
melaporkan status nyeri Rasional:meminimalisir
berkurang penyebaran patogen
a) Kaji status nyeri melalui media tangan
pasien 3) Defisit perawatan diri: higiene
Rasional: mengetahui berhubungan dengan
tingkat nyeri yang kelemahan fisik, nyeri
dirasakan klien (Wilkinson & Judith, 2011)
b) Ajarkan teknik Tujuan: klien menunjukkan
relaksasi aktivitas perawatan diri sehari-
Rasional: teknik hari
relaksasi membantu Kriteria hasil: klien dapat
mengurangi nyeri membersihkan tubuh secara
pada klien mandiri dengan
c) Bantu klien atau tanpa alat bantu.
mengidentifikasai a) Kaji kemampuan untuk
tindakan kenyamanan menggunakan alat bantu
yang efektif dimasa Rasional: kemampuan
lalu klien menggunakan alat
Rasional: identifikasi bantu akan
kenyamanan masa mempermudah dalam
lalu membantu pemenuhan kebutuhan
menentukan metode higiene klien
mengurangi rasa sakit b) kaji membran mukosa
oral dan kebersihan
2) Resiko infeksi tubuh setiap hari
berhubungan dengan Rasional: untuk
tindakan invasife: mengetahui tingkat
kateterisasi (Herdman & kebersihan klien
Heather, 2012) TINJAUAN KASUS
Tujuan : klien terbebas A. Biodata
dari infeksi Pengkajian dilakukan
Kriteria hasil: klien tanggal 10 Maret 2014 diperoleh
infeksi data sebagai berikut: nama:
Intervensi: Tn.S, umur: 63 tahun, agama:
8

Islam, alamat: Banjarsari, kateterisasi (Herdman &


Surakarata, pendidikan: SMA, Heather, 2012)
pekerjaan: buruh, nomor rekam 7. Defisit perawatan diri:
medis: 01238980, klien mulai higiene berhubungan dengan
dirawat dibangsal mawar sejak 3 kelemahan, nyeri (Wilkinson
Maret 2014 dengan diagnosa & Judith, 2011)
BPH. Penanggung jawab klien: D. Diagnosa keperawatan yang
nama: Ny.S, umur: 58 tahun, muncul dikasus
agama: Islam, alamat:Banjarsari 1. Alasan Penegakan Diagnosa
Surakarta, hubungan dengan Berdasarkan data yang
klien: istri. didapatkan pada tanggal 10
dan 12 maret maka akan
B. Pengkajian keperawatan dijelaskan tentang diagnosa
Keluhan utama klien yaitu yang diambil.
susah buang air kecil,terasa
panas saat buang air kecil. Diangnosa pre op kondisi
Riwayat kesehatan klien: klien Resiko infeksi adalah suatu
datang ke RSUD Dr Moewardi keadaan berisiko terkena
pada tanggal 3 Maret jam 09.00 organisme patogen dari
WIB dengan keluhan utama sulit sumber eksternal,endogen
saat buang air kecil, klien adalah ataupun eksogen (Wilkinson
pasien rujukan dari RS Ngipang, & Judith, 2011)
klien sempat dirawat sekitar 1 Resiko infeksi berhubungan
bulan. dengan prosedur invasife :
C. Diagnosa keperawatan kateterisasi, dengan tindakan
1. Retensi urin berhubungan klien akan dilakukan tindakan
dengan sumbatan: obstruksi pembedahan TURP dan
kandung kemih (Herdman & kateter, tindakan TURP
Heather, 2012) dilakukan dengan
2. Nyeri akut berhubungan memasukkan suatu alat ke
dengan agen injuri fisik: dalam uretra. Sehingga
spasme kandung kemih sebelum klien memasuki area
(Herdman & Heather, 2012) operasi, penulis melakukan
3. Resiko infeksi berhubungan tindakan meminimalkan
dengan tindakan invasife: penyebaran agen
kateterisasi (Herdman & mikroorganisme, diantaranya
Heather, 2012) mengganti baju operasi,
4. Ansietas berhubungan dengan menutup rambut dengan topi
krisis situasional (Herdman & operasi, dan mengecek
Heather, 2012) kembali aksesoris yang
5. Nyeri akut berhubungan dipakai klien. Pertahankan
dengan agen injuri fisik: lingkungan aseptik, cuci
spasme kandung kemih tangan sebelum dan sesudah
(Herdman & Heather, 2012) tindakan, monitor tanda dan
6. Resiko infeksi berhubungan gejala infeksi, cegah infeksi
dengan tindakan invasife: nosokomial.
9

Ansieta adalah keadaan kandung kemih, paska operasi


individu mengalami perasaan efek anastesi akan menghilang
tidak enak atau khawatir yang sehingga efek nyeri dari
samar, merupakan isyarat pembedahan akan dialami klien.
kewaspadaan akan adanya bahaya Dari data pengkajian yang
(Carpenito & Linda 2006). didapatkan, data subyek
Ansietas berhubungan dengan P(paliatif): nyeri setip saat BAK
krisis situasional, pengangkatan ,Q (quality): nyeri nyeri seperti
Cemas berhubungan dengan tertusuk-tusuk,R(region): nyeri
kurang pengetahuan: prosedur daerah suprapubik, S (scale):
operasi dikarenakan klien baru sekala nyeri 5, T (time): hilang
pertama kali menjalani operasi timbul, data objeknya pasien
dan masuk ruang operasi, klien terlihat meringis,dan wajah
juga tidak mengetahui gambaran tampak tegang, intervensi: kaji
ruang operasi, Sehingga klien status nyeri pasien, ajarkan teknik
merasa asing dengan ruangan relaksasi, bantu klien
operasi. Suatu penelitian mengidentifikasi tindakan
menyebutkan 80% klien yang kenyamanan yang efektif dimasa
akan menjalani pembedahan lalu, bantu klien fokus pada
mengalami kecemasan. Data aktifitas, bukan pada nyeri,
fokus pada kasus diantaranya kolaborasi pemberian analgetik.
adalah data subjek pasien Resiko infeksi adalah suatu
kawatir,cemas,dan blum tau keadaan berisiko terkena
prosedur operasi yang akan dia organisme patogen dari sumber
jalani, data objek pasien terlihat eksternal,endogen ataupun
tegang dan cemas tanda-tanda eksogen (Wilkinson, 2007).
vital: 120/80 mmHg, nadi: 80 Resiko infeksi berhubungan
x/mnt, respirasi: 20 x/mnt, suhu: dengan tindakan invasife:
36,0oC,dari data yang ada dapat tindakan: kateterisasi, setelah
disimpulkan terdapat persamaan menjalani operasi hasil infasif dan
antara data pada kasus dan teori pemasangan kateter sangat rentan
yaitu ansietas. Intervensinya kaji terhadap pajangan patogen
pengetahuan klien, gunakan sehingga resiko infeksi akan
pendekatan yang menenangkan, mudah terjadi, data subjeknya:-,
jelaskan prosedur yang akan data objek:klien terpasang kateter
dilakukan, temani klien untuk ukuran 24, urin berwarna merah.
dan mengurangi takut, gunakan Intervensinya observasi tanda
teknik relaksasi untuk meredakan gejala inveksi, pertahankan
asietas. lingkungan aseptik, cuci tangan
Nyeri akut adalah sebelum dan sesudah tindakan,
pengalaman sensori serta emosi lakukan irigasi kateter pada klien.
yang tidak menyenangkan akibat kolaborasi pemberian antibiotik.
kerusakan jaringan (Wilkinson & Defisit perawatan diri adalah
Judit, 2011). suatu keadaan seseorang yang
Nyeri akut berhubungan mengalami hambatan kemampuan
dengan agen injuri fisik: spasme untuk melakukan aktivitas
10

perawatan diri, seperti mandi, menyebapkan obstruksi kandung


berpakaian, makan, dan eliminasi kemih, obstruk kandung kemih
(Carpenito, 2007). selanjutnya dapat
Defisit perawatan diri mengakibatkan retensi urin.
berhubungan dengan kelemahan, Diagnosa ini tidak muncul pada
nyeri , post operasi merupakan kasus dikarenakan klien pada
saat dimana kondisi fisik klien saat masuk rumah sakit telah
menurun akibat beberapa hal dipasang kateter di ruang UGD
seperti kehilangan banyak darah RDUD Dr Moewardi, jadi pada
sewaktu operasi, nyeri, maupun saat pengkajian klien tidak
berkurangnya nafsu makan post mengeluh susah buang air kecil
operasi sehingga keadaan fisik atau retensi urin.
klien melemah dan menyebapkan berikutnya adalah nyeri akut
defisit keperawatan diri pada berhubungan dengan agen injuri
klien, data subjek: klien fisik: spasme kandung kemih.
mengatakan badannya lemas dan Nyeri akut adalah pengalaman
aktifitas dibantu keluarga, data sensori ser ta emosi yang tidak
objeknya:klien terlihat lemah, menyenangkan akibat kerusakan
kotor dan ADL dibantu oleh jaringan (Wilkinson, 2007).
keluarga, hemoglobin 10,5g/dl Nyeri akibat BPH karena terjadi
(13,5-17,5) kaji kemampuan obtruksi kandung kemih sehingga
untuk menggunakan alat bantu, menyebapkan terjadi spasme
kaji membran mukosa oral dan kandung kemih dan
kebersihan tubuh setiap hari, menyebapkan rasa nyeri pada
bantu perawatan diri klien, daerah suprapubik. Diagnosa ini
dekatkan alat dengan klien, tidak muncul pada kasus
anjurkan klien atau keluarga dikarenakan klien telah dipasang
menggunakan metode alternatif kateter pada saat di ruang IGD
untuk mandi dan oral higiene. sehingga tidak terjadi obstruksi
kandung kemih yang berakibat
E. Diagnosa keperawatan yang pada terjadinya retensi urin.
tidak muncul dikasus F. Pelaksanaan Tindakan
diagnosa yang muncul pada 1. Kelebihan
teori tapi tidak muncul pada Faktor pendukung pada
kasus adalah diagnosa pre op diagnosa pertama resiko
antara lain: infeksi berhubungan dengan
Retensi urin berhubungan prosedur invasife:
dengan sumbatan: obstruksi kateterisasi. Faktor
kandung kemih. Retensi urin pendukungnya yaitu pada
adalah keadaan dimana hasil pemerisaan
pengosongan kandung kemih laboratorium yang
tidak terjadi secara komplit atau menunjukkan hasil dalam
tuntas (Herdman & Heather, batas normal sehingga klien
2012). Retensi urin terjadi akibat dapat menjalani tindakan
pembesaran jaringan prostat operasi dalam keadaan baik.
akibat BPH sehingga selain itu tindakan perawat
11

sebelum pre op seperti terapi berupa pemberian


memasang baju operasi, topi analgetik.
perasi, mempertahankan
lingkungan aseptik, tindakan- Selanjutnya resiko
tindakan tersebut dapat infeksi berhubungan dengan
mencegah atau menurunkun tindakan invasife: tindakan:
kemungkinan terjadi infeksi kateterisasi, resiko infeksi
pada klien, selain itu juga paska operasi sangatlah
pada pelaksanaan tindakan mungkin terjadi bersihkan
klien mau mematuhi saran lingkungan, lakukan irigasi
dari perawat. dan pemberian antibiotik
Untuk diagnosa kedua dapat mencegah terjadinya
ansietas berhubungan dengan infeksi dan mempercepat
krisis situasional, perawat penyembuhan.
menggunakan pendekatan
Diagnosa terakhir defisit
yang menenangkan,
perawatan diri berhubungan
menjelaskan prosedur operasi
dengan kelemahan, nyeri.
dan menemani klien, dapat
pada saat kondisi klien
memberikan ketenangan bagi
menurun bantuan untuk klien
klien maupun tambahan
sangatlah bermanfaat untuk
pengetahuan seputar operasi
klien, keterlibatan keluarga
yang akan dijalani, faktor
dalam merawat klien juga
pendukung untuk diagnosa
sangat membantu aktifitas
ini adalah klien bersedia
maupun hubungan keluarga.
mematuhi ajaran perawat dan
melakukan saran dari petugas 2. Kekurangan
kesehatan.
Kekurangan pada setiap
Untuk diagnosa post op pelaksanaan tindakan sangat
yang pertama nyeri akut mungkin terjadi, kerjasama
berhubungan dengan agen yang baik antara petugas
injuri fisik: spasme kandung kesehatan,klien dan keluarga
kemih, nyeri paska operasi sangat diperlukan untuk
akan segera timbul setelah mempercepat kesembuhan
efek anastesi menghilang klien maupun menghindari
mengakibatkan rasa nyeri hal buruk terjadi. Pada
pada daerah operasi, diagnosa pertama Resiko
pemberian analgetik dan infeksi berhubungan dengan
mengajarkan teknik relaksasi prosedur invasife:
untuk klien sangat penting kateterisasi, penyebaran
untuk mengurangi ketidak patogen mungkin saja terjadi
nyamanan yang dirasakan akibat dari lingkungan
klien, faktor pendukungnya ataupun dari penanganan
yaitu klien mau diberikan petugas medis yang kurang
arahan teknik relaksasi dan bersih.
mau diiberikan program
12

Untuk diagnosa ansietas Kesimpulan


berhubungan dengan krisis Dari hasil pembahasan pada
situasional,kekurangannya bab sebelumnya maka bisa diambil
yaitu walaupun dilakukan beberapa kesimpulan yaitu:
tindakan untuk mengurangi 1. Pada pengkajian didapatkan data
kecemasan klien ,cemas pada pre op, pasien kawatir, cemas, dan
klien kemungkinan besar belum tahu prosedur operasi yang
masih dirasakan karena akan dia jalani. Data obyektifnya
cemas merupakan isyarat tanda-tanda vital: 120/80 mmHg,
kewaspadaan akan adanya nadi: 80 x/mnt, respirasi: 20
bahaya. x/mnt, suhu: 36,0oC,. Untuk post
Untuk diagnosa post op: data subyektif pasien
operasi Nyeri akut mengatakan nyeri, lemas dan
berhubungan dengan aktifitas dibantu oleh keluarga.
diskontinuitas jaringan Data obyektif: pasien terlihat
sekunder akibat pembedahan, meringis, wajah tampak tegang,
nyeri yang dialami klien akan lemas, klien terlihar sedikit kotor
timbul kembali saat efek dan bau, aktifitas dibantu
analgetik pada klien hilang, keluarga, klien juga terpasang
nyeri kemungkinan kateter ukuran 24.
bertambah jika lingkungan 2. Pada klien dengan Benign
kurang mendukung seperti Prostatic Hyperplasia atau BPH
suara bising akibat ditemukan beberapa masalah
pengunjung. keperawatan pre op: resiko infeksi
Diagnosa berikutnya berhubungan dengan prosedur
Resiko infeksi berhubungan invasife: kateterisasi, ansietas
dengan tindakan invasife: berhubungan dengan krisis
kateterisasi, infeksi pada situasional, dan post op: nyeri
klien masih dapat timbul akut berhubungan dengan agen
akibat kurangnya kebersihan injuri fisik: spasme kandung
pada klien maupun pada kemih, resiko infeksi
lingkungan sehingga patogen berhubungan dengan tindakan
dengan mudah menyerang invasife: kateterisasi, defisit
klien. keperawatan diri: higiene
Diagnosa terakhir defisit berhubungan dengan kelemahan,
perawatan diri berhubungan nyeri.
dengan kelemahan, nyeri. 3. Intervensi pada Benign Prostatic
pasien tidak setiap waktu Hyperplasia atau BPH yang ada
ditemani oleh perawat pada teori dapat diterapkan pada
maupun keluarga , rencana tindakan keperawatan.
kemandirian klien sangat 4. Implementasi pada Benign
dibutuhkan. Prostatic Hyperplasia atau BPH
sesuai dengan intervensi
keperawatan
5. Evaluasi keperawatan Tn.S untuk
resiko infeksi masalah teratasi
13

sebagian, ansietas masalah teratasi Daftar pustaka


sebagian, dan post op: nyeri akut
masalah teratasi sebagian, resiko Andre, Terrence & Eugene. 2011.
infeksi masalah teratasi sebagian, Case Files Ilmu Bedah.
defisit keperawatan diri: higiene Edisi 3. Jakarta : Karisma
masalah teratasi sebagian, perlua Publishing Group.
adanya pengawasan lanjut.
Arthur & Keith. 2013. Anatomi
Saran Berorientasi Klinis. Edisi 1.
1. Pasien Jakarta : Erlangga.
Pasien diharapkan selalu
mematuhi anjuran dari petugas Carpenito & Linda. 2006. Buku Saku
kesehatan agar menghindari Diagnosa Keperawatan.
ataupun mengurangi Edisi 10. Jakarta: EGC.
kemungkinan masalah yang
dapat merugikan klien. De jong & Sjamsuhidajat. 2010.
2. Keluarga Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.
Disarankan keluarga untuk jakarta: EGC.
menemani klien di ruang
induksi/ pre operasi untuk Departemen Kesehatan RI. 2010.
membantu mengurangi Profil Kesehatan Indonesia.
kecemasan klien. Jakarta: Departemen
3. Perawat Kesehatan Republik
Perawat sebaiknya melakukan Indonesia.
pengkajian yang lebih teliti
kepada klien untuk membantu Kurniawan, W & Utomo. T. 2011.
pembentukan diagnosa yang Comparison of serum
lebih akurat serta melibatkan sodium, serum potassium,
keluarga klien dalam pemenuhan and blood hemoglobin
kebutuhan klien. changes after Transurethral
4. Instansi Rumah Sakit resection of the prostate
Peningkatan pelayanan dan between irrigation with
kondisi kerja yang lebih nyaman normal saline and sterile
untuk kelancaran prosen water.Indonesian Journal of
kesehatan baik bagi pihak pasien Urology, Vol 18. No 2. July
itu sendiri maupun petugas yang 2011 : 55-59
bekerja di rumah sakit.
5. Instansi Pendidikan Herdman & Heather. 2012. Diagnosa
Diharapkan karya tulis ilmiah ini Keperawatan Defenisi dan
dapat digunakan sebagai Klasifikasi. Jakarta: EGC.
referensi dalam menunjang
pembelajaran serta Neil & Pierce. 2007. At a Glance
meningkatkan mutu pelayanan Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
pendidikan yang lebih baik. Erlangga.
14

Nileshwar A & rajgopal. 2014, Buku


Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. jakarta:
karisma.

Nursalam & Fransisca. 2009. Asuhan


Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta :
Salemba Medika

Patonah, santoso & mubarak. 2006.


Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Komunitas.
Jakarta : Sagung Seto.

Riski A. 2007. Faktor-faktor Risiko


Terjadinya Pembesaran
Prostat Jinak. tesis:
universitas diponegoro.

Sutapa & Hari. 2009. Pengukuran


volume prostate pasien BPH
menggunakan colok dubur
dan USG transrektal.
Indonesian Journal of
Urology. November 2009.

Wilkinson & Judith. 2011. Buku


Saku Diagnosa
Keperawatan: diagnosa
NANDA, intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Edisi 9 .
Jakarta : EGC

Wilkinson. 2007. Buku Saku


Diagnosis Keperawatan
Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NO. Ed.7.
Jakarta: EGC

You might also like