You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN DIAGNOSA EFUSI


PLEURA BILATERAL EC MALIGNANCY META PLEURA DI RUANG
FRESIA LANTAI 2 RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh :

Ratu Irbath Khoirun Nisa

220112160087

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROFESI KEPERAWATAN ANAK ANGKATAN XXXII
BANDUNG
2016

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN DIAGNOSA EFUSI
PLEURA BILATERAL EC MALIGNANCY META PLEURA DI RUANG
FRESIA LANTAI 2 RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

1. Identitas Pasien dan Keluarga


A. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 41 tahun
c. Tanggal lahir :23 September 1975
d. Jenis kelamin : perempuan
e. Agama : Islam
f. Suku bangsa : Sunda
g. Pekerjaan : Swasta
h. Pendidikan : SMA
i. Status Perkawinan : Kawin
j. Alamat : Balaendah, Kab. Bandung
k. No. Medrek : 0001575124
l. Tgl Masuk RS : 17 November 2016
m. Tgl Pengkajian : 20 November 2016
n. Diagnosa medis : Efusi pleura bilateral ec malignancy meta pleura
Soft tissue tumor a/r coll biateral dengan VCSS
grade III DVT upper ekstremitas ec. trombus vena
jugularis.
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Alamat : Balaendah, Kab. Bandung
Pekerjaan : IRT
Suku : Sunda
Hubungan dengan pasien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak

2
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh sesak napas yang dirasakan
semakin memberat selama 12 hari SMRS. Pasien pernah dirawat di RS
Cirebon selama 4 hari dengan keluhan yang sama. Dari hasil pemeriksaan
USG di rumah sakit tersebut pasien didiagnosa Ca. Paru. Kemudian pasien
dirawat di Rumah Sakit Al-Ihsan selama 7 hari dan akhirnya dirujuk ke
RSHS untuk penatalaksanan lebih lanjut. Sesak napas dirasakan saat
pasien istirahat dan tidak dipengaruhi oleh aktifitas. Sesak napas tidak
disertai dengan keluhan demam namun didahului dengan keluhan batuk.
Pasien nyaman dengan posisi tidur terlentang. Keluhan sesak disertai
dengan keluhan bengkak pada tangan kanan dan kiri yang kemudian
semakin lama semakin meluas hingga ke leher dan ke muka.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien merupakan perokok berat yang dapat menghabiskan 3-4
batang rokok sehari.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual
1) Data Psikologis
a) Status Emosi
Wajah pasien tampak tenang
b) Konsep Diri
Gambaran Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak malu dengan
penyakit yang dideritanya. Pasien mengatakan bahwa dirinya
hanya memikirkan kesembuhan penyakitnya.
Identitas Diri
Pasien merupakan seorang Ayah dari 2 orang anak
Peran
Pasien berperan sebagai tulang punggung keluarga
Ideal Diri
Pasien berharap agar penyakitnya cepat sembuh dan bisa
beraktifitas seperti biasanya.
Harga Diri
Pasien mengungkapkan bahwa dirinya sadar memiliki banyak
kekurangan dan menganggap penyakit yang dialaminya ini
merupaka cobaan dari yang Maha Kuasa

3
Gaya Komunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik secara verbal
maupun non verbal. Saat diajak berkomunikasi dengan
peraway, pasien mampu menjawab dengan baik saat
diberikan pertanyaan.
Pola Interaksi
Pasien kooperatif baik dengan petugas kesehatan ataupun
dengan orang disekitar.
Koping
Klien mengungkapkan bahwa ketika dirinya mengalami
masalah, selalu berbagi dengan istrinya dan memecahkan
permasalahan secara bersama-sama.
a. Data Sosial
Pasien mengatakan bahwa hubungan pasien dengan keluarga, kerabat
maupun teman, tidak ada yang berubah atau tidak ada masalah.
b. Data Spiritual
Pasien mengatakan bahwa pelaksanaan ibadah yang dilakukan selama
sakit mengalami hambatan. Pasien menjadi lebih jarang melakukan
pengajian di mesjid karena nyeri yang dirasakan. Namun pelaksanaan
shalat 5 waktu tidak ada gangguan.

f. Riwayat ADL

Selama Sakit (dirawat


No Pola Sebelum Sakit
di RS)
1. Nutrisi
a. Makan
Frekuensi Makan makanan berat Makan makanan lunak
(nasi) 1 porsi 3 kali 3 kali sehari 1 porsi.
sehari
Makanan lunak
Makanan padat + sayur
Jenis + lauk pauk
Goreng-Gorengan
Tidak ada makanan
Pantangan Pasien mengalami
pantangan.
Tidak ada keluhan keluhan sulit menelan
Keluhan
terutama jika makan-
makanan seperti nasi.

4
700 ml sehari 1500 ml sehari
Air putih Air putih
b. Minum
Frekuensi
Jenis
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x sehari 3-4 hari sekali
Konsistensi Padat Lembek
Keluhan Tidak ada keluhan Pasien mengeluh nyeri
ketika BAB dan feses
2. yan dikeluarkan hanya
sedikit.
b. BAK 2-3x sehari
Frekuensi Kuning pekat
2-3x sehari
Warna Tidak ada keluhan
Kuning jernih
Keluhan Pasien mengeluh nyeri
ketika berkemih.
Istirahat dan tidur
a. Kualitas Nyenyak Pasien seringkali
terbangun saat tidur
karena merasa tidak
3.
nyaman (sesak)
Pasien tidur pada malam
hari 8 jam Pasien tidur pada
b. Kuantitas
malam hari 4-5 jam
Personal Hygiene
a. Mandi 2x sehari Di lap, 1x sehari
4. b. Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
c. Cuci Rambut 2-3 hari 1x Belum pernah
d. Potong Kuku Seminggu sekali seminggu sekali

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu badan : 36,3 C
Pernafasan : 28 x/menit
Antropometri
BB : 54 kg

5
TB : 165 cm
BB (kg ) 54 kg
BMI = 2
( TB (m ))
2 = ( 1,65 )2 = 19,85 kg / m

Keterangan: dalam batas normal


a. Pemeriksan Kulit
Inspeksi: Kulit tampak pucat terutama pada bagian lengan yang tidak bisa
digerakkan (kanan), bersih, kulit kering, tampak bengkak pada bagian
tubuh (lengan kanan-kiri) dan wajah
Palpasi: Tekstur kulit lembut, turgor kulit < 2 detik, edema (non pitting)
pada bagian tubuh (lengan kanan-kiri) dan wajah
b. Pemeriksaan Kepala
Regio Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata
Palpasi: Tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan pada area
kepala
Regio Wajah
Inspeksi: Wajah simetris, diaforesis, pemeriksaan saraf trigeminalis (
N.V): pasien reflek berkedip dengan menggunakan kasa halus,
sensasi wajah (+), mampu menggerakan rahang, mengunyah dan
menggigit. Pemeriksaan saraf fasialis ( N.VII) yaitu pasien bisa
tersenyum, mengangkat alis, mengerutkan dahi secara simetris.
Palpasi: tidak ada edema dan nyeri tekan pada area wajah
Regio Mata
Inspeksi : Mata simetris dan mampu berkedip spontan, penyebaran
bulu alis dan bulu mata merata, konjungtiva tak anemis, sklera tidak
ikterik, kornea jernih, pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan
bola mata ke semua arah, oedema orbita (-).
Regio Telinga
Posisi telinga simetris, warna telinga sama dengan kulit muka,
telinga bersih, tidak ada edema, tes bisik jarak 60 cm terdengar, tidak
ada keluhan penurunan pendengaran. Tidak ada nyeri tekan pada
area telinga.
Regio Hidung
Hidung simetris, pernapasan cuping hidung, tidak ada lesi dan
tanda-tanda inflamasi, mukosa hidung lembab, bersih, tidak ada
sekret, pasien mengeluh sesak, penciuman berfungsi normal,

6
pemeriksaan palpasi sinus tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri
tekan.

Regio mulut dan Tenggorokan


Mukosa bibir lembab, rongga mulut bersih, terdapat 2 gigi yang
bolong, tidak ada karies, lidah bersih, gerakan lidah kesemua arah
(normal), reflek menelan (+) namun klien mengeluh nyeri, tidak ada
keluhan gangguan pengecapan.
c. Pemeriksaan Leher
Leher tak simetris, terdapat oedem/ pembesaran pada kelenjar tiroid
(leher), kekuatan otot tidak dapat dikaji, pulsasi denyut karotis sulit
teraba
d. Pemeriksaan Dada
Dada simetris, posisi skapula tidak simetris, pergerakan dada saat bernapas
simetris, tidak ada benjolan dan memar pada area dada, ruang antar iga
melebar, palpasi: tactile fremitus: tidak ada, perkusi dada pekak pada
lapang paru. Bunyi napas menurun bronkial pada trakea, bronco vasiluler
pada percabangan paru dan ICS 1,2 dan vesikuler pada lapang paru yang
lainnya, terdengar bunyi egofoni, denyut jantung lup dup s1=s2 murni
reguler.
e. Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen datar, distensi abdomen (-) warna kulit merata, dan
tidak ada lesi, auskultasi bising usus 8 x/ menit, palpasi abdomen nyeri
tekan pada abdomen kuadran kiri atas, tidak teraba pembesaran limpa
(splenomegali), hati dan ginjal.
f. Pemeriksaan Genitalia dan Anus
Klien mengeluh nyeri ketika BAK, Frekuensi BAK 2-3x sehari, palpasi:
tiadak terjadi distensi kandung kemih dan tidak ada nyeri tekan
g. Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Ekstremitas kanan atas: kulit utuh, suhu kulit hangat, oedema pada
lengan (non pitting), terjadi penurunan sensasi (parastesi) dan paralisis
pada lengan kanan, tidak terdapat deformitas ataupun kontraktur sendi,
kekuatan otot ekstremitas kanan/kiri atas 0/4, CRT < 2 detik
- Ekstremitas Bawah
Warna merata, kulit utuh, suhu akral hangat, tidak ada nyeri, tidak
terdapat deformitas ataupun kontraktur sendi, kekuatan otot kiri kanan

7
5/5 tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah, pemeriksaan Homan
Signs (-), Reflek Babinski (+), reflek patella (+).
- Pemeriksaan Kekuatan Otot

0 4
5 5

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 18 November 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan

Hematologi
Hemoglobin 12,1 g/dL 13,5-17,5 g/dL Rendah
Hematokrit 39% 40-52% Rendah
Eritrosit 6,27 juta/uL 4,5-6,5 juta/uL Normal
Leukosit 14.900/mm3 4400-11300/mm3 Tinggi
Indeks Eritrosit
MCV 62,8 fL 80-100fL Rendah
MCH 19,3 pg 26-34 pg Rendah
MCHC 30,7 % 32-36 % Rendah
APTT 30,8 detik 15,1-35,1 detik Normal

Kimia Klinik
Kreatinin 0,62 0,7-1,2 Tinggi
Ureum 45 15-50 Normal
Glukosa darah 92 <140 Normal
sewaktu
Analisa Gas Darah
pH 7,506 7,34-7,44 Tinggi
PCO2 39,1 mmHg 35-45 mmHg Normal
PO2 80,1 mmHg 69-116 mmHg Normal
HCO3 31,0 mEq/L 22-26 mEq/L Tinggi
TCO2 59,2 mmol/L 22-29mmol/L Tinggi
Base Excess 7,3 mEq/L (-2)-(+3) mEq/L Basa

5. Terapi

Nama Obat Dosis Fungsi Efek samping


Heparin drip 18 unit/kgBB/jam Obat atikoangulan Pusing, sakit kepala,
24 unit/kgBB/jam (pengencer darah) perdarahan pada
Bolus heparin 40 unit/ kgBB dengan fungsi untuk gusi saat menyikat
mencegah gigi, sakit perut atau

8
pembentukan pembengkakan pada
gumpalan darah. perut, sakit
Heparin tidak bisa pungung,
menghancurkan konstipasi, sendi
penggumpalan darah, terasa sakit, nyeri
melainkan berfungsi atau kaku, darah
mencegah pada urin, mimisan.
penggumpalan tidak
membesar hingga
menyebabkan masalah
yang serius.
Dexamethason 3x1 IV Merupakan golongan Badan terasa lemah
e 4 mg obat kortikosteroid atau lemas,
yang bekerja dengan gangguan pola tidur,
mencegah pelepasan sakit kepala,
zat-zat di dalam tubuh vertigo, keringat
yang menyebabkan berlebihan, jerawat,
peradangan. kulit kering dan
(untuk mengobati menipis serta
peradangan./inflamasi) gampang memar,
perubahan suasana
hati seperti mudah
tersinggung, mudah
haus, sering buang
air kecil, nyeri
otot/sendi, sakit
perut dan perut
terasa kembung.

6. Analisis Data

No Data Fokus Etiologi Masalah


1 DO: Infeksi, neoplasma, infark Pola napas tidak
Dispneu, RR=28x/menit paru efektif
Napas cuping hidung
DS: Klien mengeluh Peningkatan permeabilitas
sesak membran kapiler

Kegagalan drainase
limfatik

Cairan pleura meningkat
(Efusi Pleura)

9

Eksudat

Akumulasi cairan >> di
rongga pleura

ekspansi paru

Sesak napas

Pola napas tidak efektif
2 DO: Nadi arteri teraba Faktor trombogenik Ketidakefektifan
lemah, edema pada ( tepaparnya subendotelial, perfusi jaringan
aktifasi koagulasi,
lengan, Hb= 12,1 g/dl, perifer
gangguan fibrinolisis),
kulit tampak pucat faktor protektif (plepasan
terutama pada bagian antitrombotik)

lengan yang tidak bisa fibrin dan sel darah
digerakkan (kanan)
DS: klien mengeluh degradasi fibrin

lengannya terjadi D-dimer
penurunan sensasi
Statis

Terdapatnya oedema di
area distal (menumpuknya
darah di area distal)

Penurunan aliran darah
vena, tersumbatnya aliran
balik vena

P jaringan interstitial >
P perfusi kapiler
Kulit pallor/pucat

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

7. Daftar Diagnosa Keperawatan

10
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya cairan di intrapleura
atau rongga pleura ditandai dengan dispneu, RR 28xmenit, pernapasan cuping
hidung.
b. Ketidakefektidan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan
aliran vena ditandai dengan klien terjadi penurunan sensai, edema, nadi lemah
dan kulit tampak pucat terutama pada bagian lengan yang tidak bisa
digerakkan (kanan)

11
8. Rencana Tindakan Keperawatan
c.
d. Nama Pasien : Tn. M Ruangan : Fresia Lt. 2
e. No . Medrek : 0001575124 Nama Mahasiswa : Ratu Irbath K.N.
f.

g. h. DIAGNOSA i. PERENCANAAN KEPERAWATAN


l. TUJUAN m. INTERVENSI DAN RASIONAL
N KEPERAWATAN
O
n. o. Pola napas tidak q. NOC: Posisikan pasien untuk memaksimalkan pengembangan paru dan
Respiratory Status:
1 efektif mengurangi dispneu. Atur posisi semi powler dan head up 30o
berhubungan Ventilation w. Rasional :
Respiratory status: x. Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
dengan adanya
airway upayapernapasan
cairan di Vital sign status Terapi pemberian oksigen sesuai kebutuhan
intrapleura atau r. Setelah dilakukan y. Rasional : Meringankan kerja paru untuk memenuhi
rongga pleura asuhan selama 2x24 jam kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam
ditandai dengan pasien menunjukkan tubuh.
dispneu, RR keefektifan pola napas Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, RR, suhu, warna
28xmenit, dengan kriteria hasil: dan kelebaban kulit
s. Mendemonstraskan Monitor tekanan darah, nadi, suhu, RR tiap 6 jam
pernapasan cuping
peningkatan ventilasi dan Monitor frekuensi dan irama pernapasan
hidung.
Monitor pola pernapasan abnormal
oksigenasi yang adekuat

12
p. t. Tanda-tanda vital Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
dalam rentang normal Monitor sianosis perifer.
u. Tidak z. Rasional: Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan
menggunakan otot membantu dalam menetukan intervensi yang akan diberikan.
aksesoris untuk bernapas Distress pernapasan dan perubahan pada tanda-tanda vital dapat
v.
terjadi sebagai akibat stres fisiologis dan nyeri atau dapat
menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.
Monitor suara napas tambahan
aa. Rasional: Suara napas tambahan dapat menjadi indikator
gangguan kepatenan jalan napas yang tentunya akan berpengaruh
terhadap kecukupan pertukaran udara
Monitor hasi l laboratorium, AGD dan elektrolit.
ab. Rasional:
ac. Pemeriksaan hasil labolatorium dapat memberikan gambaran
intervensi yang paling efektif untuk diberikan. Kadar PaO2 yang
rendah dan PaCO2 yang tinggi menunjukkan perburukan
pernapasan.
Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicula atau intercontal
ad. Rasional: Menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi
yang terjadi dan menetukan intervensi yang akan diberikan

13
Ajarkan kepada pasien teknik napas dalam dan relaksasi
ae. Rasional: Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan
kemampuan aktifitas individu.
Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi O2 (misalnya:
pegendalian demam dan nyeri, mengurangi ansietas).
af. Rasional: Demam tinggi dapat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen.
ag. ah. Ketidakefektidan aj. NOC: Anjurkan tirah baring
Circulation status ap. Rasional: Meminimalkan kemungkinan perubahan posisi
2 perfusi jaringan
Tissue prefusion trombus dan menciptakan emboli
perifer Vital sign status Kolaborasi dalam pemberian antikoagulan menggunakan heparin
berhubungan ak. Setelah dilakukan aq. Rasional : Heparin dapat mencegah trombus dan mencegah
dengan gangguan asuhan selama 3x24 jam pembekuan selanjutnya.
aliran vena ketidakefektifan perfusi Anjurkan napas dalam
ar. Rasional : menghasilkan penekanan yang negatif pada toraks
ditandai dengan jaringan teratasi dengan
yang membantu pengosongan vena yang besar
klien terjadi kriteria hasil: Berikan kompres hangat lembab pada ekstremitas yang
al. Status perfusi
penurunan sensai, sakit/terkena
jaringan perifer :
edema, nadi lemah am. as. Rasional: Meningkatkan sirkulasi ke area ekstremitas,
Nadi perifer dapat
dan kulit tampak teraba meningkatkan vasodilatasi aliran balik vena dan resolusi edema.
Pantau pemeriksaan labroatorium masa protrombin, masa
pucat terutama an. Pengisian kapiler
trombplastin/ Hb/Ht/ AST (SGOT)
pada bagian adekuat at. Rasional : Memantau efektifitas antikoagulan,
ao. Penurunan edema

14
lengan yang tidak hemokonsentrasi dan dehidrasi dapat menimbulkan pembekuan.
bisa digerakkan Peningkatan kadar AST dapat menandakan emboli.
Anjurkan untuk meninggikan area yang terkena (lengan) lebih
(kanan)
ai. tinggi dari ketinggian jantung untuk meningkatkan drainase vena.
au. Rasional: meningkatkan aliran balik vena.

15
Catatan Tindakan Keperawatan
av. Nama Pasien : Tn. M Ruangan : Fresia Lt. 2
aw. No . Medrek : 0001575124 Nama Mahasiswa : Ratu Irbath
K.N.

ax. ay. Tg az. Implementasi ba. Respon bb.


No l/jam Paraf
Dx
bc. bd. 20 Melakukan pemeriksaan TTV : 130/80 bj.
1 Novembe bg. RR : 21 x/menit
tanda-tanda vital
r 2016 dengan nasal canule
Memperhatikan gerakan bh. Nadi : 96 x/meni
dada, kesimetrisan, penggunaan bi. Suhu: 36,3 0C
Tidak ada pengunan
otot asesoris, retraksi otot
otot asesoris atau
subclavikular atau intercostal.
retraksi otot
Menganjurkan pasien
subclavikular atau
posisi semi fowler untuk
intercontal.
mengurangi dispneu Posisi klien semi
Lanjutkan Pemberian powler, keluhan sesak
Oksigen berkurang
Memberikan obat sesuai Pemberian oksigen
jadwal 3 lpm
Memberikan obat
Anjurkan napas dalam
dexamethason 4 mg iv
be.
Klien mampu
bf.
melakukan teknik
napas dalam yang
diajarkan.
bk.

16
bl. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

bm. Nama Pasien : Tn. M Ruangan : Fresia Lt. 2


bn. No . Medrek : 0001575124 Nama Mahasiswa : Ratu Irbath
K.N.
bo.
bp. N bq. Tanggal/ br. SOAP bs. Paraf
o. Dx jam
bt. 1 bu. 20 bv. S: Klien mengungkapkan bz.
November 2016 keluhan sesak sudah
berkurang.
bw. O: RR 21x/menit, tidak
ada otot bantu napas
bx.A: Masalah teratasi sebagian
by. P: Lanjutkan intervensi
Pemberian oksigen
Atur posisi semi powler
Monitor tanda-tanda vital
Monitor suara napas,
irama, dan kedalaman
pernapasan
Monitor AGD
ca. 2 cb. 20 cc. S : Klien mengeluh cf.
November 2016 tangannya masih bengkak,
tidak berkurang.
cd. O:Lengan bengkak, nadi
teraba lemah.
ce. A:Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi dalam pemberian
antikoagulan menggunakan
heparin
Berikan kompres hangat
lembab pada ekstremitas

17
yang sakit/terkena
Pantau pemeriksaan
labroatorium masa
protrombin, masa
trombplastin/ Hb/Ht/ AST
(SGOT)
Anjurkan untuk
meninggikan area yang
terkena (lengan) lebih tinggi
dari ketinggian jantung
untuk meningkatkan
drainase vena.
cg.

18
ch. DAFTAR PUSTAKA

ci.

cj. Brunner & Suddarths (2010). Textbook of Medical-Surgical Nursing.


Twelfth Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

ck. Johnson, M., et all. (2012). Nursing Outcomes Classification


(NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

cl. Mc Closkey, C.J., et all. (2012). Nursing Interventions Classification


(NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

cm. NANDA. (2015-2017). Nursing Diagnoses definition and classification.


Tenth edition. Willey Blackwell

cn. Price, A. Sylvia. (2006) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

co. Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar medikal bedah Brunner


Suddarth/Brunner Suddarths Texbook of Medical-surgical. Alih
Bahasa:Agung Waluyo.(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC.

cp.

19

You might also like