Professional Documents
Culture Documents
Erwin Pradian
Bagian Anestesiologi dan Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Perjan RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Abstract
Recently, attention has shifted to a quantitative
physicochemical approach to acid-base physiology. Many of the
generally accepted concepts of hydrogen ion behaviour are
viewed differentl. This analysis introduced by Peter Stewart in
1978 provides a chemical insight into the complex chemical
equilibrium system known as acid-base balance. The difference
is that the Stewart approach emphasizes mathematically
independent and dependent variables. By this definition,
bicarbonate and hydrogen ions are dependent variables and thus
represent the effect rather than the cause of acid-base
derangements.
Neither bicarbonate nor pH can be regulated directly;
rather, they are controlled by the independent variables. In blood
plasma there are three independent variables: pCO2, total weak
acids, and the strong ion difference. The strong ion difference is
the difference between completely dissociated cations (e.g., Na +)
and completely dissociated anions (e.g., Cl-).
The impact of the Stewart analysis has been slow in
coming but there has been a recent resurgence in interest,
particularly as this approach provides explanations for several
areas which are otherwise difficult to understand (eg dilutional
acidosis, acid-base disorders related to changes in plasma
albumin concentration).
1
2
Pendahuluan
Pada saat ini, perhatian terhadap fisiologi asam basa mulai
beralih ke pendekatan fisiko-kimia kuantitatif (quantitative
physicochemical approach), yang dikemukakan oleh Stewart
pertama kali pada tahun 1978. Konsep pendekatan asam basa
sebelumnya, sangatlah berbeda dengan konsep Stewart
terutama dalam menilai sifat ion hidrogen dan bikarbonat.
Menurut teori asam basa Stewart, ion hidrogen dan bikarbonat
merupakan variabel dependen yang nilainya bergantung dari
variabel independen yang lain.(1)
Seperti diketahui kebanyakan mahluk hidup di muka bumi
ini memelihara pH plasma dalam batas toleransi yang amat
ketat. Fungsi sel akan berlangsung optimal jika pH lingkungan
sedikit alkalis, yaitu 7.40 atau konsentrasi ion hidrogen sebesar
36-43 nmol/L. Alasan mengapa ion hidrogen ini diatur secara
ketat oleh tubuh oleh karena banyak reaksi biokimia di dalam
tubuh seperti interaksi antara hormon dan obat dengan plasma
protein dan reseptor di membran sel sangat dipengaruhi oleh
perubahan konsentrasi ion hidrogen. Selain itu, perubahan
konsentrasi ion hidrogen di dalam sel sangat mempengaruhi
performance sel dengan mempengaruhi muatan protein dan
struktur serta fungsi enzim. Oleh sebab itu, untuk memahami
bagaimana tubuh mengatur konsentrasi ion hidrogen, kita harus
memahami bagaimana pengaruh perubahan faktor fisiko-kimia
dalam tubuh terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen.
BIOKIMIA LARUTAN CAIR
Pada umumnya, semua larutan pada tubuh manusia
mengandung air, dan air ini merupakan sumber dari ion hidrogen
yang tiada habisnya. Pada larutan ini, konsentrasi ion hidrogen
dipengaruhi oleh disosiasi air menjadi H + dan OH-. Dengan kata
4
HA <=> H+ + A-
Hukum kekekalan massa (the conservation of mass) berarti
jumlah total dari [ATot] di dalam sistim harus selalu konstan.Tidak
ada satu reaksipun di dalam yang dapat memproduksi atau
mengkonsumsi A. Konservasi dari A sbb:
[Atot] = [HA] + [A]
Di dalam plasma, asam lemah non-volatile yang utama adalah:
1. Protein {[Pr Tot ] = [Pr-] + [HPr]}
2. Fosfat {[ Pi ] = [PO4 3] + [HPO42 -] + [H2PO4-] + [H3PO4]}
Tot
pertama;
adanya kelebihan atau kekurangan air dalam plasma,
dimana baik kation maupun anion kuat kedua-duanya
terdilusi atau terkonsentrasi dalam perbandingan
nilai yang sama (dilutional acidosis and
concentrational alkalosis),
kedua;
perubahan konsentrasi ion klorida, dan
ketiga;
adanya perubahan pada konsentrasi anion kuat lain.
(15)
PATOFISIOLOGI
Karbondioksida merupakan sisa/produk metabolisme sel.
Dari sel CO2 akan ditransport melalui plasma dan sel darah
merah menuju paru untuk dieliminasi. Sebanyak 7% CO2 larut
dalam plasma dan sisanya 93% berikatan dengan sel darah
merah. Didalam sel darah merah 23% CO 2 akan berikatan
dengan hemoglobin (carbaminohemoglobin) dan sisanya 71%
akan dikonversi /bereaksi dengan H2O menjadi H2CO3 yang
kemudian secara cepat berubah menjadi HCO 3- dan H+.16
Selanjutnya HCO3- akan melakukan pertukaran dengan Cl- dalam
plasma yang disebut chloride shift. Sampai di paru CO2 baik dari
sel darah merah maupun yang terlarut dalam plasma akan
dilepas.(9-13)
Kecepatan produksi CO2 adalah 220 ml/menit, setara
dengan 15.000 mmol asam karbonat perhari sedangkan produksi
asam-asam non respirasi yang diatur oleh ginjal dan usus hanya
500 mmol/hari. Ventilasi paru diatur oleh pusat respirasi
berdasarkan respon terhadap perubahan dari PaCO 2, pH dan
PaO2, atau keadaan exercise, kecemasan dll. Normal PaCO 2
adalah 40 mmHg, merupakan matching yang baik antara
ventilasi dengan produksi CO2. Jadi perubahan pada PaCO2
merupakan mekanisme kompensasi sebagai respon dari pH arteri
dalam bentuk asidosis atau alkalosis.
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Ketika rasio antara eliminasi dan produksi dari CO2 tidak
adekuat maka CO2 akan meningkat. Selanjutnya [H+] dan [HCO3-]
juga akan meningkat mengikuti persamaan keseimbangan asam
karbonat. Perubahan pada [HCO3-] ini bukan merupakan adaptasi
sistemik namun sepenuhnya merupakan keseimbangan kimia.
11
Dan perlu diingat juga bahwa peningkatan {HCO 3-] ini tidak akan
menetralisir (buffer) [H+].10
Asidosis jaringan selalu terjadi pada asidosis respiratori
sebab CO2 dibuat di jaringan. Jika hiperkapni menetap maka
terjadilah kompensasi dimana SID akan meningkat untuk
mengkompensasi peningkatan [H+]. Caranya dengan membuang
klorida dari plasma.10
Karena masuknya klorida ke dalam sel darah merah akan
menyebabkan asidosis intrasel, maka klorida dibuang dari
plasma agar SID tetap terjaga. Mekanisme ini dilakukan oleh
ginjal, oleh sebab itu pada pasien hiperkapni dengan gangguan
fungsi ginjal, klorida tidak dapat dibuang sehingga asidosis tetap
terjadi. Namun jika fungsi ginjal baik, dalam beberapa hari SID
akan meningkat untuk mencapai pH normal. 1 Peningkatan HCO3-
pada peningkatan PCO2 merupakan dampak (effect) dari
penurunan SID untuk mencapai pH normal, bukan sebagai
penyebab (cause) peningkatan pH.10
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Respiratori alkalosis merupakan gangguan asam basa yang
paling sering ditemukan. Penyebabnya misalnya berada pada
ketinggian tertentu, nyeri, kehamilan atau keadaan patologis
10
seperti; intoksikasi salisilat, sepsis awal, gagal hati, dll.
Hipokapni merupakan indikator prognosis buruk pada
pasien-pasien sakit kritis. Jika hipokani persisten maka SID akan
menurun sebagai hasil reabsorpsi oleh ginjal. Alkalemia berat
karena alkalosis respiratori jarang ditemukan karena pada
umumnya penyebab cepat dikenali.10
B. METABOLIK
12
PATOFISIOLOGI
Gangguan terhadap keseimbangan asam basa terjadi
melalui 3 mekanisme.; (1) adanya disfungsi regulasi dari organ
utama, (2) pemberian obat atau cairan yang mengganggu
kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan, atau
(3) gangguan metabolisme. Organ-organ yang berperan dalam
regulasi SID terutama adalah ginjal dan sebagian kecil oleh
saluran cerna.10,14,15
Dalam menyelesaikan beberapa gangguan metabolik yang
terjadi dalam praktek sehari-hari perlu dipahami dahulu
mekanismenya. Jonathan Waters membuat ilustrasi yang mudah
dipahami. Seperti diketahui bahwa gangguan asam basa
metabolik dapat disebabkan oleh perubahan pada:10,14,15,17
I. SID, atau
II. Asam lemah
140 mEq/l dan Cl- 110 mEq/l diuapkan sampai tinggal liter.
Hasilnya adalah pemekatan dimana konsentrasi Na + akan
menjadi 280 mEq/l dan Cl- menjadi 220 mEq/l. SID saat ini 60
alkalosis.14
Terapinya adalah pemberian air dalam bentuk larutan
hipotonik yaitu NaCl 0.45% yang mengandung Na + dan Cl-
masing-masing 77 mEq/l. Hasilnya adalah larutan saat ini
mengandung Na+ 145 mEq/l dan Cl- 125 mEq/l dengan SID 20.
Jadi dengan memberikan larutan 0.45% SID akan turun dari 60
mEq menjadi 20 mEq, asidosis.7 Namun karena turunnya SID
terlalu jauh (menjadi asidosis) maka disebut juga alkalosis
dengan over koreksi.14
2. Perubahan konsentrasi ion klorida
HIPOKLOREMIA
Pergeseran klorida terjadi dalam hubungannya dengan
gangguan pada traktus gastrointestinal. Selama ini dikenal
bahwa asam yang terjadi pada lambung diakibatkan sekresi H +
ke dalam lambung. Seharusnya yang disekresi ke dalam lambung
adalah ion klorida, menyebabkan SID dalam cairan lambung
menjadi kecil/turun sehingga pH cairan lambung turun
10,17
asidosis. Sekresi Cl tersebut akan menyebabkan SID di
plasma (plasma site) akan meningkat alkalosis, sehingga
penyedotan asam lambung per nasogastrik tube atau muntah
akan menyebabkan alkalosis. Mekanismenya yaitu, klorida dari
cairan lambung sewaktu sampai di duodenum seharusnya
diabsorpsi lagi, agar pH plasma kembali normal. 10,15,17
Selanjutnya sampai diusus besar maka seharusnya kation (Na +)
diabsorpsi kembali agar pH plasma normal. 1 Namun jika terjadi
diare atau gangguan absorpsi di kolon maka terjadi asidosis
karena kation banyak keluar tanpa klorida sehingga SID dalam
17
mEq/l 150
+ HCO3-
Na SIDe
K+ Alb-
ATot
Mg++ Pi-
100
Ca++ UA-
H+
Unmeasured Anions:
Lactate
Sulfat
Cl- Keto acids
Metanol
50 Salisylate
Kation Anion
KESIMPULAN
Pendekatan Stewart ini perlahan-lahan mulai diaplikasikan
di beberapa journal penelitian tentang keseimbangan asam
basa tubuh.
Pendekatan ini memberi suatu pandangan baru ke dalam
proses kimia yang menentukan pH cairan tubuh.
Perbedaan yang jelas terlihat antara H-H dengan Stewart
ini adalah jika pada pendekatan H-H perhatian tertuju pada
ion bikarbonat, maka pada pendekatan Stewart ion klorida
merupakan anion terpenting sebagai faktor kausatif.
22
Daftar Pustaka
13. Kellum JA, Kramer DJ, Pinsky MR: Strong ion gap: A
methodology for exploring unexplained anions. J Crit
Care 1995,10:51--55.
14. Waters J. Using Stewart for Clinical Gain. 2001,
Available on: http://www.anaesthetist.com/icu/elec/ionz
15. Fencl V, Jabor A, Kazda A, Figge J. Diagnosis of
metabolic acid-base disturbances in critically ill
patients. Am J Respir Crit Care Med 2000
Dec;162(6):2246-51
16. Morfei J. Stewarts Strong Ions Difference
Approach to Acid-Base Analysis. Respir Care
1999;44(1):45-52.
17. Magder S. Pathophysiology of metabolic acid-
base disturbances in patients with critical illness.In:
Critical Care Nephrology. Kluwer Academic Publishers,
Dordrecht, The Netherlands, 1998. pp 279-296.Ronco C,
Bellomo R (eds).
18. Scheingraber S, Rehm M, Sehmisch C, Finsterer U:
Rapid saline infusion produces hyperchloremic
acidosis in patients undergoing gynecologic surgery.
Anesthesiology 1999, 90:1265--1270.
19. Morgan TJ, Hall JA: Hyperlactaemia without
acidosis-an investigation using an in vitro model.
Critical Care and Resuscitation 1999; 1:354-359.
20. Mustafa I, Laverve M. Metabolic and
Haemodynamic Effects of Hypertonic Solution:
Sodium Lactate Versus Sodium Chloride Infusion In
Postoperative Patients. Shock 2002,18:306310
25