Professional Documents
Culture Documents
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Perdarahan Tali Pusat
A. Definisi
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma
pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentuka
trombus normal. Selain itu pendarahan pada tali pusat juga bisa sebagai penunjuk
adanya penyakit pada bayi. (wafi nur muslihatun,2010 hal:195)
B. Etiologi
Pendarahan tali pusat dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini
1. Robekan umbilikus normal
Biasanya terjadi karena partus precipitates, adanya trauma atau lilitan tali
pusat, umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang
berlebihan pada saat persalinan, kelalaian penolong persalinan yang dapat
menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau plasenta suaktu sectio
secarea(wafi nur muslihatun,2010 hal:195)
2. Robekan umbilikus abnornal
Biasanya terjadi karena adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian
hematoma tersebut pecah, namun pendarahan yang terjadi masuk kembali
kedalam plasenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan dapat menimbulkan
kematian pada bayi. (wafi nur muslihatun,2010 hal:195)
3. Robekan pembuluh darah abnormal
Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma,
hendaknya di pikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi pembuluh darah
seperti ; pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis
dan tidak adanya perlindungan jely wharton.
(wafi nur muslihatun,2010 hal:196)
4. Pendarahan akibat plasenta previa dan abrotio plasenta
Plasenta previa cenderung mengakibatkan anemia, sedangkan pada abrotio
plasenta lebih sering mengakibatkan intra uteri karena dapat terjadi anoreksia.
Pengamatan pada plasenta dengan teliti untuk menentukan adanya pendarahan
pada BBL, pada BBL dengan kelainan plasenta atau dengan sectio secarea
apabila diperlukan dapat dilakukan dengan pemeriksaan hemaglobin secara
berkala (wafi nur muslihatun,2010 hal:196)
E. Implementasi
1. Selalu mencuci tangan ketika akan kontak dengan bayi
2. Pastikan bayi berada di ruangan yang aman dan nyaman
3. Bayi cukup di seka dengan air hangat
4. Jaga agar tali pusat kering setiap saat. Kenakan popok dibawah tali pusat
5. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin
6. Bersihkan area disekitar tali pusat.
7. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemu pangkal tali pusat dan
tubuh.
8. Mengobservasi Suhu, Nadi, Respirasi, untuk mengetahui status fisik bayi
9. Perhatikan tanda-tanda infeksi, bila ditemukan segera rujuk
10. Pastikan ASI cukup dengan memantau status nutrisi pada ibu, ASI akan membantu
mempercepat proses penyembuhan infeksi.
B. Etiologi
Menemukan etiologi dari kejang neonatus sangatlah penting. Hal ini berguna untuk
melakukan penanganan secara spesifik dan juga untuk mengetahui prognosis.
Berdasarkan literatur, didapatkan beberapa etiologi dari kejang neonatus yaitu:
a. Asfiksia
b. Trauma dan Perdarahan Intrakranial
c. Infeksi
d. Gangguan Metabolik
Berbagai keadaan gangguan metabolik yang berhubungan dengan kejang pada
neonatus adalah:
Hipoglikemia
Hipokalsemia
e. Gangguan Elektrolit
C. Patofisiologi Kejang
Konsep epileptogenesis pada otak imatur sangat kompleks dan cepat berkembang.
Terdapat faktor khusus dalam perkembangan otak yang membuat otak imatur lebih
sensitif dalam menghasilkan kejang. Faktor tersebut meliputi karakteristik dari
neuron, neurotransmitter, sinaps, reseptor, mielinisasi, glia, dan sirkuit neuron seluler
maupun regional. Kejang timbul akibat timbulnya muatan listrik (depolarisasi)
berlebihan pada susunan saraf pusat sehingga terbentul gelombang listrik yang
berlebihan. Neuron dalam sistem saraf pusat mengalami depolarisasi sebagai hasil
dari perpindahan natrium ke arah dalam, sedangkan repolarisasi terjadi akibat
keluarnya kalium. Untuk mempertahankan potensial membran memerlukan energi
yang berasal dari ATP dan bergantung pada mekanisme pompa yaitu keluarnya
natrium dan masuknya kalium.
D. Faktor yang Berhubungan
A. Faktor ibu
1. Status paritas ibu
Penelitian yang dilakukan Glass, dkk (2009) menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan risiko kejang neonatus pada bayi yang lahir dari ibu primipara
dibandingkan bayi yang lahir dari ibu multipara.
2. Infeksi intrauterin
Pada bayi baru lahir infeksi dapat terjadi di dalam rahim, selama persalinan, atau
segera sesudah lahir. Infeksi dalam rahim terjadi karena infeksi primer dari ibu seperti
toxoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, dan herpes. Selama persalinan atau segera
sesudah lahir, bayi dapat terinfeksi oleh virus herpes simpleks, virus Coxsackie, E.
Colli, dan Streptococcus B yang dapat menyebabkan ensefalitis dan meningitis.
3. Cara persalinan
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Minchom dkk mennyatakan bahwa
terdapat hubungan antara sectio cesarean dengan terjadinya kejang pada neonatus.24
Hal ini ditunjang oleh literatur yang menyatakan bahwa cara persalinan dengan sectio
caesarean dapat meningkatkan risiko terjadinya trauma kepala dan perdarahan
intrakranial yang dapat berakibat terjadinya kejang pada neonatus.
B. Faktor bayi
1. Tindakan resusitasi
Setelah dilakukannya penjepitan tali pusat yang menghentikan penyaluran oksigen
dari plasenta, bayi akan beradaptasi untuk bernafas spontan. Bila bayi depresi dan
tidak mampu memulai nafas spontan yang memadai, bayi akan dengan segera
mengalami hipoksia berat yang akan berjalan progresif menjadi asfiksia..
2. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan dimana janin tidak memperoleh pasokan oksigen yang
cukup. Ciri-ciri yang timbul pada janin dengan kegawatan adalah frekuensi denyut
jantung janin kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit,
berkurangnya gerakan dari janin, dan air ketuban yang bercampur mekonium dan
berwarna kehijauan. Janin yang mengalami kegawatan karena berkurangnya pasokan
oksigen dapat terkena asfiksia intrauterine
3. Masa gestasi
Bayi yang dilahirkan secara prematur belum memiliki organ-organ yang tumbuh dan
berkembang secara lengkap dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan cukup bulan.
E. Intervensi
1. Menjaga jalan nafas tetap bebas
2. Mengatasi kejang secepat mungkin
3. Mengobati penyebab kejang
4. Cari faktor penyebab
F. Implementasi
1. Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan, suhu
dipertahankan 36,5-37C
2. Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut,
hidung, dan nasofaring.
3. Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat Bag to Mouth
Face Mask oksigen 2 liter/menit
4. Infus
5. Obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5 mg/kg/supp/im setiap 2 menit
sampai kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv
6. Nilai kondisi bayi tiap 15 menit
7. Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan
60ml/kgBB/hr
8. Beberapa faktor penyebab
o Apakah mungkin bayi dilahirkan dari ibu DM
o Apakah mungkin bayi prematur
o Apakah mungkin bayi mengalami asfiksia
o Apakah mungkin ibu bayi emnghisap narkotika
INTERVENSI
a. Resiko Cidera pada kejang
Tujuan : Mencegah terjadinya cidera.
Intervensi :
1. Berikan penkesh
2. Kaji ketidakmampuan pasien
3. Beri motivasi dan dukungan
4. Jelaskan penyakit dengan sederhana
d. Resti terjadinya kejang b.d suhu tubuh terus meningkat.
Tujuan : Menghindari terjadinya kejang dan suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi :
DAFTAR PERTANYAAN