You are on page 1of 10

TATALAKSANA ASMA STABIL

A. Definisi
Asma adalah penyakit heterogen yang ditandai dengan inflamasi
kronik saluran nafas. Asma didefinisikan sebagai riwayat pernafasan; mengi,
sesak nafas, dada terasa berat dan batuk yang bervariasi dari waktu kewaktu
dan intensitasnya, keterbasatasan variabel aliran udara ekspiratorik

B. Fenotip Asma
Asthma adalah penyakit heterogen, dengan proses penyakit yang
mendasari yang berbeda. cluster dikenali dari karakteristik demografi, klinis
dan / atau patofisiologi sering disebut 'phenotypes'.6-8 asma Pada pasien
dengan asma lebih parah, beberapa perawatan fenotipe-dipandu tersedia.
Namun, sampai saat ini, tidak ada hubungan yang kuat telah ditemukan antara
fitur khusus patologis dan pola klinis tertentu atau pengobatan responses.9
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami utilitas klinis klasifikasi
fenotipik pada asma.
Banyak fenotipe telah identified.6-8 Beberapa yang paling umum
termasuk:
1. Asma alergi: ini adalah fenotipe asma yang paling mudah dikenali, yang
sering dimulai pada masa kanak-kanak dan berhubungan dengan sejarah
masa lalu dan / atau keluarga dari penyakit alergi seperti eksim, rhinitis
alergi, atau makanan atau alergi obat. Pemeriksaan sputum pasien
sebelum pengobatan sering mengungkapkan peradangan eosinophilic
saluran napas. Pasien dengan fenotipe asma ini biasanya merespon
dengan baik untuk dihirup kortikosteroid (ICS) pengobatan.
2. Asma Non-alergi: beberapa orang dewasa memiliki asma yang tidak
terkait dengan alergi. Profil seluler dari sputum pasien ini mungkin
neutrophilic, eosinophilic atau hanya mengandung sel-sel inflamasi
beberapa (paucigranulocytic). Penderita asma non-alergi seringkali
kurang menanggapi ICS.
3. Akhir-onset asma: beberapa orang dewasa, terutama perempuan, hadir
dengan asma untuk pertama kalinya dalam kehidupan dewasa. Pasien-
pasien ini cenderung non-alergi, dan seringkali memerlukan dosis yang
lebih tinggi dari ICS atau relatif refrakter terhadap pengobatan
kortikosteroid.
4. Asma dengan keterbatasan aliran udara tetap: beberapa pasien dengan
asma lama mengembangkan keterbatasan aliran udara tetap yang diduga
disebabkan oleh saluran napas dinding renovasi.
5. Asma dengan obesitas: beberapa pasien obesitas dengan asma memiliki
gejala pernafasan menonjol dan sedikit peradangan saluran napas
eosinofilik.

C. Diagnosis
Membuat diagnosis asma, 10 seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
1 didasarkan pada identifikasi kedua pola karakteristik dari gejala pernapasan
seperti mengi, sesak napas (dyspnea), sesak dada atau batuk, dan keterbatasan
aliran udara ekspirasi variabel. Pola gejala penting, sebagai gejala pernapasan
mungkin karena kondisi akut atau kronis selain asma. Jika memungkinkan,
bukti yang mendukung diagnosis asma (Box 1-2, p5) harus didokumentasikan
ketika pasien pertama hadiah, sebagai fitur yang merupakan ciri khas dari
asma dapat meningkatkan secara spontan atau dengan pengobatan; sebagai
hasilnya, sering lebih sulit untuk mengkonfirmasi diagnosis asma setelah
pasien telah memulai pengobatan kontroler. Pola gejala pernapasan yang
merupakan ciri khas dari asma Fitur berikut khas asma dan, jika ada,
meningkatkan kemungkinan bahwa pasien memiliki asma:
Lebih dari satu gejala (mengi, sesak napas, batuk, sesak dada), terutama
pada orang dewasa
Gejala sering lebih buruk pada malam hari atau di pagi hari
Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitas
Gejala yang dipicu oleh infeksi virus (pilek), olahraga, paparan alergen,
perubahan cuaca, tertawa, atau iritasi seperti asap knalpot mobil, asap
atau bau yang kuat.
Fitur berikut mengurangi kemungkinan bahwa gejala pernapasan yang
disebabkan asma:
Terisolasi batuk tanpa gejala pernapasan lainnya (lihat hal.21)
Produksi kronis dahak
Sesak napas berhubungan dengan pusing, pusing atau kesemutan perifer
(paresthesia)
Sakit dada
dyspnea Latihan-diinduksi dengan inspirasi bising.

Gambar 1 Bagan diagnostik berdasarkan latihan klinis asma

Studi epidemiologik menunjukkan bahwa asma sering underdiagnosis dibanyak


negara. Berikut ini riwayat penyakit atau keluhan yang bisa dicurigai sebagai
asma:
Bersifat episodik, sering reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul atau memburuk terutama pada malam dan atau dinihari
Biasanya diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Memberikan respons terhadap pengobatan bronkodilator (pelonggar
napas)
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit:
Riwayat keluarga dengan keluhan atopi
Riwayat alergi atau atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan
Apabila didapatkan keluhan di atas, maka perlu diteruskan dengan pemeriksaan
fisik, pemeriksaan faal paru dan bila perlu ditambah pemeriksaan lain untuk
menegakkan diagnosis asma.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma bertujuan mendapatkan kondisi asma yang terkontrol yaitu
keadaan optimal yang menyerupai orang sehat sehingga penderita dapat
melakukan aktivitas harian seperti orang normal dan ini berarti meningkatkan
kualitas hidup penderita. Keberhasilan penatalaksanaan asma ditentukan oleh
berbagai faktor. Tiga faktor terpenting adalah faktor tenaga kesehatan, faktor
penderita dan faktor obat-obatan. Tenaga kesehatan berperan dalam memastikan
penyakit asma, menentukan obat yang sesuai dengan beratnya penyakit dan
melakukan edukasi tentang asma kepada pasien dan keluarganya.

Empat komponen tatalaksana asma:


1. Bangun hubungan tenaga kesehatan dengan pasien
Agar tatalaksana asma bisa efektif perlu dikembangkan kerjasama antara
pasien dengan tim petugas kesehatan yang mengobatinya. Dengan bantuan tim
pasien bisa belajar untuk:
Menghindari faktor risiko
Menggunakan obat secara tepat
Mengetahui perbedaan antara obat pengontrol dan pelega
Memonitor status asmanya berdasarkan gejala dan, jika mungkin, dengan PFR
Mengenal tanda bahwa asmanya sedang memburuk dan perlu tindakan
Mencari bantuan medis pada saat yang tepat
Edukasi, dengan berbagai metode, merupakan bagian integral seluruh interaksi
antara pasien dengan petugas kesehatan
2. Temukan dan hindari pajanan terhadap faktor risiko
Untuk meningkatkankontrol asma dan mengurangi kebutuhan obat pasien
sebaiknya mengambil langkah untuk mengenali dan menghindari faktor risiko
yang akan memunculkan gejala asma. Perlu disadari, banyak pasien asma
memberikan reaksi terhadap berbagai faktor dan ada di mana-mana sehingga
tidak mungkin menghindari faktor-faktor tersebut secara lengkap. Jadi
pengobatan untuk mempertahankan kontrol asma menjadi penting.
Aktiivitas fisik sering menimbulkan gejala asma namun pasien tidak
mungkin menghindari exercise. Gejala dapat dicegah dengan inhalasi beta-2
agonis kerja cepat sebelum exercise berat. Pasien asma derajad sedang sampai
berat sebaiknya dianjurkan vaksinasi influenza setiap tahun.
3. Nilai, obati dan monitor asma
Setiap pasien asma sebaiknya dinilai untuk menentukan regimen
pengobatan sekarang, ketaatan terhadap pengobatan sekarang dan tingkat
kontrol asmanya (terkontrol, terkontrol sebagian atau tidak terkontrol).
Pemantauan terusmenerus perlu dilakukan untuk mempertahankan kontrol
asma dan menentukan step paling rendah dan dosis pengobatan untuk
meminimalkan biaya dan memaksimalkan keamanan. Umumnya pasien
dianjurkan kontrol kembali 1 sampai 3 bulan setelah kunjungan pertama dan
selanjutnya setiap 3 bulan. Setelah terjadi eksaserbasi, follow up sebaiknya
dalam 2 minggu sampai 1 bulan.
4. Atasi eksaserbasi
Eksaserbasi asma (serangan asma) adalah episode peningkatan progresif
pada kesulitan bernapas, batuk, mengi, atau dada terasa berat atau kombinasi
gejala tersebut. Jangan

Penatalaksanaan asma stabil


Penatalaksanaan asma meliputi edukasi pasien, nilai dan pantau beratnya
asma, hindari faktor pencetus serangan asma, penatalaksanaan asma jangka
panjang dan perencanaan untuk menghadapi eksaserbasi bila muncul. Pada
makalah kali ini akan dibahas tentang penatalaksanaan asma jangka panjang.

Penatalaksanaan di rumah
Kemampuan penderita untuk mendeteksi dini perburukan asmanya
merupakan faktor penting penanganan serangan akut. Bila penderita mampu
mengobati dirinya saat serangan di rumah, maka keterlambatan pengobatan bisa
dihindari dan kemampuan mengontrol asma akan menjadi lebih baik. Idealnya
seorang penyandang asma mampu:
Mengenal perburukan asma
Memodifikasi atau menambah pengobatan
Menilai beratnya serangan
Mendapatkan bantuan medis
Pada serangan asma ringan diberikan obat inhalasi agonis beta-2 kerja
singkat berbentuk IDT (inhalasi dosis terukur), namun lebih dianjurkan dengan
spacer atau nebulisasi. IDT dengan spacer mempunyai efek yang sama dengan
nebulisasi, mempunyai onset lebih cepat, efek samping lebih minimal dan perlu
waktu yang lebih singkat sehingga lebih mudah dilakukan di rumah. Pada
beberapa keadaan, pemberian obat secara nebulisasi hasilnya lebih baik misalnya
pada penderita asma anak.
Bila di rumah tidak tersedia obat inhalasi, dapat diberikan agonis beta-2
kerja singkat oral, atau kombinasi agonis beta-2 kerja singkat oral dan teofilin.
Agonis beta-2 kerja singkat inhalasi, diberikan 2-4 semprot setiap 3-4 jam, atau
oral setiap 6-8 jam. Lanjutkan terapi tersebut selama 24-48 jam. Terapi tambahan
tidak dibutuhkan jika pengobatan tersebut menghasilkan respons komplet (APE
>80% nilai terbaik/prediksi) dan respons tersebut bertahan minimal sampai 3-4
jam.
Pada penderita dalam terapi inhalasi steroid, selain terapi inhalasi agonis
beta-2, dosis terapi inhalasi steroid ditingkatkan, maksimal sampai 2 kali lipat
dosis sebelumnya. Anjurkan penderita untuk mengunjungi dokter. Bila
memberikan respons komplet, pertahankan terapi tersebut sampai 5-7 hari bebas
serangan, kemudian terapi turun kembali ke dosis sebelumnya.
Pada asma serangan sedang sampai berat, bronkodilator saja tidak cukup
untuk mengatasi serangan karena tidak hanya terjadi bronkospasme tetapi juga
peningkatan inflamasi saluran napas, karena itu mutlak diperlukan kortikosteroid.
Penatalaksnaan asma di Rumah Sakit
Serangan akut berat adalah keadaan gawat yang membutuhkan bantuan
medis segera, penanganan harus cepat dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit.
Penilaian beratnya serangan didasarkan riwayat singkat serangan termasuk gejala,
pemeriksaan fisik, dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, dan selanjutnya
diberikan pengobatan yang tepat. Namun demikian pemeriksaan faal paru dan
laboratorium jangan menjadikan sebab keterlambatan pengobatan.

Obat asma
Perlu diketahui bahwa asma bukan hanya suatu episode penyakit tetapi
merupakan suatu proses kronik, karena itu fokus penanganan asma berubah dari
hanya untuk menangani serangan akut menjadi pengobatan jangka panjang
dengan tujuan mencegah serangan, mengontrol atau mengubah perjalanan
penyakit. Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan yaitu
antiinflamasi dan bronkodilator. Antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang
bertujuan mengontrol penyakit dan mencegah serangan (eksaserbasi), disebut obat
pengontrol. Bronkodilator merupakan pengobatan saat serangan untuk mengatasi
eksaserbasi atau serangan, disebut obat pelega.
Termasuk dalam kelompok obat pengontrol adalah:
Kortikosteroid inhalasi
Kortikoseroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama (long acting beta-2 agonist/LABA) inhalasi Agonis
beta-2 kerja lama (long acting beta-2 agonist/LABA) oral
Leucotrien modifier
Antihistamin generasi ke dua (antagonis H1)

Sedangkan yang termasik obat pelega adalah:


Agonis beta-2 kerja singkat
Kortikosteroid sistemik, digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan
bronkodilator lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya
dikombinasikan dengan bronkodilator lain.
Antikolinergik
Aminofilin
Adrenalin

Rute pemberian pengobatan


Obat asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral dan parentral
(subkutan, intramuscular, intravena). Kelebihan memberikan obat langsung ke
jalan napas (inhalasi) adalah:
Lebih efektif untuk mencapai konsentrasi tinggi di saluran napas
Efek sistemik minimal atau bisa dihindarkan
Beberapa obat hanya dapat diberikan lewat inhalasi karena tidak terabsorbsi
pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin)
Onset (waktu kerja) bronkodilator lebih cepat bila diberikan secara inhalasi
daripada oral.

Macam-macam cara pemberian obat inhalasi


Nebuliser (kompresor, ultrasound)
Inhalasi dosis terukur (IDT) atau metered-dose inhaler (MDI)
IDT dengan alat bantu (spacer)
Dry powder inhaler (DPI)
Turbuhaler
Diskus
Swinghaler
DPI dalam kapsul
Handyhaler
Breezhaler
Ventolin
MDI dengan counter Spacer Nebulizer ultrasound

Macam-macam metered dose inhaler (MDI)

MDI dengan counter Spacer Spacer

Spacer untuk bayi atau anak kecil Rotahaler


Turbuhaler Accuhaler / diskus Swinghaler

Handihaler Respimat Brezhaler

Obat-obat nebuliser

You might also like