You are on page 1of 17

PEMBAHASAN

1. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran


Tujuan keseluruhan dari audit atas siklus akuisisi dan pembayaran adalah
untuk mengevaluasi apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh akuisisi barang
dan jasa serta pengeluaran kas bagi akuisisi tersebut disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Terdapat tiga
kelas transaksi yang dimasukkan dalam siklus :
a. Akuisisi barang dan jasa
b. Pengeluaran kas
c. Retur dan pengurangan pembelian serta diskon pembelian

Sepuluh akun khusus yang terlibat dalam siklus akuisisi dan pembayaran
yang ditunjukkan oleh akun-T.

Gambar 1. Akun-akun dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran

1
Gambar 1 menunjukkan bahwa setiap transaksi didebet atau dikredit ke
utang usaha. Karena banyak perusahaan melakukan akuisisi secara langsung
dengan menggunakan cek atau kas kecil (petty cash), gambar tersebut sangat
sederhana.

2. Fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan yang Terkait

Tabel 1. Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, serta Dokumen dan


Catatan Terkait untuk Siklus Akuisisi dan Pembayaran
Kelas
Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Akuisisi Persediaan Memroses pesanan Permintaan pembelian
Properti, pabrik dan pembelian Pesanan pembelian
peralatan
Beban dibayar di muka Menerima barang
Perbaikan leasehold dan Jasa Laporan penerimaan
Mengakui
kewajiban
Utang usaha Faktur vendor
Beban manufaktur Memo debet
Beban penjualan Voucher
Beban administratif File transaksi akuisisi
Jurnal akuisisi atau listing
File induk utang usaha
Neraca saldo utang usaha
Laporan vendor
Pengeluaran Kas di bank (dari Memroses dan Cek atau pembayaran
kas pengeluaran kas) mencatat elektronik
Utang usaha pengeluaran kas File transaksi pengeluaran
Diskon pembelian kas
Jurnal pengeluaran kas

2
Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang
diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa guna mengoperasikan suatu
bisnis. Siklus tersebut umumnya dimulai dengan pembuatan permintaan
pembelian oleh karyawan yang berwenang yang memerlukan barang dan jasa
itu, dan berakhir dengan pembayaran utang usaha.
Memproses Pesanan Pembeli
Permintaan akan barang dan jasa oleh personil klien merupakan titik awal
bagi siklus ini. Bentuk pasti dari permintaan itu dan persetujuan yang
diperlukan tergantung pada sifat barang dan jasa serta kebijakan
perusahaan. Dokumen yang umum digunakan meliputi:
a. Permintaan Pembelian. Digunakan untuk meminta barang dan jasa
oleh karyawan yang berwenang berupa permintaan akuisisi seperti
atas bahan oleh seorang mandor atau supervisor ruangan
penyimpanan, perbaikan oleh pihak luar oleh personil kantor atau
pabrik atau asuransi oleh wakil presiden direktur yang bertanggung
jawab atas properti dan peralatan. Perusahaan seringkali
mengandalkan titik pemesanan kembali yang dispesifikasikan terlebih
dahulu yang digunakan oleh komputer untuk memulai permintaan
pembelian persediaan secara otomatis.
b. Pesanan Pembelian. Adalah dokumen yang digunakan untuk memesan
barang dan jasa dari vendor. Pesanan tersebut mencakup deskripsi,
kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang dan jasa yang ingin
dibeli perusahaan dan sering kali digunakan untuk menunjukkan
otorisasi akuisisi. Perusahaan seringkali menyerahkan pesanan
pembelian secara elektronik kepada vendor yang telah memiliki
sistem electronic data interchange (EDI).
Menerima Barang dan Jasa.
Penerimaan barang dan jasa dari vendor oleh perusahaan merupakan titik
kritis dari siklus karena merupakan saat dimana sebagian besar perusahaan
mulai mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Ketika
barang telah diterima, pengendalian yang memadai akan mewajibkan
dilakukannya pemeriksaan atas deskripsi, kuantitas, kedatangan yang tepat
waktu, dan kondisinya. Laporan penerimaan adalah kertas atau dokumen

3
elektronik yang dibuat pada saat barang diterima, tanggal diterima, dan
data lainnya yang relevan.
Mengakui Kewajiban
Pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa
memerlukan pencatatan yang tepat waktu dan akurat. Pencatatan awal
akan mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas akrual, karena
itu, perusahaan harus berhati-hati mencantumkan semua transaksi, hanya
akuisisi yg dilakukan, dan pada jumlah yang tepat. Dokumen dan catatan
yang umum meliputi:
a. Faktur Vendor, adalah dokumen yang diterima dari vendor dan
menunjukkan jumlah yang terutang atas suatu akuisisi. Faktur tersebut
menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang serta jasa yang diterima,
harga, syarat diskon tunai, tanggal penagihan, dan total jumlahnya.
Faktur vendor merupakan hal yang penting karena menunjukan jumlah
yang tercatat dalam file transaksi akuisisi. Untuk perusahaan yang
menggunakan EDI, faktur vendor dikirimkan secara elektronik, yang
akan mempengaruhi cara auditor mengevaluasi bukti.
b. Memo Debet, merupakan dokumen yang diterima dari vendor dan
menunjukkan pengurangan jumlah yang terutang kepada vendor akibat
retur barang atau pengurangan yang diberikan. Memo tersebut sangat
mirip dengan faktur vendor, tetapi mendukung pengurangan usaha dan
bukan peningkatan.
c. Voucher, sering digunakan organisasi dalam menetapkan cara yang
formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi, terutama dengan
memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi nomor urut. Voucher
meliputi sampul atau folder yang berisi dokumen dan paket dokumen
yang relevan seperti pesanan pembelian, salinan packing slip, laporan
penerimaan, dan faktur vendor. Setelah pembayaran dilakukan, salinan
cek ditambahkan ke paket voucher.
d. File Transaksi Akuisisi, adalah file yang dibuat komputer yang
meliputi semua transaksi akuisisi yang diproses oleh sistem akuntansi
selama suatu periode. File ini berisi semua informasi yang
dicantumkan ke dalam sistem dan meliputi informasi tentang setiap

4
transaksi, seperti nama vendor, tanggal, jumlah, klasifikasi akun atau
klasifikasi, dan deskripsi serta kuantitas barang dan jasa yang dibeli.
File tersebut juga dapat menampung retur dan pengurangan pembelian
atau dapat diselenggarakan file terpisah untuk transaksi tersebut.
Tergantung pada kebutuhan perusahaan, informasi dalam file transaksi
akuisisi dapat digunakan untuk berbagai catatan, listing, atau laporan,
seperti jurnal akuisisi, file induk utang usaha, dan transaksi untuk saldo
akun atau divisi tertentu.
e. Jurnal Akuisisi atau Listing, sering kali disebut sebagai jurnal
pembelian, umumnya dibuat dari file transaksi akuisisi dan umumnya
meliputi nama vendor, tanggal, jumlah, dan klasifikasi akun atau
klasifikasi setiap transaksi, seperti perbaikan dan pemeliharaan,
persediaan, atau utilitas. Jurnal tersebut juga mengidentifikasi apakah
akuisisi dilakukan secara tunai atau dengan utang usaha. Jurnal atau
listing dapat mencakup setiap periode waktu, yang biasanya
sebulan.jurnal atau listing meliputi total setiap jumlah akun yang
dicatat selama periode waktu tersebut. Transaksi yang sama yang
dicatat dalam jurnal atau listing juga diposting secara simultan ke buku
besar umum, dan jika dilakukan secara kredit, ke file induk utang
usaha.
f. File Induk Utang Usaha, file induk utang usaha mencatat transaksi
akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan pengurangan akuisisi untuk
setiap vendor. File induk ini diperbaharui dari file transaksi akuisisi,
retur dan pengurangan, serta pengeluaran kas yang terkomputerisasi.
Total setiap saldo akun dalam file induk sama dengan total saldo utang
usaha dalam buku besar umum. Printout file induk utang usaha
menunjukkan, per vendor, saldo awal utang usaha, setiap akuisisi, retur
dan pengurangan akuisisi, pengeluaran kas, dan saldo akhir. Namun,
banyak juga perusahaan yang menyelenggarakan file induk per vendor.
Perusahaan tersebut membayar berdasarkan faktur setiap vendor.
Karena itu, total faktur vendor yang belum dibayar dalam file induk
sama dengan total utang usaha.

5
g. Neraca Saldo Utang Usaha, mencantumkan jumlah yang terutang
kepada setiap vendor atau dari setiap faktur atau voucher pada suatu
titik waktu. Neraca tersebut dibuat secara langsung dari file induk
utang usaha.
h. Laporan Vendor, adalah dokumen yang disiapkan setiap bulan oleh
vendor dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur dan pengurangan,
pembayaran kepada vendor, dan saldo akhir. Saldo dan aktivitas
tersebut merupakan representasi vendor atas transaksi yang dilakukan
selama periode berjalan, bukan klien. Kecuali untuk jumlah yang
diperselisihkan dan perbedaan waktu, dan file induk utang usaha klien
harus sama dengan laporan vendor.
Memroses dan Mencatat Pengeluaran Kas
Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktifitas yang
signifikan bagi semua entitas. Aktifitas tersebut secara langsung akan
mengurangi saldo akun kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen yang
terkait termasuk:
a. Cek. Umumnya digunakan untuk membayar akuisisi ketika
pembayaran sudah jatuh tempo. Sebagian besar perusahaan
menggunakan cek yang dibuat melalui komputer berdasarkan
informasi yang tercantum dalam file transaksi akuisisi pada saat barang
dan jasa diterima. Biasanya dibuat dalam format multisalinan, dimana
yang asli diberikan kepada pihak yang dibayar (Payee), satu salinan
diarsipkan dengan faktur vendor dan dokumen pendukung lainnya, dan
yang lainnya diarsipkan secara numeris. Pada sebagian besar kasus
setiap cek dicatat dalam file transaksi pengeluaran kas.
b. File Transaksi Pengeluaran Kas, adalah file yang dibuat dengan
komputer yang mencantumkan semua transaksi pengeluaran kas yang
diproses oleh sistem akuntansi selama masa periode. File ini berisi
jenis informasi yang sama seperti yang dibahas untuk file transaksi
akuisisi.
c. Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas, adalah laporan yang dibuat dari
file transaksi pengeluaran kas yang mencamtumkan semua transaksi
selama setiap periode waktu. Transaksi yang sama, termasuk semua

6
informasi yang relevan, akan dicantumkan dalam file induk utang
usaha dan buku besar umum.

3. Bagaimana E-Commerce Mempengaruhi Siklus Akuisisi dan


Pembayaran
Tujuan perusahaan menggunakan internet dan e-commerce untuk
merampingkan proses akuisisi barang dan jasa serta proses lainnya seputar
manajemen mata rantai suplai. Informasi mengenai deskripsi produk,
penetapan harga, skedul pengiriman, dan syarat lainnya telah tersedia di
internet melalui website vendor dan database yang dapat diakses dengan
mudah lainnya. Beberapa perusahaan menggunakan ekstranet, yang
merupakan jaringan kerja pribadi yang dibangun atas dasar teknologi internet,
yang memungkinkan pemasok dan pelanggan bisnis mengkomunikasikan
serta melakukan bisnis secara langsung dalam setting yang aman. Pengguna
ekstranet dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan bisnis dengan
rekan bisnis yang jauh lokasinya, yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.
Perusahaan lainnya menggunakan lelang business-to-business yang
diselenggarakan internet untuk menegosiasikan pembelian perlengkapan dan
jasa yang diperlukan dalam lelang terbuka. Banyak yang berpendapat bahwa
penggunaan internet untuk memperoleh barang dan jasa menimbulkan
efisiensi pasar dan harga yang lebih murah karena pasar online akan
memungkinkan jumlah pemasok dan pelanggan yang lebih besar untuk
menegosiasikan pembelian serta penjualan produk dan jasa.

4. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif atas Transaksi
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus
akuisisi dan pembayaran dibagi ke dalam dua bidang, yaitu:
o Pengujian akuisisi: memroses pesanan pembelian, menerima barang dan
jasa, serta mengakui kewajiban.

7
o Pengujian pembayaran, meliputi proses bisnis: memroses dan mencatat
pengeluaran kas.
Memahami pengendalian internal. Untuk memahami pengendalian internal
siklus akuisisi dan pembayaran, auditor mempelajari bagan arus klien,
mereview kuisioner pengendalian internal, serta melaksanakan pengujian
walkthrough untuk transaksi akuisisi dan pengeluaran kas. Prosedur untuk
memahami pengendalian internal dalam siklus akuisisi dan pembayaran
serupa dengan prosedur yang dilaksanakan pada siklus transaksi lainnya.
Menilai risiko pengendalian yang direncanakan. Hal tersebut merupakan
otorisasi pembelian, pemisahan fungsi penyimpanan barang yang diterima
dari fungsi lainnya, pencatatan yang tepat waktu dan review yang
independen atas transaksi, serta otorisasi pembayaran kepada vendor.
a. Otorisasi pembelian
Otorisasi yang tepat untuk melakukan akuisisi akan memastikan bahwa
barang dan jasa yang diperoleh adalah demi memenuhi tujuan
perusahaan yang diotorisasi, dan menghindari akuisisi item yang
berlebihan atau tidak diperlukan. Sebagian besar perusahaan
mensyaratkan tingkat otorisasi untuk jenis akuisisi yang berbeda atau
jumlah nilai uang yang berbeda.

b. Pemisahan penyimpanan aset dari fungsi lainnya


Sebagian besar perusahaan meminta departemen penerimaan untuk
mulai membuat laporan penerimaan sebagai bukti penerimaan dan
pemeriksaan barang. Satu salinan biasanya diserahkan ke gudang
bahan baku dan yang lainnya ke departemen utang usaha yang
memerlukan informasinya. Untuk mencegah pencurian dan
penyalahgunaan, barang tersebut harus dikendalikan secara fisik dari
saat penerimaanya hingga penggunaan dan pelepasannya. Personil di
departemen penerimaan harus independen dari personil ruang
penyimpanan dan departemen akuntansi. Terakhir, catatan akuntansi
harus mentransfer tanggungjawab atas barang setiap kali barang itu

8
dipindahkan, dari penerimaan ke penyimpanan, dari penyimpanan ke
manufaktur, dan seterusnya.
c. Pencatatan yang tepat waktu dan review independen atas transaksi
Dalam beberapa perusahaan, pencatatan kewajiban atas akuisisi dibuat
atas dasar penerimaan barang dan jasa. Dalam perusahaan lainnya,
pencatatan ditangguhkan hingga faktur vendor diterima. Pengendalian
yang penting dalam departemen utang usaha dan teknologi informasi
adalah persyaratan bahwa personil yang mencatat akuisisi tidak boleh
memiliki akses ke kas, sekuritas, dan asset lainnya. Dokumen dan
catatan /yang memadai, prosedur yang tepat untuk menyimpan catatan
dan pengecekan independen atas kinerja juga merupakan pengendalian
yang penting dalam fungsi utang usaha.
d. Otorasi pembayaran
Pengendalian yang paling penting terhadap pengeluaran kas termasuk :
o Penandatanganan cek oleh individu yang memiliki wewenang
yang tepat.
o Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani cek dan
melaksanakan fungsi utang usaha.
o Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh si
penandatangan cek pada saat cek ditandatangani.
Menentukan luas pengujian pengendalian
Setelah mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensi,
auditor menilai risiko pengendalian. Jika ingin mengandalkan
pengendalian untuk mendukung penilaian risiko pengendalian
pendahuluan dibawah maksimum, auditor melaksanakan pengujian
pengendalian untuk memperoleh bukti bahwa pengendalian telah
beroperasi secara efektif. Setelah efektivitas operasi pengendalian
ditingkatkan dan didukung oleh pengujian pengendalian tambahan, auditor
akan mampu mengurangi pengujian substantif. Tentu saja, jika klien
adalah sebuah perusahaan publik, auditor harus mendokumentasikan dan
menguji pengendalian secara memadai untuk menerbitkan pendapat
mengenai pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk akuisisi

9
Bukti audit dalam suatu penugasan audit akan bervariasi dengan
pengendalian internal dan situasi lainnya. Efisiensi audit yang signifikan
dapat dicapai pada banyak audit apabila pengendalian beroperasi secara
efektif. Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi akuisisi memerlukan
perhatian khusus sehingga harus diperiksa secara lebih teliti. Kebenaran
banyak akun asset, kewajiban, dan beban tergantung pada pencatatan
transaksi yang benar jurnal akuisisi, terutama yang berhubungan dengan
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi akuisisi.
a. Akuisisi yang dicatat adalah untuk barang dan jasa yang diterima,
yang konsisten dengan kepentingan utama klien (Keterjadian)
b. Akuisisi yang ada telah dicatat (Kelengkapan)
c. Akuisisi telah dicatat secara akurat (Keakuratan)
d. Akuisisi telah diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi)
Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk pengeluaran kas
Biasanya auditor melaksanakan pengujian akuisisi dan pengeluaran kas
pada saat yang bersamaan. Untuk transaksi tertentu yang akan diperiksa
dari jurnal akuisisi, faktur vendor, laporan penerimaan, dan dokumentasi
akuisisi lainnya diperiksa pada saat yang bersamaan seperti cek yang
dibatalkan yang terkait. Jadi, verifikasi dapat dilakukan secara efisien
tanpa mengurangi keefektifan pengujian.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi
Karena pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
penting bagi akuisisi dan penegluaran kas, penggunaan sampling atribut
merupakan hal yang sudah umum. Pendekatannya serupa dengan yang
digunakan pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi penjualan. Terdapat tiga perbedaan yang penting antara akuisisi
dan pembayaran dibandingkan dengan siklus lainnya.
o Terdapat sejumlah besar akun yang terlibat dalam siklus ini, termasuk
akun laporan laba rugi dan neraca. Hal ini meningkatkan potensi salah
saji klasifikasi, yang beberapa mungkin akan mempengaruhi laba.
o Sudah lebih umum bagi transaksi dalam siklus ini untuk menuntut
Pertimbangan yang signifikan, seperti biaya lease dan kontruksi.

10
Pertimbangan tersebut mengakibatkan meningkatnya kemungkinan
salah saji. Akibatnya, auditor sering kali mengurangi tingkat
pengecualian yang dapat ditoleransi untuk atribut keakuratan.
o Jumlah nilai uang setiap transaksi dalam siklus mencakup rentang
yang luas. Akibatnya, auditor sering kali memisahkan item-item yang
bernilai besar dan tidak biasa serta mengujinya atas dasar 100%.

5. Metodologi Perancangan Pengujian Terinci atas Saldo Utang Usaha

Gambar 2. Metodologi Untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo


Utang Usaha

11
Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya
mengalir melalui utang usaha, akun ini penting bagi setiap audit atas siklus
akuisisi dan pembayaran. Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar
atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa. Utang
usaha mencakup kewajiban akuisisi bahan baku, peralatan, utilitas, reparasi,
serta banyak jenis barang dan jasa lainnya yang diterima sebelum akhir tahun.
Sebagian besar utang usaha juga dapat diidentifikasi oleh keberadaan faktur
vendor mencakup kewajiban.

12
Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga.
Kewajiban akan dianggap sebagai utang usaha hanya jika total kewajiban itu
diketahui dan terutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencakup
pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang
kontrak, utang hipotik, atau utang obligasi.
Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi terkait
menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika
hasil prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi
pengujian atas rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang usaha
cenderung material, bagi sebagian besar perusahaan, auditor hampir selalu
melaksanakan sejumlah pengujian atas rincian saldo.
a. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha
(Tahap I)
Fokus terkini banyak perusahaan menyempurnakan aktifitas manajemen
saluran pemasoknya telah menimbulkan banyak perubahan dalam
perancangan sistem digunakan untuk memulai dan membukukan aktifitas
perolehan dan pembayaran. Usaha-usaha untuk merampingkan pembelian
barang dan jasa, yang meliputi penekanan yang makin besar pada
pembelian persediaan just-in-time, mengikatnya pertukaran informasi
dengan pemasok, dan penggunaan teknologi dan e-commerce guna
melakukan transaksi bisnis, telah mengubah semua aspek siklus perolehan
pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan dan sistem itu akan
menjadi kompleks.
Signifikan resiko bisnis mungkin timbul karena perubahan-perubahan
tersebut tadi. Misalnya, pemasok mempunyai akses yang mungkin besar
ke catatan utang usaha, yang memudahkan untuk terus menerus
memonitor status saldo utang usaha dan melaksanakan rekonsiliasi terinci
atas transaksi. Tambahan lagi, meningkatkannya fokus pada
penyempurnaan logistik pergerakan persediaan secara fisik di dalam
seluruh saluran distribusi perubahan mungkin mengingatkan kesulitan
dalam menerapkan pisah-pisah batas (cut off) saldo utang usaha yang
efektif pada akhir periode. Auditor harus memahami sifat perubahan atas

13
sistem guna mengidentifikasi apakah resiko bisnis klien dan pengendalian
manajemen terkait mempengaruhi kemungkinan salah saji material atas
utang usaha.
b. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Seperti piutang usaha, sejumlah besar transaksi dapat mempengaruhi utang
usaha. Saldonya seringkali berjumlah besar dan terdiri dari sejumlah besar
saldo vendor serta relatif mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena
alasan tersebut, auditor umumnya menetapkan materialitas kinerja yang
relatif tinggi untuk utang usaha. Untuk alasan yang sama, auditor juga
seringkali menilai resiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Terutama
peduli dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, pisah batas dan
kelengkapan karena berpotensi menimbulkan kurang saji saldo akun.
c. Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi (Tahap I
dan II)
Setelah menetapkan materialitas kinerja dan risiko inheren untuk utang
usaha, auditor menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman
terhadap pengendalian internal. Pengujian substanstif auditor akhirnya
bergantung pada keefektifan relatif pengendalian internal yang
berhubungan dengan utang usaha. Karena itu, auditor harus memiliki
pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana pengendalian tersebut
berhubungan dengan utang usaha.
d. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Penggunaan prosedur analitis merupakan hal yang penting dalam siklus
akuisisi dan pembayaran seperti pada setiap siklus lainnya, terutama untuk
mengungkapkan salah saji utang usaha. Auditor harus membandingkan
total beban tahun berjalan dengan tahun sebelumnya untuk
mengungkapkan salah saji utang usaha serta akun beban. Karena akuntansi
double-entry, salah saji akun beban biasanya juga menimbulkan salah saji
yang sama pada utang usaha. Karena itu, membandingkan beban saat ini
seperti sewa, utilitas, dan tagihan lainnya yang terjadwal secara teratur
dengan tahun sebelumnya, merupakan prosedur yang efektif untuk

14
menganalitis utang usaha apabila beban dari tahun ke tahun diharapkan
relatif stabil.
Tabel 2. Prosedur Analitis untuk Siklus Akuisisi dan Pembayaran

Prosedur Analitis Salah Saji yang Mungkin


Membandingkan Saldo akun beban yang Salah saji utang usaha dan
berhubungan dengan akuisisi dengan tahun beban.
sebelumnya.
Mereview daftar utang usaha untuk melihat Klasifikasi salah saji untuk
utang yang tidak biasa, nonvendor, dan utang kewajiban nondagang.
berbunga.
Membandingkan utang usaha individual Akun yang tidak tercatat
dengan tahun sebelumnya. atau tidak ada, atau salah
saji.
Menghitung rasio, seperti pembelian dibagi Akun yang tidak tercatat
dengan utang usaha, dan utang usaha dibagi atau tidak ada, atau salah
dengan kewajiban lancar. saji.

e. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha


(Tahap III)
Auditor harus mengetahui perbedaan penekanan antara audit atas
kewajiban dan audit atas aktiva.

o Pengujian Kewajiban Sudah Periode.


Karena menekan pada kurang saji dalam akun kewajiban, pengujian
kewajiban setelah periode merupakan hal yang penting bagi utang
usaha.
o Memeriksa Dokumentasi Yang Mendasari Pengeluaran Kas
Selanjutnya
Auditor memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas
setelah tanggal neraca guna menentukan apakah pengeluaran kas
dilakukan untuk kewajiban periode berjalan.
o Memeriksa Dokumentasi yang Mendasari Tagihan yang Belum
Dibayar Beberapa Minggu Setelah Akhir Tahun.

15
Auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti
sebelumnya dan untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda karena
dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar mendekati akhir audit
dan bukan untuk kewajiban yang telah dibayar.
o Menelusuri Laporan Penerimaan yang Dikeluarkan Sebelum Akhir
Tahun Ke Faktur Vendor Terkait.
Semua barang yang diterima sebelum akhir tahun periode akuntansi
yang harus dicantumkan sebagai utang usaha. Dengan menelusuri
laporan penerimaan yang diterbitkan hingga akhir tahun ke faktur
vendor dan memastikan bahwa laporan itu telah dimasukkan dalam
utang usaha, auditor menguji kewajiban yang belum dicatat.
o Menelusuri Laporan vendor yang menunjukkan saldo yang jatuh
tempo ke neraca saldo utang usaha.
Jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri
setiap laporan yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal
neraca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan
sebagai utang usaha.

o Mengirimkan Konfirmasi Ke Vendor dengan Siapa Klien Melakukan


Bisnis.
Walaupun penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu
umum ketimbang untuk piutang usaha, auditor kadang-kadang
menggunakannya untuk menguji vendor yang dihapus dari daftar utang
usaha, transaksi yang dihilangkan, dan saldo akun yang salah saji.
o Pengujian Pisah Batas.
Pengujian ini untuk utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah
transaksi yang dicatat beberapa hari sebelum dan setelah tanggal
neraca dicantumkan pada periode yang benar.
o Hubungan Pisah Batas dengan Observasi Fisik Persediaan.
Dalam menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar,
sangatlah penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan dengan
observasi fisik persediaan.
o Persediaan Dalam Perjalanan.

16
Menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara akuisisi
persediaan atas dasar FOB destination dan atas dasar FOB origin.
o Perbedaan Antara Faktur Vendor dan Laporan Vendor.
Auditor harus membedakan antara faktur vendor dan laporan vendor
ketika memverifikasi jumlah yang terutang kepada vendor. Auditor
akan memperileh bukti yang sangat andal mengenai setiap transaksi
ketika mereka memeriksa faktur vendor dan dikumen pendukung
terkait, seperti laporan penerimaan dan pesanan pembelian.
o Perbedaan Antara Laporan vendor dan Konfirmasi.
Perbedaan paling penting adalah laporan vendor dan konfirmasi utang
usaha terletak pada sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan
oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan
klien pada saat auditor memeriksanya. Hal ini memberikan klien
kesempatan untuk mengubah laporan vendor atau menyimpan laporan
tertentu dari auditor.

17

You might also like