You are on page 1of 6

Kejang

Seorang anak berusia 1,5 tahun dibawa oleh ibunya ke dokter karena kejang dan panas tinggi.
Kejang seluruh tubuh, berlangsung selama >15 menit. Setelah kejang, anak tidur terus. Suhu
tubuh saat diperiksa 400C. Anamnesis dengan ibunya diperoleh informasi bahwa sejak 1
minggu anak batuk dan pilek.

STEP 1
1. Kejang adalah gerakan otot tonik atau klonik yang involuntar yang
merupakanserangan berkala, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron
kortikalsecara berlebihan.1
2. Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan terhadap seseorang yang bertujuan
untuk mengumpulkan data dari seseorang atau pasien.1
3. Batuk adalah refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang
yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir, iritasi,
partikel asing dan mikroba.1
4. Pilek adalah kondisi yang di tandai adanya cairan encer atau kental didalam saluran
pernafasan bagian atas (hidung).1
5. Panas tinggi adalah suatu kondisi tubuh dengan adanya kenaikan suhu. Suhu rektal
>380 C, suhu oral >37,50 C, dan suhu axilla >37,20 C.1

STEP 2
1. Apakah penyebab kejang dan panas tinggi pada anak?
2. Kenapa anak kejang > 15 menit kemudian tertidur?
3. Apakah hubungan umur dengan kasus?
4. Apakah diagnosis banding pada kasus?
5. Apakah penatalaksana awal pada kasus?
STEP 3
1. Hubungan kejang dengan panas tinggi pada anak

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang
anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan
yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.2
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi , kejang baru terjadi pada suhu 40C
atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam
lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.1
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi kadang kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15
menit) biasanya disertai terjadinya apne, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapni, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot
dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.2
2. Anak tidur terus setelah kejang
Umumnya setelah kejang, anak akan tidur dengan nyenyak, periode ini merupakan suatu
periode yang dikenal sebagai periode postiktal. Hal ini merupakan hal yang normal, dan
sebaiknya anak tidak usah dibangunkan.
Pada kejang terjadi pelepasan muatan listrik yang tiba-tiba, yang secara primer
melepaskan muatan-muatan listriknya adalah nuclei intralaminer thalami yang dikenal
sebagai inti centre cephalic. Inti tersebut merupakan terminal dari lintasan ascendens
spesifik lintasan ascendens ekstralemiskal. Input korteks serebri melalui lintasan afferen
aspesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bila sama sekali tidak ada input, maka
timbul koma. Terjadi pelepasan muatan listrik dari intralaminar thalami secara
berlebihan. Perangsangan talamokortikol yang berlebihan ini menghasilkan kejang otot
seluruh tubuh sekaligus menghalangi neuron-neuron pembina kesadaran menerima
impuls afferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang.
Fase Serangan kejang :
Fase Prodromal

Beberapa jam / hari sebelum serangan kejang, berupa perubahan alam rasa
(mood), tingkah laku
Fase Aura

Merupakan fase awal munculnya serangan, berupa gangguan perasaan,


pendengaran, pengelihatan, halusinasi, reaksi emosi afektif yang tidak menentu.
Fase Iktal

Merupakan fase serangan kejang disertai gangguan muskuloskeletal.


Fase Post Iktal

Merupakan fase setelah serangan, ditandai dengan confuse lama, lemah, sakit
kepala, nyeri otot, tidur lama, amnesia retrograd, mual, isolasi diri.
3. Hubungan kasus dengan umur
kejadian kejang demam banyak terjadi pada bayi dan anak yang berumur antara 6
bulan sampai 5 tahun, dimana kejang ini disebabkan oleh demam yang semakin tinggi
(suhu mencapai 38oC atau lebih), waktu terjadinya tidak lebih dari 30 menit. Kejang
demam ini terbagi menjadi Kejang Demam Sederhana (KDS) dan Kejang Demam
Kompleks (KDK). Prevalensi kejang demam sekitar 2 - 5 persen pada anak balita.
Umumnya terjadi pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun. Ada beberapa faktor yang
ikut mempengaruhi. Diantaranya; usia, jenis kelamin, riwayat kejang dan epilepsi
dalam keluarga, dan normal tidaknya perkembangan neurologi. di antara semua usia,
bayi yang paling rentan terkena step atau kejang demam berulang. Risiko tertinggi
pada umur di bawah 2 tahun, yaitu sebanyak 50 persen ketika kejang demam pertama.
Sedang bila kejang pertama terjadi pada umur lebih dari 2 tahun maka risiko
berulangnya kejang sekitar 28 persen. Selain itu, dari jenis kelamin juga turut
mempengaruhi. Meskipun beberapa penelitian melaporkan bahwa anak laki-laki lebih
sering mengalami kejang demam dibanding anak perempuan. Namun risiko
berulangnya kejang demam tidak berbeda menurut jenis kelamin. Riwayat kejang
dalam keluarga merupakan risiko tertinggi yang mempengaruhi berulangnya kejang
demam, yaitu sekitar 50 - 100 persen.2
4. DD pada kasus:
Kejang demam komplek

Kejang demam simplek

Epilepsi2

5. Terapi awal yang diberikan


a Bebaskan jalan nafas agar oksigenasi terjamin

b Miringkan pasien untuk mencegah aspirasi

c Pantau fungsi vital tubuh seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan
fungsi jantung
d Perhatikan keadaan dan kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit harus diperhatikan.
e Turunkan suhu tubuh dengan kompres air hangat (diseka) dan pemberian antipiretik
(asetaminofen oral 10 mg/kg BB, 4 kali sehari atau ibuprofen oral 20 mg/kg BB, 4
kali sehari).
d Berikan diazepam intravena (0,3 mg/kgBB) atau rectal (5 mg bila berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg pada berat badan lebih dari 10 kg), diazepam
merupakan pilihan utama karena mempunyai masa kerja yang singkat. Jika tidak ada
diazepam, dapat digunakan luminal suntikan intramuscular (dosis awal 30 mg untuk
neonatus, 50 mg untuk usia 1 bulan 1 tahun, dan 75 mg untuk usia lebih dari 1
tahun) , ataupun midazolam intranasal (0,2 mg/kg BB).2

STEP 4 Anamnesis :
-Keluhan utama : kejang
panas tinggi
Anak usia 1,5 thn Kedokter -Onset : 1 minggu
-Kualitas: > 15 menit
s -Gejala penyerta : setelah
kejang anak tidur terus

Pemeriksaan fisik:
-suhu 400C

Penatalaksana awal kejang

DD kasus:
-kejang demam komplek
-kejang demam sederhana
-epilepsi

Pemeriksaan penunjang

penatalaksana Diagnosis pasti


STEP 5

1. Kejang demam komplek


-definisi
-etiologi
-faktor resiko
-Patofisiologi
-manisfestasi klinis
-penegak diagnosis
-penatalaksana
-komplikasi
-prognosis

DAFTAR PUSTAKA
1 Dorlan.W.A.Newman.2006.kamus kedokteran edisi 29.jakarta. EGC

2 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 2. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian
IKA FK UI. Jakarta: 1985; Hal 847-855.

You might also like