Professional Documents
Culture Documents
AGUSTONO
Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Masuk 20 Februari 2013; Diterima 27 Februari 2013
ABSTRACT
The goals of the research to understand of (1) the play of role the agricultural sektor in
growth of GRDP (Gross Regional Domistic Product); (2 )the correlation of agricultural sector
with non agricultural sectors; (3) the stability and persistancy ofagricultural sectorand the
compare with non agricultural sectors and (4) the risk of agricultural sector and non agricultural
sector. The results of research shows: (1) the agricultural sector was basic sector in growth of
GDRB, the component to affect of GDRB agricultural sector were as national share, proportional
shift and differential shift. (2) The Agricultural sector with non agricultural sectors had good
relationship. (3) The stability of agricultural sector was lowest, if compared with non agricultural
sectors, and the short time lowest persistant compared with non agricultural sectors. (4) The risk
of agricultural sector lowest compared with non agricultural sectors.
Keys word: The play of role,Growth, Correlation, Stability, Risk and Gross Regional Domestic Product
(GDRB)
283
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
(8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan (3) masalah pertumbuhan berkaitan dengan
dan (9) Jasa-jasa. Mengacu pada World Bank keteguhan atau stabilitas pertumbuhan ekonomi
(2008) bahwa sektor pertanian harus dapat dari tahun ke tahun.
bekerja secara harmonis dengan sektor-sektor Provinsi Jawa Tengah terletak diantara
yang lain, sehingga pertumbuhan yang lebih 540' dan 830' Lintang Selatan dan antara
cepat dapat dihasilkan. Mellor dan Johnson 10830' dan 11130' Bujur Timur (termasuk
dalam Tambunan (2010) menyatakan bahwa Pulau Karimunjawa). Provinsi Jawa Tengah
kegiatan pertanian dan non pertanian terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota. Luas
berinteraksi secara komplementer dalam wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat
pertumbuhan ekonomi pedesaan. Dengan seluas 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen
demikian jika ditarik dalam skala yang lebih dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas
luas termasuk dalam tingkatan wilayah yang Indonesia). Luas yang ada, terdiri dari 992
lebih besar seperti provinsi. ribu hektare (30,47 persen) lahan sawah dan
Secara tradisional, peranan pertanian 2,26 juta hektare (69,53 persen) bukan lahan
dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang sawah. Dibandingkan dengan tahun
pasif dan sebagai unsur penunjang semata sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2010 turun
(Todaro dan Smith, 2006). Padahal proses sebesar 0,013 persen, sebaliknya luas bukan
pembangunan ekonomi merupakan salah satu lahan sawah naik sebesar 0,006 persen.
redefenisi terus menerus atas peran-peran Menurut penggunaannya, persentase lahan
sektor pertanian, manufaktur, dan jasa (World sawah yang berpengairan teknis adalah
Bank 2008). Jika suatu wilayah menghendaki 39,03 persen, tadah hujan 27,47 persen dan
pembangunan yang lancar dan lainnya berpengairan setengah teknis,
berkesinambungan, maka wilayah harus sederhana, dan lain-lain. Dengan menggunakan
memulainya dari pedesaan pada umumnya, dan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah
sektor pertanian pada khususnya (Todaro dan yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali
Smith 2006). Ahluwalia dalam Tambunan sebesar 78,70 persen. Berikutnya, lahan kering
(2010) kondisi ekonomi dengan sektor yang dipakai untuk tegal/kebun sebesar
pertanian yang cukup besar, maka strategi 31,83 persen dari total bukan lahan sawah.
pembangunan ekonomi yang tepat yaitu dengan Persentase itu merupakan yang terbesar,
mendahulukan sektor pertanian. dibanding persentase penggunaan bukan lahan
Peran pertanian menurut World Bank sawah lain (BPS Provinsi Jateng 2012).
(2008) berkontribusi pada pembangunan Tujuan penelitian, yaitu (1) mengetahui
sebagai sebuah aktivitas ekonomi, mata peran sektor pertanian dalam pertumbuhan
pencaharian dan sebagai cara untuk PDRB, (2) mengetahui hubungan sektor
melestarikan lingkungan, sehingga sektor ini pertanian dengan sektor non pertanian, (3)
sebuah intrumen yang unik bagi pembangunan. mengetahui stabilitas dan persistensi PDRB
Sebagai aktivitas ekonomi, pertanian dapat sektor pertanian, (4) mengetahui resiko untuk
sebagai sumber pertumbuhan bagi memperoleh PDRB yang diharapkan pada
perekonomian wilayah, penyedia investasi bagi sektor pertanian.
sektor swasta dan sebagai penggerak utama
industri-industri yang terkait bidang pertanian. Metodologi Penelitian
Terkait dengan pertumbuhan wilayah, Sukirno
Data dalam penelitian ini menggunakan
(2000) menyatakan masalah pertumbuhan
data sekunder yang bersumber dari BPS Jawa
ekonomi dapat dibedakan dalam tiga aspek,
Tengah dan BPS Indonesia. Adapun data yang
yaitu (1) masalah pertumbuhan yang bersumber
dianalisis meliputi data PDRB Provinsi Jawa
pada perbedaan antara pertumbuhan potensial
Tengah dari tahun 2001-2010 dengan
yang dapat dicapai dan tingkat pertumbuhan
menggunakan ADHK 2000 dan PDB Indonesia
yang sebenarnya tercapai; (2) masalah
dari tahun 2004-2010 dengan menggunakan
pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan
ADHK 2000. Adapun analisis data dilakukan
meningkatkan potensi pertumbuhan itu sendiri,
dengan cara sebagai berikut:
284
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
(1) Mengkaji peran sektor pertanian terhadap Pendekatan LQ sampai saat ini hanya
pertumbuhan PDRB. Aspek yang dikaji diarahkan untuk mengetahui basis atau
meliputi: (a) kontribusi; (b) LQ; (c) Shift tidak basis dari sektor atau sub sektor
Share; (d) DLQ; (e) pertumbuhan wilayah (Budiharsono, 1998; Al Mulaibari, 2011;
(a) Kontribusi Tarigan 2012). LQ belum ditujukan untuk
Untuk mengetahui kontribusi sektor mengetahui berapa besarnya nilai tambah
pertanian dan sektor non pertanian produksi yang diminta wilayah, ekspor
dengan menggunakan data PDRB atau berapa nilai impor dari wilayah lain.
Provinsi Jawa tengah yang Untuk itu pada penelitian ini, peneliti
dikeluarkan dari BPS Provinsi Jawa memberikan formulasi matematik
Tengah. kaitannya dengan besarnya nilai tambah
(b) Location Quotien (LQ) produksi yang diminta wilayah, ekspor ke
LQ dikategorikan sebagai salah satu wilayah laindan impor dari wilayah lain
metode tidak langsung dalam model dari sektor pertanian. Adapun langkah-
ekonomi basis. Inti dari model langkahnya yaitu:
ekonomi basis yaitu arah dan laju
1). Menghitung nilai tambah produksi
pertumbuhan suatu wilayah
sektor pertanian yang memenuhi
ditentukan oleh ekspor wilayah
permintaan masyarakat Jawa Tengah
tersebut (Budiharsono, 1989, Tarigan
dengan mendasarkan pada asumsi
2012). LQ merupakan suatu
LQ=1. Adapun formulasi yang
perbandingan tentang besarnya
digunakan yaitu:
peranan suatu sektor di suatu wilayah x1* TPDB
terhadap peranan sektor tersebut 1= ..(2)
TPDRB x1
secara nasional (Tarigan 20121).
Perhitungan terhadap nilai LQ dengan 2). Ruas kanan dikalikan, sehingga
mengacu pada formulasi yang formulasinya menjadi:
x 1 * TPDB
digunakan oleh Budiharsono (1998); 1= ........(3)
x 1 TPDRB
Ropingi et al(2009); Al Mulaibari
3). Memindahkanke ruas kiri, sehingga
(2011); Tarigan (2012) dan Darsono
formulasinya menjadi:
(2012).
xi/TPDRBB x1*TPDB =X1TPDRB .. (4)
LQ= .. (1)
xi/TPDB 4). Memindahkan keruas kanan, sehingga
Kriteria: formulasinya menjadi:
LQ =1: Sektor i hanya mampu berperan
memenuhi permintaan masyarakat X 1 TPDRB
x1 * = .. (5)
Jawa Tengah TPDB
LQ >1: Sektor imampu berperan memenuhi 5) Menghitung nilai tambah produksi
permintaan masyarakat Jawa Tengah sektor pertanian yang diperoleh dari
dan Luar Jawa Tengah ekspor ke wilayah lain (A*),
LQ <1: Sektor i belummampu memenuhi
formulasinya:
permintaan masyarakat Jawa Tengah
Keterangan A* = x1 - x1*
LQ : Location Quotien
x 1 TPDB - X 1 TPDRB
xi : PDRB sektor i di Provinsi Jawa A* = .. (6)
TPDB
Tengah
TPDRB : Total Produk Domistik Regional 6) Menghitung nilai tambah produksi
BrutoProvinsi Jawa Tengah yang diimpor dari wilayah lain, jika
Xi : PDB sektor i di Indonesia nilai LQ<1, maka formulasi yang
TPDB : Total Produk Domistik Bruto digunakan yaitu:
Indonesia
x 1 / TPDRB
LQ =
X 1 / TPDB
285
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
Tengah (A**).
X LQ(X 1 .TPDRB) Keterangan:
A** = 1.TPDRB - PDRB : Perubahan PDRB
TPDB TPDB
A*** = (1-LQ)[(TPDRB x X1) TPDB..(8) r : Wilayah Jawa Tengah
i : Sektor
Keterangan:
t : Tahun
LQ : Location Quotien
t-n : Tahun awal
x1 : PDRB Sektor Pertanian di
Ns : National share
Provinsi Jawa Tengah
P : Proportional shift
TPDRB : Total PDRB Provinsi Jawa
D : Differential shift
Tengah
PDB : Produk Domistik Bruto
X1 : PDB Sektor Pertanian di
Indonesia
Indonesia
TPDB : Total Produk Domistik Bruto
TPDB : Total PDB Indonesia
Indonesia
x1 * : Nilai tambah produksis ektor
pertanian yang diminta
(d) DLQ
masyarakat Jawa Tengah
Menghitung nilai DLQ (Dinamic
A* : Nilai tambah produksi sektor
Location Quotient) dimaksudkan
pertanian yang di ekspor ke
untuk mengetahui laju kedepan sektor
luar Jawa Tengah
pertanian dan non pertanian Jawa
A** : Nilai tambah produksi sektor
Tengah dibandingkan dengan laju
pertanian yang impor dari
secara nasional dengan menggunakan
Wilayah Luar Jawa Tengah
data laju PDRB Jawa Tengah dan
PDB Indonesia. Pendekatan yang
(c) Shift Share
digunakan untuk menghitung nilai
Analisis shift share merupakan
DLQmengacu pada Suyatno (2002).
analisis yang membandingkan
Adapunformulasinya yaitu:
perbedaan laju pertumbuhan berbagai
sektor di wilayah Jawa Tengah ( )/( )
dengan wilayah nasional. Metode ini DLQ=[ ]
( )/( )
lebih tajam dibandingkan dengan LQ,
sebab mampu menjelaskan faktor
penyebab perubahan (Tarigan 2012).
Formulasi perhitungan shift share
secara aljabar yaitu:
286
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
287
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
288
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
Tabel 2. Pertumbuhan Produk Domestrik Regional Bruto sektor pertanian dan non pertanian atas
dasar harga konstan tahun 2000 (%)
Tahun
Sektor
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
A.Pertanian 5,00 5,00 4,00 3,00 3,00 4,00 3,00
B.Non Pertanian
1 Penggalian 3,00 9,00 15,00 6,00 4,00 5,00 7,00
2 Industri Pengolahan 6,00 5,00 5,00 6,00 5,00 4,00 7,00
3 Listrik dan Air Minum 9,00 11,00 6,00 7,00 5,00 6,00 8,00
4 Bangunan/Kontruksi 8,00 7,00 6,00 7,00 7,00 7,00 7,00
5 Perdagangan Hotel dan 2,00 6,00 6,00 7,00 7,00 7,00 6,00
Restoran
6 Angkutan dan komunikasi 5,00 7,00 7,00 8,00 7,00 7,00 7,00
7 Keuangan, Persewaan dan Jasa 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 8,00 5,00
Perusahaan
8 Jasa-jasa 16,00 5,00 8,00 7,00 7,00 5,00 7,00
Tabel 3. Kontribusi sektor dalam pertumbuhan absolut Produk Domistik Regional Bruto Provinsi
Jawa Tengah atas dasar harga konstantahun 2000 (%)
Tahun
Sektor
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
A.Pertanian 21,87 18,16 14,12 -1,88 20,33 14,13 8,28
B.Non Pertanian
1 Penggalian 0,53 1,70 2,94 1,41 0,69 1,18 1,34
2 Industri Pengolahan 39,99 29,06 27,30 36,10 45,12 24,25 38,23
3 Listrik dan Air Minum 1,28 1,58 1,00 1,14 0,68 0,94 1,21
4 Bangunan/Kontruksi 8,18 7,05 6,36 8,20 5,96 7,56 6,92
5 Perdagangan Hotel dan 10,21 23,60 23,06 28,02 3,38 29,40 22,18
Restoran
6 Angkutan dan komunikasi 4,39 6,58 6,07 8,09 5,33 7,08 5,93
7 Keuangan, Persewaan dan Jasa 2,65 3,32 4,35 4,95 4,54 5,60 3,26
Perusahaan
8 Jasa-jasa 10,90 8,94 14,80 13,96 3,95 9,87 12,65
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
0 0 0 0 0 0 0
289
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
(b) Tinjaun peran sektor pertanian dikaji pada wilayah lain. LQ digunakan sebagai
arah dan pertumbuhan suatu wilayah yang pendekatan pengukuran. Keterangan lebih
ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut ke rinci disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai LQ, nilai tambah produk sektor pertanian yang diminta masyarakat Jawa Tengah
dan nilai tambah produk sektor yang diekspor ke wilayah luar Jawa Tengah.
Nilai tambah produk yang diminta Nilai tambah produk Yang diekspor
Tahun LQ masyarakat Jawa Tengah (milyar keluar wilayah Jawa Tengah (milyar
rupiah) rupiah)
1 2004 1,41 20.368,48 8.237,75
2 2005 1,44 20.743,53 9.181,11
3 2006 1,45 21.405,98 9.596,22
4 2007 1,41 21.854,00 9.008,70
5 2008 1,43 22.966,07 9.914,64
6 2009 1,42 23.991,92 10.109,22
7 2010 1,42 24.627,65 10.328,31
290
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
Tabel 6. Nilai DLQ untuk 5 tahun ke depan sektor pertanian dan non pertanian di Jawa Tengah
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
Pertumbuhan DLQ 5 tahun ke
Sektor pertumbuhan
PDRB Provinsi depan
PDB Nasional
Jawa Tengah
A.Pertanian 3,56 3,51 1,14
B.Non Pertanian
1 Penggalian 2,60 7,90 254,09
2 Industri Pengolahan 4,03 5,10 3,17
3 Listrik dan Air Minum 8,82 7,20 0,49
4 Bangunan/Kontruksi 7,66 6,74 0,69
5 Perdagangan Hotel dan 6,75 6,49 1,01
Restoran
6 Angkutan dan komunikasi 14,48 7,07 0,05
7 Keuangan, Persewaan dan 6,55 6,49 1,16
Jasa Perusahaan
8 Jasa-jasa 6,07 6,52 1,65
291
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
292
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
Tabel 9. Stabilitas Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian dan Non
Pertanian Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Sektor Stabilitas Pertumbuhan
Standar Deviasi Peringkat
A. Pertanian 0,031 6
B.NonPertanian
1 Penggalian 0,035 8
2 Industri Pengolahan 0,009 1
3 Listrik dan Air Minum 0,034 7
4 Bangunan/Kontruksi 0,023 4
5 Perdagangan Hotel dan Restoran 0,022 3
6 Angkutan dan komunikasi 0,011 2
7 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,024 5
8 Jasa-jasa 0,069 9
TPDRB 0,009
293
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
Tabel 10. Koefesien Autokorelasi Produk Domistik Regional Bruto Menurut Sektor di Jawa
Tengah
Sektor ACOR Peringkat
A.Pertanian 0,956 7
B.Non Pertanian
1 Penggalian 0,984 5
2 Industri Pengolahan 0,995 3
3 Listrik dan Air Minum 0,990 4
4 Bangunan/Kontruksi 0,996 2
5 Perdagangan Hotel dan Restoran 0,996 2
6 Angkutan dan komunikasi 0,999 1
7 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,996 2
8 Jasa-jasa 0,983 6
Total PDRB 0,999
Keterangan:Sektor ekonomi yang memiliki nilai ACOR yang sama dikelompokkan dalam rangking
yang sama.
Tabel 11. Nilai CV PDRB sektor pertanian dan non pertanian di Jawa Tengah
Sektor CV
A. Pertanian 0,09
B.NonPertanian
1 Penggalian 0,21
2 Industri Pengolahan 0,17
3 Listrik dan Air Minum 0,20
4 Bangunan/Kontruksi 0,21
5 Perdagangan Hotel dan Restoran 0,16
6 Angkutan dan komunikasi 0,19
7 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,17
8 Jasa-jasa 0,19
TPDRB 0,16
294
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
295
Agustono:Analisis Sektor Pertanian Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan
Capra, Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Samuelson dan Nordhaus 1990. Ekonomi.
Gema Insani. Jakarta. Erlangga. Jakarta.
Darsono, 2012. Faktor Utama Swasembada Simatupang et al. 2000. Kelayakan Pertanian
Pangan Tingkat Rumahtangga Petani sebagai Sektor Andalan Pembangunan
Lahan Kering Di Kabupaten Wonogiri Ekonomi Nasional. Pusat penelitian
Provinsi Jawa Tengah. SEPA Volume 9 Sosial Ekonomi Pertanian Bogor.
No.1 September 2012. Kerjasama
Soekartawi et al 1993. Analisis Resiko dan
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Ketidakpastian Agribisnis.
Fakultas Pertanian UNS dengan
PERHEPI Komisariat Surakarta. Sukirno, S. 2000. Makroekonomi Modern
Perkembangan Pemikiran dari Klasik
Florida State University Departement of Urban
hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo.
and regional Planning, 2013.Planning
Jakarta
Methods III: Forecasting, Economic
Base Theory. http://garnet.acns.fsu.edu/ Supranto, J. 2005. Ekonometrik. Buku Kesatu.
diakses tanggal 14 Maret 2013 jam 9.11 Ghalia Indonesia. Bogor.
Harinaldi. 2005. Prinsip-Prinsip Statistik untuk Suyatno 2000. Analisa Economic Base
Teknik dan Sains. Erlangga. Jakarta. terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tingkat II Wonogiri: Menghadapi
Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan
Implementasi UU No.22/1999 dan UU
dan Perencanaan. Raja Grafindo
No.5/1999. Jurnal Ekonomi
Persada. Jakarta.
Pembangunan Vol 1 No.2 Desember
Klemperer. D. 1996. Forest Resource 2000: 144-159. Fakultas Ekonomi
Economics and Finance. McGraw-Hill. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Surakarta.
Mankiw, N.G. 2007. Makroekonomi. Edisi 6.
Erlangga. Jakarta Tambunan, Mangara. 2010. Menggagas
Perubahan Pendekatan Pembangunan:
Naylor, R.L. dan Falcon, W.P. 2010. Food
Menggerakkan Kekuatan Lokal dalam
Security an era of Economic Volatility.
Globalisasi Ekonomi. Graha Ilmu.
Population and Development Review
Yogyakarta.
Volume 16 Number 4 December 2010.
New York. USA Tarigan, Robinson.2012. Ekonomi Regional
Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi
Nicholson, Walter. 1992. Mikroekonomi
Aksara. Jakarta.
Intermediate dan Penerapannya. Edisi
Ketiga Jilid 1. Alih Bahasa Danny Todaro, M, P. dan Smith, S.C. 2006.
Hutabarat. Erlangga. Jakarta. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1 Edisi
Kesembilan. Erlangga. Jakarta.
Ropingi, Agustono, Catur TBJP. 2009. Analisis
Potensi Ekspor Komoditi Pertanian World Bank 2008. Laporan Bank Dunia,
Unggulan dalam Kerangka Kemandirian Pertanian untuk Pembangunan. Salemba
Perekonomian Daerah Di Kabupaten Empat.
Boyolali. Caraka Tani Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Vol XXIV No 1. Maret 2009.
Fakultas Pertanian UNS.
296