You are on page 1of 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi ibu sebelum dan selama hamil adalah salah satu penentu keadaan
bayi yang dilahirkan. Bila ibu sehat, bayi yang akan dilahirkan kemungkinan
besar juga akan sehat tanpa kelainan kongenital, cukup bulan, dengan berat
badan normal. Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan salah satu
permasalahan yang terjadi pada ibu hamil yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Kekurangan gizi seperti protein,
zat besi, karbohidrat dan asam folat yang terjadi pada ibu hamil berkonsekuensi
dalam berbagai komplikasi kehamilan seperti anemia pada ibu hamil maupun
kelainan kongenital pada anak yang dikandungnya.
KEK pada ibu hamil di samping berpengaruh pada kualitas bayi yang
dilahirkan juga berdampak terhadap kematian bayi dan ibu (Kemenkes RI, 2010).
Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih
cukup tinggi. Berdasarkan survei demografi kesehatan indonesia tahun 2007
dalam Peta Kesehatan Indonesia 2007, AKB adalah 34 per 1000 kelahiran hidup
dan AKI adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. KEK menjadi permasalahan
serius yang dihadapi suatu negara menghadapi Millenium Development Goals
(MDGs) yang berakhir pada tahun 2015. Tercatat pencapaian Indonesia sebagai
negara yang turut andil dalam MDGs, pada target MDGs nomor 5 mengenai
perbaikan kesehatan ibu, angka kematian ibu meningkat dari 228 menjadi 359
per 100.000 kelahiran (Riskesdas,2014).

Gambar 1.1 Grafik Angka Kematian Ibu di Indonesia


Menurut Laporan info DATIN Kemenkes RI mengenai situasi gizi di
Indonesia, proporsi ibu hamil dengan lingkar lengan atas (LILA) <23,5cm

1
menurut provinsi tahun 2013, Jawa Timur menempati 6 besar dengan persentase
29,8% (Riskesdas, 2013). LILA <23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita KEK
yang berimplikasi kepada tingginya risiko angka kematian ibu, bayi, maupun
kelainan kongenital yang ada. Menurut data tahunan Puskesmas Turen,
didapatkan angka kematian ibu trendnya menurun, sebanyak 5 orang pada
tahun 2013, 3 orang tahun 2014, 2 orang pada tahun 2015, dan 1 orang pada
tahun 2016 dengan penyebab utama preeklamsia. Namun berbeda halnya
tentang angka kematian bayi, pada tahun 2013 sebanyak 13 bayi, tahun 2014
sebanyak 17 bayi, dan tahun 2015 sebanyak 13 bayi. Pada tahun 2015,
sebanyak 13 bayi dinyatakan meninggal dengan proporsi terbanyak disebabkan
oleh kelainan bawaan sebanyak 5 dari total 13 kasus tersebut. Data yang
didapatkan dari Puskesmas Turen, pada tahun 2013 tercatat memiliki angka KEK
ibu hamil sebanyak 4 ibu hamil, 8 ibu hamil pada tahun 2014, 11 ibu hamil pada
tahun 2015, dan 12 ibu hamil hingga Oktober 2016.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa KEK pada ibu hamil yang terjadi
pada kecamatan Turen masih menjadi permasalahan yang berimplikasi kepada
kelainan bawaan yang terjadi pada bayi yang berpotensi menjadi morbiditas
hingga mortalitas yang berpengaruh pada angka kematian bayi secara
keseluruhan yang menjadi beban negara untuk bertanggung jawab terhadap
derajat kesehatan negara Indoneia dan sebagai negara yang menyetujui untuk
berpartisipasi kepada MDGs dan keberlanjutannya yakni SDGs. Berangkat dari
data tersebut, penulis ingin melakukan penelitian mengenai angka KEK pada ibu
hamil dan tingkat pengetahuannya terhadap asam folat terhadap angka kejadian
kelainan bawaan sehingga dapat diintervensi secara kesehatan preventif dan
promotif sehingga dapat berujung pada manfaat perbaikan derajat kesehatan
nasional yang salah satunya ditinjau dari angka kematian ibu.

1.2 Tujuan Kegiatan


1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil dan kader
terkait kekurangan asam folat sebagai upaya pencegahan kekurangan
energi kronis dan angka kelainan kongenital di Desa Pagedangan,
Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.

2 Tujuan Khusus
1 Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan kader mengenai asam folat.

2
2 Memberikan media edukasi yang tepat oleh kader dalam menyampaikan
materi mengenai KEK dan bahaya kekurangan asam folat pada ibu hamil.
3 Mengadakan metode evaluasi yang efektif terhadap kegiatan kader dalam
penyampaian materi KEK dan bahaya kekurangan asam folat pada ibu
hamil.

1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah kader kesehatan ibu hamil Desa
Pagedangan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Kegiatan


1.4.1. Manfaat bagi Puskesmas Turen
1 Memberikan data mengenai tingkat pengetahuan kader dan ibu hamil
mengenai bahaya kekurangan asam folat sebagai pertimbangan untuk
tindakan intervensi lebih lanjut.
2 Mendukung program evaluasi gizi ibu hamil dan kelas ibu hamil untuk
menekan angka kematian ibu, bayi, KEK, dan kelainan bawaan.
3 Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan program yang dimonitoring
secara berkelanjutan dan dapat diterapkan di wilayah lain.

1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat


1 Meningkatkan pemahaman kader dan ibu hamil mengenai materi
pentingnya asupan asam folat dan gizi seimbang pada ibu hamil
2 Meningkatkan kesadaran ibu hamil dan kader untuk memperhatikan gizi
yang baik pada ibu hamil secara mandiri
3 Sebagai metode penyiapan kader untuk menyampaikan materi gizi pada
ibu hamil yang terfokus pada asam folat kepada ibu hamil.
4 Menstimulasi peran aktif kader untuk melaksanakan evaluasi tentang
program materi gizi pada ibu hamil.

1.4.3. Manfaat bagi Mahasiswa


1 Melatih kemandirian mahasiswa dalam mengidentifikasi dan mencari
pemecahan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
2 Meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi pada masyarakat dengan
masyarakat secara langsung.
3 Sebagai wahana mahasiswa dalam berkontribusi dalam penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Menurut Depkes RI (2010) menyatakan bahwa kurang energi kronis
merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kekurangan
energy kronis disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama
untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau
disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.

2.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)


Faktor - faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Menurut (Djamaliah, 2008) antara lain
1. Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal
dimulai dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam
negeri yaitu : upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk
pauk, sayuran dan buah - buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat

4
penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal
ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
2. Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu
tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk usia tua perlu energi yang besar juga karena fungsi
organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang
sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun
dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.

3. Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda - beda, seorang dengan gerak
yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang
hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin
banyak. Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat -
zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan
energi rata - rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263
kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10 - 12 kg dan tidak
ada perubahan tingkat kegiatan.
4. Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi
dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah
dan perdarahan yang terus menerus.

5
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
atau parasit yang terdapat pada tubuh.
5. Pengetahuan ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi yang
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering
kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola - pola
konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika
tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek
nutrisi bartambah baik. Usaha - usaha untuk memilih makanan yang bernilai
nutrisi semakin meningkat, ibu - ibu rumah tangga yang mempunyai
pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang
kurang bergizi.
6. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen
hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan.
Artinya pendapatan tersebut 70 - 80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat
(beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy
lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan
menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.
7. Pemerkaan Kehamian (Perawatan Ante Natal)
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan
kunjungan ke tenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan
perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk
menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena
dapat membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya
(Moehji, 2003)

2.3 KEK pada Ibu Hamil


Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang
dikandungnya. Angka kejadian BBLR lebih tinggi di negara - negara yang sedang
berkembang daripada negara - negara yang sudah maju. Hal ini disebabkan oleh

6
keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga timbul masalah dalam memenuhi
diet ibu (Soetjiningsih, 2009).
Pada umumnya, ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan
sistem reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra kehamilan maupun pada saat hamil, akan
menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibu yang
kondisinya tidak seperti itu. Kurang gizi yang kronis pada masa anak - anak
dengan/tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh
stunting/kuntet pada masa dewasa. Ibu yang kondisinya seperti ini sering
melahirkan bayi BBLR, validitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih
bila ibu tadi juga menderita anemia. Terhadap hubungan antara bentuk tubuh ibu,
sistem reproduksi dan sosial ekonomi terhadap pertumbuhan janin (Soetjiningsih,
2009).

2.4 Penentuan Status KEK


Penilaian Status Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil dapat dinilai dari :
a. Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa Tubuh
= IMT)
Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan
dengan abnormalitas kehamilan, berat bada lahir rendah. Sedangkan berat
badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti
hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
b. Ukuran Lingkar Lengann Atas (LILA)
Penentuan status KEK dengan menggunakan lingkar lengan atas atau
disebut LILA. Menurut Depkes RI (2010) pengukuran LILA adalah salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk
mengetahui kelompok umur yang beresikomengalami KEK. Wanita usia subur
yang beresiko KEK di Indonesia jika hasil pengukuran LILA kuranng dari atau
sama dengan 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, apabila hasil pengukuran
lebih dari 23,5 cm maka tidak beresiko menderita KEK (Supariasa, 2002).
Implikasi ukuran LILA terhadap berat bayi lahir adalah bahwa LILA
menggambarkan keadaan konsumsi makan terutama konsumsi energi dan
protein dalam jangka panjang. Kekurangan energi secara kronis ini
menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat untuk

7
menyediakan kebutuhan fisiologi kehamilan yakni perubahan hormon dan
meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai zat gizi
pada janinpun berkurang akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin
terhambat dan lahir dengan berat yang rendah (Depkes RI, 2010).
c. Kadar Hemoglobin (Hb)
Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia.
(Kusmiyati, 2010)

2.5 Gizi pada ibu hamil


Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre
dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina
bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun beresiko.
Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan
berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan.
b. Energi
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi
ada
susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan
kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy ibu hamil adalah 285
kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
c. Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan
protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan
tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
d. Zat besi (FE)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin
adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa
darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah
anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.
e. Kalsium

8
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sebesar 500 mg sehari.
f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit
seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang
g. Pemberian yodium pada daerah dengan endemik kretinisme
(Kusmiyati,2010)

Tabel 2.1 Tambahan Kebutuhan Nutrisi ibu hamil

Nutrisi Kebutuhan tidak Tambahan kebutuhan


hamil/hari hamil/hari
Kalori 2000 2200 kalori 300 - 500 kalori
Protein 75 gram 8 - 12gram
Lemak 53 gram Tetap
Fe 28gram 2 - 4gram
Ca 500 mg 600mg
Vit.A 3500 IU 500 IU
Vit.C 75gr 30 mg
Asam Folat 180gr 400mg
Sumber : Kristiyanasari (2010)

Gambar 2.1 Angka Kecukupan Gizi berdasarkan Trimester kehamilan


sesuai kelompok usia ibu hamil

Tabel 2.2 Anjuran Makan Ibu Hamil Berdasarkan Trimester Kehamilan


Bahan Makanan Trimester I Trimester II dan III
Nasi/penukar 3 piring 4 5 piring

9
Daging/penukar 1 potong 2 3 potong
Tempe/penukar 3 potong 5 potong
Sayur 1 mangkok 3 mangkok
Buah 2 potong 2 potong
Susu 1 gelas 1 gelas
Gula 5 sdm 5 sdm
Air 8 10 gelas 8 10 gelas
Sumber: Dinkes, 2010
Keterangan :
a) 1 piring nasi = 100 gram nasi
b) 1 potong daging = 50 gram
c) 1 potong tempe = 25 gram
d) 1 mangkok sayur = 100 gram
e) 1 potong buah = 100 gram
f) 1 sendok makan gula = 5 gram
g) 1 gelas susu = 200 gram
h) 1 gelas air = 250 ml

2.6 Definisi Asam Folat


Asam folat merupakan senyawa induk dari sekumpulan senyawa yang
secara umum disebut folat. Senyawa ini mempunyai berat molekul (BM) 441.
Molekul asam folat terdiri dari tiga gugus yaitu pteridin, suatu cincin yang
mengandung atom nitrogen, cincin psoriasis amino-benzoic acid (PABA) dan
asam glutamate (Kenzi, 1996). Tubuh manusia tidak dapat mensintesis struktur
folat, sehingga membutuhkan asupan dari makanan. Walaupun banyak bahan
makanan yang mengandung folat, tetapi karena sifatnya termolabil dan larut
dalam air, sering kali folat dari bahan-bahan makanan tersebut rusak karena
proses memasak (Aneke, 2002).

2.6.1 Sumber dan Kebutuhan Asam Folat


Folat tersebar luas pada berbagai tumbuh-tumbuhan dan jaringan hewan,
terutama sebagai poliglutamat dalam bentuk metil atau formil tereduksi Sumber -
sumber yang paling kaya akan asam folat adalah ragi, hati, ginjal, sayur-sayuran
berwarna hijau, kembang kol, brokoli; dalam jumlah yang cukup terdapat dalam
makanan yang terbuat dari susu, daging dan ikan, dan sedikit dalam buah-
buahan. Pemanasan dapat merusak 50-90% folat yang terdapat dalam
makanan. Asupan sebanyak 3,1 mg/kgbb/hari dapat memenuhi angka

10
kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia. Untuk wanita hamil dan wanita
menyusui dianjurkan 0,4 mg/hari atau 400 mg /hari. Apabila kebutuhan asam
folat tercukupi, tubuh menyimpan sekitar 5-10 mg folat, dan hampir setengahnya
disimpan di hati. Cadangan ini cukup untuk 3-6 bulan tanpa asupan folat dari
makanan (Aneke, 2002).

2.6.2 Akibat Defisiensi Asam Folat


A. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya
perubahan abnormal dalam pembentukan sel darah, sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian antara pematangan inti dan sitoplasma pada seluruh sel seri
myeloid dan eritorid (Raybun, 1996). Anemia megaloblastik merupakan
manifestasi yang paling khas untuk defisiensi folat.
Mekanisme biokimiawi yang mendasari terjadinya perubahan
megaloblastik adalah terganggunya konversi dump menjadi dTMP. Dalam
keadaan normal dump dikonversi menjadi dTMP dengan adanya enzim timidilat
sintetase yang membutuhkan koenzim folat. Pada defisiensi folat dump diubah
menjadi dUTP melebihi kapasitas kerja enzim dUTP dalam sel melalui konversi
kembali menjadi dump, akibatnya terjadi penumpukan dUTP di dalam sel,
sehingga terjadi kelambatan dalam sintesis DNA (Aneke, 2002).
Gambaran darah tepi yang paling sering dihubungkan dengan anemia
megaloblastik adalah makrositosis. Makrositosis yang khas adalah
makroovalositosis. Hipersegmentasi neutrofil merupakan tanda pertama
dari anemia megaloblastik di daerah tepi; bila ditemukan 5% neutrofil dengan
lobus lebih dari lima kemungkinan adanya defisiensi asam folat meningkat
menjadi 98%. Pansitopenia dapat juga ditemukan pada anemia
megaloblastik dengan derajat yang bervariasi dan merupakan atribut langsung
dari proses hemopoesis yang inefektif dari sumsum tulang. Sumsum tulang
menunjukkan gambaran hiperselular dengan hiperplasi
seri eritroid. Prekursor eritroid tampak sangat besar yang disebut megaloblas.
Pada seri mieloid dijumpai adanya sel batang dan metamielosit yang sangat
besar (giant meta) myelocyte (Aneke, 2002).

B. Neural tube defect

11
Neural tube defect (NTD) atau defek tuba neuralis adalah suatu kelainan
kongenital yang terjadi akibat kegagalan penutupan lempeng saraf (neural plate)
yang terjadi pada minggu ketiga hingga keempat masa gestasi. Defisiensi folat
ternyata dapat menyebabkan kelainan berat yang mengenai jaringan non
hemopoietik, yaitu neural tube defect (NTD) yang terjadi dapat merupakan isolate
NTD (tanpa disertai kelainan kongenital lain) yang kekambuhannya dapat
dicegah dengan pemberian folat (Berry, 1999).
Walaupun telah diketahui bahwa suplemen asam folat pada masa
perikonsepsi dapat menurunkan risiko terjadinya kehamilan dengan NTD, namun
penyebab pasti terjadinya NTD masih belum diketahui. Diduga bahwa gangguan
metabolisme homosistein berperan dalam terjadinya NTD. Hal ini ditunjang oleh
beberapa studi yang menunjukkan kadar homosistein total dalam plasma yang
lebih tinggi pada pasien NTD maupun wanita hamil dengan NTD, juga ditemukan
kadar homosistein yang lebih tinggi pada cairan amnion kehamilan dengan NTD.
Brouwer dkk, mengemukakan kemungkinan gangguan metabolism pada ibu atau
gangguan transport dari ibu ke janin merupakan faktor penting dalam terjadinya
NTD. Vander Put dan Whitehead dalam studinya masing-masing menemukan
bahwa mutasi C677T pada gen metilen tetra hidrofolat reduktase merupakan
salah satu penyebab peningkatan konsentrasi homosistein plasma total. Coelho
dkk mengemukakan bahwa metionin diperlukan untuk penutupan tabung neural
dan hal ini tidak dapat diatasi dengan suplementasi folat.

C. Hiperhomosisteinemia
Metionin merupakan salah satu asam amino esensial yang dalam tubuh
akan dikonversi menjadi S-adenosilmetionin oleh enzim methionine
adenosytrasferase. S-adenosilmetionin akan melepaskan gugus metilnya
menjadi S-adensolhomosistein, yang kemudian akan dihidrolisis menjadi
homosistein. Bila terjadi defesiensi folat, proses remetilasi homosistein
terganggu, sehingga homosistein tidak dapat diubah menjadi metionin, yang
pada akhirnya akan berakibat terjadinya peningkatan kadar homosistein di dalam
darah. Kelompok wanita yang pernah mengalami kehamilan dengan
NTD mempunyai kadar homosistein total plasma yang lebih tinggi daripada
kelompok kontrol.

12
Peningkatan kadar homosistein total plasma juga dianggap sebagai salah
satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hasil studi Brouwer menunjukkan
bahwa suplementasi 500ug asam folat per hari dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kadar homosistein total plasma terutama pada dua minggu pertama.
Hiperhomosisteinemi pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya trombus
pada arteri spiralis endometrium dan miometrium yang berakibat infark dan
insufisiesi plasenta. Mutasi gen pengatur metabolisme homosistein
menyebabkan kelainan pembuluh darah coroner (Aneke,2002).

2.6.3 Gejala Klinis


Tanda anemia megaloblastik berupa glositis (lidah pucat dan licin),
stomatitis angularis, diare/konstipasi, anoreksia, ikterus ringan, sterilitas,
neuropati perifer bilateral, pigmentasi melalui pada kulit. Kegagalan penutupan
neural tube dapat terjadi di daerah kranial dan spinal mengakibatkan
anensefalus, meningokel, ensefalokel, spina bifida dan hidrosefalus (Aneke
2002).

2.6.4 Diagnosis
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisis, diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan folat serum dan folat eritrosit. Cara pengukuran folat
plasma dan eritrosit terbaru ialah dengan menggunakan cara
Microbiological assay atau competitive binding technique. Kadar asam
folat serum normal sekitar 9-45 nm (3-16 mg/ml). Defisiensi asam folat
ditegakkan bila kadar asam folat serum kurang dari 3 mg/ml dan asam folat
eritrosit kurang dari 100 mg/ml (Aneke, 2002).

2.7 Pengertian Kelainan Kongenital


Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir dan yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetic
(Usman,2008). Kelainan ini dapat berupa penyakit yang diturunkan (didapat atas
salah satu atau kedua orangtua) atau tidak diturunkan (Prawirohardjo,2009).

2.7.1 Etiologi Kelainan Kongenital

13
Menurut (Muslihatun,2010) kelainan kongenital/cacat bawaan yang terjadi
pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
a.Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun
merupakan teratogen. Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya
mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia minum, berhenti
merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, serta tidak menjalani pemeriksaan
rontgen kecuali jika sangat mendesak. Infeksi pada ibu hamil juga bisa
merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan sejumlah kelainan bawaan sindroma rubella kongenital, infeksi
toksoplasmosis pada ibu hamil, infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil,
serta sindroma varicella kongenital.
Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau
pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy.
Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya
sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan
kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta
kematian bayi. Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa
menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk
dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari
normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.

b. Faktor Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari
teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang
penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa
meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia
hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat
minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
c. Faktor Fisik pada Rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan
pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa

14
menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang
terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak
tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses
pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami
gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat
(misalnya anensefalus atau atresia esophagus).
d. Faktor Genetik dan Kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan.
Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan
melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah
pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam
tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
Pola pewarisan kelainan genetik dapat berupa autosom dominan,
autosom resesifm dan X-linked. Autosom dominan adalah jika suatu kelainan
atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat dari salah satu
orang tuanya, maka keadaannya disebut autosom dominan. Contohnya adalah
akondroplasia dan sindroma marfan. Autosom resesif 2 gen yang masing-masing
berasal dari kedua orang tua, maka keadaannya disebut autosom resesif.
Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis. X-linked jika seorang
anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya , maka
keadaannya disebut X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X.
Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan
memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu
gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena
laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut. Contohnya adalah
hemophilia dan buta warna.
Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa
menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama
pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan
kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan
kromosom yang telah mengalami kerusakan.Contoh dari kelainan bawaan akibat
kelainan pada kromosom adalah sindroma down.
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun)
maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin

15
yang dikandungnya. Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi
genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan).
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan
bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa
saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam
keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah
melahirkan anak-anak yang sehat.

16
BAB 3
DATA PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT
KECAMATAN TUREN

3.1 Profil Kecamatan Turen


3.1.1. Geografis
Kecamatan Turen adalah salah satu dari 33 Kecamatan di Kabupaten
Malang, terletak 16 km arah timur dari ibu kota Kabupaten Malang (Kota
Kepanjen) dan 26 km arah selatan dari kota Malang, yang merupakan pusat
pengembangan kawasan Malang Timur & Selatan. Batasbatas wilayah
Kecamatan Turen :
- Utara : Kecamatan Wajak dan Bululawang
- Timur : Kecamatan Wajak dan Dampit
- Selatan : Kecamatan Sumbermanjing wetan
- Barat : Kecamatan Gondanglegi dan Pagelaran

Gambar 3.1 Gambaran Geografis Kecamatan Turen


(Sumber: Profil Kecamatan Turen Tahun 2015)

Luas Wilayah Kecamatan Turen kurang lebih 6.041 km 2 dengan akses


jalan antar desa sudah dapat dilalui kendaraan bermotor baik kendaraan
bermotor roda dua maupun kendaraan roda bermotor roda. Jarak desa terjauh
ke pusat pemerintahan Kecamatan turen adalah Desa Kemulan dan Desa

17
Sanankerto yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan kendaraan
bermotor. Jarak tempuh Puskesmas ke pusat kota dan atau pusat pemerintahan
Kabupaten Malang yang bertempat di Kepanjen dimana Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang dan Kantor Bupati Malang serta salah satu rumah sakit
umum pemerintah daerah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan
Kepanjen berada kurang lebih 18 kilometer.

3.1.2 Topografi
Stuktur jenis tanah di wilayah Kecamatan Turen merupakan jenis
tanahpesolik, topografi sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian
300-460 m di atas permukaan air laut, dengan kemiringankurang dari 15% dan
datar 85%, dengan curah hujan ratarata 1.419 mm pertahun, dengan
pembagian wilayah. Turen bagian Tengah terdiri dari kelurahan Turen, kelurahan
Sedayu, desa Jeru, desa Talok, desa Kedok, dan desa Tanggung, yang
merupakan daerah perkotaan dan pinggir perkotaan selain sebagai daerah
sentra ekonomi, juga sebagai daerah pengembangan/pemekaran kota Turen dan
daerah industri/pengrajin serta daerah pertanian unggulan. Di Kelurahan Turen
dan Sedayu terdapat industri besar, yaitu industri Amunisi PT PINDAD.
Turen Bagian Timur terdiri dari Desa Pagedangan, Sananrejo, dan
Sanankerto merupakan daerah datar, dimana daerah ini irigasi pengairan lancar
dan cocok untuk pengembangan tanaman pangan (padi, jagung, dll), tanaman
sayuran (Cabe, sawi, wortel dll) ; tanaman buah buahan (durian, apokat,
pisang dll) tanaman tebu.Turen bagian Selatan terdiri dari desa Undaan, desa
Gedogwetan, desa Gedogkulon dan desa Tawangrejeni, daerah ini merupakan
daerah pertanian sawah, perkebunan serta potensial untuk pengembangan
peternakan ayam ras, sapi perah dan daerah industri/pengrajin, serta sebagai
daerah pertambangan galian. Turen bagian Utara terdiri dari desa Talangsuko,
desa Tumpukrenteng daerah ini merupakan daerah pertanian sawah serta
potensial untuk pengembangan peternakan ayam ras, sapi perah,perkebunan
dan daerah industri/pengrajin.

3.1.3 Demografi
Penduduk Kecamatan Turen menurut data sampai dengan bulan
Desember 2015 yang berjumlah kurang lebih 116.377 jiwa dipilah menurut jenis
kelamin di temukan data bahwa laki-laki 58.574 jiwa dan perempuan sejumlah
57.803 jiwa.

18
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk per desa Tahun 2015
Jumlah Penduduk
Ibu
Nama Desa Laki- Perempua Bayi Balita
Total Hamil
Laki n
Sanankerto 2107 2234 4341 76 58 268
Sananrejo 3761 3663 7424 132 116 494
Kedok 2968 3237 6205 110 115 412
Tumpak Renteng 2664 2617 5281 93 68 350
Talang Suko 3766 3719 7485 132 120 499
Jeru 3274 3220 6494 117 108 432
Tanggung 3439 3318 6757 120 108 453
Turen 6346 6316 12662 225 186 849
Pagedangan 4517 3984 8501 150 169 568
Talok 4578 4510 9088 161 162 607
Sedayu 2816 2808 5624 100 73 373
Undaan 2017 2039 4056 73 54 267
Gedog Kulon 1477 1517 2994 52 36 195
Gedog Wetan 4265 4241 8506 150 132 568
Tawang Rejeni 3377 3348 6725 120 112 447
Sawahan 4396 4381 8777 155 134 585
Kemulan 2806 2651 5457 98 78 364
JUMLAH 56574 57803 116377 2064 1.760 8.923
(Sumber: Profil Kecamatan Turen Tahun 2015)

Usia produktif (15 s/d 64 tahun) berkisar 80.267 (68,53%). Jumlah bumil
(ibu hamil) pada tahun 2015 sebanyak 2.064 orang, bayi sebanyak 1.760 bayi
dan balita sebanyak 8.923 anak.
Secara terperinci komposisi penduduk kecamatan Turen penduduk tahun
2015 menurut kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan tergambar dalam
piramida di bawah ini :

19
Gambar 3.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Turen
(Sumber: Profil Kecamatan Turen Tahun 2015)

Dengan penduduk sebanyak 117.126 jiwa yang menempati wilayah


seluas 6.041 km2, kepadatan penduduk sebesar 19.39 jiwa/km2 dan
terkelompokkan menjadi 34.759 Kepala Keluarga. Jumlah keluarga miskin
sebanyak 9.506 Kepala Keluarga dengan jumlah anggota sebanyak 25.599
orang. Pendidikan penduduk Kecamatan turen terbanyak adalah setingkat
Sekolah Dasar (SD) kemudian disusul setingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Kecamatan Turen memiliki wilayah kerja sebanyak 2 (dua) kelurahan dan
15 (lima belas) desa, 177 (seratus tujuh puluh tujuh) RW dan 712 (tujuh ratus
dua belas) RT.

3.1.4. Sarana Kesehatan


Kecamatan Turen mempunyai beberapa sarana kesehatan yang tersebar
di kelurahan dan desa. Di antaranya adalah Puskesmas Turen sendiri yang
berperan sebagai puskesmas induk, puskesmas pembantu, polindes, dan lain-
lain. Berikut ini adalah data sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Turen:

20
Gambar 3.3 Peta Penyebaran Tenaga dan Sarana Kesehatan
di Kecamatan Turen
(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen, 2015)

3.2 Profil DesaTerpilih


Profil Desa Pagedangan, KecamatanTuren
Desa Pagedangan terletak di bagian timur laut dari Kecamatan
Turenmerupakan daerah pedesaan dan pinggir perkotaan. Desa Pagedangan
merupakan desa yang kami intervensi. Secara geografis, wilayah Desa
Pagedangan dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Desa Sananrejo dan Kedok
SebelahTimur : Kecamatan Dampit

21
Sebelah Selatan : DesaTuren dan Kecamatan Dampit
Sebelah Barat : Desa Kedok dan Turen
Menurut Laporan Tahunan Puskesmas Turen tahun 2015, tercatat rincian
penduduk Desa Pagedangan:
Penduduk laki-laki : 4.517 jiwa
Penduduk perempuan : 3.984 jiwa
Total penduduk : 8.501 jiwa
Jumlah bumil (ibu hamil) pada tahun 2015 adalah sebanyak 150 orang, bayi
sebanyak 169 bayi dan balita sebanyak 568 anak.

22
BAB 4
ANALISIS DATA

4.1 Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah menggunakan metode dengan cara
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Untuk data primer didapatkan
melalui wawancara tidak terstruktur terhadap kepala Puskesmas, Penanggung
Jawab Program KIA, Penanggung Jawab Program Gizi, dan bidan desa
Pagedangan kecamatan Turen, serta melalui wawancara terstruktur dengan
kader di desa Pagedangan kecamatan Turen. Data primer juga didapatkan dari
pengisian kuisioner oleh ibu-ibu hamil di desa Pagedangan kecamatan Turen.
Data primer ini digunakan untuk mencari masalah dengan cakupan tertinggi di
desa Pagedangan melalui survei langsung pada kader, bidan desa, dan ibu hamil
di desa Pagedangan kecamatan Turen. Sedangkan, untuk data sekunder
didapatkan dari laporan tahunan di Puskesmas Turen pada tahun 2013 2015.
Dari data laporan tahunan di Puskesmas diperoleh dari hasil rekapitulasi tiap
tahun di bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), di bidang Gizi Pelayanan
Kesehatan, dan dari Kepala Puskesmas Turen. Berikut adalah data 10 penyakit
terbanyak di poliklinik Turen tahun 2014, data standar pelayanan minimal
kecamatan Turen tahun 2014, hasil rekapitulasi status gizi ibu hamil berdasarkan
pengukuran lingkar lengan atas di Puskesmas Turen pada Tahun 2015, Angka
Kematian Bayi tahun 2013-2015, Penyebab Kematian Bayi di Puskesmas Turen
tahun 2014 dan 2015.

Tabel 4.1 Data 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Turen Tahun 2014


No Jenis Penyakit Jumlah No Jenis Penyakit Jumlah
1 Common Cold 15318 1 Common Cold 14753
2 Faringitis 4335 2 Faringitis 3662
3 Arthritis 3913 3 Gastritis 3602
4 Gastritis 3613 4 Arthritis 3466
5 Hipertensi 3563 5 Hipertensi Primer 2763
6 Diare 2683 6 Diare 2222
7 Typoid 2657 7 Influensa 1001
8 Dermatitis 2016 8 Tonsilitis 1622
9 Influensa 1842 9 Peny. SusunanSyaraf Lain 1127
10 Reumathoid arthritis 1763 10 Typoid 1844
Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen 2014
Dari tabel diatas didapatkan bahwa common cold merupakan penyakit
terbanyak di Poliklinik Puskesmas Turen dengan jumah 14753, diikuti dengan
faringitis dengan jumlah 3662, dan gastritis dengan jumlah 3602.

23
Tabel 4.2 Data Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Turen Tahun 2014
2014
NO UPAYA KESEHATAN
Target Capaian
1 Cakupan kunjungan Bumil K4 94 92.8
2 Cakupan penanganan komplikasi kebidanan 90 87.9
3 Cakupan linankes berkompeten 95 103.2
4 Cakupan pelayanan nifas 95 103.2
5 Cakupan penanganan neonatus komplikasi 89 96.0
6 Cakupan kunjungan bayi 90 103.7
7 Cakupan Desa/ Kelurahan Uci 88 82.4
8 Cakupan pelayanan anak balita 90 52.8
9 MP ASI balita usia 6 -24 gakin BGM 80 164.7
10 Cakupan penanganan Gizi buruk 100 100.0
11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI 100 90.7
12 Cakupan peserta KB Aktif 78 63.1
13 Cakupan penemuan Kasus AFP >2 100.0
14 Cakupan penemuan Pneumonia Balita 80 6.01
15 Cakupan penemuan BTA(+) 90 41.5
16 Cakupan penanganan DBD 100 100.0
17 Cakupan penemuan kasus diare 90 53.0
18 Cakupan Yankes dasar bagi Maskin 90 47.3
19 cakupan Rujukan maskin 80 42.4
20 Cakupan Surveilance KLB 100 0.0
21 Cakupan Desa Siaga Aktif 70 41.2
22 Jumlah Kematian Ibu 2
23 Jumlah Kematian bayi 19
24 Jumlah Kematian Balita 0,00
Sumber: Administrasi Puskesmas Turen 2014

Dari data di atas tampak bahwa data cakupan kunjungan ibu hamil K4 di
Puskesmas Turen pada tahun 2014 hampir mencapai target. Dengan target 94%,
puskesmas Turen dapat mencapai 92.8%. Hal itu merupakan capaian yang
cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan, karena jika dilihat dari data jumlah
kematian ibu dan jumlah kematian bayi, masih didapatkan 2 kematian ibu dan 19
kematian bayi di Puskesmas Turen. Berdasarkan data tersebut maka diperlukan
mengenai data kematian bayi di Puskesmas Turen dan data mengenai penyebab
terbanyak yang mengaibatkan kematian bayi di Puskesmas Turen.

Diagram 4.1 Angka Kematian Bayi di Puskesmas Turen Tahun 2013-2015

24
Jumlah AKB
20

15
Jumlah AKB
10

0
2013 2014 2015

Sumber: Data Laporan KIA (Kesehatan Ibu Anak) Puskesmas Turen 2013-2015

Dari data di atas didapatkan bahwa jumlah angka kematian bayi


bervariasi setiap tahunnya. Tapi tetap memiliki jumlah yang banyak dalam setiap
tahunnya. Pada tahun 2013 angka kematian bayi di Puskesmas Turen sebanyak
13 bayi. Jumlah ini meningkat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 19 bayi. Namun
kembali menurun pada tahun 2015 yaitu sebanyak 13 bayi. Karena angka
kematian bayi di Puskesmas Turen masih tinggi maka diperlukan data mengenai
penyebab tingginya angka kematian bayi tersebut.
Diagram 4.2 Penyebab Angka Kematian Bayi Puskesmas Turen Tahun 2014

Penyebab AKB
10

6 Penyebab AKB

0
BBLR Kelainan Kongenital Asfiksi Lain - lain

Sumber: Data Laporan KIA (Kesehatan Ibu Anak) Puskesmas Turen 2014
Diagram 4.3 Penyebab Angka Kematian Bayi Puskesmas Turen Tahun 2015

25
Penyebab AKB
6
5
4 Penyebab AKB
3
2
1
0
BBLR Kelainan Kongenital Asfiksi Lain - lain

Sumber: Data Laporan KIA (Kesehatan Ibu Anak) Puskesmas Turen 2015
Berdasarkan data di atas penyebab angka kematian bayi tahun 2014
paling banyak disebabkan oleh BBLR dengan 9 kasus dari total 19 kematian
bayi, asfiksi 4 kasus, dan kelainan kongenital 3 kasus. Pada tahun 2015 setelah
dilakukan intervensi dari puskesmas, penyebab kematian bayi pada tahun 2015
mengalami perubahan. Pada tahun 2015 didapatkan penyebab kematian bayi
terbanyak adalah karena kelainan kongenital dengan 5 kasus dari total 13 kasus
kematian bayi, kemudian BBLR dengan 4 kasus, dan penyebab lain dengan 3
kasus. Berdasar dari data tersebut maka diperlukan data mengenai gizi ibu hamil
berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas.

Diagram 4.4 Angka Ibu Hamil KEK di Puskesmas Turen Tahun 2013-2015

Ibu Hamil KEK


45
40
35
30
Ibu Hamil KEK
25
20
15
10
5
0
2013 2014 2015

Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2015

26
Tabel 4.3 Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)
Puskesmas Turen Tahun 2013
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 79 3
2 Sanan Rejo 148 1
3 Kedok 116 4
4 Tumpuk Renteng 131 0
5 Talangsuko 144 2
6 Jeru 119 4
7 Tanggung 144 1
8 Turen 233 0
9 Pagedangan 156 4
10 Talok 169 2
11 Sedayu 115 0
12 Undaan 88 0
13 Gedog Kulon 54 0
14 Gedog Wetan 153 0
15 Tawang Rejeni 127 0
16 Sawahan 161 0
17 Kemulan 117 2
Jumlah 2254 23
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2013

Tabel 4.4 Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) di
Puskesmas Turen Tahun 2014
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 74 1
2 Sanan Rejo 92 0
3 Kedok 117 3
4 Tumpuk Renteng 71 0
5 Talangsuko 127 1
6 Jeru 121 0
7 Tanggung 99 5
8 Turen 226 3
9 Pagedangan 151 6
10 Talok 166 2
11 Sedayu 98 3
12 Undaan 29 1
13 Gedog Kulon 52 0
14 Gedog Wetan 159 0
15 Tawang Rejeni 109 1
16 Sawahan 162 0
17 Kemulan 72 0
Jumlah 1925 26
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2014

Tabel 4.5 Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) di
Puskesmas Turen Tahun 2015
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan

27
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 71 0
2 Sanan Rejo 87 0
3 Kedok 118 6
4 Tumpuk Renteng 79 0
5 Talangsuko 133 0
6 Jeru 112 2
7 Tanggung 109 2
8 Turen 221 3
9 Pagedangan 152 9
10 Talok 172 0
11 Sedayu 103 4
12 Undaan 26 2
13 Gedog Kulon 54 0
14 Gedog Wetan 152 0
15 Tawang Rejeni 112 1
16 Sawahan 157 0
17 Kemulan 97 10
Jumlah 1955 39
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2015

Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tahun jumlah ibu hamil
dengan KEK (Kekurangan Energi Kronis) semakin meningkat. Jumlah total ibu
hamil dengan KEK di tahun 2013 adalah 23 orang, di tahun 2014 sebanyak 26
orang, dan di tahun 2015 sebanyak 39 orang. Dari data di atas juga didapatkan
bahwa pada tahun 2013, desa Pagedangan, desa Kedok, desa Jeru merupakan
desa dengan jumlah ibu hamil KEK tertinggi yaitu sebanyak 4 orang. Pada tahun
2014, didapatkan bahwa desa Pagedangan memiliki jumlah ibu hamil KEK
tertinggi yaitu sebanyak 6 orang, desa Tanggung sebanyak 5 orang, dan desa
Tumpuk Renteng, desa Turen, desa Sedayu masing masing sebanyak 3 orang.
Sedangkan pada tahun 2015 jumlah ibu hamil KEK tertinggi ada pada desa
Pagedangan dan desa Kemulan. Selanjutnya, penentuan permasalahan dalam
komunitas dikhususkan dengan sasaran pada ibu hamil dan bayi baru lahir,
dilakukan sistem skoring dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).

4.2 Prioritas Masalah


Dalam menentukan prioritas masalah, digunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth), yaitu dengan memperhatikan urgensi, keseriusan, dan
berkembangnya suatu masalah.

4.2.1 Daftar Masalah


1. KEK
2. BBLR
3. Kelainan Kongenital Bayi
4. Asfiksia Neonatorum

28
4.2.2 Urutan Prioritas Masalah
Dari skoring menggunakan USG (Urgency, Seriousness, Growth)
tersebut, didapatkan bahwa permasalahan utama adalah KEK (Kurang Energi
Kronis) pada ibu hamil dan kelainan kongenital bayi. Meskipun BBLR (Berat
badan lahir rendah) juga memiliki prevalensi yang tinggi pada tahun 2014,
namun pada tahun 2015 prevalensi kelainan kongenital bayi tetap tinggi
walaupun telah dilaksanakan program gizi seimbang untuk ibu hamil yang
dilaksanakan oleh puskesmas. Begitu pula dengan angka kejadian KEK di
kecamatan Turen yang masih ada setiap tahunnya, walaupun telah dilakukan
intervensi gizi seimbang.
Tabel 4.6 Skoring Permasalahan di Kecamatan Turen
No Masalah Urgency Seriousness Growth Total Skor/
Kesehatan (U) (S) (G) peringkat
1. KEK 9 8 8 25 (I)
2. BBLR 8 8 8 24 (II)
3. Kelainan 9 8 8 25 (I)
Kongenital Bayi
4. Asfiksia 7 9 7 23 (III)
Neonatorum

Kelainan kongenital juga menyebabkan dampak yang buruk bagi bayi,


selain menyebabkan meningkatnya angka kematian bayi, kelainan kongenital
juga meningkatkan resiko mengalami kecacatan yang akan berpengaruh pada
masa depannya. Maka daripada itu diperlukan upaya pencegahan sejak bayi
masih dalam kandungan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan data yang berisi
tentang prevalensi KEK pada ibu hamil di masing masing desa di kecamatan
Turen pada tahun 2016.
Berdasarkan data pada tahun 2016 di atas, didapatkan bahwa desa
Gedog Wetan memiliki jumlah ibu hamil KEK tertinggi. Namun ibu hamil dengan
KEK juga masih didapatkan pada desa Tanggung, desa Pagedangan, dan desa
Sedayu. Sedangkan dengan mempertimbangkan jumlah ibu hamil diantara ke
empat desa tersebut,maka paling banyak berada di desa Pagedangan sebanyak
147 ibu hamil. Pada tahun 2013 2015 juga didapatkan bahwa desa
Pagedangan selalu memiliki ibu hamil dengan KEK dan memiliki rata rata
jumlah ibu hamil yang banyak setiap tahunnya. Oleh karena itu pada kelompok
ini memilih melakukan intervensi di desa Pagedangan kecamatan Turen.
Tabel 4.5 Prevalensi KEK di Puskesmas Turen Tahun 2016
(Januari Oktober 2016)

29
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 56 0
2 Sanan Rejo 94 0
3 Kedok 95 0
4 Tumpuk Renteng 70 0
5 Talangsuko 100 0
6 Jeru 90 0
7 Tanggung 89 1
8 Turen 169 0
9 Pagedangan 147 1
10 Talok 126 0
11 Sedayu 75 2
12 Undaan 46 0
13 Gedog Kulon 44 0
14 Gedog Wetan 126 6
15 Tawang Rejeni 96 0
16 Sawahan 131 0
17 Kemulan 64 0
Jumlah 1618 10
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2016

Setelah mengumpulkan dan menganalisis data sekunder dari


Puskesmas, maka berikutnya kami mengumpulkan data primer. Data primer
didapatkan dari pembagian kuisioner dan wawancara terstruktur.
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data sekunder dari puskesmas,
maka berikutnya kami mengumpulkan data primer yang didapatkan dari
pembagian kuesioner kepada ibu hamil dan wawancara terstruktur dengan ibu
kader. Data primer ini digunakan untuk mencari pemahaman ibu hamil dan kader
mengenai asam folat, konsumsi zat besi, serta program yang telah ada (program
ATIKA dan program DIARI CINTA) di Desa Pagedangan. Kuesioner telah kami
bagikan kepada 17 ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil di desa
pagedangan. Wawancara terstruktur diadakan bersama 9 dari 10 kader yang
diundang untuk membahas tentang asam folat dan program ibu hamil yang
sudah berjalan yaitu program ATIKA dan DIARI CINTA.
Hasil Data Kuantitatif (Kuesioner)
Karakteristik Responden
No. Karakteristik Responden Jumlah Responden Persentase (%)
1. Rentang Umur
<20 tahun 3 17 %
21 30 tahun 10 55 %
>30 tahun 5 28 %
2. Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah 0 0%
SD / Sederajat 4 22 %
SMP / Sederajat 7 39 %
SMA / Sederajat 7 39 %

30
3. Pekerjaan
Pegawai Swasta 0 0%
Wiraswasta 0 0%
Pedagang 0 0%
Petani 0 0%
Buruh 0 0%
Tidak Bekerja 18 100 %
Lain-lain` 0 0%
4. Pekerjaan Suami
Pegawai Swasta 7 39 %
Wiraswasta 3 17 %
Pedagang 1 5%
Petani 2 11 %
Buruh 2 11 %
Tidak Bekerja 0 0%
Lain-lain` 3 17 %
5. Penghasilan Keluarga
<300.000 1 6%
300.000 500.000 6 33 %
600.000 - 1.000.000 5 28 %
>1.000.000 6 33 %
6. Pengetahuan DIARI CINTA
Mengetahui, penjelasan baik 2 11 %
Sekedar mengetahui 1 6%
Tidak mengetahui 15 83 %
7. Pengetahuan tablet Fe
Mengetahui, penjelasan baik 8 45 %
Sekedar mengetahui 6 33 %
Tidak mengetahui 4 22 %
8. Teratur minum tablet Fe
Teratur 11 61 %
Tidak Teratur 7 39 %
9. Alasan tidak minum tablet Fe
Lupa 10 56 %
Malas 1 5%
Mual 5 28 %
Tidak Bisa BAB 0 0%
Lain-lain 2 11 %
10. Pengetahuan Asam Folat
Mengetahui, penjelasan baik 1 6%
Sekedar mengetahui 4 22 %
Tidak mengetahui 13 72 %
11. Pengetahuan ATIKA
Mengetahui, penjelasan baik 6 33 %
Sekedar mengetahui 4 22 %
Tidak mengetahui 8 45 %

Hasil Data Kualitatif (Wawancara Terstruktur dengan Kader


NOTULEN
Tempat : Balai Desa Pagedangan
Hari, Tanggal : Kamis, 30 November 2016 (11.00-13.00 WIB)
Jumlah Peserta : 5 Dokter Muda beserta 9 kader dari Desa Pagedangan
-Acara diskusi dimulai pukul 11.00 WIB.
-Pembukaan dan doa dari DM Athaya.
-Perkenalan Dokter Muda dan Kader

31
-Pertanyaan pertama yaitu apakah kader mengetahui tentang ATIKA dan menurut
kader bagaimana perjalanan ATIKA?
Semua kader mengetahui ATIKA dan menurut kader ATIKA sudah berjalan
dengan baik selama ini. Penyampaian ATIKA dilakukan dengan games, yel-yel
ATIKA, dan arti dari games dan yel-yel berdasarkan materi ATIKA.
-Pertanyaan selanjutnya yaitu apa saja program-progam yang berhubungan
dengan gizi di Desa Pagedangan selain ATIKA?
Ada, yaitu program Makanan Seimbang. Ibu-ibu muda zaman sekarang
sukanya makanan yang instan-instan, jadi lebih menonjolkan bahwa makanan
sehat lebih baik bikinan sendiri, dari kebun sendiri, dan tanpa bahan
pengawet. Alhamdulillah sudah berubah ibu-ibu di Desa Pagedangan.
-Program ATIKA ini kan lebih fokus kepada Ati, Telur, Ikan, apakah juga diberitahu
tentang makanan seimbang?
Sudah, kita sudah mensosialisasikann bahwa ibu hamil tidak hanya
bergantung pada ATIKA saja, harus ditambahkan dengan buah-buahan,
sayur-sayuran. Proses sosialisasi bekerja sama dengan LSM Paramitra di
posyandu atau kelas ibu hamil. Untuk anak-anak bernama porsi makan anak
dan untuk ibu hamil bernama makanan seimbang.
-Berapa kali kelas ibu hamil ini dilakukan setiap bulannya?
Dalam 1 bulan biasanya dibagi 4, yaitu bokor, supiturang, pagedangan,
wonokasiyan. Untuk posyandunya tergantung pos, 1 bulan satu kali pada
setiap pos.
-Apakah disini evaluasi gizi pada ibu hamil rutin dilakukan dan bagaimana
penanganannya? Biasanya rutin dilakukan, oleh kader bersama ibu bidan,
karena ada pelaporan setiap bulannya. Apabila ditemukan kekurangan gizi
pada ibu hamil atau KEK, biasanya ibu bidan yang menangani langsung dan
mengevaluasi setiap bulan. Setiap bulan ada pelaporan gizi ibu hamil, nama
suami, perkiraan tanggal lahir, KSPR.
-Apakah ibu kader sudah pernah mendengar tentang asam folat?
Semua kader pernah mendengar tentang asam folat, dari bidan desa. Namun
kader tidak mengetahui pengertian dan manfaat asam folat. Kader juga tidak
mengerti makanan yang mengandung asam folat. Namun kader mengerti
mengenai zat besi.
-Apakah ibu kader mengetahui apa bahaya asam folat bagi ibu hamil?
Semua kader tidak mengetahui.
-Penutup dan doa dari DM Athaya
-Acara berakhir pukul 13.00

4.3 Penyebab Masalah

32
Beberapa penyebab masalah KEK ibu hamil dan kelainan kongenital bayi yaitu:
Ibu hamil dan kader belum mengetahui tentang materi kelainan kongenital
dan KEK
Belum tersedianya sarana atau media edukasi mengenai pencegahan
kelainan kongenital yang dapat digunakan oleh kader
Belum ada penyuluhan ataupun kebijakan khusus yang membahas
mengenai pencegahan kelainan kongenital, penyuluhan hanya terbatas
pada gizi seimbang ibu hamil
Kurangnya peran serta masyarakat untuk mencegah KEK dan kelainan
kongenital bay
Penghasilan per bulan yang minim untuk membeli makanan yang bergizi
untuk ibu hamil

4.4 Analisis Penyebab Masalah


Untuk menganalisis penyebab masalah, kami menggunakan diagram Fish
Bone Ishikawa (Diagram Tulang Ikan).

33
Belum ada pelatihan dari puskesmas ke kader mengenai kelainan kongen
Masih tingginya ibu hamil belum minum tablet Fe
MATERIAL MAN

Masih
Belum ada media yang bisa digunakan bumil sebagai sumber tentang makanan tingginya
yang bergizi ibu hamil
Kader dengan
belum anemia materi tentang kelainan kongenital
mengetahui
hanya diajarkan tentang ATIKA

Belum ada media yang dapat menjadi bukti bahwa bumil telah makan makanan bergizi
Masih rendahnya tingkat pengetahuan kader dan ibu hamil tentang gizi

Belum ada media yang bisa digunakan kader untuk memberikan penyuluhan mengenai kelainan kongenital dan KEK

belum ada sediaan asam folat yang dibagikan secara gratis kecuali tablet Fe

KEK dan Kelainan Konge


belum
Cara penyampaian ada kebijakan
kurang tepat khusus tentang pemberian asam folat

4.5belum
Alternatif Pemecahan
ada penyuluhan Masalah
khusus
Kurangnya peran serta masyarakat dalam pencegahan KEK dan pencegahan kelainan kongenital
tentang kelainan kongenital
Evaluasi kegiatan oleh puskesmas tidak ada
1. Pembuatan media sebagai bukti ibu hamil telah makan makanan yang bergizi dengan fokus utama asam folat
2. Pembuatan media yang bisa digunakan ibu hamil sebagai sumber pengetahuan tentang makanan yang bergizi dengan
fokus utamabelum
asamada
folat
indikator bahwa kader dapat menguasai dan menyampaikan
tidak tersedianya
materi
tablet asam folat
hanya bergantung
3. Pembuatan media yangpada kader
bisa digunakan oleh kader untuk melakukan penyuluhan secara rutin kepada ibu hamil
tidak ada pendanaan dari dinkes
4. Penyuluhan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan pencegahan kelainan
kongenital
kurangnya kesadaran METODE ENVIRONMENT

34
5. Pelatihan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil kepada kader dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan
pencegahan kelainan kongenital agar nantinya kader secara mandiri dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil.
6. Pelatihan kepada kader tentang bagaimana cara melakukan penyuluhan yang tepat bagi ibu hamil
7. Pembuatan indikator untuk kader yang berguna untuk menilai apakah kader menguasai dan menyampaikan materi secara
benar.
8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan KEK dan pencegahan kelainan kongenital melalui ibu ibu PKK

4.6 Prioritas Pemecahan Masalah


Beberapa solusi ini kemudian dilakukan skoring dengan menggunakan metode CARL (Capability, Accessability, Readiness,
Leverage). Metode CARL terdiri atas atas beberapa kriteria tertentu, yaitu Capability (kemampuan dalam menjalankan program),
Accessability (kemudahan dalam menjalankan program), Readiness (kesiapan dalam menjalankan program) dan Leverage (daya
ungkit program dalam mengatasi masalah). Skor yang diberikan pada tiap masalah berdasarkan kesepakatan bersama (telah
disepakati skor atau nilai yang diberikan adalah 1-10).Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, sehingga semakin
tinggi letaknya pada urutan prioritas.

Tabel 4.17 Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode CARL


Skor
Rank
No Alternatif Pemecahan Masalah
C A R L
1. Pembuatan media sebagai bukti ibu hamil telah 10 9 8 7 34 V
makan makanan yang bergizi dengan fokus utama
asam folat

35
2. Pembuatan media yang bisa digunakan ibu hamil 10 9 8 9 36 III
sebagai sumber pengetahuan tentang makanan
yang bergizi dengan fokus utama asam folat
3. Pembuatan media yang bisa digunakan oleh kader 10 9 8 9 36 II
untuk melakukan penyuluhan secara rutin kepada
ibu hamil
4. Penyuluhan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil 9 8 9 8 34 IV
dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan
pencegahan kelainan kongenital
5. Pelatihan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil 10 9 9 8 36 I
kepada kader dengan fokus utama yaitu materi asam
folat dan pencegahan kelainan kongenital agar
nantinya kader secara mandiri dapat memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil.
6. Pelatihan kepada kader tentang bagaimana cara 8 8 9 8 33 VII
melakukan penyuluhan yang tepat bagi ibu hamil
7. Pembuatan indikator untuk kader yang berguna 9 8 8 8 33 VI
untuk menilai apakah kader menguasai dan
menyampaikan materi secara benar.
8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam 7 7 7 9 30 VIII
penanganan KEK dan pencegahan kelainan
kongenital melalui ibu ibu PKK

Dengan menggunakan metode CARL tersebut, maka kami menentukan prioritas pemecahan masalah yaitu pelatihan
tentang makanan bergizi untuk ibu hamil kepada kader dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan pencegahan kelainan
kongenital agar nantinya kader secara mandiri dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, pembuatan media yang bisa
digunakan oleh kader untuk melakukan penyuluhan secara rutin kepada ibu hamil, pembuatan media yang bisa digunakan ibu
hamil sebagai sumber pengetahuan tentang makanan yang bergizi dengan fokus utama asam folat, dan pembuatan media
sebagai bukti ibu hamil telah makan makanan yang bergizi dengan fokus utama asam folat.

36
37
4.7 Rencana Kegiatan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Tenaga Wa
Pelaksana

PERSIAPAN

1 Pembuatan Membuat rancangan Pembimbing DM PKM Turen DM Mgg


proposal kerja operasional

2 Advokasi kepala Mendapat dukungan Kepala desa, bidan Desa DM Mgg


desa, bidan desa, dari kades, bidan desa, desa, perawat Pagedangan
dan perawat desa dan perawat desa desa
(Senin) dan
penentuan dusun

3 Meminta data Merencanakan Kader desa dan Desa DM Mgg


terkait bumil ke intervensi selanjutnya warga desa Pagedangan
bidan Sutojayan
desa,mewawancar
ai kader tentang
kemungkinan peran
masyarakat

4 Menemui bumil Merencanakan Bumil Desa DM Mgg


untuk membagikan intervensi selanjutnya pagedangan
kuisioner untuk
menilai tingkat
pengetahuan ibu
Mengetahui isis
dari kelas ibu hamil
5 Pembuatan konsep Membuat materi - Desa DM Mgg
intervensi, penyuluhan Pagedangan
merencanakan Membuat konten diari
pertemuan cinta
selanjutnya untuk Persiapan paket-paket
intervensi kader dan mendata harga
serta kandungan
gizinya

5 Mengikuti kegiatan Membuat perencanaan - Desa DM Mgg


posyandu untuk cara penyampaian Pagedangan
mengetahui
jalannya kegiatan
6 Seminar proposal Melaporkan rencana Pembimbing DM FK UB DM Mgg
kegiatan

7 Pembagian Pemberitahuan kepada Kader desa dan Desa Bidan desa Mgg
undangan warga warga desa Pagedangan DM
Pagedangan

PELAKSANAAN

1 Penyuluhan dan Melatih kader untuk Kader Desa DM Mgg


pelatihan kader sosialisasi tentang Pagedangan Bidan desa
asam folat dan
pentingnya hal tersebut
kepada sesama kader
dan warga desa
Pagedangan

2 Penyuluhan kepada Meningkatkan Bumil Desa DM Mgg


bumil tentang asam pengetahuan bumil Pagedangan Bidan desa Ming
folat dan mempermudah
bumil dalam
memperoleh bahan
makanan yg
mengandung asam
folat

EVALUASI

1 Evaluasi - Semakin banyaknya Kader desa Desa DM Mgg


kader yag Pagedangan
mensosialisasikanas
am folat
- Kader
mengimplementasika
n materi ke semua
ibu
- Mengecek pada diari
cinta apakah sudah
makan asam folat
hari-hari tersebut
- Menurunnya angka
kejadian KEK dan
kelainan kongenital
2 LPJ Melaporkan hasil Pembimbing DM FK UB DM Mgg
kegiatan

You might also like