Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
menurut provinsi tahun 2013, Jawa Timur menempati 6 besar dengan persentase
29,8% (Riskesdas, 2013). LILA <23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita KEK
yang berimplikasi kepada tingginya risiko angka kematian ibu, bayi, maupun
kelainan kongenital yang ada. Menurut data tahunan Puskesmas Turen,
didapatkan angka kematian ibu trendnya menurun, sebanyak 5 orang pada
tahun 2013, 3 orang tahun 2014, 2 orang pada tahun 2015, dan 1 orang pada
tahun 2016 dengan penyebab utama preeklamsia. Namun berbeda halnya
tentang angka kematian bayi, pada tahun 2013 sebanyak 13 bayi, tahun 2014
sebanyak 17 bayi, dan tahun 2015 sebanyak 13 bayi. Pada tahun 2015,
sebanyak 13 bayi dinyatakan meninggal dengan proporsi terbanyak disebabkan
oleh kelainan bawaan sebanyak 5 dari total 13 kasus tersebut. Data yang
didapatkan dari Puskesmas Turen, pada tahun 2013 tercatat memiliki angka KEK
ibu hamil sebanyak 4 ibu hamil, 8 ibu hamil pada tahun 2014, 11 ibu hamil pada
tahun 2015, dan 12 ibu hamil hingga Oktober 2016.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa KEK pada ibu hamil yang terjadi
pada kecamatan Turen masih menjadi permasalahan yang berimplikasi kepada
kelainan bawaan yang terjadi pada bayi yang berpotensi menjadi morbiditas
hingga mortalitas yang berpengaruh pada angka kematian bayi secara
keseluruhan yang menjadi beban negara untuk bertanggung jawab terhadap
derajat kesehatan negara Indoneia dan sebagai negara yang menyetujui untuk
berpartisipasi kepada MDGs dan keberlanjutannya yakni SDGs. Berangkat dari
data tersebut, penulis ingin melakukan penelitian mengenai angka KEK pada ibu
hamil dan tingkat pengetahuannya terhadap asam folat terhadap angka kejadian
kelainan bawaan sehingga dapat diintervensi secara kesehatan preventif dan
promotif sehingga dapat berujung pada manfaat perbaikan derajat kesehatan
nasional yang salah satunya ditinjau dari angka kematian ibu.
2 Tujuan Khusus
1 Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan kader mengenai asam folat.
2
2 Memberikan media edukasi yang tepat oleh kader dalam menyampaikan
materi mengenai KEK dan bahaya kekurangan asam folat pada ibu hamil.
3 Mengadakan metode evaluasi yang efektif terhadap kegiatan kader dalam
penyampaian materi KEK dan bahaya kekurangan asam folat pada ibu
hamil.
1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah kader kesehatan ibu hamil Desa
Pagedangan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal
ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
2. Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu
tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk usia tua perlu energi yang besar juga karena fungsi
organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang
sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun
dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
3. Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda - beda, seorang dengan gerak
yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang
hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin
banyak. Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat -
zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan
energi rata - rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263
kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10 - 12 kg dan tidak
ada perubahan tingkat kegiatan.
4. Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi
dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah
dan perdarahan yang terus menerus.
5
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
atau parasit yang terdapat pada tubuh.
5. Pengetahuan ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi yang
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering
kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola - pola
konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika
tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek
nutrisi bartambah baik. Usaha - usaha untuk memilih makanan yang bernilai
nutrisi semakin meningkat, ibu - ibu rumah tangga yang mempunyai
pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang
kurang bergizi.
6. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen
hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan.
Artinya pendapatan tersebut 70 - 80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat
(beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy
lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan
menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.
7. Pemerkaan Kehamian (Perawatan Ante Natal)
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan
kunjungan ke tenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan
perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk
menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena
dapat membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya
(Moehji, 2003)
6
keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga timbul masalah dalam memenuhi
diet ibu (Soetjiningsih, 2009).
Pada umumnya, ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan
sistem reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra kehamilan maupun pada saat hamil, akan
menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibu yang
kondisinya tidak seperti itu. Kurang gizi yang kronis pada masa anak - anak
dengan/tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk tubuh
stunting/kuntet pada masa dewasa. Ibu yang kondisinya seperti ini sering
melahirkan bayi BBLR, validitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih
bila ibu tadi juga menderita anemia. Terhadap hubungan antara bentuk tubuh ibu,
sistem reproduksi dan sosial ekonomi terhadap pertumbuhan janin (Soetjiningsih,
2009).
7
menyediakan kebutuhan fisiologi kehamilan yakni perubahan hormon dan
meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai zat gizi
pada janinpun berkurang akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin
terhambat dan lahir dengan berat yang rendah (Depkes RI, 2010).
c. Kadar Hemoglobin (Hb)
Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia.
(Kusmiyati, 2010)
8
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sebesar 500 mg sehari.
f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit
seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang
g. Pemberian yodium pada daerah dengan endemik kretinisme
(Kusmiyati,2010)
9
Daging/penukar 1 potong 2 3 potong
Tempe/penukar 3 potong 5 potong
Sayur 1 mangkok 3 mangkok
Buah 2 potong 2 potong
Susu 1 gelas 1 gelas
Gula 5 sdm 5 sdm
Air 8 10 gelas 8 10 gelas
Sumber: Dinkes, 2010
Keterangan :
a) 1 piring nasi = 100 gram nasi
b) 1 potong daging = 50 gram
c) 1 potong tempe = 25 gram
d) 1 mangkok sayur = 100 gram
e) 1 potong buah = 100 gram
f) 1 sendok makan gula = 5 gram
g) 1 gelas susu = 200 gram
h) 1 gelas air = 250 ml
10
kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia. Untuk wanita hamil dan wanita
menyusui dianjurkan 0,4 mg/hari atau 400 mg /hari. Apabila kebutuhan asam
folat tercukupi, tubuh menyimpan sekitar 5-10 mg folat, dan hampir setengahnya
disimpan di hati. Cadangan ini cukup untuk 3-6 bulan tanpa asupan folat dari
makanan (Aneke, 2002).
11
Neural tube defect (NTD) atau defek tuba neuralis adalah suatu kelainan
kongenital yang terjadi akibat kegagalan penutupan lempeng saraf (neural plate)
yang terjadi pada minggu ketiga hingga keempat masa gestasi. Defisiensi folat
ternyata dapat menyebabkan kelainan berat yang mengenai jaringan non
hemopoietik, yaitu neural tube defect (NTD) yang terjadi dapat merupakan isolate
NTD (tanpa disertai kelainan kongenital lain) yang kekambuhannya dapat
dicegah dengan pemberian folat (Berry, 1999).
Walaupun telah diketahui bahwa suplemen asam folat pada masa
perikonsepsi dapat menurunkan risiko terjadinya kehamilan dengan NTD, namun
penyebab pasti terjadinya NTD masih belum diketahui. Diduga bahwa gangguan
metabolisme homosistein berperan dalam terjadinya NTD. Hal ini ditunjang oleh
beberapa studi yang menunjukkan kadar homosistein total dalam plasma yang
lebih tinggi pada pasien NTD maupun wanita hamil dengan NTD, juga ditemukan
kadar homosistein yang lebih tinggi pada cairan amnion kehamilan dengan NTD.
Brouwer dkk, mengemukakan kemungkinan gangguan metabolism pada ibu atau
gangguan transport dari ibu ke janin merupakan faktor penting dalam terjadinya
NTD. Vander Put dan Whitehead dalam studinya masing-masing menemukan
bahwa mutasi C677T pada gen metilen tetra hidrofolat reduktase merupakan
salah satu penyebab peningkatan konsentrasi homosistein plasma total. Coelho
dkk mengemukakan bahwa metionin diperlukan untuk penutupan tabung neural
dan hal ini tidak dapat diatasi dengan suplementasi folat.
C. Hiperhomosisteinemia
Metionin merupakan salah satu asam amino esensial yang dalam tubuh
akan dikonversi menjadi S-adenosilmetionin oleh enzim methionine
adenosytrasferase. S-adenosilmetionin akan melepaskan gugus metilnya
menjadi S-adensolhomosistein, yang kemudian akan dihidrolisis menjadi
homosistein. Bila terjadi defesiensi folat, proses remetilasi homosistein
terganggu, sehingga homosistein tidak dapat diubah menjadi metionin, yang
pada akhirnya akan berakibat terjadinya peningkatan kadar homosistein di dalam
darah. Kelompok wanita yang pernah mengalami kehamilan dengan
NTD mempunyai kadar homosistein total plasma yang lebih tinggi daripada
kelompok kontrol.
12
Peningkatan kadar homosistein total plasma juga dianggap sebagai salah
satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hasil studi Brouwer menunjukkan
bahwa suplementasi 500ug asam folat per hari dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kadar homosistein total plasma terutama pada dua minggu pertama.
Hiperhomosisteinemi pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya trombus
pada arteri spiralis endometrium dan miometrium yang berakibat infark dan
insufisiesi plasenta. Mutasi gen pengatur metabolisme homosistein
menyebabkan kelainan pembuluh darah coroner (Aneke,2002).
2.6.4 Diagnosis
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisis, diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan folat serum dan folat eritrosit. Cara pengukuran folat
plasma dan eritrosit terbaru ialah dengan menggunakan cara
Microbiological assay atau competitive binding technique. Kadar asam
folat serum normal sekitar 9-45 nm (3-16 mg/ml). Defisiensi asam folat
ditegakkan bila kadar asam folat serum kurang dari 3 mg/ml dan asam folat
eritrosit kurang dari 100 mg/ml (Aneke, 2002).
13
Menurut (Muslihatun,2010) kelainan kongenital/cacat bawaan yang terjadi
pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
a.Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun
merupakan teratogen. Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya
mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia minum, berhenti
merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, serta tidak menjalani pemeriksaan
rontgen kecuali jika sangat mendesak. Infeksi pada ibu hamil juga bisa
merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan sejumlah kelainan bawaan sindroma rubella kongenital, infeksi
toksoplasmosis pada ibu hamil, infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil,
serta sindroma varicella kongenital.
Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau
pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy.
Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya
sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan
kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta
kematian bayi. Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa
menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk
dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari
normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.
b. Faktor Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari
teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang
penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa
meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia
hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat
minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
c. Faktor Fisik pada Rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan
pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa
14
menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang
terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak
tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses
pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami
gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat
(misalnya anensefalus atau atresia esophagus).
d. Faktor Genetik dan Kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan.
Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan
melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah
pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam
tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
Pola pewarisan kelainan genetik dapat berupa autosom dominan,
autosom resesifm dan X-linked. Autosom dominan adalah jika suatu kelainan
atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat dari salah satu
orang tuanya, maka keadaannya disebut autosom dominan. Contohnya adalah
akondroplasia dan sindroma marfan. Autosom resesif 2 gen yang masing-masing
berasal dari kedua orang tua, maka keadaannya disebut autosom resesif.
Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis. X-linked jika seorang
anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya , maka
keadaannya disebut X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X.
Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan
memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu
gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena
laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut. Contohnya adalah
hemophilia dan buta warna.
Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa
menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama
pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan
kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan
kromosom yang telah mengalami kerusakan.Contoh dari kelainan bawaan akibat
kelainan pada kromosom adalah sindroma down.
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun)
maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin
15
yang dikandungnya. Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi
genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan).
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan
bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa
saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam
keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah
melahirkan anak-anak yang sehat.
16
BAB 3
DATA PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT
KECAMATAN TUREN
17
Sanankerto yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan kendaraan
bermotor. Jarak tempuh Puskesmas ke pusat kota dan atau pusat pemerintahan
Kabupaten Malang yang bertempat di Kepanjen dimana Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang dan Kantor Bupati Malang serta salah satu rumah sakit
umum pemerintah daerah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan
Kepanjen berada kurang lebih 18 kilometer.
3.1.2 Topografi
Stuktur jenis tanah di wilayah Kecamatan Turen merupakan jenis
tanahpesolik, topografi sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian
300-460 m di atas permukaan air laut, dengan kemiringankurang dari 15% dan
datar 85%, dengan curah hujan ratarata 1.419 mm pertahun, dengan
pembagian wilayah. Turen bagian Tengah terdiri dari kelurahan Turen, kelurahan
Sedayu, desa Jeru, desa Talok, desa Kedok, dan desa Tanggung, yang
merupakan daerah perkotaan dan pinggir perkotaan selain sebagai daerah
sentra ekonomi, juga sebagai daerah pengembangan/pemekaran kota Turen dan
daerah industri/pengrajin serta daerah pertanian unggulan. Di Kelurahan Turen
dan Sedayu terdapat industri besar, yaitu industri Amunisi PT PINDAD.
Turen Bagian Timur terdiri dari Desa Pagedangan, Sananrejo, dan
Sanankerto merupakan daerah datar, dimana daerah ini irigasi pengairan lancar
dan cocok untuk pengembangan tanaman pangan (padi, jagung, dll), tanaman
sayuran (Cabe, sawi, wortel dll) ; tanaman buah buahan (durian, apokat,
pisang dll) tanaman tebu.Turen bagian Selatan terdiri dari desa Undaan, desa
Gedogwetan, desa Gedogkulon dan desa Tawangrejeni, daerah ini merupakan
daerah pertanian sawah, perkebunan serta potensial untuk pengembangan
peternakan ayam ras, sapi perah dan daerah industri/pengrajin, serta sebagai
daerah pertambangan galian. Turen bagian Utara terdiri dari desa Talangsuko,
desa Tumpukrenteng daerah ini merupakan daerah pertanian sawah serta
potensial untuk pengembangan peternakan ayam ras, sapi perah,perkebunan
dan daerah industri/pengrajin.
3.1.3 Demografi
Penduduk Kecamatan Turen menurut data sampai dengan bulan
Desember 2015 yang berjumlah kurang lebih 116.377 jiwa dipilah menurut jenis
kelamin di temukan data bahwa laki-laki 58.574 jiwa dan perempuan sejumlah
57.803 jiwa.
18
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk per desa Tahun 2015
Jumlah Penduduk
Ibu
Nama Desa Laki- Perempua Bayi Balita
Total Hamil
Laki n
Sanankerto 2107 2234 4341 76 58 268
Sananrejo 3761 3663 7424 132 116 494
Kedok 2968 3237 6205 110 115 412
Tumpak Renteng 2664 2617 5281 93 68 350
Talang Suko 3766 3719 7485 132 120 499
Jeru 3274 3220 6494 117 108 432
Tanggung 3439 3318 6757 120 108 453
Turen 6346 6316 12662 225 186 849
Pagedangan 4517 3984 8501 150 169 568
Talok 4578 4510 9088 161 162 607
Sedayu 2816 2808 5624 100 73 373
Undaan 2017 2039 4056 73 54 267
Gedog Kulon 1477 1517 2994 52 36 195
Gedog Wetan 4265 4241 8506 150 132 568
Tawang Rejeni 3377 3348 6725 120 112 447
Sawahan 4396 4381 8777 155 134 585
Kemulan 2806 2651 5457 98 78 364
JUMLAH 56574 57803 116377 2064 1.760 8.923
(Sumber: Profil Kecamatan Turen Tahun 2015)
Usia produktif (15 s/d 64 tahun) berkisar 80.267 (68,53%). Jumlah bumil
(ibu hamil) pada tahun 2015 sebanyak 2.064 orang, bayi sebanyak 1.760 bayi
dan balita sebanyak 8.923 anak.
Secara terperinci komposisi penduduk kecamatan Turen penduduk tahun
2015 menurut kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan tergambar dalam
piramida di bawah ini :
19
Gambar 3.2 Komposisi Penduduk Kecamatan Turen
(Sumber: Profil Kecamatan Turen Tahun 2015)
20
Gambar 3.3 Peta Penyebaran Tenaga dan Sarana Kesehatan
di Kecamatan Turen
(Sumber: Laporan Kesehatan Puskesmas Turen, 2015)
21
Sebelah Selatan : DesaTuren dan Kecamatan Dampit
Sebelah Barat : Desa Kedok dan Turen
Menurut Laporan Tahunan Puskesmas Turen tahun 2015, tercatat rincian
penduduk Desa Pagedangan:
Penduduk laki-laki : 4.517 jiwa
Penduduk perempuan : 3.984 jiwa
Total penduduk : 8.501 jiwa
Jumlah bumil (ibu hamil) pada tahun 2015 adalah sebanyak 150 orang, bayi
sebanyak 169 bayi dan balita sebanyak 568 anak.
22
BAB 4
ANALISIS DATA
23
Tabel 4.2 Data Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Turen Tahun 2014
2014
NO UPAYA KESEHATAN
Target Capaian
1 Cakupan kunjungan Bumil K4 94 92.8
2 Cakupan penanganan komplikasi kebidanan 90 87.9
3 Cakupan linankes berkompeten 95 103.2
4 Cakupan pelayanan nifas 95 103.2
5 Cakupan penanganan neonatus komplikasi 89 96.0
6 Cakupan kunjungan bayi 90 103.7
7 Cakupan Desa/ Kelurahan Uci 88 82.4
8 Cakupan pelayanan anak balita 90 52.8
9 MP ASI balita usia 6 -24 gakin BGM 80 164.7
10 Cakupan penanganan Gizi buruk 100 100.0
11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI 100 90.7
12 Cakupan peserta KB Aktif 78 63.1
13 Cakupan penemuan Kasus AFP >2 100.0
14 Cakupan penemuan Pneumonia Balita 80 6.01
15 Cakupan penemuan BTA(+) 90 41.5
16 Cakupan penanganan DBD 100 100.0
17 Cakupan penemuan kasus diare 90 53.0
18 Cakupan Yankes dasar bagi Maskin 90 47.3
19 cakupan Rujukan maskin 80 42.4
20 Cakupan Surveilance KLB 100 0.0
21 Cakupan Desa Siaga Aktif 70 41.2
22 Jumlah Kematian Ibu 2
23 Jumlah Kematian bayi 19
24 Jumlah Kematian Balita 0,00
Sumber: Administrasi Puskesmas Turen 2014
Dari data di atas tampak bahwa data cakupan kunjungan ibu hamil K4 di
Puskesmas Turen pada tahun 2014 hampir mencapai target. Dengan target 94%,
puskesmas Turen dapat mencapai 92.8%. Hal itu merupakan capaian yang
cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan, karena jika dilihat dari data jumlah
kematian ibu dan jumlah kematian bayi, masih didapatkan 2 kematian ibu dan 19
kematian bayi di Puskesmas Turen. Berdasarkan data tersebut maka diperlukan
mengenai data kematian bayi di Puskesmas Turen dan data mengenai penyebab
terbanyak yang mengaibatkan kematian bayi di Puskesmas Turen.
24
Jumlah AKB
20
15
Jumlah AKB
10
0
2013 2014 2015
Sumber: Data Laporan KIA (Kesehatan Ibu Anak) Puskesmas Turen 2013-2015
Penyebab AKB
10
6 Penyebab AKB
0
BBLR Kelainan Kongenital Asfiksi Lain - lain
Sumber: Data Laporan KIA (Kesehatan Ibu Anak) Puskesmas Turen 2014
Diagram 4.3 Penyebab Angka Kematian Bayi Puskesmas Turen Tahun 2015
25
Penyebab AKB
6
5
4 Penyebab AKB
3
2
1
0
BBLR Kelainan Kongenital Asfiksi Lain - lain
Sumber: Data Laporan KIA (Kesehatan Ibu Anak) Puskesmas Turen 2015
Berdasarkan data di atas penyebab angka kematian bayi tahun 2014
paling banyak disebabkan oleh BBLR dengan 9 kasus dari total 19 kematian
bayi, asfiksi 4 kasus, dan kelainan kongenital 3 kasus. Pada tahun 2015 setelah
dilakukan intervensi dari puskesmas, penyebab kematian bayi pada tahun 2015
mengalami perubahan. Pada tahun 2015 didapatkan penyebab kematian bayi
terbanyak adalah karena kelainan kongenital dengan 5 kasus dari total 13 kasus
kematian bayi, kemudian BBLR dengan 4 kasus, dan penyebab lain dengan 3
kasus. Berdasar dari data tersebut maka diperlukan data mengenai gizi ibu hamil
berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas.
Diagram 4.4 Angka Ibu Hamil KEK di Puskesmas Turen Tahun 2013-2015
26
Tabel 4.3 Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)
Puskesmas Turen Tahun 2013
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 79 3
2 Sanan Rejo 148 1
3 Kedok 116 4
4 Tumpuk Renteng 131 0
5 Talangsuko 144 2
6 Jeru 119 4
7 Tanggung 144 1
8 Turen 233 0
9 Pagedangan 156 4
10 Talok 169 2
11 Sedayu 115 0
12 Undaan 88 0
13 Gedog Kulon 54 0
14 Gedog Wetan 153 0
15 Tawang Rejeni 127 0
16 Sawahan 161 0
17 Kemulan 117 2
Jumlah 2254 23
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2013
Tabel 4.4 Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) di
Puskesmas Turen Tahun 2014
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 74 1
2 Sanan Rejo 92 0
3 Kedok 117 3
4 Tumpuk Renteng 71 0
5 Talangsuko 127 1
6 Jeru 121 0
7 Tanggung 99 5
8 Turen 226 3
9 Pagedangan 151 6
10 Talok 166 2
11 Sedayu 98 3
12 Undaan 29 1
13 Gedog Kulon 52 0
14 Gedog Wetan 159 0
15 Tawang Rejeni 109 1
16 Sawahan 162 0
17 Kemulan 72 0
Jumlah 1925 26
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2014
Tabel 4.5 Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) di
Puskesmas Turen Tahun 2015
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan
27
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 71 0
2 Sanan Rejo 87 0
3 Kedok 118 6
4 Tumpuk Renteng 79 0
5 Talangsuko 133 0
6 Jeru 112 2
7 Tanggung 109 2
8 Turen 221 3
9 Pagedangan 152 9
10 Talok 172 0
11 Sedayu 103 4
12 Undaan 26 2
13 Gedog Kulon 54 0
14 Gedog Wetan 152 0
15 Tawang Rejeni 112 1
16 Sawahan 157 0
17 Kemulan 97 10
Jumlah 1955 39
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2015
Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tahun jumlah ibu hamil
dengan KEK (Kekurangan Energi Kronis) semakin meningkat. Jumlah total ibu
hamil dengan KEK di tahun 2013 adalah 23 orang, di tahun 2014 sebanyak 26
orang, dan di tahun 2015 sebanyak 39 orang. Dari data di atas juga didapatkan
bahwa pada tahun 2013, desa Pagedangan, desa Kedok, desa Jeru merupakan
desa dengan jumlah ibu hamil KEK tertinggi yaitu sebanyak 4 orang. Pada tahun
2014, didapatkan bahwa desa Pagedangan memiliki jumlah ibu hamil KEK
tertinggi yaitu sebanyak 6 orang, desa Tanggung sebanyak 5 orang, dan desa
Tumpuk Renteng, desa Turen, desa Sedayu masing masing sebanyak 3 orang.
Sedangkan pada tahun 2015 jumlah ibu hamil KEK tertinggi ada pada desa
Pagedangan dan desa Kemulan. Selanjutnya, penentuan permasalahan dalam
komunitas dikhususkan dengan sasaran pada ibu hamil dan bayi baru lahir,
dilakukan sistem skoring dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
28
4.2.2 Urutan Prioritas Masalah
Dari skoring menggunakan USG (Urgency, Seriousness, Growth)
tersebut, didapatkan bahwa permasalahan utama adalah KEK (Kurang Energi
Kronis) pada ibu hamil dan kelainan kongenital bayi. Meskipun BBLR (Berat
badan lahir rendah) juga memiliki prevalensi yang tinggi pada tahun 2014,
namun pada tahun 2015 prevalensi kelainan kongenital bayi tetap tinggi
walaupun telah dilaksanakan program gizi seimbang untuk ibu hamil yang
dilaksanakan oleh puskesmas. Begitu pula dengan angka kejadian KEK di
kecamatan Turen yang masih ada setiap tahunnya, walaupun telah dilakukan
intervensi gizi seimbang.
Tabel 4.6 Skoring Permasalahan di Kecamatan Turen
No Masalah Urgency Seriousness Growth Total Skor/
Kesehatan (U) (S) (G) peringkat
1. KEK 9 8 8 25 (I)
2. BBLR 8 8 8 24 (II)
3. Kelainan 9 8 8 25 (I)
Kongenital Bayi
4. Asfiksia 7 9 7 23 (III)
Neonatorum
29
No Desa Jumlah Ibu Jumlah KEK Keterangan
Hamil (LILA < 23.5)
1 Sanan Kerto 56 0
2 Sanan Rejo 94 0
3 Kedok 95 0
4 Tumpuk Renteng 70 0
5 Talangsuko 100 0
6 Jeru 90 0
7 Tanggung 89 1
8 Turen 169 0
9 Pagedangan 147 1
10 Talok 126 0
11 Sedayu 75 2
12 Undaan 46 0
13 Gedog Kulon 44 0
14 Gedog Wetan 126 6
15 Tawang Rejeni 96 0
16 Sawahan 131 0
17 Kemulan 64 0
Jumlah 1618 10
Sumber: Data Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Turen 2016
30
3. Pekerjaan
Pegawai Swasta 0 0%
Wiraswasta 0 0%
Pedagang 0 0%
Petani 0 0%
Buruh 0 0%
Tidak Bekerja 18 100 %
Lain-lain` 0 0%
4. Pekerjaan Suami
Pegawai Swasta 7 39 %
Wiraswasta 3 17 %
Pedagang 1 5%
Petani 2 11 %
Buruh 2 11 %
Tidak Bekerja 0 0%
Lain-lain` 3 17 %
5. Penghasilan Keluarga
<300.000 1 6%
300.000 500.000 6 33 %
600.000 - 1.000.000 5 28 %
>1.000.000 6 33 %
6. Pengetahuan DIARI CINTA
Mengetahui, penjelasan baik 2 11 %
Sekedar mengetahui 1 6%
Tidak mengetahui 15 83 %
7. Pengetahuan tablet Fe
Mengetahui, penjelasan baik 8 45 %
Sekedar mengetahui 6 33 %
Tidak mengetahui 4 22 %
8. Teratur minum tablet Fe
Teratur 11 61 %
Tidak Teratur 7 39 %
9. Alasan tidak minum tablet Fe
Lupa 10 56 %
Malas 1 5%
Mual 5 28 %
Tidak Bisa BAB 0 0%
Lain-lain 2 11 %
10. Pengetahuan Asam Folat
Mengetahui, penjelasan baik 1 6%
Sekedar mengetahui 4 22 %
Tidak mengetahui 13 72 %
11. Pengetahuan ATIKA
Mengetahui, penjelasan baik 6 33 %
Sekedar mengetahui 4 22 %
Tidak mengetahui 8 45 %
31
-Pertanyaan pertama yaitu apakah kader mengetahui tentang ATIKA dan menurut
kader bagaimana perjalanan ATIKA?
Semua kader mengetahui ATIKA dan menurut kader ATIKA sudah berjalan
dengan baik selama ini. Penyampaian ATIKA dilakukan dengan games, yel-yel
ATIKA, dan arti dari games dan yel-yel berdasarkan materi ATIKA.
-Pertanyaan selanjutnya yaitu apa saja program-progam yang berhubungan
dengan gizi di Desa Pagedangan selain ATIKA?
Ada, yaitu program Makanan Seimbang. Ibu-ibu muda zaman sekarang
sukanya makanan yang instan-instan, jadi lebih menonjolkan bahwa makanan
sehat lebih baik bikinan sendiri, dari kebun sendiri, dan tanpa bahan
pengawet. Alhamdulillah sudah berubah ibu-ibu di Desa Pagedangan.
-Program ATIKA ini kan lebih fokus kepada Ati, Telur, Ikan, apakah juga diberitahu
tentang makanan seimbang?
Sudah, kita sudah mensosialisasikann bahwa ibu hamil tidak hanya
bergantung pada ATIKA saja, harus ditambahkan dengan buah-buahan,
sayur-sayuran. Proses sosialisasi bekerja sama dengan LSM Paramitra di
posyandu atau kelas ibu hamil. Untuk anak-anak bernama porsi makan anak
dan untuk ibu hamil bernama makanan seimbang.
-Berapa kali kelas ibu hamil ini dilakukan setiap bulannya?
Dalam 1 bulan biasanya dibagi 4, yaitu bokor, supiturang, pagedangan,
wonokasiyan. Untuk posyandunya tergantung pos, 1 bulan satu kali pada
setiap pos.
-Apakah disini evaluasi gizi pada ibu hamil rutin dilakukan dan bagaimana
penanganannya? Biasanya rutin dilakukan, oleh kader bersama ibu bidan,
karena ada pelaporan setiap bulannya. Apabila ditemukan kekurangan gizi
pada ibu hamil atau KEK, biasanya ibu bidan yang menangani langsung dan
mengevaluasi setiap bulan. Setiap bulan ada pelaporan gizi ibu hamil, nama
suami, perkiraan tanggal lahir, KSPR.
-Apakah ibu kader sudah pernah mendengar tentang asam folat?
Semua kader pernah mendengar tentang asam folat, dari bidan desa. Namun
kader tidak mengetahui pengertian dan manfaat asam folat. Kader juga tidak
mengerti makanan yang mengandung asam folat. Namun kader mengerti
mengenai zat besi.
-Apakah ibu kader mengetahui apa bahaya asam folat bagi ibu hamil?
Semua kader tidak mengetahui.
-Penutup dan doa dari DM Athaya
-Acara berakhir pukul 13.00
32
Beberapa penyebab masalah KEK ibu hamil dan kelainan kongenital bayi yaitu:
Ibu hamil dan kader belum mengetahui tentang materi kelainan kongenital
dan KEK
Belum tersedianya sarana atau media edukasi mengenai pencegahan
kelainan kongenital yang dapat digunakan oleh kader
Belum ada penyuluhan ataupun kebijakan khusus yang membahas
mengenai pencegahan kelainan kongenital, penyuluhan hanya terbatas
pada gizi seimbang ibu hamil
Kurangnya peran serta masyarakat untuk mencegah KEK dan kelainan
kongenital bay
Penghasilan per bulan yang minim untuk membeli makanan yang bergizi
untuk ibu hamil
33
Belum ada pelatihan dari puskesmas ke kader mengenai kelainan kongen
Masih tingginya ibu hamil belum minum tablet Fe
MATERIAL MAN
Masih
Belum ada media yang bisa digunakan bumil sebagai sumber tentang makanan tingginya
yang bergizi ibu hamil
Kader dengan
belum anemia materi tentang kelainan kongenital
mengetahui
hanya diajarkan tentang ATIKA
Belum ada media yang dapat menjadi bukti bahwa bumil telah makan makanan bergizi
Masih rendahnya tingkat pengetahuan kader dan ibu hamil tentang gizi
Belum ada media yang bisa digunakan kader untuk memberikan penyuluhan mengenai kelainan kongenital dan KEK
belum ada sediaan asam folat yang dibagikan secara gratis kecuali tablet Fe
4.5belum
Alternatif Pemecahan
ada penyuluhan Masalah
khusus
Kurangnya peran serta masyarakat dalam pencegahan KEK dan pencegahan kelainan kongenital
tentang kelainan kongenital
Evaluasi kegiatan oleh puskesmas tidak ada
1. Pembuatan media sebagai bukti ibu hamil telah makan makanan yang bergizi dengan fokus utama asam folat
2. Pembuatan media yang bisa digunakan ibu hamil sebagai sumber pengetahuan tentang makanan yang bergizi dengan
fokus utamabelum
asamada
folat
indikator bahwa kader dapat menguasai dan menyampaikan
tidak tersedianya
materi
tablet asam folat
hanya bergantung
3. Pembuatan media yangpada kader
bisa digunakan oleh kader untuk melakukan penyuluhan secara rutin kepada ibu hamil
tidak ada pendanaan dari dinkes
4. Penyuluhan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan pencegahan kelainan
kongenital
kurangnya kesadaran METODE ENVIRONMENT
34
5. Pelatihan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil kepada kader dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan
pencegahan kelainan kongenital agar nantinya kader secara mandiri dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil.
6. Pelatihan kepada kader tentang bagaimana cara melakukan penyuluhan yang tepat bagi ibu hamil
7. Pembuatan indikator untuk kader yang berguna untuk menilai apakah kader menguasai dan menyampaikan materi secara
benar.
8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan KEK dan pencegahan kelainan kongenital melalui ibu ibu PKK
35
2. Pembuatan media yang bisa digunakan ibu hamil 10 9 8 9 36 III
sebagai sumber pengetahuan tentang makanan
yang bergizi dengan fokus utama asam folat
3. Pembuatan media yang bisa digunakan oleh kader 10 9 8 9 36 II
untuk melakukan penyuluhan secara rutin kepada
ibu hamil
4. Penyuluhan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil 9 8 9 8 34 IV
dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan
pencegahan kelainan kongenital
5. Pelatihan tentang makanan bergizi untuk ibu hamil 10 9 9 8 36 I
kepada kader dengan fokus utama yaitu materi asam
folat dan pencegahan kelainan kongenital agar
nantinya kader secara mandiri dapat memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil.
6. Pelatihan kepada kader tentang bagaimana cara 8 8 9 8 33 VII
melakukan penyuluhan yang tepat bagi ibu hamil
7. Pembuatan indikator untuk kader yang berguna 9 8 8 8 33 VI
untuk menilai apakah kader menguasai dan
menyampaikan materi secara benar.
8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam 7 7 7 9 30 VIII
penanganan KEK dan pencegahan kelainan
kongenital melalui ibu ibu PKK
Dengan menggunakan metode CARL tersebut, maka kami menentukan prioritas pemecahan masalah yaitu pelatihan
tentang makanan bergizi untuk ibu hamil kepada kader dengan fokus utama yaitu materi asam folat dan pencegahan kelainan
kongenital agar nantinya kader secara mandiri dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, pembuatan media yang bisa
digunakan oleh kader untuk melakukan penyuluhan secara rutin kepada ibu hamil, pembuatan media yang bisa digunakan ibu
hamil sebagai sumber pengetahuan tentang makanan yang bergizi dengan fokus utama asam folat, dan pembuatan media
sebagai bukti ibu hamil telah makan makanan yang bergizi dengan fokus utama asam folat.
36
37
4.7 Rencana Kegiatan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Tenaga Wa
Pelaksana
PERSIAPAN
7 Pembagian Pemberitahuan kepada Kader desa dan Desa Bidan desa Mgg
undangan warga warga desa Pagedangan DM
Pagedangan
PELAKSANAAN
EVALUASI