Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permintaan untuk layanan medis khusus seperti perawatan kritis sering melebihi
ketersediaan, sehingga penjatahan dari unit perawatan intensif (ICU) tempat tidur yang
biasa mengarah ke keputusan triase sulit. Banyak faktor yang dapat memainkan peran
dalam keputusan untuk memasukan pasien ke ICU, termasuk keparahan penyakit dan
kebutuhan untuk perawatan khusus terbatas pada unit-unit ini. Meskipun keputusan triase
akan didasarkan semata-mata pada pasien dan faktor tingkat kelembagaan, ada
kemungkinan bahwa intensivists membuat keputusan yang berbeda ketika ada lebih sedikit
menggunakan kombinasi keluhan dan tanda-tanda vital untuk membuat skor triase Total.
Dalam studi validasi, Barfod et al menemukan bahwa di antara tanda-tanda vital, yang
terbaik prediktor dari kematian di rumah sakit yang tingkat pernapasan, oksigen Skala
kejenuhan, tekanan darah sistolik, dan Glasgow Coma skor. Di antara keluhan, dyspnea
dan perubahan status mental memiliki asosiasi tertinggi dengan angka kematian (12% dan
11%, masing-masing).
Pada tahun 1999, sekelompok ahli yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan di
Inggris dan dipimpin oleh Dr. Valerie Day menyarankan bahwa pasien di rumah sakit harus
diberi tingkat perawatan berdasarkan penilaian kebutuhan klinis mereka, terlepas dari
lokasi mereka . Dalam kajian mereka dari layanan perawatan kritis diterbitkan pada tahun
yang dengan disfungsi tunggal organ, yang tidak dapat disediakan di tingkat sebelumnya.
Tingkat III: pasien yang membutuhkan terapi suportif hidup, seperti yang gagal
single atau multiorgan, yang hanya dapat diberikan di ICU (Nates et al. 2016)
B. RumusanMasalah
1. Apa Definisi Triase ?
2. Apa Indikasi pasien masuk dan keluar ICU ?
3. Apa saja jenis-jenis triase?
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas kuliah keperawatan Gawat Darurat Intensif
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi triase
2. Untuk mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar ICU
3. Untuk mengetahui jenis-jenis triase
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Triase
Triase merupakan proses menempatkan pasien pada status perawatan mereka yang
paling tepat, berdasarkan kebutuhan pasien atas terapi medis dan pengkajian dimana
pasien akan mendapatkan manfaat dari perawatan di ruang ICU. Pasien yang dipindahkan
ke ruang ICU dapat berasl dari bermacam-macam sumber yaitu IGD, kamar operasi,
bangsal umum, unit perawatan intermediet, atau rujukan dari rumah sakit lain.
2
Darimanapun pasien yang dipindahkan ke ICU berasal, kebanyakan pemindahan pasien ke
ICU dikarenakan kegawatan dan tidak direncanakan. Pembuatan keputusan triase di ruang
intensif harus dibuat secara eksplisit tanpa bias (Etnis, ras, jenis kelamin, status sosial,
preferensi seksual atau status finansial merupakan hal-hal yang tidak boleh dimasukkan
dalam pertimbangan dalam pembuatan keputusan triase. Dibawh kondisi normal, pasien
masuk atau dipindahkan berdasarkan seberapa banyak keuntungan yang akan pasien
dapatkan dalam perawatan di ICU (Nates, et al., 2016). Menurut Nates et. Al secara umum
pasien yang dipindahkan ke ICU setidaknya memenuhi satu tau lebih kriteria di bawah ini:
1. Membutuhkan perawatan yang khusus yang hanya dimiliki oleh petugas ICU yang
dan hipotensi).
3. Dalam kondisi penurunan yang cepat (misalnya pasien dengan intubasi)
diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan akan
pelayanan ICU lebih tinggi daripada kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala
ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila
kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala ICU menentukan
berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur
untuk melaksanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU. Menurut
yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang
ICU.
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu
suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti
kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat
seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal
ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada
berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan
jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai
4
komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya
untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bias dikecualikan, dengan catatan
dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien
prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi perawatan yang aman saja. Ini tidak
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
5
intraaortic, dan situasi lain yang memerlukan perawatan kritis
ICU (misalnya, pasien dengan hipoksemia berat atau shock)
(Intensive Care
Unit) Prioritas 2 Pasien, seperti dijelaskan di atas, dengan probabilitas signifikan
lebih rendah dari pemulihan dan yang akan ingin menerima
terapi perawatan intensif tapi resusitasi tidak cardiopulmonary
dalam kasus serangan jantung (misalnya, pasien dengan kanker
metastatik dan gagal napas sekunder untuk pneumonia atau di
syok septik membutuhkan vasopresor)
Palliative care Prioritas 5 pasien terminal atau hampir mati tanpa kemungkinan
pemulihan; pasien tersebut secara umum tidak sesuai untuk
masuk ICU (kecuali mereka potensial donor organ). dalam
kasus di mana individu telah tegas menolak terapi perawatan
intensif atau proses ireversibel seperti kanker metastatik tanpa
kemoterapi tambahan atau Pilihan terapi radiasi, perawatan
paliatif harus awalnya ditawarkan
2. Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis dari
6
a. Penyakit atau keadaan pasien yang sudah membaik dan cukup stabil sehingga
bermanfaat atau tidak memberikan hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada
waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu ventilasi mekanik. Contoh pasien
yang dalam menderita oenyakit (misal ARDS stadium akhir). Pasien yang
lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi secara intensif.
pasien lansia yang berusia >80 tahun berdasarkan pada komorbiditas pasien,
keparahan penyakit, status fungsional pre hospital dan preferensi pasien berkenaan
dengan terapi penunjang kehidupan, tidak pada umur kronologis mereka. Penggunaan
umur sebagai kriteria potensial untuk triase akan memiliki implikasi pada pemakaian
bahan dan admisi potensial ke ICU. Pada studi retrospeksif dari 1970 pasien yang
fisiologis, usia senidiri adalah faktor resiko di rumah sakit setelah trauma.
Hasil studi penelitian lain menunjukan bahwa sepsisdan trauma untuk pasien
menunjukan bahwa pasien lansia memiliki resiko ditolak untuk dirawat diruang ICU
daripada pasien yang lebih muda. Dalam studi observasi Eldicius, sprung et al (2013)
menunjukan manfaat yang lebih besar pada populasi lansia yang diterima diruang icu
daripada yang ditolak. Sekarang sebagian besar peneliti setuju bahwa triase di ICU
7
tidak seharusnya diputuskan berdasarkan usia pasien saja. Namun, diagnosis masuk
dan keparahan dari penyakitnya, bukan umur yang menentukan kelangsungan hidup
pasien di ICU.
2. Triase penerimaan pasien dengan keganasan
Pembuatan keputusan dalam riase penerimaan pasien dengan keganasan di
ICU ditetapkan untuk semua pasien perawatan kritis, dengan pertimbangan cermat
dari prognosis jangka panjang mereka (tidak ditingkatkan mutunya). Selain bahwa
perawatan ICU dari semua pasien sakit kritis, khususnya pasien kanker dengan
penyakit lanjut, dinilai ulang dan dibahas dengan pasien, keluarga terdekat,
perwakilan hukum, atau surat kuasa secara berkala (tidak ditingkatkan mutunya).
Pasien kanker tertentu dengan keganasan hematologi sering dianggap sebagai
calon dengan prognosis yang buruk diruang ICU karena tingginya angka kematian.
Dalam studi konsekutif dari 320 pasien dengan pasien keganasan hematologi yang
masuk ke ruang ICU, mortalitas pada pasien-pasien ini 77% dua kali lipat lebih tinggi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem triase yang paling terstruktur menggunakan beberapa tanda-tanda
mereka yang paling tepat, berdasarkan kebutuhan pasien atas terapi medis dan
ICU.
B. Saran
Diharapkan perawat dapat memahami konsep dasar triase pasienmasuk di
ICU, sehingga pasien yang masuk ICU benar-benar pasien yang akan
DAFTAR PUSTAKA
J Clin Med Res. 2014. Triage of Patients Consulted for ICU Admission During Times
tersedia:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4169089/
Nates et al. 2016. ICU Admission, Discharge, and Triage Guidelines: A Framework
Guidelines.pdf /
10