You are on page 1of 95

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

HIV DAN AIDS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta
bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Penyakit AIDS ini telah menyebar ke
berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS
sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses
perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan
AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981. Di Indonesia
menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh
Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV
dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-
an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar
antara 80.000 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

TINJAUAN TEORITIS

A.Konep Dasar Medis

1. Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau
sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV. (Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi
oleh HIV. (Sylvia, 2005).
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus
menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap
ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah
rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya,
cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang
mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit ain yang dapat berakibat fatal. Padahal,
penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat
bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus).
Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan
HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi
gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak
mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual.
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 902
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan.
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Klasifikasi
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan
kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-
1.Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi
oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas
yang berulang.
c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan,
infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-
paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adala indikator AIDS.

Sistem tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO


4. Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV
akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala,
sakit tenggorok, mialgia (pegalpegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian
orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam
beberapa mingggu. Dalam waktu 3 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah
terbentuk antibodi. Masa 3 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan
namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada ]
masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup
panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan
makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang.
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD
4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut
dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makinlemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap
AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS WOC Virus HIV Menyerang Limfosit, sel saraf, makrofag,
monosit, limfosit B Merusak seluler HIV- positif

Invasi kuman

patogen

Flora normal

patogen

Organ target

Infe
ksi

Gatal,

sepsis,

nyeri

Sensori

Gangguan

penglihatan

dan

pendengara

Gangguan sensori

Penyakit

anorekt

al

Dermatolo

gi

Gangguan body

imageapas

Nutrisi inadekuat
8

Disfungsi

biliari

Gangguan pola BAB

Hepatiti

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

Diare

Cairan berkurang

Ensepalopati

akut

Respiratori

Tidak efektif pol

napas

Gastrointestinal

hipertermi
Aktivitas intolerans

Kompleks

demensia

Gangguan

mobilisasi

Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

Manifestasi

saraf

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

Manifestasi oral

Tidak efektf

bersihan jalan

napas

Reaksi

psikologis
Lesi mulut

Immunocompromis
6. Manisfetasi Klinis

Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO

Stadium Gambaran Klinis

1. Asimptomatik

Skala Aktivitas

Asimptomatik ,

aktifitas normal

II

2. Limfadenopati generalisata

1. 1. Berat badan menurun < 10 %

Simptomatik , aktifitas

2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan

normal

seperti , dermatitis seboroik, prurigo,

onikomikosis

,ulkus

oral
yang

rekuren ,kheilitis angularis

3. Herpes zoster dalam 5 tahun

4. terakhir

5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti

III

,sinusitis bakterialis

1. Berat badan menurun < 10%

2. Diare kronis yang berlangsung

Pada umumnya lemah ,

aktivitas ditempat tidur

kurang dari 50%

3. lebih dari 1 bulan

4. Demam berkepanjangan lebih dari 1

bulan

3. Kandidiasis orofaringeal

4. Oral hairy leukoplakia

5. TB paru dalam tahun terakhir

6. Infeksi bacterial yang berat seperti

IV

pneumonia, piomiositis

1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat

didefinisikan oleh CDC


9

lemah , aktivitas
2. Pnemonia Pneumocystis carinii

ditempat tidur lebih

dari 5

3. Toksoplasmosis otak

4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1

bulan

5. Kriptokokosis ekstrapulmonal

6. Retinitis virus situmegalo

7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan

8. Leukoensefalopati multifocal progresif

9. Mikosis

diseminata

seperti

histoplasmosis

10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,

bronkus , dan paru

11. Mikobakterisosis atipikal diseminata

12. Septisemia salmonelosis non tifoid

13. Tuberkulosis diluar paru

14. Limfoma

15. Sarkoma Kaposi

16. Ensefalopati HIV


7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat

dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut

dalam tubuh penderita :

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

10
a) ELISA

b) Western blot

c) P24 antigen test

d) Kultur HIV

2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a) Hematokrit.

b) LED

c) CD4 limfosit

d) Rasio CD4/CD limfosit

e) Serum mikroglobulin B2

f) Hemoglobulin

b. Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)

adalah :

1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait

dengan AIDS.

2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.

3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan

kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut,

kulit, dan funduskopi.

4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi

HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

8. Penatalaksanaan

a. Medis

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka

terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi


opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi

yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi

11
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan

perawatan kritis.

2) Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang

efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat

enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS

yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien

dengan

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV)

positif

asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

3) Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun

dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai

reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

a) Didanosine

b) Ribavirin

c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut

4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti

interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat

menggunakan

keahlian

dibidang

proses

keperawatan

dan

penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi

AIDS.

b. Non Medis

Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis

2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak

berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang

berisiko.

3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa

mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang

berkaitan
dengan

penyakitnya,

12

antara

lain

bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada

keluarga dan orang terdekat.

9. Komplikasi

a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,

gingivitis,

peridonitis

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan

cacat

b. Neurologik

1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan

kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,

dan isolasi social

2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :

sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial


3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan

maranik endokarditis.

4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human

Immunodeficienci Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,

limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,

anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat

illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,

ikterik,demam atritis.

3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi

perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan

d.

sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

Respirasi

13
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus

influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,

batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,

dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus

dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik

1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan

pendengaran dengan efek nyeri.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Demografi

Nama klien

Umur

Diagnosa Medik

Tanggal Masuk

Alamat

Suku

Agama

Pekerjaan

Status perkawinan

Status pendidikan

:
:

b. Riwayat Penyakit

1) Keluhan Utama

Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,

pusing, dan diare

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,

mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare

3) Riwayat Penyakit Terdahulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di

alaminya saat ini.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang

mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.

5) Keluhan waktu di data

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011

ditemukan benjolan pada leher.

c. Pemeriksaan fisik

14
1) Aktivitas/istirahat

a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas

biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.

b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis

terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi

jantung, pernafasan.

2) Sirkulasi

a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama

pada cedera.

b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume

nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.

3) Integritas ego

a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan

(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan

(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa

tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan

depresi.

b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku

marah, menangis, kontak mata yang kurang.

4) Eliminasi

a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa

disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.

b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare

pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,

perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik

urine.

5) Makanan/cairan

a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,


mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan

berat badan yang progresif.

b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising

usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya

selaput puih dan perubahan warna, edema.

6) Hygiene

a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS

b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan

dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.

7) Neurosensori

15
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,

kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,

tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,

tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan

pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).

b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental

sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran

menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,

ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.

Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya

berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya

motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.

8) Nyeri/kenyamanan

a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit

kepala, nyeri dada pleuritis.

b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri

tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,

gerak otot melindungi yang sakit.

9) Pernapasan

a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk

(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.

Bendungan atau sesak pada dada.

b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi

napas adventius. Sputum :kuning

10) Keamanan

a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat

penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering


atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker

tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu

intermitetn/memuncak; berkeringat malam.

b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,

eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola

warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan

16
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodulnodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua
area tubuh/lebih (leher,

ketiak,

paha).menurunnya

kekebalan

imim,

tekanan

otot,

perubahan pada gaya berjalan.

11) Seksualitas

a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan

hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan

seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks

anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan

seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil

pencegah kehamilan.

b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :

manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)

12) Interaksi social

a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan

karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk

mengungkapkannya
pada

orang

lain,

takut

akan

penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat

ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan

kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.

b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas

yang tak terorganisasi.

13) Penyuluhan/pembelajaran

a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan

perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).

Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,

penyalahgunaan alcohol.

b) Pertinbangan rencana

keuangan,

pemulangan:

obat-obatan/tindakan,

memerlukan
perawatan

bantuan

kulit/luka,

peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;

perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

2. Dianosa Keperawatan

a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan

pola hidup yang beresiko.

17
b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,

adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran

oksigen, malnutrisi, kelelahan.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake

yang

kurang,

meningkatnya

kebutuhan

metabolic,

dan

menurunnya absorbsi zat gizi.

e. Diare berhubungan dengan infeksi GI

f.

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang

keadaan yang orang dicintai.

18
3. Intervensi dan Rasional

No

Diagnosa

Keperawatan

Resiko

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan criteria hasil

tinggi Pasien akan bebas infeksi

infeksi

oportunistik

berhubungan

komplikasinya

dengan

kriteria tak ada tanda-tanda

imunosupresi,
infeksi baru, lab tidak ada

malnutrisi dan pola infeksi

hidup

Intervensi

1.

dan 2.

dengan

oportunis,

tidak

ada

luka

gunakan teknik aseptik pada setiap

3.

Anjurkan

mencegah

pasien
eksudat.

terpapar

terhadap

4. Meyakinkan diagnosis akurat dan

Kumpulkan spesimen untuk tes

lab sesuai order.

5.

patogen yang diperoleh di rumah

metoda

lingkungan yang patogen.

4.

1. Untuk pengobatan dini

2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman

sakit.

3. Mencegah bertambahnya infeksi

meberikan tindakan.

tanda

atau
Monitor tanda-tanda infeksi baru.

tindakan invasif. Cuci tangan sebelum

yang vital dalam batas normal,

beresiko.

Rasional

Atur pemberian antiinfeksi sesuai

pengobatan

5. Mempertahankan kadar darah yang

terapeutik

order

Resiko

infeksi

tinggi Infeksi

HIV

(kontak ditransmisikan,
tidak 1.

Anjurkan

pasien

atau

orang

tim

penting lainnya metode mencegah

pasien)

kesehatan memperhatikan

transmisi HIV dan kuman patogen

berhubungan

universal

lainnya.

precautions
19

1. Pasien

dan

keluarga

mau

dan

memerlukan informasikan ini

2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke


dengan

infeksi dengan

kontak 2.

precaution

nonopportunisitik

Gunakan masker bila perlu.

tidak terpapar HIV, tidak

dapat terinfeksi

ditransmisikan.

patogen

kegiatan, dengan kriteria

dengan kelemahan, bebas

dyspnea

dan 2.
malnutrisi,

Monitor respon fisiologis terhadap

3.

1. Respon bervariasi dari hari ke hari

2. Mengurangi kebutuhan energy

Berikan bantuan perawatan yang

3. Ekstra istirahat perlu jika karena

pasien sendiri tidak mampu

kelelahan.

kebutuhan

pasien.

aktivitas

pertukaran oksigen, takikardi selama aktivitas.

kurang

merawat
lain

Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi dalam 1.

Perubahan

bial

orang lain

seperti TBC.

berhubungan

Gunakan darah dan cairan tubuh

HIV, adanya infeksi pasien dan tim kesehatan

yang

kriteriaa

Jadwalkan

perawatan
pasien

meningkatkan kebutuhan metabolik

sehingga tidak mengganggu isitirahat.

nutrisi Pasien mempunyai intake 1.

dari kalori dan protein yang

tubuh adekuat untuk memenuhi

Monitor kemampuan mengunyah

dan menelan.

2.

Monitor BB, intake dan ouput

berhubungan

kebutuhan

metaboliknya

3.

Atur antiemetik sesuai order


dengan intake yang

dengan kriteria mual dan

4.

Rencanakan diet dengan pasien

kurang,

muntah dikontrol, pasien

dan orang penting lainnya.

20

1. Intake menurun dihubungkan dengan

nyeri tenggorokan dan mulut

2. Menentukan data dasar

3. Mengurangi muntah

4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai

dengan keinginan pasien


meningkatnya

makan

kebutuhan

albumin dan protein dalam

metabolic,

dan batas

TKTP,

serum

ormal,

BB

menurunnya

mendekati seperti sebelum

absorbsi zat gizi.


sakit.

Diare berhubungan Pasien merasa nyaman dan 1.

dengan infeksi GI

mengnontrol

diare,

komplikasi

feses dan adanya darah.

minimal

2.

Auskultasi bunyi usus

dengan kriteria perut lunak,

3.

Atur

tidak tegang, feses lunak

dan warna normal, kram 4.


perut hilang,

Tidak

koping

efektif Keluarga

dengan

tentang

atau

sistem

orang 1.

lain

mempertahankan

cemas

dan

suport 2.

adaptasi

keadaan terhadap perubahan akan


yang orang dicintai.

agen

1. Mendeteksi adanya darah dalam feses

2. Hipermotiliti mumnya dengan diare

3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan,

antimotilitas

dan

psilium (Metamucil) sesuai order

emperburuk perforasi pada intestinal

4. Untuk menghilangkan distensi

Berikan ointment A dan D, vaselin

atau zinc oside

keluarga penting

berhubungan

Kaji konsistensi dan frekuensi

kebutuhannya
dengan 3.

kriteria pasien dan keluarga

Kaji koping keluarga terhadap

sakit pasein dan perawatannya

Biarkan

mengungkapkana

bekerja secara konstruktif dengan

keluarga

perasaan

1. Memulai suatu hubungan dalam

secara

keluarga.

2. Mereka tak

menyadari

bahwa

mereka berbicara secara bebas

3. Menghilangkan kecemasan tentang


verbal

Ajarkan kepada keluaraga tentang

penyakit dan transmisinya.

21

transmisi melalui kontak sederhana.


berinteraksi dengan cara

yang konstruktif

22
BAB. III

TINJAUAN KASUS

Tn Y disangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya (>10 tahun

yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan

orang tua karena kedua orang tuanya berada di Belgia. Tn Y mudah lelah sehingga

menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak

diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah

100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat pengantar untuk periksa darah dan urin

dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien datang lagi membawa hasil

pemeriksaan. Setelah di analisa oleh dokter bedasarkan hasil pemeriksaan Tn Y di

diagnosa mengidap penyakit HIV.

A. Pengkajian

1. Data Demografi

Nama klien

Umur

Diagnosa Medik

Tanggal Masuk

Alamat

Suku

Agama

Pekerjaan

Status perkawinan

Status pendidikan

: Tn Y

: 38 th

: HIV - AIDS
: 7 November 2014

: Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru

: Batak

: Islam

: Guru

: Duda

: Sarjana Pendidikan

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,

flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis

dari 60 kg menjadi 54 kg

b. Riwayat Penyakit Terdahulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di

alaminya saat ini.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang

mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.

d. Keluhan waktu di data


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014

ditemukan benjolan pada leher.

3. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas/istirahat

1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas

biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.

2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis

terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,

pernafasan.

b. Integritas ego

1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan

(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan

(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak

berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.

2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku

marah, menangis, kontak mata yang kurang.

c. Eliminasi

1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa

disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.

2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat

yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal.

Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

d. Makanan/cairan

1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,

mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan

berat badan yang progresif.

2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising

usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.

e. Hygiene

1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan

dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.

f. Neurosensori

1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,

kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,

tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,

24
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan

pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).

2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental

sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran

menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,

ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.

Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya

berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya

motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.

g. Nyeri/kenyamanan

1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit

kepala, nyeri dada pleuritis.

2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.

Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak

otot melindungi yang sakit.

h. Pernapasan

1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk

(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.

Bendungan atau sesak pada dada.

2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi

napas adventius. Sputum :kuning

i. Interaksi social

1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan

karabat/orang

terdekat,
mengungkapkannya

teman,

pada

pendukung.rasa

orang

lain,

takut

takut

untuk

akan

penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat

ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan

kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.

2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas

yang tak terorganisasi.

4. Hasil Lab

a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.

b. LISA ( +)

c. Western Blot (+)

25
B. Analisa data

No

Sumber Data

Etiologi

Objektif :

Pasien mengatakan diare

Pasien mengatakan demam

Pasien mengatakan capek

Pasien mengatakan mudah

Virus HIV

lelah

Pasien mengatakan letih

Pasien mengatakan lesu

pasien

mengatakan

Merusak seluler

Menyerang T Limfosit, sel

saraf, makrofag, monosit,

limfosit B

Immunocompromise

Invasi kuman pathogen


Organ target

Gastrointestinal

menurun derastis dari 60 kg

menjadi 54 kg

Pasien tampak sering BAB /

terlihat

Keperawatan

Resiko tinggi terhadap

kekurangan

berkeringat malam hari

Subjektif :

TTV :

TD : 130/80

N : 80x/menit

S : 39 C

RR : 26x/menit

Pasien tampak lesu

Pasien tampak tidak segar

Pasien mengalami berat badan


diare

Pasien

Masalah

Diare

perubahan

Cairan berkurang

pada tekanan darah

pasien terlihat pucat

pasien terlihat sianosis

n pasien mengalami diare

pasien mengalami perubahan

jumlah dan warna urin

26

cairan

volume
pasien anoreksia

turgor kulit pasien terlihat

buruk

Subjektif : :

Virus HIV

Pasien mengatakan capek

Pasien mengatakan mudah

lelah

Pasien mengatakan letih

Pasien mengatakan lesu

Pasien tidak nafsu makan

Perubahan

kurang dari kebutuhan

Merusak seluler

tubuh

Menyerang T Limfosit, sel

saraf, makrofag, monosit,

Objektif
limfosit B

Pasien tampak lesu

Pasien tampak tidak segar

Pasien mengalami berat badan

Immunocompromise

menurun derastis dari 60 kg

Invasi kuman pathogen

menjadi 54 kg

Porsi makan klien tidak habis

Pasien mengalami kelemahan

Organ target

otot

Pasien terlihat pucat

Pasien terlihat sianosis

Pasien anoreksia

Gastrointestinal

anoreksia

3
Subjektif :

Pasien mengatakan

Virus HIV

mudah

sakit-sakitan

Pasien mengatakan demam

Pasien mengatakan gampang

Merusak seluler

terserang flu

Pasien mengatakan pusing

Pasien mengatakan pusing,

Menyerang T Limfosit, sel

sakit kepala

Pasien

mengatakan

saraf, makrofag, monosit,

limfosit B

rasa

Immunocompromise
terbakar pada kaki

Pasien mengatakan nyeri dada

pleuritis

Pasien

nutrisi

Invasi kuman pathogen

mengatakan

berkeringat malam hari

Objektif :

TTV :

Organ target

27

Infeksi
TD: 130/80

N: 80x/menit

S: 39 C

RR : 26x/menit

Pasien teraba benjolan di

daerah leher

Hasil

pemeriksaan

Infeksi

fisik

didapatkan sel-T CD4+ = 100

sel/ mm3

Pasien mengalami Takikardia

Pasien

mengalami

nyeri

panggul

Pasien

mengalami

nyeri

abdomen

C. Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang

berlebihan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat

3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS

28
D. Intervensi Dan Evaluasi

No

Diagnosa

Keperawatan

Resiko

Tujuan

tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan

terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan :

volume

Diare (-)

Demam (-)

Pasien tidak mudah lelah

TTV :

TD: 120/80

N: 80x/menit

S: 37 C

RR : 20x/menit

berat badan pasien naik dari 54 kg

Intervensi

Mandiri :

1. Pantau
cairan b.d

output

yang

berlebihan

menjadi 54+ kg

BAB / diare (-)

pasien tidak terlihat pucat

sianosis (-)

pasien tidak pingsan

umlah dan warna urin normal

anoreksia (-)

Turgor kulit baik / lembab

Rasional

TTV, termasuk
CVP

bila

1. Indicator dari volume cairan sirkulasi

terpasang. Catat hipertensi, termasuk

perubahan postural.

2. Meningkatkan kebutuhan metabolism

dan diaphoresis yang berlebihan yang

2. Catat peningkatan suhu dan durasi

demam. Berikan kompres hangat sesuai

dihubungkan dengan demam dalam

meningkatkan cairan tak kasat mata

indikasi. Pertahankan pakaian tetap

kering. Pertahankan kenyamanan suhu

lingkungan.

3.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa,

dan rasa haus.

3. Indicator tidak langsung dari status


cairan.

4. Mempertahankan

keseimbangan

cairan, mengurangi rasa haus, dan

melembabkan membrane mukosa.

4. Pantau pemasukan oral dan memasukka

cairan sedikitnya 2500 ml/hari.

1. Mungkin diperlukan untuk mendukung

memperbesar

volume

sirkulasi,

terutama jika pemasukan oral tak

29
Kolaborasi :

1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang

pemberi makanan / IV

adekuat, mual/muntah terus menerus.

2. Bermanfaat dalam memperkirakan

kebutuhan cairan

3. Membantu mengurangi demam dan

respons

hiper

metabolism,

menurunkan kehilangan cairan tak

2.

Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,

kasat mata.

mis.. : HB/HT

3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen

Perubahan

kurang
nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan

dari selama 3 x 24 jam, diharpkan :

kebutuhan tubuh b.d

intake yang tidak

adekuat

Pasien tidak mudah lelah

Pasien tidak letih

Pasien tidak lesu

Nafsu makan bertambah, porsi

makan habis

Pasien dapat menverna makanan

dengan baik

Berat badan naik dari 54 kg menjadi

54+ kg

pasien tidak terlihat pucat

pasien tidak sianosis

pasien tidak anoreksia

Mandiri :

1. Kaji kemampuan untuk mengunyah,

merasakan, dan menelan.


1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus

dapat

menyebabkan

disfagia,

penurunan kemampuan pasien untuk

mengolah makanan dan mengurangi

2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan.

Evaluasi berat badan dalam hal adanya

berat badan yang tidak sesuai. Gunakan

serangkaian pengukuran berat badan dan

antropometrik.

3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin

4. Catat pemasukan kalori

30

keinginan untuk makan.

2. Indicator

kebutuhan

nutrisi

/
pemasukan yang adekuat. Catatan :

karena adanya

penekanan system

imun, maka beberapa tes darah yang

umumnya digunakan untuk menguji

status nutrisi menjadi tidak berguna.

3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan

perasaan sehat
4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap

Kolaborasi :

suplemen atau alternative metode

pemberian makanan

1. Mungkin

1. Pertahankan

status

puasa

jika

di

indikasikan

untuk

menurunkan muntah

2. Kekurangan vitamin terjadi akibat

penurunan

2. Suplemen vitamin.

Diperlukan pemasukanmakanan dan/atau kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam system gi


3. Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Mandiri : virus HIV-AIDS selama 3 x 24 jam, diharapkan :

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

Demam (-)

Pusing (-)

rasa terbakar pada kaki hilang

nyeri dada pleuritis (-)

TTV

TD: 120/80

N: 80x/menit

S: 37 C

RR : 20x/menit

1. Untuk pengobatan dini mencegah

pasien terpapar oleh kuman patogen

2. Gunakan teknik aseptik pada setiap


yang diperoleh di rumah sakit.

2. Mencegah bertambahnya infeksi

tindakan invasif. Cuci tangan sebelum

meberikan tindakan.

2. Berikan lingkungan yang bersih dan

berventilasi baik. Periksa pengunjung /

staf

terhadap

tanda

infeksi

dan

pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi

benjolan di daerah leher (-)

31

3. Mencegah bertambahnya infeksi


Lesi (-)

Kejang (-)

Dipsnea (-)

nyeri panggul (-)

nyeri abdomen (-)

tremor (-)

Kolaborasi :

1. Dilakukan

1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah,

urine dan sputum

untuk

mengidentifikasi

penyebab demam, diagnose infeksi

organism, atau untuk menentukan

metode perawatan yang sesuai


2. Menghambat proses infeksi. Obat-

2. Berikan antibiotic antijamur / agen

antimikroba,

missal

trimetroprim

(bactrim, septra), nistatin (mycostatin),

ketokonazol,

AZT/retrovir

pentamidin

atau

obatan

lainnya

meningkatkan

ditargetkan

fungsi
untuk

imun.

Meskipun tidak ada obat yang tepat,

zat seperti AZT ditujukan untuk

menghalangi

memungkinkan

enzim

virus

yang

memasuki

material genetis sel T4 sehingga dapat

memperlambat

perkembangan

penyakit

E. Implementasi Dan Evaluasi

No

Tanggal

7 November

2014
No

Dx

Implementasi

Evaluasi (SOAP)

1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang.

mencatat

hipertensi,

termasuk

perubahan

postural.

32

S:

Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.

Pasien mengatakan sudah tidak demam

Tanda

Tangan
Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi

Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah

normal

lelah

O:

2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.

memberikan kompres hangat sesuai indikasi.

mempertahankan

pakaian

tetap

kering.

mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan.

Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme

Diare (-)

Demam (-)

Pasien tidak mudah lelah

Pasien tidak berkeringat malam hari

TTV :

TD : 120/80

3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan

rasa haus.

Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /

S : 37 C

RR : 20x/menit

berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5

lembab

3. Memantau pemasukan oral dan memasukka

cairan sedikitnya 2500 ml/hari.

Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan,

mengurangi

N : 80x/menit

rasa

haus,

dan
melembabkan

membrane mukosa.

4. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang

pemberi makanan / IV

33

kg

BAB /diare (-)

pasien tidak terlihat pucat

sianosis (-)

pasien tidak pingsan

umlah dan warna urin normal

anoreksia (-)

Turgor kulit baik / lembab

A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah

teratasi
hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien

P : intervensi dihentikan

tidak anoreksia

5. Memantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,

mis.. : HB/HT

hasil : kebutuhan cairan adekuat

6. Memberikan Antipiretik, mis.. : asetaminofen

hasil : membantu mengurangi demam dan

respons

hiper

metabolism,

menurunkan

kehilangan cairan tak kasat mata

8 November

2014

1. Mengkaji
kemampuan

untuk

mengunyah,

merasakan, dan menelan.

Hasil : pasien dapat mengunyah dan mencerna

makanan dengan baik, dan dapat menelan

2. Menimbang berat badan sesuai kebutuhan.

Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat

badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian

pengukuran berat badan dan antropometrik.

34

S:

Pasien tidak mengeluh lemah lagi

O:

Pasien tidak mudah lelah

Pasien tidak letih

Pasien tidak lesu

Nafsu makan bertambah, porsi makan habis

Pasien dapat menverna makanan dengan baik

Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg

pasien tidak terlihat pucat


Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan

berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg

pasien tidak sianosis

pasien tidak anoreksia

A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

fisik tubuh sudah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2

mungkin

Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien kolaborasi

3. Mendorong

aktivitas

fisik

sebanyak

menjadi lebih sehat

4. Mencatat pemasukan kalori

Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh terpenuhi

5. Mempertahankan status puasa jika di indikasikan

Hasil : muntah berkurang

6. Memberikan suplemen vitamin.

Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh terpenuhi


3

9 November

2014

S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.

1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru.

Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman

pathogen di RS

2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan

actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

Hasil : tidak terjadi infeksi

35

O:

Demam (-)

Pusing (-)

Rasa terbakar pada kaki hilang


Nyeri dada pleuritis (-)

Pasien sudah tidak berkeringat malam hari


3. Memberikan

lingkungan

yang

bersih

dan

berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf

terhadap

tanda

infeksi

dan

TTV :

pertahankan TD: 120/80

kewaspadaan sesuai indikasi

Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih

parah

4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine


N: 80x/menit

S: 370 C

RR : 20x/menit

benjolan di daerah leher (-)

Lesi (-)

Kejang (-)

pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi

Dipsnea (-)

nyeri panggul (-)

nyeri abdomen (-)

5. Memberikan antibiotic antijamur / agen tremor (-)

antimikroba, missal : trimetroprim (actrim, A : masalah infeksi sudah teratasi

dan sputum

Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi

septra),

nistatin

(mycostatin),

ketokonazol,

pentamidin atau AZT/retrovir

Hasil : meningkatkan fungsi imun dan tidak

terjadi infeksi
36

P : intervensi dihentikan
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Dalam penyelesaian kasus, kelompok memecahkan kasus berdasarkan

terori dan askep yang ada di bab II dan bab III. Tingkat kesenjangannya sangat

baik.

B. Diagnosa keperawatan

Dalam diagnosa keperawatan di kasus sesuai dengan diagnosa teori yang

ada di bab III. Tingkat kesenjangan sangat baik.

C. Intervensi

Intervensi dalam kasus sesuai dengan teori yang ada di bab III. Tingkat

kesenjangannyapun sangat baik. Dalam melakukan intervensi kelompok

menjadikan teori sebagai landasan dalam pemecahan kasus.

D. Implementasi

Implementasi dalam kasus ini sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

Hasil yang diharapkan dalam implementasi akan terjawab di evaluasi.

E. Evaluasi

Evaluasi dalam kasus sesuai dengan harapan kelompok pada saat

melakukan intervensi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala

yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus

pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia

(pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian

orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya

akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus

dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok

sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat

perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi

dengan pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak /

Ibu dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan

pemecahan kasus.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

38
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis

Proses Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa

: I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

39

You might also like