You are on page 1of 11

Asuhan Neonatus dan Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran


Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan identifikasi masalah kesehatan
BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
Pemantauan 2 jam pertama meliputi :
Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
Bayi tampak aktif/lunglai
Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan dan penilaian ada tidaknya
masalah kesehatan terutama pada :
Bayi kecil masa kehamilan/KB
Gangguan pernafasan
Hipotermia
Infeksi
Cacat bawaan/trauma lahir
1. Asuhan segera bayi baru lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan kepada bayi tersebut
selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan bayi baru
lahir :
a. Nilai BUGAR / APGAR SCORE bayi baru lahir
b. Jaga agar bayi tetap kering dan hangat, gantilah handuk basah, dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan jangan lupa pastikan kepala bayi terlindung dengan baik.
c. Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sedikitnya 1 jam setelah
persalinan.
2. Asuhan bayi baru lahir
Jika tidak ada masalah, maka :
a. Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna dan aktifitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi
Hindari memandikan bayi minimal 6 jam PP dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah
medis serta suhunya 36,5C atau lebih
Bungkus bayi dengan kain yang kerin/hangat
Kepala bayi harus tertutup
c. Pemeriksaan fisik bayi
Gunakan tempat yang hangat dan bersih
Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa, gunakan sarung tangan, dan bertindak lembut saat
menanani bayi
LIHAT, DENGAR dan RASAkan tiap tiap daerah mulai dari kepala sampai kaki
Jika ada faktor resiko dan masalah minta bantuan lebih lanjut jika diperlukan
Rekam hasil pengamatan
d. Identifikasi bayi
Merupakan alat pengenal agar bayi tidak tertukar
e. Perawatan lain
1) Lakukan perawatan tali pusat, dan jaga tali pusat selalu bersih dan kering. Jangan bubuhkan
ramuan apapun pada tali pusat
2) Jaga bayi dalam keadaan hangat dan kering
3) Berikan salaf dan vitamin K mata segera setelah lahir
4) Segera teteki / susui bayi, ASI pertama keluar adalah kolostrum yang mengandung zat kekebalan
tubuh dan jangan dibuang
5) Susui bayi dalam 30 menit setelah bersalin agar merangsang ASI cepat keluar, dan berikan ASI
setiap 2 -3 jam
6) Pertahankan bayi agar selalu dekat ibu
7) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi
8) Ajarkan pada orang tua tanda tanda bahaya bayi
9) Pegang, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi
10) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi
11) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi
12) Dalam waktu 24 jam atau sebelum ibu dan bayi pulang kerumah berikan imunisasi Hepatitis B

B. Manajemen Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus


1. Manajemen Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus antara lain :
a. Pengkajian segera BBL
1) Pemeriksaan Awal
a) Nilai kondisi bayi :
Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?
Apakah warna merah muda, pucat/biru?
Apgar score merupakan alat untuk mengkaji bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel yaitu
pernapasan, frekuensi jantung, warna kulit, tonus otot & intabilitas reflek. Apgar score
ditemukan oleh virginia apgar (1950).
b)Jenis Kelamin
c)Kelainan kongentital
d)Tali pusat
2) Pemeriksaan lengkap beberapa jam kemudian
a) Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian, setelah membiarkan bayi beberapa
waktu untuk pulih karena kelahiran. Bayi secara keseluruhan. Bayi normal berbaring dengan
posisi fleksi (menekuk). la mungkin meregang atau menguap. Warnanya merah muda. la
menangis. Pernapasannya teratur. la memberikan respon terkejut yang normal jika tiba-tiba
diberi sentakan (ia akan melemparkan tangannya ke arah depan luar seperti hendak meraih
seseorang). Ini disebut refleks Moro.
b) Kepala
Ukurlah lingkar kepala. Ukuran kepala yang tidak normal besarnya disebut hidrosefalus. Ukuran
kepala yang terlalu kecil disebut mikrosefalus. Lingkar kepala rata-rata adalah 33 cm.
Rabalah fontanela anterior seharusnya tidak menonjol (membengkak).
Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau celah palatum.
c) Punggung.
Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada bayi. Tidak didapatkan tulang dan
kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi sumsum tulang belakang bayi.

d) Anus.
Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini untuk meyakinkan tidak adanya
anus imper-forata.
e) Anggota tubuh
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam
pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan
dengan sedikit bantuan/gangguan oleh karena itu penting diperhatikan dalam memberikan
asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit ibu
sesegera mungkin.
Membersihkan jalan nafas
Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu
Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa
Periksa ulang pernafasan
Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir.
Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan :
Letakkkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi ekstensi.
Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa
steril.
Tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x / gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
b. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.Caranya :
1) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5% untuk
membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya.
2) Bilas tangan dengan air matang /DTT.
3) Keringkan tangan (bersarung tangan).
4) Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat.
5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan klem tali pusat atau benang
DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan, jika menggunakan benang tali pusat, lakukan pengikatan
tali pusat dengan tekni 2,2. Lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan
kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pd sisi yang berlawanan.
6) Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%
7) Mempertahankan suhu tubuh, Dengan cara :
Keringkan bayi secara seksama
Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering dan hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
c. Pencegahan infeksi
1) Memberikan obat tetes mata/salep, diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu ; eritromysin 0,5% /
tetrasiklin 1%.
2) Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat / neosporin dan langsung diteteskan pd mata bayi
segera setelah bayi lahir.
3) BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam perawatannya.
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang blm dimandikan
Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola karet
penghisap, pastikan dalam keadaan bersih
Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan
bersih
Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda benda lainnya akan
bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)
d. Pemberian vitamin K
1) Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vit K
2) Bayi cukup bulan/normal diberikan 0,5 mg secara IM dipaha bagian luar
3) Jika bayi beresiko berikan injeksi vit K 0,5 1 mg secara IM
e. Perawatan Bayi
Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
a) Pemberian nutrisi
Berikan ASI sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum seiama 24 jam.
Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran
mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan.
b) Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
Suhu ruangan setidaknya 18-21C
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas)
c) Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika
tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul
perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih, hangat, dan sabun setiap hari.
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang
bayi selalu cuci tangan tertebih dahulu.

C. Jadwal Kunjungan
1. Jadwal kunjungan bayi baru lahir dan neonatus yaitu :
a. 24 jam setelah bayi lahir
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat badan lahir
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Perhatikan intake dan output bayi
4) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
5) Komunikasikan kepada orang tua bayi bagaimana caranya merawat tali pusat.
6) Dokumentasikan
b. Minggu pertama setelah bayi lahir
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini dengan berat badan saat bayi
lahir
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Perhatikan intake dan output bayi
4) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
5) Dokumentasikan

c. Minggu kedua setelah bayi lahi


1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini dengan berat badan saat bayi
lahir
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Perhatikan intake dan output bayi
4) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
5) dokumentasikan
2. Tatalaksana kunjungan rumah bayi baru lahir oleh bidan diantaranya :
a. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah sampai tali pusat lepas, bila mungkin selama
satu minggu pertama sesudah bayi lahir.
b. Kartu anak (buku KIA) harus diisi lengkap dan kelahiran bayi harus di daftar atau dibawa ke
puskesmas.
c. Bidan hendaknya meneliti apakah petugas yang melayani persalinan sudah memberikan
perhatian terhadap semua hal.
d. Pada tiap kunjungan rumah :
1) Periksalah kemungkinan infeksi mata.
2) Periksa tanda vital bayi
3) Periksa tali pusat
4) Periksalah alat kelamin dengan kebersihannya
5) Amatilah bahwa urine dan feses normal.
6) Tanyakan pada ibu apakah terdapat penyulit pada bayinya

D. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berasal dari bahasa latin, immunitas yang berarti
pembebasan atau kekebalan. Imunisasi adalah salah satu upaya tindakan medis yang paling
efektif dan efisien. Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan
antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu.

2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I).
3. Manfaat Imunisasi
Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan
keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman.
Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara. (Proverawati, 2010)
4. Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem
imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga
ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah
imunisasi polio dan campak.
b. Imunisasi Pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapatkan bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa
ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi
tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
5. Jenis Vaksin Lima Imunisasi Dasar
1) BCG (Bacillus Calmette Guerin)
BCG adalah kuman yang sejak tahun 1920 selama 13 tahun dibiakkan sampai 230 kali oleh
Calmette dan Guerin sehingga menghasilkan vaksin BCG. Vaksin BCG merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
a. Indikasi
Untuk imunisasi terhadap penyakit Tuberkulosa (TBC).
b. Dosis dan cara pemberian
Sesudah vaksin dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam dan sisanya harus
dibuang. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan.
Penyuntikan harus intracutan di daerah insersio M deltoideus dengan dosis pada bayi < 1 tahun
0,05 ml dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin
negatif.
Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan ke arah permukaan (sangat superfisial) sehingga
terbentuk suatu lepuh berdiameter 8-10 mm. Dilarang menggunakan alkohol dan desinfektan
lainnya pada penyuntikan BCG.
c. Reaksi
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Reaksi yang
dapat terjadi adalah :
Lokal
Satu sampai dua minggu kemudian timbul indurasi dan eritema di tempat suntikan yang
berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus dan akhirnya sembuh spontan dalam
waktu 8-12 minggu, dengan meninggalkan cicatrik. Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan.

Regional
Kadang-kadang terdapat pembesaran kelenjar axilla dan atau cervical, terasa padat, tidak
sakit, tidak menimbulkan demam. Reaksi ini adalah normal dan tidak memerlukan pengobatan
serta akan hilang sendiri dalam waktu 3-6 bulan.
d. Komplikasi
Abses ditempat suntikan yang terjadi disebabkan oleh suntikan yang terlalu dalam (subcutan).
Abses bersifat tenang (cold abses) tidak memerlukan pengobatan dan akan sembuh spontan
meskipun lambat. Bila abses sudah matang (merah, fluktuasi, kulit tipis) sebaiknya diaspirasi
tidak boleh diinsisi.
Limfadenitis supurativa dapat terjadi pada bayi atau anak berusia < 2 tahun. Disebabkan oleh
suntikan yang terlalu dalam atau dosis yang terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang, tidak
memerlukan pengobatan dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2-6 bulan sesudah vaksinasi.
Apabila proses sudah matang (merah, fluktuasi, kulit tipis) sebaiknya diaspirasi, tidak boleh
diinsisi.
e. Kontraindikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak tetapi sebaiknya vaksinasi BCG
ditangguhkan bila ada penyakit akut dengan panas tinggi dan penyakit kulit yang berat. Wallgren
(1956) menyatakan bahwa sesudah mendapat BCG seorang anak masih dapat menderita infeksi
tuberculosis primer. Namun anak itu tidak akan mendapat komplikasi berat seperti misalnya
meningitis, tuberculosis milier. Hal ini merupakan keuntungan terbesar dari vaksinasi BCG.
2) Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus Hepatitis B, HbsAg
yang tidak menginfeksi, yang dihasilkan dari biakan sel ragi Hansenula Polymorpha dimurnikan.
Vaksin Hepatitis B rekombinan berbentuk suspensi steril berwarna keputihan.
a. Indikasi
Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasikan untuk imunisasi aktif, melawan infeksi yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B. Vaksin Hepatitis B tidak dapat mencegah infeksi yang
disebabkan oleh virus lain seperti Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang dapat menginfeksi
hati. Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan pada semua jenis usia. Vaksinasi
rekomendasikan pada orang yang memiliki resiko tinggi terhadap infeksi virus Hepatitis B
termasuk bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg (+).
b. Dosis dan cara pemberian
Pemberian imunisasi dengan dosis 0,5 cc secara intramuscular, dengan formulasi 10 mg / 0,5
ml. Pada bayi dan anak kecil lebih baik disuntikkan pada bagian anterolateral paha. Sebagai
pengecualian, vaksin Hepatitis B dapat diberikan secara subcutan pada pasien dengan
kecenderungan perdarahan hebat (hemofili). Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin
(dalam waktu 12 jam) setelah lahir. Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu)
dari imunisasi hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun
optimal, interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
c. Efek samping
Reaksi lokal yang umumnya sering dilaporkan adalah rasa sakit, kemerahan, pembengkakan
disekitar tempat penyuntikan seperti yang terlihat pada vaksin DPT. Reaksi yang terjadi beresiko
ringan dan biasanya berkurang dalam 2 hari setelah vaksinasi. Keluhan sistemik yang tidak
umum terjadi seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah yang ditemukan belum
dapat dibuktikan disebabkan karena pemberian vaksin Hepatitis B.
d. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, seperti pada vaksin yang lain. Vaksin ini tidak
diberikan pada orang yang terinfeksi dan demam.
3) Polio
Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV, hidup
dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.). Manfaat vaksin OPV dan IPV sebenarnya
sama, namun untuk negara yang sedang berkembang, OPV lebih menguntungkan karena lebih
murah (tanpa suntikan), mudah didistribusikan dan mudah diberikan pada anak.
a. Indikasi
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
b. Dosis dan cara pemberian
Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk mendapatkan
cakupan imunisasi yang tinggi. Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4,
dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. OPV diberikan 2 tetes
per-oral atau o,1 ml). IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan
tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
c. Efek samping
Vaksin polio oral, OPV adalah salah satu vaksin yang paling aman. Belum pernah ada efek
samping maupun kasus polio pada anak setelah mendapatkan imunisasi, tetapi pada anak dengan
daya tahan tubuh rendah dapat terjadi diare.
d. Kontraindikasi
Pada penderita Leukemia.
4) DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
a. Indikasi
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman
difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat
anti (toksoid).
b. Dosis dan cara pemberian
Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan
sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi
DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuscular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. Vaksin
DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
c. Efek samping dan komplikasi
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi
pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
encephalopathy, dan syok.
d. Kontraindikasi
Apabila setelah pemberian dosis pertama vaksin DPT terjadi reaksi yang berlebihan, maka
suntikan selanjutnya dianjurkan vaksin DT. Pasien virus HIV tidak boleh diberikan vaksinasi ini.
5) Campak
a. Indikasi
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak, karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan.
b. Dosis dan cara pemberian
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis. Vaksin campak rutin dianjurkan
diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan pada umur 9 bulan.

c. Efek samping
Bisa timbul efek samping berupa diare, conjungtivitis. Selain itu juga bisa timbul panas dan
ruam setelah masa inkubasi (1-2 minggu setelah vaksinasi). Komplikasi terberat akibat campak
umumnya terjadi pada masyarakat golongan sosial ekonomi lemah yang tidak mampu
memanfaatkan pelayanan RS.
d. Kontraindikasi
Anak dengan infeksi akut.
Anak dengan defisiensi imunologik.
Anak dalam pengobatan intensif.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Imunisasi
a. Status imun penjamu
1) Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya: (1.Campak pada bayi;
2.Kolostrum ASI Imunoglobulin A polio)
2) Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen Pembentukan antibodi
spesifik terhadap antigen kurang.
3) Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan.
4) Frekuensi penyakit.
5) Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.
b. Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup rendah. Keberhasilan
vaksinasi tidak 100%.
c. Kualitas vaksin
1) Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.
2) Dosis vaksin (1.Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping; 2.Jika rendah, maka tidak
merangsang sel imunokompeten)
3) Frekuensi pemberian. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila
vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, sedangkan antigen
dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak merangsang sel imunokompeten.
4) Ajuvan (1.Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen; 2.Mempertahankan antigen
agar tidak cepat hilang; 3.Mengaktifkan sel imunokompeten)
5) Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.
6) Kandungan vaksin (1.Antigen virus; 2.Bakteri; 3.Vaksin yang dilemahkan seperti polio, campak,
BCG.; 4.Vaksin mati : pertusis.; 5.Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus.; 6.Ajuvan :
persenyawaan aluminium.; 7.Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur).
7. Faktor Yang Dapat Merusak Vaksin Dan Komposisi Vaksin
Panas dapat merusak semua vaksin.
Sinar matahari dapat merusak BCG.
Pembekuan toxoid.
Desinfeksi / antiseptik : sabun.

You might also like