You are on page 1of 7

PAPER

ANTIOKSIDAN PIGMEN FUKOSANTIN PADA RUMPUT LAUT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Teknologi Pengolahan Pangan Fungsional

Dosen Pengampu :
Prof Dr. Ir. Harijono, M.App.Sc.

Disusun oleh :
Jehan Kalonika (145100107111038)
Yunita Khilyatun Nisak (145100107111028)
Natallia Desy Nugroho (14510010111104)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1. Definisi dan Struktur Kimia
Karotenoid adalah senyawa yang terdapat rantai C5 dan memiliki 8 ikatan isoprenoid
disatukan pada pola kepala hingga ekor, kebanyakan dari mereka memiliki 40 atom karbon.
Struktur karotenoid dibagi dalam dua kelompok besar: pertama, karoten (-karoten, -
karoten, likopen), yang merupakan hidrokarbon dimana tanpa ada molekul oksigen, dan
kedua, xantopill (lutein, seaksantin, fukosantin dan astaksantin) yang dioksigenasi
mengandung kelompok hidroksil, metoksi, karboksil, keto atau epoksi (Beppu, 2012).
Fukosantin adalah salah satu pigmen yang dihasilkan pada biosintesis karotenoid.
fukosantin berwarna oranye, termasuk kelompok santofil dari karotenoid dan pigmen ini
banyak ditemukan pada beberapa spesies algae coklat. Struktur kimia pada fukosantin ini
tergolong unik dan tidak biasa karena memiliki sebuah ikatan alenat dan 5,6-monoepoksida di
dalam molekulnya (Beppu, 2012).

Gambar 1. Struktur rumus bangun dari fukosantin dan beberapa metabolitnya

2. Sifat fisik
Karotenoid mempunyai sifat-sifat tertentu, diantaranya tidak larut dalam air, larut
sedikit dalam minyak, larut dalam hidrokarbon alifatik dan aromatik seperti heksana dan
benzene serta larut dalam kloroform dan metilen klorida. Karotenoid harus selalu disimpan
dalam ruangan gelap (tidak ada cahaya) dan dalam ruangan vakum, pada suhu -20C.
Karotenoid yang terbaik disimpan dalam bentuk padatan kristal dan didalamnya terdapat
pelarut hidrokarbon seperti petroleum, heksana atau benzena. Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan resiko kontaminasi dengan air sebelum dianalisa lebih lanjut (Maeda, 2008).
Fukosantin memiliki sifat labil pada kondisi lingkungan basa. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan saat mengekstraksi pigmen ini, lingkungan basa harus dihindari. Ini berarti
fukosantin merupakan jenis pigmen karotenoid yang sangat sensitif. Perlunya pengalaman
dan teknik yang mencukupi dari peneliti agar dapat mengekstraksi pigmen ini dengan
sempurna (Maeda, 2008).
Fukosantin memiliki struktur kimia yang unik karena memiliki sebuah ikatan alenat
dan 5,6-monoepoksida di dalam molekulnya. Fukosantin yang terdapat pada alga coklat
berupa trans-fukosantin. Fukosantin yang merupakan golongan karotenoid berfungsi sebagai
pigmen tambahan pada proses fotosintesis. Aktivitas fukosantin tersebut ditunjukkan oleh
sifat absorpsi pada panjang gelombang 400-540 nm (Beppu, 2012).

3. Kepolaran dan kelarutan


Rumput laut (seaweeds) merupakan alga divisi Phaeophyta yang banyak tumbuh dan
tersebar di laut Indonesia dan memiliki manfaat serta nilai ekonomis yang tinggi. Warna
coklat pada rumput laut coklat dipengaruhi oleh komposisi pigmen yang terkandung di
dalamnya, yaitu berasal dari golongan klorofil dan turunannya, golongan karotenoid polar
(xantofil), serta golongan karotenoid non polar (karoten) (Hosokawa, 2010).
Fukosantin merupakan golongan karotenoid polar, sebagai pigmen utama dalam
rumput laut coklat. Warna coklat pada rumput laut ini berasal dari fukosantin yang memiliki
kemampuan menangkal radikal bebas dan antibakteri (Hosokawa, 2010).
Kandungan kimia yang bersifat polar akan lebih mudah larut dalam pelarut yang
bersifat polar, sedangkan komponen yang bersifat non-polar akan lebih larut dalam pelarut
non-polar juga. Senyawa organik memiliki afinitas yang berbeda terhadap sifat polaritas dari
suatu cairan pengekstrak sehingga diperlukan macam pelarut yang berbeda tingkat
polaritasnya. Karoten dan xantofil Keduanya tidak larut dalam air, tapi larut dalam alkohol,
eter minyak bumi, aseton dan banyak pelarut organik lainnya (Maeda, 2008).
4. Cara Mengekstrak Fukosantin pada Rumput Laut Padina australis
Rumput laut dipotong kecil-kecil sekitar 1 cm. Kemudian, ditimbang sebanyak 1
gram dan ditambahkan CaCO3 sebagai agen penetral serta sodium L.askorbat sebagai
antioksidan (seujung spatula kecil). Selanjutnya, ditumbuk hingga halus. Sampel diekstraksi
dengan 10 ml pelarut organik polar 10 ml yaitu methanol selama 20 menit dimana dilakukan
2 kali ekstraksi dengan kecepatan 250 rpm, kemudian disaring.
Ekstrak fukosantin dipartisi dengan cara komatografi kolom. Kolom yang digunakan
memiliki panjang 40 cm dan diameter kolom 3 cm. Fase gerak yang digunakan yaitu dietil
eter dan etil asetat (1:1 v/v) dan ditambah dengan larutan saturasi garam serta air ledeng.
Sedangkan, fase diam yang digunakan yaitu silika gel. Silika gel 40 gram dilarutkan dalam
fase gerak dan distirer 150 rpm selama 1 jam. Kapas dimasukkan ke dalam ujung kolom.
Fase gerak dimasukkan dan bubur silica gel dimasukkan ke dalam kolom dengan pipet tetes.
Bubur silica gel dimasukkan kolom hingga tinggi kolom, lalu pasir laut dimasukkan sebagi
penanda dan penyaring pelarut.
Sampel dimasukkan kolom melalui pinggir kolom dengan pipet volume, Setelah
ekstrak mencapai batas atas silica gel, fase gerak dimasukkan ke dalam kolom dan k ran
kolom dibuka sambil ditambahkan fase gerak, agar kolom tidak kering. Fraksi yang keluar
dari kolom ditampung dalam tabung reaksi berdasarkan warna sampai diperoleh warna
oranye gelap. Fraksi berwarna oranye gelap diduga merupakan fukosantin.Selanjutnya,
dipekatkan dengan rotary evaporator serta dikeringkan dengan gas argon (UHP). Lalu,
ditutup alumunium foil dan disimpan dalam freezer.
Rumput laut sebelum diekstraksi tidak dikeringkan terlebih dahulu, hal ini
dikarenakan kandungan xantofil termasuk didalamnya fukosantin akan mengalami penurunan
jika rumput laut dikeringkan terlebih dahulu. Fukosantin akan terdegradasi karena pigmen
tersebut sangat sensitive terhadap proses oksidasi serta tidak stabil terhadap proses termal
(Heriyanto dan Limantara, 2010). Ekstraksi fukosantin menggunakan pelarut methanol
dianggap lebih optimal dan efektif dibandingkan pelarut organik polar lainnya. Menurut Das
et al. (2008), methanol dikenal sebagai pelarut terbaik untuk ekstraksi fukosantin dari rumput
laut coklat segar. Metanol merupakan salah satu pelarut organik yang dapat bercampur
dengan air dan secara umum digunakan dalam proses ekstraksi karotenoid serta klorofil dari
sampel biologis. Sampel harus disimpan pada suhu rendah dan harus tertutup. Menurut
Kartikaningsih (2014), fukosantin labil terhadap adanya cahaya dan suhu penyimpanan
optimal untuk fukosantin yaitu -5oC.
5. Mekanisme Antioksidan
Rumput laut umumnya terkena sinar matahari yang mengandung sinar UV dan udara
yang mengandung banyak oksigen. Paparan sinar UV dan udara dapat menyebabkan
terbentuknya radikal bebas atau ROS (Reactive Oxygen Species). Radikal bebas ini dapat
menyebabkan kematian sel. Namun, rumput laut yang terpapar ROS tidak mengalami
kerusakan oksidatif. Hal ini dikarenakan senyawa antioksidan pada rumput laut mendonorkan
elektronnya, sehingga dapat menetralkan kehadiran radikal bebas atau ROS (Nursid, 2013).
6. Sumber pigmen

Gambar 2. Rumput laut coklat

Rumput laut atau yang disebut dengan seaweed merupakan tanaman makro alga yang
hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umummnya hidup di
dasar perairan. Organisme seperti algae, fungi dan bakteri dapat mensintesis kandungan
senyawa karotenoid. Algae dapat menimbun sumber pigmen karotenoid hasil dari proses
fotosintesis yang terdapat di thallus dimana dengan bantuan korofil a yang merupakan
pigmen utama dalam proses fotosintetik. Pada rumput laut coklat terdapat pigmen santofil,
violasantin, fukosantin flavosantin, neosantin A dan B. keberadaan pigmen fukosantin yang
dominan pada rumput laut coklat dapat menutupi pigmen lainnya sehingga memberikan
warna coklat
Karotenoid adalah pigmen organik yang hadir pada tingkat yang signifikan dalam
rumput laut coklat dan organisme fotosintetik lain. Salah satu jenis karotenoid yang banyak
ditemukan pada rumput laut coklat adalah fukosantin. Fukosantin berwarna oranye dan
termasuk kelompok santofil. Fukosantin adalah salah satu dari kelimpahan karotenoid, dan
berkontribusi lebih dari 10% dari jumlah total produksi dari karotenoid di alam, terutama di
lingkungan laut. Karoteinoid khususnya fukosantin dapat ditemukan pada alga dengan
spesies Fucus serratus, Ascophyllum nodosum, Laminara digitata dan saccharina latissima.
Pigmen fukosantin memiliki aktivitas yang dapat membantu untuk mencegah kanker,
penyakit jantung dan juga bertindak untuk meningkatkan respon imun terhadap infeksi.
Selain itu fukosantin bermanfaat pula sebagai anti obesitas dan antioksidan.
7. Manfaat Fukosantin
a. Anti obesitas
Obesitas merupakan penyakit yang diakui sebagai masalah di seluruh dunia, dengan
dampak yang tidak menyenangkan bagi kesehatan masyarakat umum dan harga terkait
dengan kesehatan (Maeda et al., 2008). Fukosantin mampu menekan berat badan tubuh
dan memperbaiki hiperglycemia diabetes / obesitas pada tikus (Hosokawa et al., 2010).
Beppu et al. (2012) melaporkan bahwa diet dengan fukosantin (0,2%) meningkatkan
jumlah HDL-kolesterol dan non-HDL-kolesterol sebanyak jumlah kolesterol total dalam
darah tikus. Fukosatin menunjukkan adanya aktivitas antiangiogenik secara signifikan,
dimana juga berperan sebagai efek antiobesitas (Sugawara et al., 2006).
Sebagai anti obesitas, fukosantin menginduksi ekspresi protein tertentu yang disebut
uncoupling protein 1 (UCP1) di jaringan putih adiposa pada perut (WAT) yang pada
gilirannya menyebabkan oksidasi asam lemak dan peningkatan produksi panas. Para
peneliti melaporkan bahwa fucoxanthin memiliki potensi untuk mengurangi jaringan
putih adiposa, glukosa darah dan insulin plasma menghasilkan 5-10% penurunan berat
badan.
b. Sebagai pencegah penyakit kardiovaskular
Karotenoid alga merupakan antioksidan kuat yang telah dikaitkan dengan pencegahan
penyakit kardiovaskular dan neurodegeneratif serta beberapa jenis kanker. Selain itu,
fukosantin mempromosikan kadar asam lemak yang disebut asam Docosahexaenoic
(DHA). Konsumsi DHA yang memadahi pada manusia telah terbukti mengurangi risiko
penyakit kardiovaskular dan melindungi terhadap penyakit Alzheimer, depresi dan
rheumatoid arthritis. Fukosantin dapat digunakan untuk meningkatkan DHA
(Docosahexanoic acid) di hati. DHA adalah suatu komponen bioaktif yang efektif untuk
mengurangi resiko penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh obesitas dan diabetes
(Maeda et al., 2008).
c. Sebagai antioksidan
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron
tidak berpasangan. Untuk menjadi stabil, radikal memerlukan elektron dari molekul donor
ke molekul radikal agar radikal tersebut menjadi stabil. Akibat reaksi tersebut, molekul
donor menjadi radikal baru yang tidak stabil dan memerlukan elektron dari molekul di
sekitarnya untuk menjadi stabil, demikian seterusnya sehingga terjadi reaksi berantai
perpindahan elektron-elektron (Maeda, 2008)
Reaksi uji antioksidan menggunakan metode DPPH didasarkan pada prinsip reaksi
penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas DPPH. Antioksidan akan
mendonorkan proton atau hidrogen kepada DPPH dan selanjutnya akan memecah rantai
radikal bebas hingga membentuk senyawa yang tidak radikal. Rumput laut yang hidup di
perairan yang dangkal misalnya pantai dan zona intertidal umumnya terpapar oleh sinar
matahari yang mengandung sinar UV maupun oleh udara yang banyak mengandung
oksigen. Paparan sinar matahari dan udara dapat menyebabkan terbentuknya radikal
bebas ataupun spesies oksigen reaktif lainnya (reactive oxygen species/ROS). Radikal
bebas atau ROS akan menyebabkan oksidasi biomolekul di dalam sel sehingga
menyebabkan kematian sel dan kerusakan jaringan. Namun, meskipun rumput laut
terpapar ROS yang berbahaya, komponen struktural rumput laut (misalnya asam-asam
lemak) tidak akan mengalami kerusakan oksidatif. Hal ini menunjukkan adanya sistem
perlindungan terhadap stres oksidatif dalam sel-sel rumput laut. Dengan mendonasikan
sebuah elektron, senyawa antioksidan dapat menetralkan kehadiran radikal bebas ataupun
ROS. Kemampuan rumput laut dalam mensintesis senyawa antioksidan sebagai suatu
sistem pertahanan dari paparan radikal bebas merefleksikan kemampuan adaptasi rumput
laut terhadap radiasi sinar matahari (Fretes, 2012).
d. Anti kanker
Fukosantin dapat dimanfaatkan pula sebagai suplemen antioksidan tambahan untuk
penanganan kanker yang dikombinasi dengan obat kanker itu sendiri selama proses
kemoterapi. Menurut Mise & Yasumoto (2011) bahwa penambahan fukosantin dengan
obat antikanker cisplatin yang bekerjasama mampu menekan perkembangbiakan dari sel
kanker selama proses kemoterapi. Fukosantin juga tidak memberikan pengaruh dari
efektivitas dari obat kanker cisplatin itu sendiri, sehingga karotenoid jenis ini sangat
dianjurkan untuk ditambahkan pada pasien kanker yang sedang dikemoterapi. Namun
belum diketahui pasti bagaimana mekanisme kerja fukosantin yang ikut membantu obat
kanker dalam menekan perkembangbiakan sel kanker

Daftar Pustaka
Beppu, F., Hosokawa, M., Niwano, Y., & Miyashita, K. 2012. Effects of dietary fucoxanthin
on cholesterol metabolism in diabetic/obese KK-Ay mice. Lipids in Health and
Disease, 11:112.
Das, S. K., Matsushita, S., Hirano, M. 2008. Commercialscale Preparation of Biofunctional
Fucoxanthin from Waste Parts of Brown Sea Algae Laminalia japonica. Food Sci.
Technol. Res., 14(6): 573- 582
Demmig-Adams, B., & Adams, WW III. 2002. Antioxidants in photosynthesis and human
nutrition. Science, 298: 2149-2153.
Fretes, Hd., Budhi, P., AB, Susanto., & L, Limantara. 2012. Karotenoid dari Makroalgaee
dan Mikroalgaee: Potensi Kesehatan Aplikasi dan Bioteknologi. J. Teknol dan Industri
Pangan, 23(2): 221-228.
Kartikaningsih, H. 2014. Stabilitas Fukosantin dari Rumput Laut Coklat Padina Australis
terhadap Perubahan Suhu. Malang: National Conference Green Technology
Heriyanto dan Leenawaty, L. 2011. Optimasi Proses Ekstraksi Fukosantin Rumput Laut
Coklat Pedina australis Hauck Menggunakan Pearut Organik Polar. Jurnal Ilmu
Kelautan. Vol. 16 No. 2
Hosokawa, M., Miyashita, T., Nishikawa, S., Emi, S., Tsukui, T., Beppu, F., Okada, T., &
Miyashita, K. 2010. Fucoxanthin regulates adipocytokine mRNA expression in white
adipose tissue of diabetic/obese KK-Ay mice. Arch Biochem Biophys, 504:1725.
Maeda, H., Tsukui, T., Sashima, T., Hosokawa, M., & Miyashita, K. 2008. Seaweed
carotenoid, fucoxanthin, as a multi-functional nutrient. Asia Pac J. Clim. Nutr; 17
(S1) : 196-199.
Mise, T., & Yasumoto, T. 2011. Simultaneous Treatment of Cancer Cells Lines with the
Anticancer Drug Cisplatin and the antioxidant Fucoxanthin. Br. J. Pharmacol.
Toxicol., 2(3): 127-131
Nursid, M. 2013. Aktivitas Antioksidan, Sitotoksisitas Dan Kandungan Fukosantin Ekstrak
Rumput Laut Coklat Dari Pantai Binuangeun, Banten. JPB Kelautan Dan Perikanan
Vol. 8 No. 1
Sugawara, T., Matsubara, K., Akagi, R., Mori, M., & Hirata, T. 2006. Antiangiogenic activity
of brown algaee fucoxanthin and its deacetylated product, fucoxanthinol. J. Agric.
Food Chem., 54, 98059810.

You might also like