You are on page 1of 8

Asal Usul Manusia

Ada dua pengertian tentang asal usul manusia yaitu tentang teori Darwin dan Nabi
Adam a.s. Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali
dipikiran adalah teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin dijelaskan
bahwa manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an,
dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi adam a.s. Namun, hingga saat ini para
ilmuwan masih terus mencari bukti untuk memastikan asal mula manusia.
1. Asal Usul Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang
mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta
tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia
modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut di
bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh
evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan
Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai
sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan,
al-naas, al-abd, bani adam, dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau
makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama). Al-abd berarti manusia sebagai
hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan Nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk
yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Pengertian Manusia menurut Para Ahli
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan
rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
ABINENO J. I.
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus dalam tubuh yang fana".
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
atau badan fisik.
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa,
dan karsa.
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir,
dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baik ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
PAULA J. C. & JANET W. K.
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
2. Asal Usul Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
cerita tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan
berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al
Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap
dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama
kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis
menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah
menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk
tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah
Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa
sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka
diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa
menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia
yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi
yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi.
Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke
berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah
lainnya diseluruh penjuru bumi.
HAKIKAT MANUSIA
Menurut Prof. Noto Nagoro, manusia adalah monodualisme. Dikatakan
monodualisme karena manusia terdiri atas: raga dan jiwa, individu dan sosial, pribadi dan
makhluk Tuhan.
1. Manusia Sebagai Makhluk yang Memiliki Raga dan Jiwa
Manusia mempunyai unsur raga dan jiwa yang merupakan kesatuan, sehingga apabila
raga sudah berpisah dengan jiwa maka sudah bukan lagi manusia, melainkan mayat. Dengan
adanya unsur raga ini, manusia memiliki sifat-sifat sebagaimana halnya makhluk lain dan
benda-benda lain yang mempunyai raga.
Dengan raga ini maka manusia memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh hewan,
tumbuhan, dan benda lain. Persamaan hewan dengan manusia, misalnya rasa sakit, lapar,
haus, takut, dan kemampuan berkembang biak.
Jiwa manusia terdiri atasunsur-unsur cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah unsur kejiwaan
manusia yang dapat membedakan benar dan salah. Rasa adalah unsur kejiwaan yang manusia
yang dapat membedakan yang indah dan yang tidak indah, susah dan senang, enak dan tidak
enak, dan lain sebagainya. Sedangkan karsa adalah unsur kejiwaan manusia yang dapat
membedakan antara baik dan buruk
2. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial berarti bahwa manusia tidak pernah hidup
sendiri, melainkan juga hidup berkelompok. Sebagai makhluk individu dan sosial hendaknya
manusia saling menghargai dan menghormati. Artinya, individu harus menghargai dan
menghormati kelompok, sebaliknya kelompok harus menghargai dan menghormati individu.
Dalam memenuhi kebutuhannya, individu tidak boleh mengabaikan kepentingan kelompok
begitu pula sebaliknya.
3. Manusia Sebagai Makhluk Pribadi dan Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Hal ini
mengandung arti bahwa manusia memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat berkembang
untuk selanjutnya dapat merencanakan sesuatu, membudayakan alam semesta, atau mengolah
alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, segala usaha manusia tidak akan pernah
berhasil dengan kekuatan manusia itu sendiri. Ada suatu kekuatan di atas manusia yang ikut
menentukan keberhasilan usaha manusia, yaitu kekuatan Tuhan.
4. Manusia Sebagai Khalifah
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia.
Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan,
menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi
otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai
khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi
kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan
psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya
sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia,
disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding
binatang.
Manusia sebagai hamba Allah s.w.t. dilantik menjadi khalifah Allah dan perlantikkan
itu adalah kerana kelayakan manusia untuk memegang jawatan tersebut. Antara kelayakan
tersebut ialah bahawa diantara hamba-Nya maka manusialah yang lebih hampir dengan
Alllah s.w.t. Sebagai hakikatnya, hamba-Nya dan kkhalifah-Nya maka manusia tidak berhak
mencipta yang diizinkan.
Khalifah adalah satu keistimewaan yang besar dan hanya diberikan kepada manusia dan tidak
diberikan kepada malaikat, jauh lagi untuk diberikan kepada jin. Daripada itu diyakini
bahawa bukan setiap hamba itu layak dan berhak menjadi khalifahtullah. Seterusnya juga
bukan setiap manusia yang pada hakikatnya hamba itu dengan sendirinya adalah khalifah.
Walaupun dari segi hakikatnya manusia itu hamba dan khalifah Allah s.w.t. , namun dari segi
konsep dan perlaksaan adalah tidak. Oleh kerana itu, maka manusia yang layak dan berhak
menjadi khalifah itu ialah manusia yang melaksanakan konsep kehambaan diri kepada Allah
s.w.t. dan telah melaksanakan konsep penyerahan diri kepada Allah s.w.t. dalam 4 ciri
tersebut. a) Akidah b) Akhlak c) Ibadah d) Syariat
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan
hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada
masyarakat, pada Allah SWT.
Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.


Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik
yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada
kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah
ciptakan.
Kata Abdi berasal dari kata bahasa Arab yang artinya memperhambakan diri,
ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah
kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh
masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi
seluas pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah.
Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi
larangan-Nya.

Fungsi dan Kedudukan Manusia

Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan yang keluar dari mulut
tentunya dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab suci Al-Quran sebagai satu
kitab yang abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi
khalifah (pemimpin) di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam
(QS Al-Anam [6]:165 dan QS Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah menganugerahkan kepada
manusia segala yang ada dibumi, semula itu untuk kepentingan manusia (ia menciptakan
untukmu seluruh apa yang ada dibumi ini. QS Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung
jawab kekhalifahan dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu
menghambakan dirinyakepada Allah Swt.
Untuk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih
rendah martabatnya daripada manusia. Oleh karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak
tunduk kepada alam, gejala alam (QS Al-Jatsiah [45]:13) melainkan hanya tunduk kepada-
Nya saja sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus menaklukanya,
dengan kata lain manusia harus membebaskan dirinya dari mensakralkan atau menuhankan
alam.

MANUSIA SEBAGAI MAHKLUK SEMPURNA


Pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai mahluk yang sempurna
di antara mahluk-mahluk Allah lainnya. Manusia diberi begitu banyak keistimewaan di
antaranya bentuk fisik yang indah, kedudukan yang jauh lebih baik, dan yang paling berbeda
yaitu akal pikiran. Akal dapat digunakan untuk berpikir dan membedakan mana yang baik
dan yang buruk. Manusia sebagai insan kamil haruslah mempunyai kepribadian dan ahlak
yang baik. Pemuliaan Allah SWT kepada manusia berkaitan dengan penciptaannya seperti
diterangkan Allah dalam firmanNya:
Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya
Fitrah manusia meliputi: hanif, potensi akal, qaib, nafsu. Fitrah adalh kondisi awal suatu
ciptaan atau kondisi manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada
kebenaran. Fitrah tidak hanya diartikan sebagai penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti
rihaniah yaitu sifat-sifat dasar manusiayang baik. Hanif (kecenderungan kepada kebaikan)
yang terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke muka bumi. Manusia memiliki potensi
baik sejak kelahirannya. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan
akal (mind).

Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan
dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya.
Semua itu tergantungdari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam
dirinya. Potensi rohaniah berupa akal, qald dan nafsu. Akal adalah pikiran atau rasio dan rasa
bias diartikan dengan bijaksana. Qald adalah hakikat manusiayang dapat menangkap segala
pengertian berpengetahuan dan arif. Nafsu adalah sesuatu kekuatan yang mendorong manusia
untuk mencapai keinginannya.

Tujuan hidup manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan cara melakukan
perbuatan apapun asal yang tidak dilarang agama dan diniati ibadah sehingga apapun yang
kita kerjakan tidak hanya bermanfaat untuk kehidupan di dunia tetapi juga kepentingan di
akherat jadi tujuan hidup manusia sudah jelas adalah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akherat, sebagaimana sering kita ucapkan dalam doa : "Rabbana aatina fiddun-yaa
hasanah wafil akhirati hasanah, waqinaa adzabannar". Untuk mendapatkan kebahagiaan
dunia telah diuraikan di depan, adalah berusaha untuk menjadi Ahsani Taqwim dan Khalifah
fil Ardhi, namun untuk kebahagiaan akherat perlu kita teliti lebih jauh. Seperti dalam surat
Adz Dzariyat ayat 56:

Kesimpulan
Jadi manusia merupakan makhluk yang kompleks. Sedemikian sempurna manusia
diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan
manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna
untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu
ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari
orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia
tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita
harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan
tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus
kita patuhi sebagai umat manusia.

You might also like