You are on page 1of 11

Polifarmasi ialah penggunaan jenis obat yang melebihi kebutuhan yang wajar untuk

kebutuhan penyakit pasien.

Aktivitas jasmani juga dapat mengembangkan fungsi psikis/mental,


seperti: (1) meningkatkan suasana hati (mood), menciptakan perasaan nyaman, (2)
menyediakan istirahat, mengurangi kecemasan, dan menurungkan tingkat stress (3)
membantu pemeliharaan fungsi kognitif dan kewaspadaan, meningkatkan
konsentrasi, (4) membantu penurunan depresi, (5) dapat mengembangkan harga
diri, (6) membantu peningkatan tidur

Penatalaksanaan Medis
Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus demensia tidak dapat
disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti
Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki
gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah
tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol ,
Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping
yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fislk untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
2. Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi
a. Mini Mental Status Exam (MMSE)
b. Short portable mental status quetionnaire
3. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depresion scale.
4. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
5. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga. Lakukan observasi langsung
terhadap :
a. Perilaku. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan
aktivitas hidup sehari-hari? Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak
dapat diterima secara sosial? Apakah klien sering mengluyur dan
mondarmandir? Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau
perseveration phenomena?
b. Afek. Apakah kilen menunjukkan ansietas? Labilitas emosi? Depresi atau
apatis? lritabilitas? Curiga? Tidak berdaya? Frustasi?
c. Respon kognitif. Bagaimana tingakat orientasi klien? Apakah klien
mengalami kehilangan ingatan tentang halhal yang baru saja atau yang
sudah lama terjadi? Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau
mengabstrakan? Kurang mampu membuat penilaian? Terbukti mengalami
afasia, agnosia, atau, apraksia?
6. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah
menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut. (demensia jenis alzheimer
tahap akhir dapat sangat menyulitkan karena sumber daya keluarga
mungkin sudah habis).
b. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi
asuhan tentang dirinya sendiri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN TERKAIT
1. DEPRESI
a. Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.
b. Gangguan pola tidur b.d ansietas
c. Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.
2. DEMENSIA
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi
neuron ireversible .
b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif.
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist)
d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan
dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
pengaruh penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN TERKAIT
1. DEPRESI
a. Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.
Intervensi
1) Bicara secara langsung dengan klien; hargai individu dan ruang
pribadinya jika tepat
2) Beri kesempatan terstruktur bagi klien untuk membuat pilihan perawatan
3) Susun sasaran aktivitas progresif dengan klien
4) Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat
ini
b. Gangguan pola tidur b.d ansietas
Intervensi
1) Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang
biasanya
2) Anjurkan latihan relaksasi, seperti musik lembut sebelum tidur
3) Kurangi asupan kafein pada sore dan malam hari
4) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk
memfasilitasi agar pasien dapat tidur.
c. Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.
Intervensi
1) Identifikasi derajat resiko / potensi untuk bunuh diri
2) Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri
3) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki
klien dalam menyelesaikan masalah
2. DIMENSIA
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi
neuron ireversible
1) Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu
2) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang
b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan kognitif
1) Pertahankan tindakan kewaspadaan
2) Hadir dekat pasien selama prosedur atau pengobatan dilakukan
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologis )
1) Kaji derajat sensori/ gangguan persepsi
2) Mempertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan
d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan
dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis
1) Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri
2) Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan
e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
pengaruh penyimpngan jangka panjang dari proses penyakit
1) Berikan dukungan emosional
2) Rujuk keluarga ke kelompok pendukung
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA
1. PENGKAJIAN
Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan
demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara
langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk
mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda
seperti :
a. Kurang konsentrasi
b. Kurang kebersihan diri
c. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
d. Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
e. Tremor
f. Kurang kordinasi gerak
g. Aktiftas terbatas
h. Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia
mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara.

2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan
diagnosa keperawatan :
a. Sindrom Stress Relokasi
Berhubungan dengan perasaan tidak berdaya, gangguan status kesehatan psikososial, tidak
ada persiapan untuk masuk rumah sakit, perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari,
kurangnya sistem dukungan yang adekuat.
Ditandai dengan :
- Kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku
defensif, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif
- Tampak tanda stimulasi saraf simpatis, gangguan gastrointestinal, dan perubahan
kebiasaan makan
- Gangguan tidur
Kriteria Hasil :
- Mengidentifikasi perubahan
- Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-hari
- Mempertahankan rasa berharga pada diri dan identitas pribadi yang positif.
- Membuat pernyataan positif tentang lingkungan yang baru
- Memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan lingkungan dan penyesuaian kehidupan
- Mampu menunjukkan rentang perasaan yang sesuai/tidak cemas
- Tidak menyimpan pengalaman menyakitkan
- Menggunakan bantuan dari sumber yang tepat selama waktu pengaturan pada
lingkungan baru.
Tindakan keperawatan
a. Perubahan Proses Pikir
Berhubungan dengan : perubahan fisiologis, kehilangan memori/ingatan, gangguan tidur, konflik
psikologis, gangguan penilaian.
Ditandai dengan :
- Hilang konsentrasi (distrakbilitas).
- Hilang ingatan/memori.
- Tidak mampu membuat keputusan, menghitung, mengumpulkan gagasan, melakukan
abstraksi/konseptualisasi, dan memecahkan masalah.
- Tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
- Disorientasi waktu, tempat, orang, lingkungan, dan peristiwa.
- Paranoid, delusi, obsesi, halusinasi, konfabulasi, bingung/frustasi dan perubahan dalam
respon tingkah laku.
Kriteria hasil :
- Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi kejadian yang
menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.
- Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negatif.
- Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan faktor penyebab.
- Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman dan
kebingungan.
Tindakan keperawatan :
a. Perubahan persepsi-sensori berhubungan dengan
Perubahan persepsi, transmisi dan/ atau integrasi sensori (penyakit neurologi, tidak
mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri).
Stress psikologi ( penyempitan pandangan perceptual disebabkan kecemasan).
Pembatasan lingkungan secara terapeutik (isolasi, perawatan intensif, tirah baring).
Pembatasan lingkungan social (institusional, panti jompo), stigma (gangguan jiwa,
keterbelakangan mental).
Gangguan kimiawi (endogen, eksogen).
Ditandai dengan:
Perubahan kemampuan pemecahan masalah
Perubahan respons terhadap stimulasi normal, seperti disorientasi spasial, bingung,
perubahan perilaku, konsentrasi menurun.
Respon emosional berlebihan, seperti kecemasan, paranoid, apatis, gelisah, iritabilitas,
depresi, takut, marah, dan halusinasi.
Ketidakmampuan mengatakan letak bagian tubuh tertentu.
Perubahan dalam sensasi rasa.
Kriteria hasil:
Mengalami penurunan halusinasi
Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau mengatur perilaku
Mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi
Perawat mampu mengidentifikasikan factor eksternal yang berperan terhadap perubahan
kemampuan persepsi sensori.
Intervensi
1. Kembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan perawat klien terapeutik
Rasional : meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien.
2. Bantu klien untuk memahami halusinasi
Rasional : meningkatkan koping dan menurunkan halusinasi
3. Beri informasi tentang sifat halusinasi, hubungannya dengan stressor/ pengalaman emosional
yang traumatik, pengobatan, dan cara mengatasi.
Rasional : untuk membantu klien dalam memahami halusinasi.
4. Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi
klien termasuk penurunan penglihatan dan pendengaran.
Rasional : keterlibatan otak memperlibatkan masalah yang bersifat asimetris menyebabkan
klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh ( gangguan unilateral). Klien tidak
dapat mengenali rasa lapar/haus, penerimaan nyeri eksternal (dari luar).
5. Ajarkan strategi untuk mengurangi stress
Rasional : untuk menurunkan kebutuhan akan halusinasi.
6. Anjurkan untuk menggunakan kaca mata atau alat bantu pendengaran sesuai keperluan.
Rasional : meningkatkan masukan sensori, membatasi/menurunkan kesalahan interprestasi
stimulasi.
7. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika diperlukan ( music yang lembut,
gambar/dinding cat sederhana)
Rasional : menghindarkan masukan sensori penglihatan atau pendengaran yang berlebihan
dengan mengutamakan kualitas yang tenang dan konsisten.
8. Berikan sentuhan dan perhatian
Rasional : meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri.
9. Berikan perhatian dalam indah secara berkala ( musik dan cerita peristiwa yang
menyenangkan, foto)
Rasional : meningkatkan perasaan nyaman yang memudahkan adaptasi pada perubahan
lingkungan.

b. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan:


Kurangnya pendidikan tentang keamanan
Riwayat trauma terdahulu
Kurangnya penglihatan
Ketidakmampuan mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
Disorientasi, bingung, ganguan dalam pengambilan keputusan
Kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktifitas kejang
Kriteria Hasil :
Meningkatkan tingkat aktifitas
Dapat beradaptasi dengan lingkungan umtuk mengurangi resiko cidera
Tidak mengalami trauma/cidera
Keluarga mengenali potensial dilingkungan dan mengidentifikaksi tahap-tahap untuk
memperbaikinya
Intervensi
1. Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan presepsi visual.
Bantu keluarga mengidentifikasi resiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
Rasional : mengidentifikasi resiko dilingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat akan
bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsive berisiko trauma karena kurang mampu
mengendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko terjatuh.
2. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.
Rasional : klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah aweal terjadi trauma
akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar.
3. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/berbahaya, seperti memanjat pagar tempat tidur.
Rasional : mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan
resiko terjadinya trauma.
4. Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstra piramida, hipotensi ortostatik,
gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
Rasional : klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat menimbulkan kadar
toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/penggantian obat diperlukan untuk mengurangi
gangguan.
5. Hindari penggunaan restrain terus menerus. Berikan kesempatan keluarga tinggal bersama
klien selama periode agitasi akut.
Rasional : membahayakan klien, meningkatkan agitasi dan timbul resiko fraktur pada klien
lansia (berhubungan dengan penurunan kalsium

You might also like