You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.

April 2014

PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP


BERSIHAN JALAN NAFAS PADA ANAK USIA 1-
5 TAHUN YANG MENGALAMI GANGGUAN
BERSIHAN JALAN NAFAS DI PUSKESMAS
MOCH. RAMDHAN BANDUNG
Maidartati
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas BSI
Jalan Sekolah Internasional No. 1-6 Antapani, Bandung 40282

Abstract - In Indonesia, Acute respiratory infection (ARI) is a leading cause of death in infants and
toddlers since 2005. In 2007 there were an estimated 1.8 million deaths from pneumonia or
approximately 20% of the total 9 million deaths in children. Acute respiratory infection (ARI) is able
to cause respiratory problems. Physiotherapy is a supportive measure for airway clearance. This study
aims to determine the effect of chest physiotherapy for airway clearance in children aged 1-5 years
who have impaired airway clearance in Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung. The study quasi
experiment design was a one-group pre and posttest post, sampling with purposive sampling is used
with the result 17 respondents. Univariate and bivariate analyse method are use to analyse the result,
statistical test results showed there were significant differences in the mean frequency of airway
clearance physiotherapy before and after the P-value 0.000. whereas for different test breath
clearance before and after physiotherapy results obtained P-value 0.225. chest physiotherapy can be
proposed as a routine measure in the health center in the supportive therapy for children with
impaired airway clearance.

Keywords: ARI In Children, Airway Clearance, Chest Physiotherapy

Abstrak - Di Indonesia, infeksi pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbesar pada
bayi dan balita sejak tahun 2005. Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 1,8 juta kematian akibat
pnemonia atau sekitar 20% dari total 9 juta kematian pada anak. Infeksi pernafasan akut (ISPA)
merupakan masalah dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Fisioterapi adalah suatu tindakan
suportif bagi bersihan jalan nafas. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh fisioterapi dada
terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen.post group pre
dan postest, pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel 17 orang.
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan univariat dan bivariat, hasil uji statistik
menunjukan terdapat perbedaan bermakna rerata frekwensi bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah
fisioterapi yaitu nilai P-value 0000. sedangkan untuk uji beda bersihan nafas sebelum dan sesudah
fisioterapi didapatkan hasil P-value 0.225. fisioterapi dada dapat diusulkan sebagai tindakan rutin di
Puskesmas dalam terapi supportif bagi anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas.

Kata Kunci : infeksi pernafasan akut (ISPA) pada anak, bersihan jalan nafas, fisioterapi dada

47
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

PENDAHULUAN sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-


lain. Hal ini membutuhkan perhatian khusus oleh
Anak usia balita merupakan golongan pemerintahan guna menurunkan angka kematian
usia yang paling rawan terhadap penyakit, hal ini anak. Kesiapan pemerintah dan instansi terkait
berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas seperti tenaga kesehatan baik ditingkat pusat,
anak, salah satu penyakit yang sering diderita provinsi ataupun kota dan kabupaten sangat
oleh anak adalah gangguan pernafasan atau berperan penting dalam meminimalkan angka
infeksi pernafasan (Wong, 2008). Data WHO kejadian ISPA. Seperti kesiapan pihak tenaga
tahun 2002 menyatakan bahwa proporsi angka kesehatan terhadap pelayanan kesehatan,
kejadian ISPA dilaporkan sebesar 94.037.000 kesiapan petugas kesehatan dalam meningkatkan
dengan angka kematian sebanyak 3,9 juta jiwa. pengetahuan masyarakat terhadap pneumonia,
Sedangkan pada tahun 2000 angka kematian 1,9 status gizi, lingkungan yang baik, cakupan
juta jiwa akibat ISPA, hal ini terlihat terjadinya imunisasi, asi ekslusif dan meningkatkan upaya
trend peningkatan angka kematian dalam 2 tahun manajemen tatalaksana pneumonia bagaimana
yang diakibatkan oleh ISPA. Kasus kematian perilaku masyarakat dalam pencarian
akibat ISPA tertinggi pada tahun 2000 terdapat pengobatan. Pada akhirnya diharapkan upaya
di benua Afrika, dan Asia Tenggara yaitu sebesar pengendalian penyakit ISPA dapat dilaksanakan
70% dari total kematian akibat ISPA diseluruh dengan optimal sehingga angka kematian ini
Dunia (WHO, 2011). Di Indonesia, ISPA dapat diturunkan (Kemenkes RI, 2010).
merupakan masalah kesehatan yang cukup serius,
hal ini dikarenakan ISPA merupakan penyebab KAJIAN LITERATUR
kematian terbesar pada bayi dan balita sejak
tahun 2005. Hasil survey mortalitas sub bidang Puskesmas adalah suatu organisasi
ISPA tahun 2005 menunjukan bahwa salah satu kesehatan fungsional yang merupakan pusat
penyakit ISPA yaitu pneumonia adalah pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
penyebab terbesar kasus kematian pada anak. membina peran serta masyarakat, di samping
Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 1,8 juta memberikan pelayanan kesehatan secara
kematian akibat pnemonia atau sekitar 20% dari menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
total 9 juta kematian pada anak. wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dari hasil pemetaan yang dilakukan Puskesmas yang diberi tanggung jawab terhadap
Depkes RI, angka kejadian Pneumonia masih kesehatan masyarakat satu wilayah perlu
tinggi di sejumlah provinsi di Indonesia pada melaksanakan upaya-upaya kesehatan demi
tahun 2009 antara lain : NTB (71. 45%), disusul terpenuhinya fungsi-fungsi yang diembankan
oleh provinsi Jabar (46.16 %), Babel (41. 41%), kepadanya di dalam wilayah kerjanya, yaitu
Bengkulu (20. 91%), Riau (21.5%) dan diikuti pusat penggerak pembangunan berwawasan
oleh provinsi lain diseluruh Indonesia, oleh kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat serta
karena itu pneumonia perlu mendapat perhatian pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dari
(Kemenkes RI, 2010). hasil studi dokumentasi di Puskesmas
Pada kebanyakan kasus gangguan Moch.Ramdhan diperoleh data laporan kasus 5
pernafasan yang terjadi pada anak bersifat ringan, bulan terakhir yaitu dari bulan februari sampai
akan tetapi sepertiga kasus mengharuskan anak juni 2013 didapatkan kasus tertinggi adalah ISPA
mendapatkan penanganan khusus, Akibatnya yaitu Pneumonia pada anak usia 1 5 tahun
anak lebih mungkin untuk memerlukan dengan jumlah 100 kasus dengan spesifikasi usia
kunjungan ke penyedia layanan kesehatan seperti anak sebagai berikut ; usia 1 tahun sebanyak 40
pada penyakit Asma, bronchitis, pneumonia. kasus, usia 2 tahun sebanyak 24 kasus, usia 3
Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa tahun sebanyak 20 kasus, usia 4 tahun sebanyak
bayi dan anak-anak dapat pula memberi 10 kasus dan usia 5 tahun sebanyak 6 kasus.
kecacatan sampai pada,masa dewasa, dimana Selain itu, dari hasil wawancara terhadap tenaga
ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya kesehatan yang ada dipuskesmas bahwa pada
Chronic Obstructive Pulmonary Disease kasus penyakit pernafasan yang menyebabkan
(Santosa, 2007). Pada anak balita, gejala infeksi terjadinya peningkatan penumpukan secret
pernapasan bawah biasanya lebih parah dilakukan diberikan terapi obat broncholidator
dibandingkan dengan penyakit pernapasan atas saja. Sedangkan untuk penatalaksanaan suportif
dan dapat mencakup gejala gangguan respiratori lain seperti fisioterapi dada jarang dilakukan
yaitu batuk, disertai produksi secret berlebih, (Laporan tahunan Puskesmas,2012).

48
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

Suatu penelitian yang dilakukan di METODE PENELITIAN


Yogyakarta oleh Widowati (2007) yang
bertujuan untuk mengetahui efektifitas fisioterapi Jenis penelitian yang dipergunakan pada
dada terhadap kesembuhan asma pada anak. Dari penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan
hasil penelitian bahwa fisioterapi dada (Chest jenis One Group Pretest-Posttes design
teraphy) mempunyai efek dalam membantu Rancangan ini mempunyai ciri-ciri
kesembuhan asma pada anak. Kesembuhan mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
pasien asma dapat diukur dengan berkurangnya cara melibatkan satu kelompok subjek, kemudian
batuk, sesak nafas, dan lancarnya pengeluaran kelompok subjek akan diobservasi sebelum
sputum sehingga menjadi hilang. Penelitian yang dilakukan intervensi, selanjutnya diobservasi lagi
hampir sama dilakukan di Cairo University oleh setelah intervensi (Nursalam, 2008). Populasi
Hussen pada tahun 2011 yang bertujuan pada penelitian ini adalah semua anak usia 1-5
mengetahui efek fisioterapi dada terhadap tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan
bersihan jalan nafas anak yang mengalami nafas di Puskesmas Moch. Ramdhan. Sampel
pneumonia. Hasil penelitian didapatkan bahwa adalah bagian dari suatu populasi yang dipilih
CPT efektif dalam meningkatkan bersihan dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili
saluran udara pada bayi dengan pneumonia yang dari populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2008).
dievaluasi dari penurunan kebutuhan oksigen dan Cara pemilihan responden pada penelitian ini
frekuensi penyedotan. adalah Purposive Sampling dengan sampel
Menurut Wong tahun 2008, salah satu sebanyak 17 orang. Pemilihan responden
tugas seorang perawat adalah bertanggung jawab berdasarkan kriteria atau pertimbangan yang
terhadap melakukan maneuver atau posisi dibuat oleh peneliti. Kriteria tersebut terdiri dari
fisioterapi dada apabila tidak ada ahli terapi (ahli kriteria inklusi dan eksklusi.
fisioterapi), oleh sebab itu perawat harus terampil 1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum
dalam melakukan tehnik ini. Fisioterapi dada subyek penelitian dari suatu populasi target
dalam hal ini merupakan tehnik untuk dan terjangkau yang akan diteliti.
mengeluarkan secret yang berlebihan atau (Nursalam, 2008). Yaitu:
material yang teraspirasi dari dalam saluran a. Anak usia 1-5 tahun yang mengalami
respiratori. Sehingga dalam hal ini, fisioterapi gangguan bersihan jalan nafas ditandai
dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi juga dengan respirasi rate (RR) >40x/mnt,
mencegah rusaknya saluran respiratori pernafasan cuping hidung (PCH) +, serta
Serangkaian tindakan postural drainase retraksi intercostal (RIC) +
membantu menghilangkan kelebihan mukus b. Nadi dan suhu tubuh anak dalam batas
kental dari paru ke dalam trakea yang dapat normal.
dibatukkan keluar (Lubis, 2005). c. Kesadaran Baik (Kompos metis).
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk d. Orang tua pasien memberikan ijin menjadi
melakukan penelitian tentang Pengaruh responden.
fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas 2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan
pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami atau mengeluarkan subyek yang tidak
gangguan pernafasan di di Puskesmas Moch. memenuhi kriteria inklusi. (Nursalam,
Ramdhan. 2008), yaitu:
Tujuan Umum yang ingin dicapai pada penelitian a. Pasien dengan Kelainan dinding dada:
ini adalah untuk menguji pengaruh fisioterapi Fraktur iga, infeksi, neoplasma, riketsia.
dada terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia b. Pasien dengan Tension Pneumothoraks.
1-5 tahun yang mengalami gangguan pernafasan c. Pasien yang mengalami kelainan yang
di Puskesmas Moch.Ramdhan. berhubungan dengan darah: kelainan
Tujuan Khusus pembekuan, haemoptisis, perdarahan
1. Mengetahui bersihan jalan nafas sebelum intrabronkial yang massif.
dan sesudah dilakukan fisioterapi dada d. Pasien dengan Aritmia jantung.
2. Mengetahui uji beda rerata bersihan jalan
nafas antara sebelum dan sesudah dilakukan Metode Pengumpulan Data
Fisioterapi dada Instrumen yang digunakan dalam
3. Mengetahui uji beda proporsi bersihan jalan pengumpulan data pada penelitian ini adalah
nafas sebelum dan sesudah dilakukan dengan : 1). Lembar observasi untuk
fisioterapi dada. mengevaluasi efektivitas pemberian fisioterapi

49
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

dada yaitu, Respirasi Rate (RR) pasien, PCH dan uji Chi-Square(X2). Analisis bivariat ini
Retraksi Interkostal 2). Sop Fisioterapi dada yang menggunakan program statistik perangkat
dibuat oleh peneliti. Selanjutnya peneliti lunak (SPSS 17) komputer dengan taraf
melakukan uji content validitas dengan cara kepercayaan 95% (p<0,05).
melakukan uji ekspert dengan ahli anak dan tim
dokter anak. Setelah data penelitian terkumpul, PEMBAHASAN
maka peneliti melakukan Analisis univariat yaitu
analisis yang dilakukan terhadap variabel- Analisa Univariat
variabel dari hasil penelitian dengan melihat Analisa univariat bertujuan menggambarkan
Karakteristik responden berupa Rerpirasi rate karakteristik gangguan bersihan jalan nafas
(RR), pernafasan cuping hidung (PCH), Retraksi meliputi respirasi rate (RR), Pernafasan cuping
interkostal (RIC). Analisis univariat dilakukan Hidung (PCH) dan Retraksi intercostal (RIC)
berdasarkan frekuensi minimal, frekuensi sebelum dan sesudah tindakan fisioterapi.
maksimal, mean, standardeviasi, distribusi
frekuensi dan persentase. Analisis Bivariat Karakteristik gangguan bersihan jalan nafas
dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel responden sebelum dan sesudah fisioterapi
independen yaitu fisioterapi dada terhadap dada pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas
variabel dependen yaitu bersihan jalan nafas Moch.Ramdhan
meliputi respirasi rate, pernafasan cuping hidung Bersihan jalan nafas adalah suatu
dan retraksi intercostals. Analisis bivariat ini keadaan dimana paru atau trache terbebas dari
untuk melihat Pengaruh kedua variabel dengan penumpukan secret dengan parameter tidak
menggunakan uji nonparametrik Wilcoxon terjadi peningkatan respirasi atau RR < 40
Signed Rank test. Sedangkan untuk mengetahui kali/menit, pernafasan cuping hidung (-) serta
uji beda proporsi bersihan jalan nafas sebelum Retraksi intercostals (-).
dan sesudah dilakukan fisioterapi menggunakan

Tabel 1
Distribusi bersihan jalan nafas responden sebelum dan sesudah fisioterapi dada pada anak usia
1-5 tahun di Puskesmas Moch.Ramdhan

Kode Pretes Postest


Responden RR PCH RIC RR PCH RIC
1 47 + + 40 + +

2 44 + + 38 - -

3 45 + + 40 - -

4 44 + + 40 - -

5 47 + + 43 + +

6 47 + + 44 + +

7 43 + + 39 - -

8 45 + + 40 - -

9 46 + + 41 + +

10 46 + + 43 + +

11 44 + + 40 - -

12 45 + + 40 - -

13 44 + + 40 - -
14 43 + + 39 - -
15 44 + + 42 + +
16 45 + + 42 - -
17 46 + + 40 - -
Mean (SD) 45,00 (1,323) 40,59 (1,583)

50
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

Tabel 2
Distribusi gangguan bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah fisioterapi dada pada anak usia
1-5 tahun di Puskesmas Moch.Ramdhan

Fisioterapi dada Frekwensi


Tidak bersih Bersih
Sebelum 17 0

Setelah 6 11
Sumber : data penelitian diolah (Agustus, 2013)

Pada tabel 1 dan tabel 2 diketahui bahwa sebelum intercostal menjadi 11(67%) orang responden
dilakukan fisioterapi dada seluruh responden yang mengalami perbaikan bersihan jalan nafas.
anak yaitu 17 orang mengalami gangguan
bersihan jalan nafas dengan indikator respirasi Analisa bivariat
rate >40 kali/menit, PCH(+) dan RIC(+). Untuk dapat mengetahui rerata frekwensi nafas
Sedangkan setelah dilakukan fisioterapi sebelum dan sesudah fisioterapi dada maka
didapatkan hasil bahwa terjadi terhadap dilakukan perhitungan uji statistik wilcoxon
frekwensi nafas menjadi menurun, begitu juga dengan perangkat lunak komputer, hasil
dengan pernafasan cuping hidung dan ratraksi perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3
Hasil uji beda reratafrekwensi nafas sebelum dan setelah dilakukan fisioterapi dadapada
anak usia 1-5 tahun diPuskesmas Moch.Ramdhan

Fisioterapi dada Mean SD Min-Max P-value


Sebelum 45.00 1.323 43 - 47 0,000
Setelah 40.59 1.583 38 - 44

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata Hasil uji beda proporsi bersihan jalan nafas
frekwensi nafas sebelum dilakukan fisioterapi sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi
dada 45.00 kali/menit dan setelah dilakukan dada.
fisioterapi 40.59 kali/menit. Analisis lebih lanjut Untuk mengetahui uji beda proporsi
menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah
antara rerata frekwensi nafas responden, dengan dilakukan fisioterapi dada, maka dilakukan
kata lain bahwa secara signifikan Fisioterapi dada perhitungan uji statistik Chi squer (X2 ) dengan
dapat menurunkan frekwensi nafas dengan p- perangkat lunak komputer, hasil perhitungan
value 0.000, <0.05). dapat dilihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4
Hasil uji beda proporsi bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi
dadapada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Moch.Ramdhan.

Jalan nafas
Fisioterapi dada Tidak bersih Bersih X2 P-value
Sebelum 17 0 1.471 0,225
Setelah 6 11
Sumber : data penelitian diolah (Agustus, 2013)

51
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada pernafasan yang disebut respiratory
bersihan jalan nafas setelah dilakukan distress syndrome. Selain itu infeksi yang
fisioterapi dada terjadi perbedaan yaitu 11 tidak ditanggulangi dengan tepat dapat
responden (67%) masuk kedalam kategori menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan
bersih. Analisis lebih lanjut menunjukan tidak peradangan dan gangguan fungsi dari organ-
terdapat perbedaan bersihan jalan nafas organ lainnya, kondisi ini disebut sebagai
sebelum dan setelah fisioterapi dada dengan p- sepsis, yang dapat berakhir dengan kematian
value 0,225, >0.05. (Wong, 2008). Hasil penelitian ini didapatkan
bahwa rerata frekwensi nafas sebelum dan
Interprestasi dan diskusi hasil setelah dilakukan fisioterapi dada mengalami
Hasil penelitian ini menunjukan perubahan, dimana terjadi penurunan frekwensi
bahwa rerata frekwensi nafas responden nafas sebanyak 11 orang responden (67%)
sebelum dan setelah dilakukan fisioterapi dada anak termasuk kedalam katagori bersih
di Puskesmas Moch. Ramdhan menunjukan (RR<40x/mnt, PCH -, RIC -). dan 6 orang
terdapat perbedaan yang bermaknadengan p- responden anak masih dalam dalam kategiri
value 0.000, < 0.05). Hasil penelitian ini tidak bersih (RR>40x/mnt, PCH +, RIC +).
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang Fisioterapi dada adalah salah satu dari
dilakukan oleh Hussein pada tahun 2011 yang fisioterapi yang menggunakan tehnik postural
bertujuan mengetahui efek fisioterapi dada drainase, vibrasi dan perkusi. Fisioterapi dada
terhadap bersihan jalan nafas anak yang sangat berguna bagi penderita penyakit
mengalami pneumonia. Penelitian dilakukan respirasi baik yang bersifat akut maupun
pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol (30 kronis, dari perpaduan atau kombinasi dari
responden) dan kelompok intervensi (30 ketiga teknik tersebut sangat bermanfaat untuk
responden). Hasil penelitian didapatkan mengatasi gangguan bersihan jalan nafas
bahwa fisioterapi dada efektif dalam terutama pada anak yang belum dapat
meningkatkan bersihan saluran udara dengan melakukan batuk efektif secara sempurna. Pada
anak yang mengalami pneumonia yang anak yang mengalami gangguan bersihan
dievaluasi dari penurunan kebutuhan oksigen jalan nafas terjadi penumpukan sekret, dengan
dan frekuensi penyedotan (suction), hasil uji adanya ketiga tehnik tersebut mempermudah
statistik penelitian menunjukan ada perbedaan pengeluaran sekret, sekret menjadi lepas dari
bermakna bermakna dengan p= 0.000 p<0.05. saluran pernafasan dan akhirnya dapat keluar
Penelitian lain yang dilakukan oleh melalui mulut dengan adanya proses batuk
widowati pada tahun 2007 dengan tujiuan pada saat dilakukan fisioterapi dada. Menurut
mengetahui efek fisioterapi dada terhadap Lubis (2005), Fisioterapi dada sangat efektif
penyakit asma, dari hasil penelitian fisioterapi dalam upaya mengeluarkan sekret dan
dada mempunyai efek terhadap kesembuhan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan
pasien asma dapat diukur dengan berkurangnya fungsi paru yang terganggu. Tujuan pokok
batuk, sesak nafas, dan lancarnya pengeluaran fisioterapi pada penyakit paru adalah
sputum, dengan jumlah responden sebanyak mengembalikan dan memelihara fungsi otot-
30 orang. Hasil penelitian menunjukan otot pernafasan dan membantu membersihkan
sebanyak 18 responden mengalami sekret dari bronkus dan mencegah penumpukan
kesembuhan dan 12 pasien masih mengalami sekret.
keluhan, dari hasil uji statistic didapatkan
kebermaknaan pengaruh chest terapi terhadap Uji beda proporsi bersihan jalan nafas
kesembuhan asma dengan nilai P= 0,000. sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi
Pada anak balita, gejala infeksi dada.
pernapasan bawah biasanya lebih parah Bersihan jalan nafas adalah suatu
dibandingkan dengan penyakit pernapasan atas keadaan dimana paru atau trache terbebas dari
dan dapat mencakup gejala gangguan penumpukan secret baik sepenuhnya atau
respiratori yaitu batuk, disertai produksi secret sebagian dimana frekwensi nafas dalam batas
berlebih, sesak napas, retraksi dada, takipnea, norma <40x/mnt, Pernafasan cuping hidung (-),
dan lain-lain. Bila terjadi infeksi atau iritasi, Retraksi intercostals (-). Pada saat dilakukan
akan mengkonpensasi dengan cara tubuh analisis lebih lanjut didapatkan hasil uji
menghasilkan banyak mukus tebal untuk statistik dengan p-value 0.225, > 0.05. Hasil
membantu paru menghindari infeksi. Bila penelitian ini menunjukan proporsi bersihan
mukus yang terlalu banyak dan kental jalan nafas sebelum dan sesudah fisioterapi
menyumbat jalan napas, dan pernapasan dada tidak ada perbedaan.
menjadi lebih sulit. Pada kondisi infeksi yang Hasil penelitian ini tidak sesuai
berat akan menyebabkan gangguan yang hebat dengan hasil beberapa penelitian yang pernah

52
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

dilakukan sebelumnya seperti penelitian yang 2 menit dengan durasi satu kali sesi pemberian
dilakukan oleh Tela pada tahun 2010, selama 15 20 menit, seorang perawat yang
penelitian ini bertujuan mengetahui efek akan melakukan fisioterapi dada pada bayi dan
fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas anak harus mendapatkan kepercayaan dari
pada pasien bronchitis kronik. Hasil anak karena anak-anak sering tidak kooperatif
penelitian menunjukan adanya perubahan terhadap orang lain. Hal ini juga kemungkinan
bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah sangat mempengaruhi terhadap hasil penelitian
fisioterapi dada dimana terjadi peningkatan dimana hasil penelitian tidak terdapat
peak expiratory flow rate (P=0.04) dan perbedaan yang berarti antara fisioterapi dada
pengurangan dyspneu (p=0.001). Pada anak terhadap bersihan jalan nafas.
balita, gejala infeksi pernapasan bawah Gomes pada tahun 2012 melakukan
biasanya lebih parah dibandingkan dengan penelitian bertujuan untuk mengevaluasi
penyakit pernapasan atas dan dapat mencakup efektivitas terapi fisik dada dalam mengurangi
gejala gangguan respiratori yaitu batuk, skor klinispada bayi dengan bronkiolitis virus
disertai produksi secret berlebih, sesak napas, akut dalam kelancaran pengeluaran sputum.
retraksi dada, takipnea, dan lain-lain. Bila Prosedur dilakukan pembagian tiga kelompok:
terjadi infeksi atau iritasi, akan Kelompok 1:
mengkonpensasi dengan cara tubuh Memberikan intervensi Terapi Dada fisik
menghasilkan banyak mukus tebal untuk (berakhirnya lambat berkepanjangan);
membantu paru menghindari infeksi. Bila
mukus yang terlalu banyak dan kental kelompok 2:
menyumbat jalan napas, dan pernapasan Memberikan Terapi Dada konvensional Terapi
menjadi lebih sulit. Pada dasarnya, pada anak fisikCPT (Chest fisioteraphy)(dimodifikasi
dan bayi mekanisme batuk belum sempurna postural drainase, kompresiekspirasi, getaran
sehingga tidak dapat membersihkan jalan nafas danperkusi)
dengan sempurna. Terlebih pada kantung
udara terhalang cairan sehingga rongga Kelompok 3:
pernafasan menjadi terganggu. Dengan Memberikan intervensi aspirasidari saluran
demikian perlu dilakukan tindakan aktif dan udara atas (penghisapan lendir/suction).
pasif untuk membersihkan jalan nafas anak Kemudian dievaluasi dengan menilai skor
dan bayi. Fisioterapi dada berkaitan erat klinis dan komponennya: Retraksi(RE),
dengan penggunaan penggunaan postural Respiratory (RR), mengik (WH) dengan cara
drainase yang dikombinasikan dengan tehnik- mengamati perubahan 48jam setelah rawat inap
tehnik tambahan lainya yang dianggap dapat di masing-masing kelompok intervensi.
meningkatkan bersihan jalan nafas. Teknik ini Kesimpulan: terapi fisik dada efektif dalam
meliputi perkusi manual, vibrasi dan mengurangi skor klinis pada bayi dibandingkan
penekanan dada. Postural drainase yang dengan hisap saluran udara bagian atas saja.
dikombinasikan dengan ekspirasi kuat terbukti Menurut Wong (2003), selain fisioterapi dada
bermanfaat selama fisioterapi dada terdapat terapi lain yang tidak kalah
menunjukan perbaikan yang signifikan dalam pentingnya untuk mengatasi penyakit infeksi
kinerja otot pernafasan dan pengurangan pernafasan, meliputi: 1. Pemberian antibiotika,
desaturasi O2 jika digunakan sebagai 2. Terapi O2, 3. Humidifikasi dengan nebulizer
kombinasi. untuk pengenceran dahak yang kental, dan
Menurut Wong tahun 2008, salah satu dapat disertai obat bronkodilator untuk
tugas seorang perawat adalah bertanggung mencegah penyempitan saluran nafas
jawab terhadap melakukan maneuver atau (bronkospasme). Oleh sebab itu, fisioterapi
posisi fisioterapi dada apabila tidak ada ahli sangat perlu dikombinasikan dengan terapi
terapi (ahli fisioterapi), oleh sebab itu perawat suportif lain sehingga dapat mempercepat
harus terampil dalam melakukan tehnik ini. proses perbaikan gangguan bersihan jalan
Tindakan fisioterapi dada dapat dilakukan 2 nafas.
kali perhari yaitu kira-kira 1 jam sebelum Dari hal diatas dapat diketahui
makan siang dan makan malam. Lakukan bahwa fisioterapi dada merupakan telnik yang
Chest physiotherapy (CPT) di masing-masing dapat membatu mengurangi gangguan bersihan
tempat selama 2 atau 3 menit, satu sesi CPT jalan nafas anak, terutama bagi tenaga
harus selesai 20-30 menit setiap sesi. kesehatan yang ada diPuskesmas dengan
Sedangkan pada penelitian ini, fisioterapi adanya keterbatasan jumlah alat kesehatan
dada dilakukan hanya satu kali pemberian maka fisioterapi dapat dijadikan salah satu
untuk setiap tempat dilakukan fisioterapi dada tindakan asuhan keperawatan selain obat-
(postural drainase, perkusi dan vibrasi) selama

53
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

obatan dan alat humidifikasi (nebulizer) untuk terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah
pengencer dahak. fisioterapi dada dengan hasil perhitungan p =
0.225, artinya fisioterapi dada tidak
Keterbatasan Penelitian mempengaruhi secara signifikan terhadap
Adapun keterbatasan yang peneliti temukan pernafasan cuping hidung dan retraksi
selama melakukan penelitian adalah Prosedur interkostal.
pengumpulan data yaitu pada saat
pengumpulan data, peneliti merencanakan Saran
pengukuran gangguan bersihan jalan nafas 1. Bagi Puskesmas Moch. Ramdhan Pada
yang meliputi indikator respirasi rate, penelitian ini didapatkan hasil bahwa
pernafasan cuping hidung dan retraksi terdapat perbedaan bersihan jalan nafas
intercostal sebelum dan sesudah setelah yang ditandai adanya perbedaan frekwensi
2kali/hari pemberian terapi selama 20-30 nafas sebelum dan sesudah fisioterapi dada,
menit. Akan tetapi pada saat pengumpulan data dimana dari hasil penelitian didapatkan
masing-masing responden memiliki sebanyak 11 responden termasuk kedalam
karakteristik berbeda seperti anak kesulitan katagori bersih ditandai dengan perubahan
untuk diajak bekerjasama dalam jangka waktu indikator RR < 40x/mnt, PCH (-) dan RIC(-
yang agak lama. Sehingga evaluasi akhir ), untuk itu fisioterapi dada dapat dijadikan
dilakukan segera setelah dilakukan fisioterapi sebagai salah satu tindakan atau prosedur
dada yaitu 1 kali selama 15 -20 menit. tetap yang dapat dilakukan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan bagi anak
Implikasi penelitian terutama yang mengalami gangguan
1. Pelayanan keperawatan bersihan jalan nafas.
Penelitian ini membuktikan bahwa 2. Bagi orang tua (keluarga)
fisioterapi dada mempunyai pengaruh Perlunya pendidikan atau pelatihan bagi
terhadap bersihan jalan nafas, dimana keluarga lebih lanjut tentang prosedur
dapat memperbaiki status frekwensi nafas fisioterapi dada terkait dengan hasil
sesudah fisioterapi dada. Fisioterapi dada penelitian dimana fisioterapi dada
dapat diterapkan didalam pemberian mempengaruhi bersihan jalan nafas menjadi
asuhan keperawatan pada anak terutama lebih baik, yang pada akhirnya diharapkan
dalam kondisi keterbatasan penyediaan dengan adanya pelatihan tersebut orang tua
alat nebulizer di puskesmas. Fisioterapi dapat melakukan perawatan pada anaknya
dada dapat dilakukan oleh ibu manapun, yang mengalami gangguan bersihan jalan
dengan syarat petugas kesehatan terlebih nafas secara mandiri.
dahulu memberikan penjelasan dan 3. Bagi peneliti selanjutnya
demontrasi dan pelatihan terkait fisioterapi Hasil penelitian ini dapat dijadikan data
dada pada keluarga terutama ibu yang mau dasar untuk melakukan penelitian
melakukan fisioterapi dada selanjutnya, selain itu diperlukan evaluasi
2. Peneliti keperawatan akhir secara lebih ketat antara sebelum dan
Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi sesudah fisioterapi dada.
penelitian lain yang berhubungan dengan
fisioterapi dada
REFERENSI

PENUTUP A. Leader, D (2010), Positions Used for


Postural Drainage.
Kesimpulan http://copd.about.com/od/copdtre
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan atment/ig/Postural-Drainage-
maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat Positions/ diakses tanggal 10
perbedaan frekwensi nafas sebelum dan April 2013.
sesudah dilakukan fisioterapi dada pada anak
yang mengalami bersihan jalan nafas. dimana Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian suatu
dapat diketahui dari hasil penelitian dengan pendekatan praktek, Rineka Cipta;
hasil perhitungan p = 0.00 (p=<0.05), hal ini Salemba Medika
berarti bahwa fisioterapi dada dapat membentu
perbaikan frekwensi nafas pada anak yang Ashraf H. (2010) Randomized controlled
mengalami gangguan bersihan jalan nafas. trial (RCT) in children with severe
Sedangkan, untuk uji beda proporsi (pernafasan pneumonia. Int JournalPediatr.;
cuping hidung, dan retraksi interkostal) tidak 126 (4): 807-815.

54
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

-FlexMember-
Centers for Disease Control, (2008)., Show_Public_HFFY_1126649790
Prevention and control of 330.htm diakses 20 mei 2013
influenza, recommendations of the
advisory committee on Lubis, H. M.. (2005). Batuk Kronik yang
immunization practices (ACIP). Berulang ada Anak. Bagian Ilmu
MMWR CDC Surveill Summ. Kesehatan Anak Fakultas
2008; 57(RR07):1-60. Kedokteran USU.
http://library.usu.ac.id/download/
Doenges, M.E, 2000, Rencana asuhan fk/bedah-
keperawatan : pedoman untuk iskandar%20japardi12.pdf.
perencanaan dan Diakses Tanggal 5 april 2013.
pendokumentasian perawatan
pasien,. Ed.3 Jakarta: EGC, Alih Lubis, H. M.. (2005). Fisioterapi Pada
bahasa I made karisa & Ni made Penyakit Paru Anak. Bagian
sumarwati. Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran USU.
Evan. R. (2009), How to do chest physical http://library.usu.ac.id/download/
therapy babies and toodler. The fk/bedah-
emily center phoenix children iskandar%20japardi12.pdf.
hospital. Diakses Tanggal 5 april 2013.
Levy., J (2011) The Baby Exercise Book.
University of Wisconsin Hospitals
Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2005). Buku Ajar an Clinics Authority.
Fisiologi Kedokteran. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. http://www.uwhealth.org/healthfacts/B_EXTR
Alih bahasa dr. Irawati setiawan, ANET_HEALTH_INFORMATIO
dr. LMA ken ariata tergadi, dr.alex N-FlexMember-
santosa. Show_Public_HFFY_1126649790
330.html
Hussein H. A and Gehan A.E, 2011., Effect of
Chest Physiotherapy on Improving Nastiti, at al. (2010). Buku Ajar Respirologi
Chest Airways among Infants with Anak Edisi Pertama. Badan
Pneumonia Department of Penerbit IDA. Jakarta
Pediatric Nursing, Faculty of
Nursing, Cairo University, Cairo, Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit,
Egypt Jakarta : EGC

Hidayat, A.A,.2004. Buku Saku Praktikum Notoatmojo, S. (2002). Metodologi Penelitian


Kebutuhan Dasar Manusia. Kesehatan, Edisi 2. Rieneka
Jakarta : EGC Cipta: Jakarta

Kemenkes RI, 2010. Buletin Jendela Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Epidemiologi Pneumonia Balita, Metoodologi Penelitian Ilmu
Volume.3 September ISSN 2087- Keperawatan: Pedoman Skripsi,
1546. Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika:
Kozier, B. 2010., Buku Ajar Fundamental Jakarta.
Keperawatan Konsep proses dan
praktik. Edisi.7, EGC : Jakarta. Pollit, A.G.,& Hungler,B.P; (2005), Nursing
Reaseach : Prinsiple and Methods.
Levy, J. 2009, How to Do Chest Physical Philadelphia ; Lippicont.
Therapy (CPT) Babies and
Toddlers,.of Wisconsin Hospitals Price S.A, (2005), Patofisiologi konsep klinis
and Clinics Authority by the proses-proses penyakit, Ed.6
Department of Nursing. Vol.2, Jakarta : EGC, alih bahasa
Dr. Peter Anugrah
http://www.uwhealth.org/healthfacts/B_EXRA
NET_HEALTH_INFORMATION

55
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.II.No.1.April 2014

Sekaran U, (2006). Metode Penelitian Zainudin, M. (2002). Metodologi Penelitian.


Bisnis.Jakarta : Salemba Surabaya
Empat.http://teorionline.wordpress
.com/2010/01/24/populasi-dan-
sampel/comment-page-4/ diakses Penulis merupakan Dosen Fakultas Ilmu
17 Juli 2013 Keperawatan Universitas BSI

Sugiono, (2010).Metode Penelitian Kuantitatif


dan Kualitatif. R&D (Bandung :
Albafetha,

Sugito, H.T, & Soeroso L.S. 2002.Benda Asing


di Saluran Napas Bagian Ilmu
Penyakit Paru FK USU/RS
Dr.Pringadi.Medanhttp://www.scrib
d.com/doc/111765470/benda-asing-
di-saluran-napas diakses tanggal 15
April 2013.

Supriyatno, B. (2006).Infeksi Respiratori


Bawah Pada Anak., Jurnal Sari
Pediatri, Vol. 8, No. 2, Divisi
Respirologi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM
Salemba no. 6, Jakarta.

Santosa, G. (2005), Masalah Batuk pada Anak.


Continuing Education Anak.FK-
UNAIR.

Sastroasmoro. S & Ismael, S. (2008). Dasar-


dasar metodologi penelitian klinis,
Jakarta: Sagung Seto.

Tela B.A & Osho O.A (2010) Effecacy of


postural drainage combined with
percussion and active cycle of
breathing technique in patient with
chronic bronchitis, Journal of
medical and Apllied Boiscience
Volume 2, Department of
Physiotheraphy University of
Lagos.

Widowati M. R. P, 2007, Efek chest terapi


terhadap kesembuhan asma pada
anak, Fakultas
KedokteranUniversitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Wong, D. L. ( 2003). Pedoman Klinis


Keperawatan Pediatrik. EGC.
Jakarta

Wong, D. L. ( 2008). Pedoman Klinis


Keperawatan Pediatrik. EGC.
Jakarta

56

You might also like