Professional Documents
Culture Documents
Belum banyak orang yang tahu jika hari ini tanggal 28 November
diperingati sebagai Hari Dongeng Nasional (HDN). Walaupun belum
disahkan pemerintah pada tanggal ini hampir semua pegiat dongeng di
Indonesia memeriahkan peringatan hari lahirnya Pak Raden ini serempak
menggelar acara dongeng di berbagai tepat.
Dongeng diera saat ini mungkin kurang bergitu menarik bagi anak-anak,
popularitasnya kalah dengan berbagai film animasi, Vareity Show yang
awur-awuran, dan bahkan sinetron yang sering kali bermuatan contoh
yang tidak mendidik. Kalaupun mereka bosan dengan itu semua sekarang
anak-anak usia SD TK bahkan PAUD sekalipun telah mahir berselancar di
dunia mayamengakses media sosial, video, game dan apa saja yang pasti
sangat sulit untuk di kontrol.
Disatu sisi anak-anak itu harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Tapi
disisi lain kita harus bersama-sama membentengi pengaruh negatif dari
adanya perkembangan yang ada. Ya meskipun bisa dibilang langka, tapi di
era sekarang tentu masih ada model anak yang suka baca buku, suka
main di luar, termasuk meminta untuk di dongengi oleh ayah, ibu gurunya
di sekolah, atau orang dewasa lain (pegiat dongeng).
Tidak bisa kita pungkiri dongeng masih memiliki tempat di hati anak-anak.
Cerita rakyat, fabel, legenda, kisah-kisah agama akan disambut antusias
jika disampaikan dengan menarik. Lewat dongeng anak akan berimajinasi
dan belajar dari karakter tokoh dalam kisah yang diceritakan. Didalam
keluarga ayah atau ibu yang medongeng untuk anaknya dapat
menumbuhkan keakraban antara orang tua dan anak. Tapi sayangnya
budaya mendongeng ebelum tidur yang dilakukan orang tua kini mungkin
sangat sulit kita jumpai. Kesibukan suami istri yang sibuk bekerja, ibarat
pergi pagi pulang pagi begitu sampai di rumah sudah kelelahan seakan
sudah tak ada waktu lagi untuk mendongeng.
Jika di tanya mengapa orang tua sekarang tidak mendongeng untuk anak
mereka. Mungkin alasan klasik yang kita temui adalah karena mereka
tidak bisa mendongeng, atau para orang tua mungkin beralasan tidak
memiliki hafalan cerita yang cukup. Yang harus diingat mendongeng tak
harus melulu legenda, cerita rakyat atau kisah-kisah yang pakem tapi
dongeng adalah cerita khayalan yang bisa kita ramu sendiri sesuka hati.
Belum lagi orang tua bisa membeli buku cerita anak-anak atau browsing
di internet canyak dongeng yang bagus bisa kita temui. Yang terpenting
orang tua juga harus selektif memilih cerita untuk di dongengkan karena
ada juga dongeng yang bermuatan negatif seperti cerita sangkuriang
yang menikah dengan ibu kandungnya, atau kancil yang licik,suka
mencuri dan lain sebagainya bisa menyebabkan kesalahpahaman pada
anak yang nantinya berimbas negatif untuk pola pikir mereka.
Kita semua pasti mengetahui dunia anak adalah dunia imajinasi, sering
kita jumpai anak-anak yang bercerita tentang khayalannya berfikir liar
sesuka hatinya. Untuk mengoptimalkan potensi ini orang tua dan guru
harus bisa mengarahkan imajinasi mereka ke arah yang positif dan
terkontrol. Dan salah satu cara yang ampuh untuk melakukannya adalah
lewat media dongeng.