Professional Documents
Culture Documents
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum,
hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS 13:11)
Allahumma laa sahla illa maa jaaltahu sahlan wa Anta tajalul hadzna idzaa syita sahlan
Set 1 Kardiologi................................................................................................................... 4
HIPERTENSI
JNC 8 Hipertensi
Normal : <120 dan <80
Prehipertensi: 120-139, atau 80-89
HT stage 1: 140-159, atau 90-99
HT stage 2: 160, atau 100
HT urgensi: turunkan TD dlm satuan jam hari dengan obat oral
HT emergensi: turunkan TD 25% MAP dalam 30-60 menit dengan obat IV
Obat Hipertensi
1st line hipertensi: Thiazide, observasi 1 bulan, jika tidak respon dapat dikombinasikan dengan Ace inh/ARB atau
CCB
HT + DM Ace inh / ARB
HT+ CKD Ace inh / ARB
HT + proteinuria ACE inh / ARB
HT + BPH alfa 1 bloker (Prazosin, tamsulosin,doxazosin)
HT + edema paru Furosemide
HT + post MCI beta blocker (pasien MCI, sebisa mungkin HR jangan tinggi agar oxygen demand tidak >>>)
HT + kehamilan metildopa atau nifedipin
Perbedaan JNC 7 dengan JNC 8
Target tekanan darah pada usia di atas/sama dengan 60 tahun adalah 150/90 mmHg
Target tekanan darah pada usia di bawah 60 tahun adalah 140/90 mmHg, termasuk pasien mengalami
komorbid DM atau gagal ginjal
Nyeri Dada
/ ENZIM JANTUNG
Paling awal: Mioglobin
2-3 jam: CKMB, hilang dalam 24 jam Tatalaksana awal: O-N-A-Co-M
3-4 jam: Troponin T, hilang dalam Oksigen 2-4 l/i via canul
14 hari Nitrogliserin sublingual boleh diulang hingga 3 kali jika tidak respon per 5
menit
KILLIP KRITERIA Aspirin 160-320 mg dikunyah (antitrombotik)
Killip 1: Stabil Clopidogrel 300 mg ditelan
Morfin iv, jika tidak respon dengan 3x ISDN
Killip 2: Kongesti paru minimal
Killip 3: Edema paru akut (Gagal Tatalaksana lanjutan:
jantung akut) < 6 jam : reperfusi dengan primary PCI
Killip 4: Syok Kardiogenik > 6 jam: reperfusi dengan fibrinolitik/trombolitik (cth.strptokinase) atau
heparinisasi
ARITMIA
Atrial Flutter
ATRIAL VENTRIKULAR
Gelombang P (+) Gelombang P (-)
QRS sempit QRS lebar
CARDIAC ARREST
Gelombang arrest shocakble:
VT dan VF.
Th/ defibrilasi dilanjutkan dengan
kompresi 30:2
GAGAL JANTUNG
Gagal Jantung Kronis
Berlangsung bertahun tahun, kronis dan perlahan lahan
Gagal jantung kiri: ronchi basah basal paru, sesak nafas, orthopnea, Paroksismal nocturnal
dispnea.
Sering akibat hipertensi kronis, old miokard infarc
Gagal jantung kanan: edema pretibial, ascites, hepatomegali, TVJ >>>
Sering akibat penyakit kronis di paru, cth. PPOK, SOPT
Gagal jantung kongestif: dijumpai gejala gagal jantung kiri dan kanan sekaligus
NYHA 1: pasien bisa beraktivitas berat hampir tanpa keluhan
NYHA 2: Sesak memberat jika aktivitas berat (naik tutun tangga, lari)
NYHA 3: sesak memberat jika aktivitas ringan (harian, mandi, berjalan)
NYHA 4: sesak memberat bahkan saat pasien berbaring
Th/ Furosemide + ACE inhibitor.
ACE inhibitor sebagai anti remodelling jantung yang mencegah pembesaran jantung lebih lanjut
Jika muncul gejala hipokalemia, ganti furosemide dengan Spironolaktone (hemat kalium)
KELAINAN VASKULAR
Burger disease (Tromboangitis obliteran) pada perokok, jari ekstremitas iskemik, nyeri dan menghitam
Acute Arterial occlusion hilangnya pulsasi arteri, iskemik, nyeri dan menghitam
Deep Vein Trombosis pada vena, stasis darah sehingga merah kebiruan, bengkak dan nyeri
Raynaud phenomenon vasospasme temporer biasa oleh karena suhu
TUBERCULOSIS
Alur diagnostik
KLASIFIKASI PASIEN TB
1. Kasus Baru
Belum pernah makan OAT sama sakali
Atau
Pernah makan OAT selama kurang dari
satu bulan
2. Kasus Relaps / Kambuh
Sudah tuntas OAT 6 bulan, BTA sudah
negatif dan dinyatakan sembuh,
kemudian terinfeksi TB untuk keda
kalinya
3. Kasus Drop Out / Default
Sudah makan OAT selama 1 bulan,
kemudian putus obat sekurang
kurangnya 2 bulan berturut
4. Kasus Gagal
Sudah mengonsumsi OAT sampai
bulan ke 5, tetapi BTA masih (+)
5. Kasus Kronis
Sudah mengonsumsi OAT kat 1
dinyatakan gagal, kemudian masuk
OAT kat 2, dan dinyatakan gagal lagi
PENATALAKSANAAN TB curigai MDR TB
Dosis OAT
<40kg 40-60kg >60kg
Rif 300 450 600
INH 150 300 400
Pyrazinamide 500 1000 1500
Etambutol 500 1000 1500
PNEUMONIA
Pneumonia dewasa (tipikal): demam tinggi, batuk purulen, sesak berat
Etiologi: Klabsiella pneumonia
Th/ Golongan makrolide
Pneumonia atipikal: demam afebris, batuk dan sesak tidak terlalu berat
Etiologi: Klamidia sp
Th/ golongan makrolide
Hospital acquired pneumonia: muncul gejala penumonia setelah rawat inap 48 jam di RS
Ventilator associated penumonia: muncul gejala penumonia setelah pemasangan ventilator
Bronkiektasis
Batuk dengan sputum produktif, berbau sangat busuk dengan jumlah yang sangat banyak dan membentuk
lapisan lapisan. Gambaran khas honeycomb appearence
Pneumotoraks
Suara napas hilang, perkusi hipersonor
Open pneumotoraks tutup dengan kasa plaster 3 sisi
Tension pneumotoraks punksi sela iga 2 linea midclavicula. Ditandai dengan TVJ >>>, deviasi trakea
Efusi Pleura
Suara napas hilang, perkusi redup
Sesak berkurang jika miring ke posisi yang sakit
Cari penyakit yang mendasari.
Pemasangan WSD
ASMA
Proses obstruksi pada saluran napas akibat inflamasi. Ditandai dengan penurunan FEV 1 pada spirometri atau
peak flow meter. Foto thoraks: Normal
Grading asma:
Lihat serangan malam untuk membedakan grading
TATALAKSANA JANGKA PANJANG (MAINTENANCE)
Intermitten: kurang dari 2x / bulan
Persisten ringan: lebih dari 2x/bulan
Persisten sedang: lebih dari 1x/minggu
Persisten berat: frequent
TATALAKSANA ASMA
Reliever : SABA, Aminofilin, Ipratropium
Controller : LABA, Steroid
KGD puasa
< 110 : normal 110-125: glukosa puasa terganggu >125: DM
OGTT
< 140: normal 140-199: toleransi gula terganggu >200: DM
PENATALAKSANAAN DM
1. Edukasi modifikasi lifestyle
2. Diet rendah kalori dgn indeks glikemik < 70, 3 porsi besar +
2 snack (porsi kecil tapi sering)
3. olahraga aerob 3-5 x per minggu @ 30-40 menit aerob spt jalan cepat, lari, renang
4. Medikamentosa
Insulin Sensitizer Insulin Secteroric Absorpsi Glukosa
Kelebihan: Kelemahan: Acarbose
Cocok utk pasien obese/sind.metabolik Potensi tinggi hipoglikemik. Jangan ES: Perut kembung,
Kelemahan: diberikan bersamaan dengan insulin. flatulens
Kontraindikasi pada gagal jantung dan gagal Diberikan 30 menit sebelum makan Diberikan bersamaan
ginjal mengakibatkan retensi air dengan makanan
Metformin Sulfonilurea
1st line therapy DM Cth. Glibenklamid, glimiperide, glicazide DPP IV inhibitor
Dosis 3x500 mg 1 kali sehari (long acting)
Thiazolidindion Glinid
Cth. Repaglinid
5. Insulin
DM dengan segala komplikasi, DM tipe I, DM dengan kehamilan
DM yang gagal dengan OAD dibuktikan dengan HbA1C > 9 gr%
DM dengan infeksi berat
Jenis insulin:
1. Insulin basal (Long acting diberikan sebelum tidur suncutan)
Mengendalikan KGD sepanjang malam sesuaikan dosis dengan hasil KGD puasa saat bangun tidur pagi hari
Merupakan 1st line insulin pada kasus DM tipe 2 yang gagal obat, karena sasaran utama terapi insulin pada DM
tipe 2 adalah mengendalikan KGD puasa
2. Insulin reguler/prandial (Short acting diberikan 30 menit sebelum makan subcutan)
Mengendalikan KGD setelah makan sesuaikan dosis dengan hasil KGD 2 jam PP
Utk kasus DM tipe 1: first line
Utk kasus DM tipe 2: berikan dulu insulin basal sampai KGD puasa terkontrol. Setelah KGD puasa terkontrol, tapi
HbA1C belum terkontrol, maka tambahkan insulin reguler/prandial
Otak Neuropati
KAD HONK Jantung Nefropati
Kaki Retinopati
Hipoglikemia
Kalau masih sadar serendah apapun KGD nya kasi air gula
Kalau sudah tidak sadar bolus dextrose 40% dilanjutkan maintenance 10%
Tatalaksana BSK
Saat sedang muncul nyeri kolik: Berikan analgetik.
Jika ukuran batu <0,5 cm dilakukan observasi dengan terapi farmakologis
Jika ukuran batu 0,5-2 cm dilakukan ESWL
Jika ukuran batu>2m dilakukan pembedahan
Terapi farmakologis:
Kebanyakan batu bersifat asam lakukan alkalinisasi urine dengan Kalium sitrat. Dapat ditambahkan dengan forced
diuresis
Untuk batu basa (cth. MAP/struvit) lakukan acidifikasi urine dengan asam sitrat
GAGAL GINJAL
Bila gagal ginjal Ureum creatinin meningkat, Dan bila Ureum creatinin meningkat diagnosisnya gagal ginjal
Penanda awal gagal ginjal: mikroalbuminuria
Membedakan gagal ginjal akut dan kronik dari 2 hal, dikatakan kronik jika;
1 Hb anemis akibat defisiensi eritropeitin
2 terbukti ginjal mengisut dari USG atau biopsi ginjal
Gejala uremic syndrome: mual, muntah, kulit kering dan gatal, sesak, penurunan kesadaran
GLOMERULONEFRITIS
Glomerulonefritis merupakan infeksi awal pada glomerulus yang disebabkan oleh toksin Streptococu beta hemolitiukus
grup A.
Gejala: ada riwayat ISPA, tercampur antara gejala sindroma nefrotik dan sindroma nefritik.
Px. Pemeriksaan ASTO
Th/ antibiotik Penicillin dan Kortikosteroid
Sekuele glomerulonefritis:
Sindroma Nefrotik: proteinuria masif, edema anasarka, hipoalbumin, hiperkolesterol
Sindroma Nefritik: hematuria, hipertensi, oliguria
Th/ Kortikosteroid
KELAINAN LAMBUNG
Dispepsia fungsional
nyeri epigastrik dicetuskan faktor stress psikologis tanpa kelainan organik
Th/ Antasida, H2 antagonis (Ranitidin, Famotidin)
Nb. Cimetidin tidak banyak digunakankarena mengakibatkan gangguan libido dan ginekomasti pada pria
Ulkus Peptikum
Ulkus gaster: nyeri tidak hilang dengan makanan
Ulkus duodenum: nyeri berkurang dengan makanan, muncul saat perut kosong & tengah malam
Th/ kalau sudah ulkus langsung PPI
Gastritis
Adalah diagnosis endoskopik atau histopat, yaitu jika ditemukan kuman Helicobacter Pylori
Th/ Kombinasi 1 PPI + 2 antibiotik selama 8-12 minggu
Gastritis Erosiva
Nyeri epigastrik hingga PSMBA akibat konsumsi NSAID, ataupun steroid berkepanjangan. Perlu diingat bahwa
prostaglandin adalah protektor lambung
Th/ Pilih NSAID selektif COX2 (golongan Coxib) + PPI atau Sucralfat
KELAINAN HEPATOBILIER
Ikterus
Proses normal: Degradasi eritrosit bilirubin indirect (tidak larut air) dibawa ke hepar diubah menjadi bilirubi
direct (larut air) keluar melalui duktus koledokus dibung melalui feses dan urine
Prehepatik : akibat degradasi eritrosit berlebih. Cth malaria
Hepatik : akibat proses pada hepar. Cth hepatitis
Posthepatik : akibat obstructive jaundice / sumbatan pada suktus koledokus. Cth kolelitiasis, tumor pankreas
Ditandai dengan BAB dempul dan terjadi peningkatan bilirubin direct serta alkaline transferase dan gGT
Hepatitis A, B, C, E
Yang menular lewat cairan tubuh B dan C
HbsAg sedang sakit. HbsAb atau IgG anti HBs pernah sakit atau divaksin
HbeAg replikasi aktif IgM anti HBc window period
Kolelitiasis, kolesistitis, kolangitis
Kolelitiasis: 4F , nyerinya muncul jika makan berlemak, hilang timbul
Kolesistitis: 4F + murphy sign px: USG penebalan diding vesica felea
Kolangitis: demam, nyeri dan ikterus
Pankreatitis: paling sering pada alkoholik atau penderita kolelitiasis. Amilase & Lipase >>>>
Sirosis hepatis
Kriteria SEKASIH
Splenomegaly, Eritema palmar, Kolateral vena, Ascites, Spider necy, Inverse albumin:globulin, Hematemesis
Sirosis merupakan lesi pra kanker hepar. Komplikasi: ruptur varises esofagus PSMBA
KECACINGAN
Ascaris: cacing yang panjang dan jelas terlihat makroskopis. telur tebal berlapis bergranul,
Th/ piperizin atau pirantel
Fase infeksius: tertelan telur matang. Fase yg menyebabkan gejala: cacing dewasa
Cacing dewasa bisa masuk ke sirkulasi paru Loefler syndrome
Hookworm: Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Telur tipis transparan dengan segmented ovum
Th/albendazole single dose
Fase infeksius larva filariform menembus kulit. Fase yg menyebabkan gejala: cacing dewasa
Trichuris: cacing berbentuk seperti cambuk telur tempayan/ barrel / double knob.
Komplikasi prolaps rekti. Th/ mebendazole
Oxuris: gatal pada anus malam hari. Telur asimetris.
Px; Scotch adhesive tape pagi hari tampak seperti parutan kelapa. Th/pirantel
Taenia: pada daging sapi (saginata) dan babi (solium). Tampak potongan persegi warna putih (proglotid).
Komplikasi neurosistiserkosis. Th.praziquantel, atau albendazole selama 2-3 minggu
Schistosoma: 4s (schitosoma, spina pada telur, serkaria fase infeksiusnya, di Sulawesi)
Th/ praziquantel
Dosis Antihelminthes:
Pirantel Pamoate : 10mg/kgBB single dose
Anak < 6 tahun : 125 mg single dose
Anak 6-12 tahun: 250 mg single dose
Dewasa >12 tahun: 500 mg single dose
Albendazole : 400 mg single dose
DHF
Grading DHF
grade I: tidak ada perdarahan spontan, uji tornikuet (+)
grade II: perdarahan spontan
grade III: muncul tanda tanda presyok, TD <<, Nadi >>
grade IV: penurunan kesadaran, syok, MAP < 60 mmHg
Resusitasi cairan pada DSS kristaloid start 10-20 cc/kg/30 menit 20-30 cc/kg/30 menit
Periksa hematokrit sebagai penanda kebocoran plasma per hari
Demam dengue:
tidak terdapat tanda kebocoran plasma (Hematokrit normal),
demam, nyeri kepala, nyeri retroorbita, nyeri sendi, maniferstasi perdarahan dapt beruba petekia.
Leptospirosis
Menyebar lewat urine tikus yang larut bersama aliran air
Ringan: jika hanya nyeri betis dan demam saja Th/ doxycicline
Berat: jika ada ikterus Th/ penicilin 1,5 juta IU per 6 jam atau Ceftriaxone 2 gr/12 jam
Hamil
Tidak Hamil
Trim 1 Trim 2, 3
1st line AMO 3 hari + ASU 3 hari + PQ 1 hari AMO 3 hari +
Plasmodium QN 7 hari
falciparum 2nd line QN 7 hari + DX 7 hari + PQ 1 hari ASU 3 hari
1 st line AMO 3 hari + ASU 3 hari + PQ 14 hari CQ 3 hari
Plasmodium
vivax 2nd line QN 7 hari + DX 7 hari + PQ 14 hari QN 7 hari
1st line CQ 3 hari + PQ 1 hari CQ 3hari
Tanpa
Konfirmasi 2nd line QN 7 hari + PQ 1 hari QN 7 hari
Disentri
Diare berlendir dan berdarah
Disentri basiler frekuensi > 10 x/hari, demam tinggi, Th/cotrimoxazle
Disentri amoeba frekuensi < 10x/hari, demam sufebris, lebih ringan, komplikasi abses hepar
Terjadi akibat tertelan kista matang (inti 4), Th/metronidazole
Giardia
Diare berminyak / berlemak
Gambaran seperti buah pir dengan axostyle
Tetanus
Akibat Clostridium tetani (batang gram positif anaerob)
Gejala trismus, risus sardonicus, kejang rangsang dan kejang spontan
Th/ Netralisir toksin dengan ATS atau TIG
Eradikasi bakteri dengan Penicillin atau Metronidazole
Berantas kejang dengan Diazepam
KLASIFIKASI ANEMIA
Anemia Mikrositik Hipokromik (MCV <<, MCH <<)
Anemia defisiensi besi
Thalasemia
Anemia cideroblastik
Anemia chronic disease
Anemia Normositik Normokromik (MCV n, MCH n)
Anemia perdarahan akut
Anemia hemolitik
Anemia chronic disease
Anemia aplastik
Anemia Makrositer Normokromik (MCV >>)
Anemia defisiensi folat
Anemia defgisiensi B-12
Anemia Makrositer
Defisiensi folat ibu hamil, efek: kelainan saraf kongenital
Defisiensi B12 pada vegetarian, penyakit lambung
Hemofilia
Gangguan faktor VIII (plg sering)
APTT memanjang faktor ekstrinsik.
Screening perdarahan
Bleeding Time : jumlah dan fungsi trombosit. Cth. Pada kasus DHF
Prothrombin time (INR) : faktor ekstrinsik . Cth. Pada penggunaan obat warfarin
APTT : faktor intrinsik. Cth. Pada hemofilia
D dimer : jalur fibrinolisis. Cth. Pada DIC, DVT
Hiperemesis gravidarum
Th/ piridoksin (B6), diet rendah lemak, porsi kecil dan sering, krakers asin di pagi hari
Antiemetik: Prometazine Metoclopramide Ondansetron Jaga cairan
Partograf
Setiap 30 menit
Cek DJJ
Cek nadi dan nafas ibu
Cek kontraksi uterus
Setiap 2 jam
Cek urin
Setiap 4 jam
Cek pembukaan serviks
Cek station dan penurunan
Cek tekanan darah ibu
Partus normal
Tanda inpartu: bloody show, his, pembukaan cervix
Fase laten : 0-3 cm fase aktif: 4-10 cm
His adekuat: 4 x 40 detik dalam 10 menit. Kalau kurang dari ini augmentasi dengan oksitosin
Forsep jika ibu kelelahan dan pembukaan lengkap (ibu tdk perlu mengedan lagi)
Jika sudah postdate ( >42 mnggu) belum ada tanda inpartu induksi
Jika belum posdate, dan belum ada tanda inpartu observasi, suruh banyak jalan
Perdarahan antepartum
< 20 minggu
Abortus: bedakan jenis abortus dengan melihat portio
Portio tertutup: iminens (bercak darah) bedrest
Komplet (sudah keluar semua jaringan) observasi
Portio terbuka: Insipiens (tengah berlangsung, darah masif) resusitasi
Inkomplet (sisa jaringan) dilatasi dan kuretase
Mola: TFU lebih tinggi dari usia kehamilan, muntah progresif, TD >>> akibat homon HCG
KET: syok progresif, nyeri goyang portio resusitasi cairan laparotomi cito
> 20 minggu
Plasenta previa : painless, causeless, recurent. Terjadi akibat plasenta menutupi segmen bawah rahim
Solusio plasenta : nyeri hebat, didahului trauma, bagian janin sulit diraba
Ruptur uteri : terjadi saat inpartu, bundle ring sign, bagian janin mudah diraba
FR: big baby, panggul sempit, grandemultipara, polihidramnion, riwayat SC
Kontrasepsi
HORMONAL NON HORMONAL
Semua hormonal akan menghambat ovulasi
Semua hormonal mengakibatkan gangguan kardiocerebrovaskular, Tidak menghambat ovulasi
gangguan siklus haid, spotting, pembesaran massa tumor Tidak mengganggu
Kombinasi Estrogen kardiovaskular
Progeteron Estrogen
Progesteron
Minipil Morning After Pill: Pil KB Kombinasi AKDR (IUD)
Diminum jika sudah efek jangka panjang hingga 7
terlanjur hubungan tahun, dapat segera hamil
seksual dalam 24 jam bila sudah dilepas
Implant: pertama Injeksi KB 1 Bulan Kontap
Efek hingga 3-5 - Tubektomi
tahun - Vasektomi
Merupakan pilihan untuk
pasien yang sudah punya
banyak anak, atau kehamilan
bersiko (usia tua, HIV)
Injeksi KB 3 bulan: Kondom
Isinya Depo Coitus interruptus
Medroksi Pantang berkala
Progesteron
Boleh pada ibu Tidak boleh diberikan pada pasien yang sedang
menyusui menyusui
Keputihan (Leukorrhea)
Cervicitis
Keluhan sekret mukopurulen
a. Gonorrhea
Dijumpai diplococcus gram negatif berwaran merah intraseluler seperti biji kopi
b. Non Gonorhea (Chlamydia, Mycoplasma)
Hasil lab yang dijumpai bukan diplococcus gram negatif
Resusitasi neonatus
Semua bayi baru lahir harus menjawab 4 pertanyaan:
- Apakah cuklup bulan, apakah menangsi spontan,
apakah tonus baik dan apakah ketuban jernih
- Jika salah satunya tidak Hangatkan Posisikan
Jalan nafas Rangsang taktil
- Jika sianosis tapi usaha nafas ada pasang
oksigen
- Jika apnea atau HR < 100 x/i VTP pompa-
lepas-lepas
- Jika HR < 60 x/i Kompresi dada 3 kompresi : 1
ambu
- /Jika tetap tidak respon masukkan epinehrine
Semua langkah dilakukan selama 30 detik
Diagnosis Neonatus
Ditegakkan dengan mengguankan Lubchenco yaitu
menilai usia kehamilan
NKB: < 37 week
NCB: 37-42 week
NLB: > 42 week
36 w : 2250 3500 gr
34 w : 1800 3250 gr
32 w : 1400 3000 gr
Nilai maturitas otot dengan Ballard Score
Respiratory Distress
Hyaline Membrane Disease bayi preterm, gambaran groundglass / badai salju, akibat kurang surfaktan.
Th/steroid
Transient tachypne newborn bayi aterm, hanya masalah adaptasi fisiologis
Meconium aspirasi syndrome ketuban berwarna klehijauan, infiltrat di paru
Ikterus neonatorum
Ikterus patologis jika salah satu terpenuhi
Muncul pada hari pertama ATAU Kadar lebih dari 15 mg/dl ATAU bertahan sampai 14 hari
Ikterus fisiologis karena asupan ASI kurang (breast feeding jaundice). Th/ ASI lebih sering
Imunisasi
BCG: umur 0-2 bulan, jika terlambat lebih dari 3 bulan, harus dimantoux dulu, teknik: 0,05 cc intrakutan
Polio: umur 0,2,4,6. teknik 2 tetes perkutan
DPT: umur 2,4,6. Teknik 0,5 cc im. Yang paling buat demam pertusis
Hep B: umur 0,1,6. Teknik 0,5 cc im
Campak: umur 9. Teknik 0,5 cc s.c
MMR: umur 15
Pemberian Zinc selama 10 hari berturut turut untuk semua jenis dehidrasi
Dosis zinc: < 6 bulan = 10 mg, > 6 bulan = 20 mg
Tidak diindikasikan pemberian loperamide, kaolin pectin, attapulgite dsb.
TB pada anak
TB primer: tidak dijumpai lesi saat di foto, hanya tampak fokus Gohn (penebalan hilus)
TB sekunder: sudah ada manifestasi nyata, tampak infiltrat, kavitas, dll
Semua anak dengan riwayat kontak pasien TB wajib di mantoux
Kontak (+), Mantoux (-), Klinis (-) Profilaksis primer INH 10 mg/kg 3 bulan
Kontak (+), Mantoux (+), Klinis (-) Profilaksis sekunder INH 10 mg/kg 6 bulan
Kontak (+), Mantooux (+), Klinis (+) TB, obati dengan OAT
Mantoux test: 0,1 cc PPD intrakutan
Regimen 2 RHZ + 4 RH
Gizi Buruk
Jika BB/TB kurang dari 70%
- Marasmus: wajah tua,
lemak subkutan tipis, otot
atrofi, TIDAK ADA EDEMA
- Khwarsiorkor: wajah
sembab, rambut jagung,
edema
- Marasmus-Khwarsiorkor:
gejala tercampur
Th/ Fase stabilisasi (F 75) Fase
transisi (F 100) Fase rehabilitasi
(F 135) (makanan lunak)
Kejang demam
Kejang demam sederhana: seluruh tubuh, <15 menit, tidak berulang
Kejang demam kompleks: sebelah tubuh, > 15 menit, berulang, ada defisit neurologis (salah satu saja)
Berantas kejang: jikabelum terpasang iv line: DZP rektal, jika sudah ada iv line: DZP iv
Urutan DZP rektal DZP rektal DZP iv Phenytoin iv rujuk ICU
Dosis Diazepam 0,3 0,5 mg/kgBB.
Untuk dosis praktis diazepam rektal, tergantung BB anak
Jika < 10 kg DZP rektal 5 mg. Jika >10 kg DZP rektal 10 mg
Terapi jangka panjang diberikan hanya kalau kejang demam kompleks Th/ valproate
Pemeriksaan : Lumbal punksi utk singkirkan meningitis
Cedera lahir
Faktor resiko: big baby
Palsy Erb: cedera C5-C7, refleks moro (-), refleks genggam (+)
Palsy Klumpke: cedera C8-T1, refleks moro (-), refleks genggam (+)
Caput succadeneum : benjolan di kepala yang melintasi sutura. Akibat partus lama
Cephal hematoma : benjolan di kepala yang tidak melintasi sutura, akibat fakum, forcep
Kelainan kongenital
Atresia esofagus: saliva berlebihan (drooling),dipasang OGT tidak bisa masuk, tersedak saat disusui pertama kali
Atresia duodenum: double bubble
Atresia jejunum: triple bubble
Atresia bilier: BAB dempul. Bilirubin direct meningkat (obstructive jaundice)
Invaginasi: BAB Berdarah dan lendir, nyeri kolik, teraba massa seperti sosis di abdomen
Px; kadang dijumpai portio like app. USG: doughnut sign
Th/ awal dapat dilakukan barium enema
Hirschprung: Trias: abdomen distensi, muntah hijau, mekonium terlambat keluar,
RT menyemprot akibat hilangnya saraf pada kolon, pada Hirchprung letak rendah. (bukan
patognomonik)
Conjunctivitis
CIRI: visus N, injeksi konjunktiva, tidak nyeri
Conj bakteri: sekret purulen lengket. Etio: pada neonatus: GO. Pada dewasa: Haemophylus. Th/AB topikal
Conj viral: mengganjal seperti ada benda asing, lakrimasi, terasa berpasir. Etio: adenovirus. Khas: reaksi folikuler
Th/ artificial teras. Dekongestan
Conj vernal: gatal karna alergi. Khas: cobble stone. Th/ antihistamin topikal musiman
Conj flikten: pada penderita TB akibat reaksi hipersensitivitas. Th/obati TB nya
Keratitis
CIRI: visus turun, injeksi cilier, nyeri, silau
Keratitis bakterial: sekret purulen. Th/ AB topikal + atropin
Keratitis viral: penurunan sensibilitas kornea, lesi dendritik seperti gambaran ranting. Etio: herpes virus. Th/
antiviral oral + atropin
Keratitis jamur: riwayat terciprat lumpur, ranting pohon. Lesi satelit. Etio: natamycin + atropin
Pemeriksaan : tes fluoresensi (untuk melihat intak atau tidaknya kornea)
Episkleritis
Tercampur ciri ciri konjungtivits dengan keratitis. Injeksi episklera. Th/ steroid topikal atau phenylepinephrine
Kelainan Visus
Miopia
Rabun jauh. Bayangan jatuh di depan retina karena axis memanjang
Akomodasi terlalu kuat lemahkan dengan lensa negatif terlemah
Hipermetropia
Rabun dekat. Bayangan jatih di belakang retina
Akomodasi terlalu lemah kuatkan dengan lensa positif terkuat
Strabismus
Gangguan gerakan otot pengatur bola mata
Gerak ke lateral: kerja m.rectus lateral (nervus VI) palings sering
Gerak mata ke media: kerja m. Rectus media (nerus III)
Th/ operasi
Glaukoma
Primer: bila tidak ada penyakit yang menyertai
Sekunder: bila ada penyakit yang mendasari, seperti katarak hipermatur, miopia berat, riwayat hyphema, dll
Sudut tertutup jika COA dangkal (palingsering dijumpai pada serangan akut)
Sudut terbuka jika COA dalam
Th/ tetealaksana emergensi pilokarpin 2%. Timolol. Obat yang kontraidnikasi: Atropin
Otitis media
OMA oklusi (tuba catarhsis) Th/ nasal dekongestan
OMA hiperemis Th/ dekongestan, analgetik, antibiotik oral
OMA supurasi Th/ miringotomi, atau dekongestan, analgetik, antibiotik oral
Polip nasi
Massa putih bertangkai. Th/ steroid oral dan topikal
Epistaksis
Anterior: tampon anterior 2 hari. Dari pleksus kiesselbach di septum nasi
Posterior: tampon Belloq 2-3 hari. Dari a.sfenpalatina dan a.ethmoid posterior. Faktor resiko memiliki penyakit
sistemik (+) seperti hipertensi atau kelainan koagulasi
Difteri
Pseudomembran, selaput mudah berdarah, bullneck
Th/ ADS + procain penicillin atau ADS + eritromisin jika alergi Penicillin
Headache
TTH nyeri terikat tertindih, berkurang dngn istirahat. Th/ paracetamol
Migraine berdenyut, sebelah saja, dengan/tanpa aura, tdk kurang dgn istirahat. Th/sumatriptan, ergotamin
Cara kerja sumatriptan : agonis 5HT1 (hidroksi triptamin)
Cluster nyeri kepala, hidung berair, mata merah. Th/oksigen + sumatriptan
Stroke iskemik
Keluhan: lemah lengan dan tungkai
Trombosis: perlahan lahan
Emboli: progresif. Ada riwayat aritmia jantung.
Th/ anti agregasi tromobosit. Cth: aspirin/salisilat (antitrombotik)
TD diturunkan hanya jika terlalu tinggi (krisis hipertensi)
Stroke hemorrhagic
Keluhan: penurunan kesadaran, kejang, muntah disertai lemah lengan dan tungkai
Intraserebral: kaku kuduk (-); subarachnoid: kaku kuduk (+)
Th/ manitol jika ada herniasi. Turunkan tensi segera
TIA
Iskemik yang kembali pulih kurang 24 jam. Th/aspirin (antitrombotik)
Bells Palsy
Paresis N.VII perifer (LMN). Khas: lagoftalmus dan kerut kening hilang
Dimana lagoftalmusnya, disitulah nervus yang rusak.
Cth. Lagoftalmus mata kanan dx; paresis n.VII kanan perifer
Th/ steroid 1 mg/kg
Kekuatan otot
5: dapat mengangkat dan dapat melawan tahanan
4: dapat mengangkat, jatuh dengan tahanan
3: dapat mengangkat, segera jatuh dengan gravitasi
2: dapat menggerakkan dua sendi (dapat menggeser)
1: kontraksi lokal otot tertentu
0: tidak ada kontraksi
Fraktur Cervical
Tetraparesis UMN pasang collar brace
Ulna: claw hand tidak bisa abduksi dan adduksi jari jari
Klasifikasi Epilepsy
Umum: jika kena semua badan
Parsial: jika hanya satu sisi saja, terbagi atas
Parsial simpleks: satu sisi saja tanpa penurunan kesadaran
Parsial kompleks: satu sisi saja disertai penurunan kesadaran
Parsial umum sekunder: awalnya parsial kemudian jadi umum
Parkinson
Termor, rigid, bradikinesis, ekspresi patung. Akibat kekuranagn dopa di substansia nigra ganglia basalis
Th/ levodopa
Parkonsonisme muncul gejala seperti parkinson akibat efek samping obat
GBS
Kelumpuhan ascencdens dari bawah menyebar ke atas. Didahului ISPA.
Yang dikhawatirkan terjaid paresis otot napas ventilasi mekanik
Th/steroid
Myasthenia gravis
Kelumpuhan memberat jika kelelahan, berkurang jika istirahat. Tampak jelas di mata dan otot otot kecil
Akibat degradasi asetil koloin reseptor di neuromuscular junction
Th/ piridostigmin
Px. Tes tensilon
PSIKOSIS
Terjadi akibat kelebihan dopa dalam otak
Jika ditemukan salah satu antara waham dan halusinasi maka sudah masuk dalam kelompok Psikosis. Terdiri dari:
Psikosis akut waham + halusinasi + belum 1 bulan
Schizoprenia waham + halusinasi + sudah 1 bulan
Paranoid: didominasi oleh waham akan dicelakai
Hebefrenik: kembali seperti kanak kanak, perilaku kacau
Katatonik: mempertahankan posisi kaku
Residual: pernah mendapat pengobatan, gejala menjadi kabur
Gangguan Waham Menetap waham + tidak ada halusinasi
Waham persekutori (kejar), waham kebesaran, waham nihilistik, dll
Th/ anti psikosis prinsip: turunkan Dopa
Untuk gejala positif:
Chlorpromazin efek sedasinya kuat, cocok untuk pasien yang gelisah, tidak bisa tidur, mondar mandir.
Haloperidol efek antipsikosisnya sangat kuat cocok untuk serangan akut yang membahayakan diri sendiri atau orang
lain.
Efek sampingnya: sindroma ekstrapiramidal. Th/ Trihexylphenidyl atau Dipenhydramine 5 cc i.m
Untuk gejala negatif
Risperidone seperti pada skizo katatonik, skizo hebefrenik
Clozapine, olanzapine atipikal antipsikosis
GANGGUAN AFEK/MOOD
Kelainan di serotonin
Depresi mood depresik, sedih berkepanjangan, menarik diri, merasa bersalah, sekurang kurangnya 2 minggu.
Th/ antidepresan (1st line: golongan SSRI cth: fluoxetine 2nd line: golongan TCA: amitriptiliin)
Manik perilaku meluap, bahagia tak terkendali, tak kenal lelah, arus ide tidak dimengerti, sekurang kurangnhya 1
minggu.
Th/ Litium
Bipolar memliki riwayat depresi atau manik sebelumnya. Th/ Litium
Distimik mood depresif yang tidak parah, berlangsung selama 2 tahun
GANGGUAN CEMAS
Gangguan cemas menyeluruh mencemaskan segala hal tanpa ada sebab yang pasti
Fobia mencemaskan satu objek tertentu. Cth. Takut ketinggian, takut serangga
Gangguan panic attack serangan cemas mendadak, disertai gekala fisik berdebar, keringatan, TD naik, kemudian reda.
Obsesif kompulsif melakukan perilaku tertwentu berulang ulang. Kelainan di serotonin.
Stress pasca trauma keadaan stres syang terjadi setelahtrauma mendalam yang ditandai dengan flashback memori,
mimpi buruk dll, bertahan lebih dari 1 bulan
GANGGUAN SOMATOFORM
Jika pasien merasa sakit, meskipun sebenarnya tidak sakit
Somatisasi merasakan nyeri di berbagai organ
Hipokomdriasis merasakan nyeri yang terfokus pad asatu organ saja, misalnya pada thoraks saja atau abdomen saja
Body dismorfik merasa bagian tubuh cacat atau jelek
Koversi muncul gejala fisik yang nyata. Cth. Istri buta saat melihat suami selingkuh
Th/ golongan SSRI atau golongan benzodiazepine
ALKOHOL
Bicara ngawur, inkoordinasi, jalan sempoyongan,
Kelainan Makan
Anorexia nervosa: tidak mau makan
Bullemia nervosa: makan tapi dimuntahkan
Th/ psikoterapi
Desain Penelitian
Cross sectional: waktu dan biaya singkat, bergerak dr resiko, PR = (a/a+b) : (c/c+d)
Case control: ke belakang / retrospektif, bergerak dr efek, OR = ad/bc
Cohort: diikuti ke depan, RR= (a/a+b) : (c/c+d)
Pencegahan
Pencegahan primer: Health promotion (target tidak spesifik), specific protection (target spesifik)
Pencegahan sekunder: Early diagnosis and Prompt treatment (screening, diagnosis dan terapi)
Pencegahan tersier: disability limitation (mencegah perburukan), rehabilitation (meingkatkan kualitas hidup)
Teori Blum
Derajat kesehatan ditentukan oleh Lingkungan (paling utama), perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter
Fungsi Manajemen
Input : man, money, material, method, market, time
Proses : pelaksanaan program, terdiri atas:
Planning: apa yang mau dikerjakan? Oleh siapa? Kapan? Dimana? Berapa biayanya?
Organizing: membagi kerja
Actuating: pelaksanaan di lapangan
Controlling: atasan mengecek kerja bwahan agar semuanya lancar
Evaluating: proyeksi di akhir selesainya program
Output: tujuan atau target jangka pendek
Outcome: tujuan atau target jangka panjang
OUTBREAK/KLB
Surveilans epidemiologi
Adalah kegiatan memantau, mencatat dan mengamati
Surveilans aktif: petugas kesehatan mendatangi rumah warga
Surveilans pasif: petigas kesehatan menunggu laporan dari warga
Surveilans sentinel : terpadi, jika ada KLB
Teknik sampling
Simple random sampling: berdasarkan teknik sederhana
Sistematic random sampling: cth. Diambil sampel nomor urut ganjil
Stratified random sampling: cth. 10 orang SD, 10 orang SMP, 10 orang SMA
Cluster sampling: cth, 10 orang Medan, 10 orang Aceh, 10 orang Jakarta
Snowball sampling: utk populoasi yang tidak diketahui keberadaannya. Cth homoseksual
Consecutive sampling: mengikuti inklusi dan eksklusi
Convenience sampling: kebetulan
Konseling efektif
Konsep Konseling: Catarhsis Education Action
Catarhsis: menggali permasalahan yang dihadapi, mencari tahu seberapa jauh pengetahuan pasien
Education: memberikan informasi
Action: Melaksanakan intervensi perubahanm perilaku, tatalaksana
Komunikasi interpersonal
Urutan komunikasi interpersonal:
1. Rapporting membuat suasana nyaman
2. Mengajukan pertanyaan terbuka / tertutup / mengarahkan
3. Mendengar aktif
Refleksi Isi : memvalidasi pernyataan pasien
Refleksi perasaan: Saya paham keadaan ibu tengah sedih dengan penyakit ini
Syok Anafilaktik
Reaksi hipersensitifitas tipe 1 akibat alergen
TD turun mendadak, edema laring berpotensi apnea
Th/ Epinephrine 1:1000 0,3-0,5 cc subkutan/intramuskular (dewasa)
Epinephrine 1:1000 0,01 mg/kg subkutan/intramuskular (anak)
Untuk mencegah reaksi hipersensitivitas tipe lambat kortikosteroid iv
Hitung GCS
E, M, V
Perbedaan epidural hematome dan subdural hematome
Epidural : lucid interval, pupil anisokor, herniasi cerebri, CT Scan bentuk bikonveks akibat ruptur a.meningea
media
Subdural: CT scan bentuk bulan sabit akibat ruptur Bridging vein
Fraktur Basis Cranii
Pemeriksaan CT scan potongan aksial
Anterior : racoon eye, rhinorea
Media : otorrhea
Posterior : battle sign
Perbedaan perforasi hollow organ dengan solid organ intra abdomen
Hollow organ: ada free air pada foto, pekak hepar menghilang pada pemfis. Px: Foto polos abdomen
Solid organ: hemodinamik cepat jatuh ke syok. Px: USG
Komplikasi: Peritonitis
Fraktur colles, smith, galeazzi dan montegia
Colles: fraktur radius angulasi dorsal / posterior paling sering, bentuk garpu
Smith: fraktur radius angulasi volar / anterior, bentuk sekop kebun
Galeazzi: fraktur radius menggeser ulna
Monteggia: fraktur ulna
Manajemen fraktur dan dislokasi
Tatalaksana awal: REDUKSI / bidai / spalk
Tatalaksana definit: fraktur fiksasi, dislokasi reposisi
Urutan: Reduksi Reposisi Retensi (fiksasi) rehabilitasi
Hernia inguinal
Reponible: bisa keluar masuk. Th/ operasi elektif
Ireponible: tdak bisa keluar masuk lagi. Th/ operasi elektif
Inkareserata: ada gangguan pasase, muncul tanda ileus. Th/ operasi cito
Strangulata: nekrosis, nyeri hebat, merah, Th/ operasi cito
Hemorrhoid
Hemor eksterna: hitam, iskemik, nyeri, tidak ada grade
Hemor interna
Grade 1 : hanya berdarah, tidak ada benjolan. Th/ diet tinggi serat
Grade 2 : benjolan keluar masuk spontan Th/ diet tinggi serat
Grade 3 : benjolan masuk jika didorong dengan jari
Grade 4 : benjolan sudah tidak bisa masuk lagi
Appendicitis acute
Mc Burney sign : tekan kanan bawa, nyeri d kanan bawah
Rebound tenderness : lepas kanan bwah, terasa nyeri
Rovsing : tekan kiri bawah, nyeri di kanan
Blumberg : lepas di kiri, nyeri di kanan
Psoas : nyeri di kanan bawah dengan mengengkat paha
Obturator : nyeri di kanan bawah dengan menekuk . merotasikan tungkai
Dumphy : saat batuk, nyeri di kanan bawah memberat
Komplikasi: peritonitis lokal berlnajut menjadi peritonitis difus, atau walling off (appendiceal mass)
Luka Bakar
Derajat 1 : merah, hieperemis, nyeri
Derajat 2a : ada bula , nyeri hebat
Derajat 2b : tidak ada bula, masih merasakan nyeri
Derajat 3 : ujung saraf sudah terkena sehingga tidak nyeri lagi
Malpraktik medik
Dikatakan malpraktik medik jika terbukti memenuhi unsur 4D
Duty (ada kewajiban),
Deriliction of duty (kewajiban tsb tidak dikerjakan),
Damage (menyebabkan cedera) dan
Direct cause (bisa dijleaskan hubungan sebab akibat)
Pengadilan
Bertugas mengiurus pelanggaran kedokteran yang telah diundang undangkan.
Cth. Dokter melakukan aborsi
Sanksi: pidana, pencabutan STR
Informed consent
Hak consent: usia 18 tahun atau sudah menikah serta sehat mental
Jika belum menikah: orang tua saudara kandung wali
Jika sudah menikah: istrti/suami anak kandung orang tua saudara
Inform consent harus dilakukan secvara tertulis jika prosedur yang akan dilakukan memeiliki resiko yang berat
Dalam keadaan mengancam jiwa dan tidak ada orang yang kompeten membuat consent prosedur boleh
dilakukan tanpa informed consent
Trauma tumpul
Dijumpai jembatan jaringan, tepi luka tidak rata
Cth Luka robek, luka lecet
Trauma tajam
Tidak dijumpai jembatan jarinagn, tepi luka rata
Cth. Lukatusuk, luka sayat, luka bacok
Luka tembak
Jauh : kelim lecet Dekat: lecet+ tato
Sangat dekat: lecet+tato+jelaga Tempel: lecet+tato+jelaga+star shape
Luka berat (pasal 90 KUHP) jika mengancam jiwa, pekerjaan, cacat, dan keguguran
Tanda kematian
Segera: pupil midriasi, TD tak terukur, nadi tak teraba, reflex pupil (-)
Dini: livor mortis (muncul 1/2 jam, hilang dengan penekanan < 6 jam, tdk hilang penekanan >6 jam)
Rigor mortis (muncul 2-3 jam, sempurna 10-12 jam, hilang >24 jam)
Lanjut: pembusukan (> 24 jam)
Tanda intravital
Merupakan penanda bahwa saat luka terjadi, korban masih hidup dan inilah penyebab kematian korban
Tenggelam : ada buih sukar pecah pada trakea, cadaveric spasm
Terbakar : ada jelaga pada saluran nafas, ada bula
Trauma : jejas warna merah, ada resapan darah
Tenggelam
Air asin: hipernatremia, paru basah, hemokonsentrasi, BJ dominan di jantung kiri
Air tawar: kebalikannya
Cadaveric spasm tangan kaku menggenggam anemon laut
Hanging vs Strangulasi
Hanging: jejas serong, terletak di bawah, lebam di ujung ekstremitas
Strangulasi: jejas datar, terletak di atas, lebam di punggung atau badan depan
Dermatoterapi
Prinsip pengobatan: ruam basah dirwata basah, ruam kering dirawat kering
Vehikulum dasar:
Bedak : untuk mencegah friksi, dan agar vesikel tidak pecah. Bedak salycilat 2%
Minyak/salep : penetrasi dangkal, lesi kering
Air/solusio : lesi basah, untuk kompres. Contoh larutan rivanol
Vehikulum kombinasi:
Krim : minyak + air untuk lesi kering dan dalam. Untuk daerah berambut
Bedak kocok/lotion: bedak + air memberikan efek dingin
Pasta : minyak + bedak untuk lesi dalam dan basah
Infeksi Jamur
Tinea: central healing tepi polisiklik,
Etiologi: trychophyton, epidermophyton, microsporum. Px KOH: kerokan pinggir lesi hifa
Kandida: lesi satelit/corimbiformis/chicken-hen appearence,
Etiologi: candida. Px: pseudohifa (hifa tidak bersekat), yeast cell
Th/ antifungal topikal Mikonazole salep.
Jika ruam luas perlu ditambahkan anti fungal oral: Ketokonazole 1 x 200 mg, Fluconazole atau
itrakonazole
Pitiriasis versikolor: makula oval hipiopigmentasi skuama halus. Etio: malassezia. Px: sphagetty meatball
Th/ selenium 2,5% shampoo dan antifungal oral
Pioderma
Impetigo krustosa krusta kluning seperti madu di wajah sekitar bibir
Impetigo bulosa bula kendur membentuk koleret, di wajah, leher, dada dan bahu
Ektima: ulkus tertutup krusta kehitaman di kaki
Erisipelas: merah batas tegas
Selulitis: merah batras tidak tegas., mengkilat, biasa pada DM
Th/ mupirocin, bacitracin topikal
oral: amoxicilin. Jika alergi amox ganti dengan eritrmomisin
Infeksi Virus
VZV: ruam polimorfik Th/ simptomatik. Asiklovir 5 x 800 mg
Herpes zoster: vesikel bergerombol di atas makula eritems tersusun sesuai dermatome
Th/ asiklovr 5x800 atau valasiklovir 3x 1000
Hepres simplex: vesikel di daerah oral atau genital. Th/ Asiklovir 5 x 200 mg.
Herpes simpelx dapat diterapi dengan asiklovir cream
Moluskum kontagiosum : benjolan dengan umbilikasi (delle) di wajah, bahu dang punggung. Etio: poxvirus
Th/ bedah kuretase
Infeksi Parasit
Scabies
Lesi terjaid di daerah lipatan jari, bokong, nsemakin gatal saat malam hari
Dijumpai kontak dfengan penderita yang sama.
Dermatitis
Dermatitis Kontak Iritan dicetuskan oleh bahan yang memang iritatif. Cth. Asam basa kuat
Dermatitis kontak alergi dicetuskan oleh zat biasa yang sebenarnya tidak berbahaya, tapi bagi sebagian orangh
memunculkan reaksi alergi . Cth/ alergi dengan karet sandal jepit
Dermatitis atopik: pada orang dengan riwayat atopik, berlanghsungh sejak lahir
Th/ kortikosteroid
Psoriasis
Ruam: makula eritema dengan skuama putih tebal berlapis
Terutama di daerah yang rawan terjadi benturan sperti lutut, bokong, siku
Tanda khas: koebner trauma dui daerah yang lain akan memunculkan ruam baru
Tanda patognomonik: Wax drop (skuama seperti lilin) dan auspitz (jika dikerok muncul bintik darah)
Th/ kortikosteroid high potency cream (Clobetasol, Trioamcinolone)
Erupsi obat
SJS: kena mata, mukosa dan genital
NET: ada epidermolisis dan seluruh tubuh. Keadaan umum jelek
Fixed drug eruption / eksantema fixtum : muncul berkali kali di lokasi yang sama
Angioedema: sampai bengkak lidah dan laring
Eritroderma: kulit sekujur tubuh terkelupas dan bersisik warna merah terang
Kusta
Makula hipopigmentasi yang mati rasa / hiporestesi
Pemeriksaan: slit skin smear
Klasifikasi Kusta berdasarkan gejala
Terapi kusta
Jumlah lesi 1: ROM (Rifampicin, ofloksasin, Minosiklin) single dose
Jumlah lesi 2-5: RD (rifampicin , dapson)
Jumlah lesi >5: RDK (rifampicin, dapsone, klofazimin/lamprene)
Pengobatan kusta pada ibu hamil lanjut sperti biasa, tidak ada pengaruh. Kecuali Regimen ROM tunda