You are on page 1of 7

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam Bab pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang muncul
antara konsep dasar (teori) dengan studi kasus pada klien dengan gangguan konsep diri; harga
diri rendah. Penulis akan membahas berdasarkan proses keperawatan yang dimulai dengan
membahas pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual,
pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan
koping yang dimiliki klien (Stuart, G.W, and sundeen, S.J.) cit oleh (keliat 2005,p.3)
Dalam pengkajian untuk memperoleh data fokus penulis menggunakan format
pengkajian untuk dokumentasi proses keperawatan jiwa.
Menurut Keliat (2005,p.4) data dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu;
1. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini didapatkan melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
2. Data objektif / observasi adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
diperoleh melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Dari dua pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud data
subjektif dan objektif adalah sama yaitu data nyata akan tetapi berbeda dari cara
perolehanya. Data subjektif diperoleh secara langsung dari klien atau keluarga,
sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi terhadap klien.

Dalam pembahan penulis mempertegas lagi yang menjadi faktor pencetus dan
pendukung gangguan jiwa yang dialami Tn,M yaitu, sebagai faktor pendukungnya
adalah perilaku klien yang tertutup, bila memiliki masalah hanya disimpan dalam
hati,cenderung lebih banyak diam,tidak bisa memuli pembicaraan.

Kemudian dari pengkajian didapatkan data fokus yaitu,Data subjektif; klien


mengatakan malu dengan lingkungan tempat tinggal karena klien mengalami
gangguan jiwa dan klien kadang di ejek oleh tetangganya. Data objeltif; klien lebih
banyak diam,dan jikaa tidak di tanya klien tidak berkomunikasi,saat di ajak
komunikasi klien bebrbicara dengan nada yang pelan dan intonasi suara sedang dan
klien tidak bisa memulai pembicaraan Tanda-tanda tersebut merupakan tanda dari
gangguan konsep diri : harga diri rendah.

Dalam konsep dasar menurut Keliat (2005.p,29) terdapat rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Gangguan Konsep Diri; Harga diri Rendah


2. Resiko Perilaku kekerasan
3. Tidak efektifnya koping individu
Masalah yang ditemukan pada Tn.M yaitu :

1. Ganguan Konsep Diri; Harga Diri Rendah


Masalah yang pertama gangguan konsep diri harga diri rendah, menurut
Carpenito,(2000),Gangguan harga diri adalah keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang diri atau
kemampuan diri (p.352)
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam
Fitria, 2009).

Menurut Townsend (1998) manifestasi klinis yang muncul pada klien


dengan harga diri rendah antara lain;

a. Menarik diri kedalam isolasi sosial


b. Kurang kontak mata
c. Penolakan partisipasi pada terapi, aktivitas perawatan diri
d. Ekspresi rasa malu / rasa bersalah
e. Menjadi tergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Data yang ditemukan saat pengkajian yaitu;

a. Klien mengatakan malu kepada lingkungan tempat tinggal karena klien menderita
gangguan jiwa.
b. Klien lebih banyak diam
Tanda gejala yang ada pada konsep teori tidak muncul pada kasus adalah
penolakan terapi, aktivitas perawatan diri dan menjadi tergantung pada orang lain
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya klien masih bisa
melakukan perawatan diri secara mandiri dan tidak tergantung pada orang lain untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan kondisi yang ditunjukkan Tn. M dan merujuk pada konsep menurut
Townsend (1998,p.15) yaitu evalusi diri negatif dan perasaan tentang diri atu
kemempuan diri yang negatif, penulis dapat menegakkan masalah keperawatan
gangguan konsep diri; harga diri rendah, masalah ini muncul sebagai masalah utama
yang dialami klien yang di akibatkan oleh koping individu tidak efektif yang
dibuktikan oleh mekanisme koping klien yang selalu memendam masalah dalam hati.

2. Tidak Efektifnya Koping Individu


Manifestasi klinis menurut Townsend (1998,p.134) yang terdapat pada klien
dengan koping individu tidak efektif antara lain;
a. Gangguan partisipasi sosial
b. Ketidak mampuan menemukan kebutuhan dasar
c. Penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tidak tepat
Data yang diperoleh saat pengkajian adalah;

a. Klien mengatakan kalau dengan lingkungan sekitar karena dirinya menderita


gangguan jiwa.
b. Klien tampak diam jika berkumpul dengan teman-temannya
Terdapat data yang senjang antara konsep teori dengan kasus yaitu ketidak
mampuan menentukan kebutuhan dasar. Data tersebut tidak tampak pada klien
karena pada kenyataannya klien masih mempunyai minat untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya dengan baik.
Berdasarkan keadaan klien tersebut dan merujuk pada teori townsend
(1998,p.134), koping individu tidak efektif merupakan kerusakan perilaku
adaptif kemampuan menyelesaikan masalah sesorang dalam menghadapi
tuntunan, dan peran dalam kehidupan maka penulis menegakkan masalah
keperawatan koping individu tidak efektif yang merupakan penyebab dari
masalah utama yang dialami klien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknis mengenai respon individu, keluarga,
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun
potensial. (Keliat,2006)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan konsep diri;
harga diri rendah antara lain;
1. Ganguan Konsep Diri ; Harga Diri Rendah
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tidak Efektifnya Koping Individu
(Keliat,2006)

Dalam konsep dasar penulis hanya menuliskan satu diagnosa yang paling
aktual yaitu; Gangguan konsep diri; harga diri rendah. Karena penulis menggunakan
singgle diagnosa, sehingga penulis hanya fokus pada satu diagnosa yang paling
aktual,dan merupakan core problem tanpa mengabaikan masalah-masalah lain yang
muncul pada klien.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.M adalah;

1. Ganguan Konsep Diri; Harga Diri Rendah


Diagnosa ini penulis jadikan sebagai diagnosa prioritas pertama karena
masalah keperawatan gangguan konsep diri; harga diri rendah merupakan masalah
yang paling tampak saat dilakukan pengkajian, Dengan analisa data DS; klien
mengatakan malu dengan lingkungan karena dirinya menderita gangguan jiwa,
DO;klien lebih banyak diam, klien tampak menghindar dari kegiatan
ruangan,kontak mata ada, pembicaraan lambat,pelan dan tidak dapat memulai
pembicaraan. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda dari gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
2. Koping individu tidak efektif
Diagnosa ini penulis jadikan sebagai diagnosa prioritas kedua karena masalah
koping individu tidak efektif muncul pada saat pengkajian tetapi bukan
merupakan masalah yang paling nampak pada klien. Masalah ini juga merupakan
masalah aktual. Dengan anlisa data DS; klen mengatakan bila mempunyai
masalah sering dipendam dalam hati ,DO; klien tampak diam, klien jarang
berkomunikasi dengan teman satu ruangan. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda
koping individu tidak efektif
C. INTERVENSI
Intervensi / rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari
tiga aspek yaitu Tujuan Umum (TUM), Tujuan Khusus (TUK) dan rencana
keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah dari diagnosa
tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai
atau dimiliki klien. (Keliat,1998,p.13)
Dalam kasus ini penulis menyusun intervensi sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien. Pada diagnosa pertama Gangguan konsep diri;
Harga diri rendah penulis menyusun Tujuan Umum; klien dapat berhubungan dengan
orang lain secara optimal, kemudian untuk Tujuan Khususnya meliputi,
TUK I ; klien dapat membina hubungan saling percaya,

TUK II; klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki,

TUK III; klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit,

TUK IV; klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,

TUK V; klien dapat melakukan kegiatan sesuai yang boleh dilakukan

TIK VI; klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yamg ada,

D. Implementasi

Keliat (1998) menyatakan Implementasi atau tindakan keperawatan disesuaikan dengan


rencana tindakan keperawatan (,p.13). Sebelum melaksanakan implementasi keperawatan,
perawat membekali diri dengan dengan menyusun strategi pelaksanaan tndakan keperawatan.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ini meliputi SP 1:Mengenal hargadiri rendah
kronik dan mengidentifikasi aspek positif yng di miliki, SP 2: membantu klien memilih
kemampuan yang masih dapat di gunakan, SP 3: Membantu klien menilai kemampuan yang
masih dapat di gunakan, SP 4: Melatih kegiatan yang telah di pilih oleh klien.
BAB IV

IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. KESIMPULAN

1. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009).

Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan
gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009).

2. Masalah Keperawatan yang muncul pada kasus ini

a. Hargadiri rendah : Menarik diri

b. Koping individu tidak efektif.

B. SARAN
1. Bagi Perawat

Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan praktik asuhan
keperawatannya, serta pengetahuannya pada klien dengan hargadiri rendah kronik, sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi
klien maupun keluarga.

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam pembuatan
asuhan keperawatan.

3. Bagi Dunia Keperawatan

Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat
menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan serta dapat diaplikasikan
untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

You might also like