You are on page 1of 15

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Persalinan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin.(5)

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi oleh ibu.proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan yang

di tandai dengan perubahan progresif pada serviks dan di akhiri dengan

pelahiran plasenta. (6)

2.2 Tanda-Tanda Persalinan


1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekwensi

minimal 2 kali dalam 10 menit)


3. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina (7)

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Tiga faktor utama yang yang menentukan prognosis persalinan, yaitu :

1. Passage (jalan lahir)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Janin harus mampu

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.


8

Tipe panggul :
a. Ginekoid 50% wanita
b. Android 23% pria
c. Antropoid 24% wanita
d. Platifeloid 3% wanita
2. Passanger (janin)
Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak sikap, dan

posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia

dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin.


3. Power (kekuatan)
Kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter (kekuatan primer

yang menandai dimulainya persalinan) dan volunter (kekuatan sekunder

yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter) secara bersamaan untuk

mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.

2.4 Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin dalam

menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul. Diameter

kepala janin yang perlu diperhatikan :


1. Diameter biparietal, yaitu jarak antara dua parietal (9,5 cm
2. Diameter occipito frontalis 11,5 cm
3. Diameter mento occipitalis 12,5- 13,5 cm
4. Diameter sub mento bregmatika 9,5 cm
Adapun gerakan-gerakan janin dalam persalinan ;
1. Engagement
Pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan, sedangkan

multigravida terjadi pada awal persalinan. Engagement adalah peristiwa

ketika diameter biparietal melewati PAP dengan sutura sagitalis

melintang/oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.


9

2. Penurunan
Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.
3. Fleksi
Janin terus didorong maju, tetapi kepala janin terhambat oleh

serviks, dinding panggul, atau dasar panggul. Dengan adanya fleksi

diameter occipito frontalis 12cm berubah menjadi sub occipito

bregmatika yaitu 9cm. Ubun-ubun kecil teraba saat pemeriksaan dalam.

4. Rotasi (putaran paksi dalam)


Pemutaran bagian terndah janin dari posisi sebelumnya ke arah

depan sampai di bawah symfisis. Sebagai upaya kepala janin untuk

menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir. Rotasi ini terjadi setelah kepala

melewati bidang Hodge III (sejajar spina ischiadika).


5. Ekstensi
Gerakan dimana occiput berhimpit langsung pada margo inferior

symfisis pubis, yanng dipengaruhi oleh gaya dorong dari fundus uteri dan

tahanan dasar panggul dari symfisis ke arah depan.


6. Restitusi (putaran paksi luar)
Putaran paksi luar dengan memutar ubun-ubun kecil ke arah

punggung janin.
7. Ekspulsi
Pengeluaran bahu anterior dan posterior serta seluruh tubuh bayi.
Tabel 2.1
Fase Persalinan dan Kelahiran

Fase Mulai Akhir


Pertama Permulaan dilatasi Dilatasi komplit
Kelahiran bayi
Kedua serviks Lahirnya plasenta
Dilatasi komplit 1-4 jam setelah
Ketiga Kelahiran bayi
Lahirnya plasenta kelahiran
Keempat

2.5 Proses Persalinan


10

A. Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya konstraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks

membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri dari 2 fase yaitu

fase laten dan fase aktif :

Fase laten pada kala I persalinan :

a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.


b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga

8 jam.
d) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya antara 20-30 detik
Fase aktif pada kala I persalinan:
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat

secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai

jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit ,

dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).


b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-

rata 1 cm per jam (nulipara dan primigravida) atau lebih

dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).


c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

B. Kala II

Kala II adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah

berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan

untuk mengeluarkan bayinya. Kala ini berakhir saat bayi lahir


Gejala dan Tanda Kala II persalinan adalah :
11

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.
b) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum

dan/atau vaginanya.
c) Perineum terlihat menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Tanda pasti Kala II melalui periksa dalam (informasi

obyektif) yang hasilnya adalah:


a) Pembukaan serviks telah lengkap.
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

C. Kala III
Kala III persalinan juga disebut sebagai kala uri atau kala

pengeluaran plasenta.

Pemberian Oxitosin < 1 menit setelah bayi lahir. Waktu yang

paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika

plasenta lahir dan segera setelah itu. Ketika plasenta terlepas atau

sepenuhnya terlepas tetapi tidak keluar, maka perdarahan terjadi

dibelakang plasenta sehingga uterus tidak dapat sepenuhnya

berkontraksi karena plasenta masih didalam. Kontraksi pada otot

uterus merupakan mekanisme fisiologis yang menghentikan

perdarahan. Kala III batasannya adalah dimulai setelah lahirnya bayi

dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

Fisiologi Persalinan Kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkonstraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterus. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta


12

menjadi lebih kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka

plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding

uterus, kemudian plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke

dalam vagina. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah

uterus atau bagian atas vagina.

a. Tanda-tanda lepasnya plasenta:

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus


2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah mendadak dan singkat

b. Manajemen aktif Kala III terdiri dari tiga langkah utama :


1) Pemberian suntikan oksitosin
2) Melakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali
3) Massase fundus uteri atau rangasangan taktil
c. Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif Kala III

Persalinan kala III yang lebih singkat

Mengurangi kehilangan jumlah darah

Mengurangi kejadian retensio plasenta(8)

D. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

Postpartum ( 7 )
Yang di pantau pada kala IV adalah tekanan darah: Nadi,

Temperatur, Tinggi fundus uteri, Kontraksi uterus, Kandung kemih

dan Perdarahan.
d. Asuhan dan Pemantauan Pada Kala IV
13

1) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk

merangsang uterus berkonstraksi baik dan kuat


2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan

anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan.

Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di

bawah pusat

3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.


Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan

darah secara tepat karena darah seringkali bercampur

dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap

handuk, kain atau sarung. Tak mungkin menilai

kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan

jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam

dan mungkin telah diganti jika terkena sedikitnya darah

atau basah oleh darah

2.6 Pengertian Partus Lama

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian partus lama yang

berdasarkan beberapa sumber, satu di antaranya menyatakan bahwa partus

lama adalah persalinan yang abnormal/ sulit dan di sebut juga sebagai distosia.
(7)

Di sumber lain menyatakan bahwa partus lama adalah persalinan

dengan fase laten lebih dari 8 jam atau persalinan telah berlangsung 12 jam

atau lebih akan tetapi bayi belum lahir. Dan ada juga yangmenyatakan bahwa
14

partus lama adalah persalinan yang berpatokan pada fatograp di mana dilatasi

servick ada pada kanan garis waspada pada persalinan fase aktif.(6)

2.7 Penyebab Partus Lama

Sarwono pada bukunya ilmu kebidanan menyatakan ada tiga golongan

sebab-sebab terjadinya partus lama yaitu:

1. Kelainan tenaga atau kelainan His.


a. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan pada janin yang lahir lazimterdapat pada setiap persalinan,

tidak dapat di atasi sehingga persalinan mengalami hamatan atau

kemacetan

2. Kelainan Janin
a. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan

dalam letak atau dalam bentuk janin.


3. Kelainan jalan lahir
a. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir dalam menghalangi

kemajuan jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau

menyebabkan kemacetan

Sementara Ai Yeyeh Rukiah pada bukunya Asuhan Kebidanan Patologi

menyebutkan bahwa penghambat dalam persalinan yang dapat mengakibatkan

persalinan tidak berjalan secara normal adalah:

1. Distosia karena kelainan Presentasi


a. Presentasi puncak kepala
b. Presentasi dahi
c. Presentasi muka
d. Persistent oksipito posterior
2. Distosia karena kelainan posisi janin
15

a. Letak sungsang
b. Letak lintang
3. Distosia karena kelainan tenaga/ his
a. His hipotonik
b. His hipertonik
c. His yangti dak terkoordinasi
4. distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir
a. kelainan di vulva
b. kelainan di vagina
c. uterus / servick
d. kesempitasn pintu atas panggul
e. kesempitan bidang tengah pelpelvis
f. kesempitan pintu bawah pangggul
5. distosia karena jalan lahir
a. Bayi besar
b. Hydrochepalus
c. Anencepalus
d. Kembar siam
e. Gawat janin
(9)

2.8 Dampak Partus Lama Pada Ibu Dan Janin

1. Dampak Partus Lama

a. Infeksi intrapartum

Infeksi adalah bahaya yang serius yang dapat mengancam pada

ibu dan janin, trauma bila di sertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam

cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta

pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsi pada ibu janin.

Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi,

adalah konsekuen serius lainya. Pemeriksaan servick dengan jari tangan

akan memasukan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus

di batasi selama persalinan, terutama apabila di curigai akan terjadi

persalinan lama.

b. Ruptur uterin
16

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya

serius selama partus lama, terutama pada ibu denganpa ritas tinggi dan

pada mereka yang mempunyai riwayat seksio sesarea, apabila

disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga

kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen

bawah uterus menjadi sangat meregang kemudian dapat menyebabkan

rupture.

c. cicin retraksi patologis

Pada persalinan lama dapat timbul cincin retraksi patologis, tipe

yang paling sering adalah cincin retraksi patologis bandl, yaitu

pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan

4) Pembentukan Fistula

Apabila bagian bawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul,

tetapi tidak maju dalam jangka waktu yang lama, bagian jalan lahir yang

terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan

yang berlebihan, karena gangguan sirkulasi akan terjadi nekrosis yang

akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan fistula

vesikovaginal, atau rektovaginal, umumnya nekrosis akibat penekanan

ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan.

2. Dampak pada janin


17

partus lama itu sendiri dapat merugikan.apabila panggul sempit

dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, resiko janin

dan ibu akan muncul infeksi intrapartum bukan saja penyulit bagi ibu tapi

juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonates.

Kemungkinan janin distress dan menebabkan terjadinya insiden asfiskia

semakin besar.sehingga dapat meningkatkan angka kematian neonates.

Selain asfiksia dapat pula terjadi caput suksedaneum, apabila

panggul semput caput ini sering terjadi umumnya terjadi di bagian

terbawah kepala janin. Molase pada kepala janin juga menjadi dampak

partus lama yang di akibatkan oleh his yang kuat, molase dapat

menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin dan

pendarahan intracranial pada janin(10).

2.9 Defini Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas scara spontan dan teratur

segera setelah lahir, seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin

akan mengalami asfiksia setelah persalinan, masalah ini mungkin berkaitan

dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah

persalinan.

Asfiksia berarti pul hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan

asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapa mengakibatkan

kerusakan pada otak atau kematian


18

2.10 Penyebab Asfiksia

Beberapa keadaan pada ibu dengan partus lama dapat menyebabkan

aliran darah ibu yang menuju janin melalui plasenta berkurang, sehingga

aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin hal ini dapat

menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Adapun keadaan ibu, tali pusat dan

janin yang dapat mengakibatkan asfiksia yaitu :

1. Faktor ibu
a. Preeklamsi dan eklamsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan pos matur

2. Faktor Keadaan Tali Pusat


a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Keadaan Bayi
a. Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstrasi

vakum, forcep)
c. Kelainan congenital
d. Air ketuban bercampur mekonium

2.11 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Persiapan yang di perlukan yaitu persiapan keluarga, tempat, alat

resusitasi, dan persiapan diri bagi bidan.

1. Persiapan Keluarga
a. Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga

kemungkinan kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayi,


19

dan mempersiapakan jika kemungkinan akan di lakukan rujukan ke

tenaga kesehatan yang sarana dan prasarananya lebih lengkap.


2. Persiapan Tempat Resusitasi
a. Persiapan yang di lakukan melipuuti ruang bersalin dan tempat

resusitasi:
1) Gunakan ruangan yang hangat dan terang
2) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, cukup keras, bersih,

kering dan hangat misalnya meja, papan, atau di atas papan

beralas tikar, sebaiknya dapat pemancar panas dan tidak

berangin.
b. Keterangan:
1) Ruangan yang hangat akan mencegah hipotermi
2) Tempat resusitasi yang datar dan rata di gunakan untuk

kemudahan pengaturan posisi kepala bayi


3) Untuk sumber pemancar panas dapat di gunakan lampu 60 watt

dan lampu petromak dengan jarak 60 cm dari meja resusitasi,

nyalakan lampu menjelang persalinan


3. Persiapan Alat Resusitasi
a. Sebelum menolong persalinan, selain mempersiapkan alat-alat

persalinan di siapkan pula alat-alat resusitasi dalam keadaan siap

pakai, yaitu :
1) Kain ke 1 : untuk mengeringkan bayi
2) Kain ke 2 : untuk menyelimuti bayi
3) Kain ke 3 : untuk ganjal bahu bayi
4) Alat perhisap lendir deLee atau bola karet
5) Alat ventilasi : tabung dan sungkup atau balon dan sungkup
6) Kotak alat resusitasi
7) Sarung tangan
8) Jam atau pencatat waktu
b. Keterangan
1) Kain yang di gunakan sebaiknya bersih, kering dan hangat dan

dapat menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel dll. Jika

tidak ada gunakan kain panjang atau sarung


20

2) Kain ke 3 untuk ganjal bahu bisa di buat dengan kain, handuk

kecil, kaos atau selendang


c. Cara menyiapkan
1) Kain ke 1 adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air

ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan

terlatih meletakan BBL di perut ibu, sebelum persalinan akan

menyediakan sehelai kain di atas perut ibu, hal ini dapat juga di

gunakan pada bayi asfiksi


2) Kain ke 2 adalah untuk menyelimuti BBL agar trap kering dan

hangat. Kain ke 2 di gelar di atas tempat resusitasi. Saat

memulai resusitasi, bayi yang di selimuti kain ke 1 akan di

letakan di alat resusitasi, di atas gelar kain ke 2.


3) Fungsi kain ke 3 adalah untuk ganjal bahu bayi. Kain di gulung

kira kira setebal 3 cm dan dapat di sesuaikan untuk mengatur

posisi kepala bayi agar sedikit ekstensi (posisi menghidu). Kain

di letakan di sisi dekat penolong.


4) Alat resusitasi yang di masukan kedalam kotak resusitasi yang

berisi penghisap lender de lee atau bola karet dan alat resusitasi

tabung atau balon sungkup di letakan dekat tempat resusitasi,

maksudnya agar sewaktu-waktu mudah di ambil saat di

lakukan tindakan resusitasi terhadap BBL.


4. Persiapan diri
a. Pastikan penolong sudah memakai aalat perlindungan diri untuk

melindungi dari kemungkinan infeksi:


1) Memakai alat perlindungan diri pada persalinan ( celemek

plastic, masker, penutup kepala, kaca mata, alas kaki

tertutup).
21

2) Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci

tangan
3) Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan

campuran alcohol dan gliserin.


4) Mengeringkan dengan kain/tisu bersih
5) Menggunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan
2.12 Hubungan Partus Lama Dengan Asfiksia
Beberapa jurnal yang berjudul hubungan partus lama dengan

asfiksia neonatorum menyatakan bahwa Angka Kematian Bayi Baru Lahir

di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebab utama kematian bayi baru

lahir adalah asfiksia. Faktor terjadinya Asfiksia yaitu faktor ibu, faktor

persalinan, faktor janin dan faktor plasenta dan salah stu dari faktor ibu

sendiri adalah proses persalinanya apakah berlangsung normal ataukah

faotologis, terutama pada kemajuan persalinanya sehingga penelitian

tersebut mendapatkan hasil yaitu terdapat hubungan antara partus lama

dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Maka untuk menghindari

terjadinya asfiksia yaitu dengan mencegah partus lama, asuhan persalinan

mengunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta

kemajuan proses persalinan dan penanganan segera bayi baru lahir.

You might also like