You are on page 1of 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.

H DENGAN

MASALAH UTAMA GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

DI RUANG 12. MADRIM RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

I. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan
dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).

2. Faktor predisposisi dan presipitasi


a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
1) Factor predisposisi citra tubuh
a) Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
b) perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
c) Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi
2) Factor predisposisi harga diri.
a) Penolakan dari orang lain
b) Kurang penghargaan
c) Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu diturut, terlalu
dituntut dan tidak konsisten
3) Faktor predisposisi peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situai dan
sehat-sakit
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan
secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran
yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang sesuai
d) Peran yang terlalu banyak
4) Factor predisposisi identitas diri
a) Ketidak percayaan orang tua dan anak
b) Tekanan dari teman sebaya
c) Perubahan dari struktur social

b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
1) Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat individu sulit
menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam
kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
2) Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang beragam, transisi
peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan sehat sakit.

3. Manifestasi klinik
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan social
e. Percaya diri kurang
f. Mencederai diri
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah,
Fitria (2009) :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap lawan bicara
i. Lebih banyak menunduk
j. Bicara lambat dengan nada suara lemah

4. Pohon masalah
Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

Gangguan ideal diri tidak realistis


5. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga
klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa
medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL
(Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine
HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal,
Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok
(TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998,hal.728).

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat,2005,hal.49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam
bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara
sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).

6. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Gangguan ideal diri tidak realistis
3. Isolasi sosial : menarik diri
7. Fokus intervensi
Tujuan Umum : Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat mengindentifikasi perubahan citra tubuh
1) Kriteria hasil :
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat
mengindentifikasi perubahan citra tubuh
2) Rencana tindakan
a) Diskusikan perubahan struktur, bentuk, atau fungsi tubuh
b) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.
b. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
1) Kriteria hasil :
Dengan menggunakan komunikasi therapeutik diharapkan klien dapat menilai
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Rencana tindakan
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh,
intelektual, dan keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
b) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki
klien.
c. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
1) Kriteria hasil :
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat menerima realita
perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
2) Rencana tindakan
a) Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara
bertahap.
b) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh.
c) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.
d. Klien dapat menyusun rencana cara cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
1) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat menyusun
rencana cara cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2) Rencana tindakan
a) Diskusikan cara cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
b) Dorong klien untuk memilih cara yang sesuai bagi klien.
c) Bantu klien melakukan cara yang dipilih.
e. Klien dapat melakukan tindakan penngembalian integritas tubuh.
1) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat melakukan
tindakan pengembalian integritas tubuh.
2) Rencana tindakan
a) Menbantu klien mengurangi perubahan citra tubuh
b) Rehabilitasi bertahap bagi klien

DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta : EGC

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terinteraksi Dengan

Keluarga. Edisi 1. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

You might also like