You are on page 1of 23

BAB II

LANDASAN TEOR1 DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Proses Pembelajaran Matematika


1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan
latar belakang pandangan maupun teori yang dianut. Secara psikologi,
belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai basil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Burton dalam (Mappa, S. dkk., 1994, hal. 5),"Learning is
a change in the individual, due to interaction of that individual and his
environment, which fills a need and makes him more capable of dealing
adequately with environment". Dari definisi ini dapat diartikan bahwa
belajar adalah perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya
dengan lingkungan, untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih
mampu melestarikan lingkungannya secara memadai. Sedangkan Fontana
dalam (Suherman, E. dkk., 2003, hal. 7) mengungkapkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku individu yang relatif permanen
sebagai hasil dari pengalaman. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
Morgandalam(Mulyati, 2005, hal. 4) bahwa "Learning is any relatively
permanent change in behaviour that is a result of past experience".
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
berkaitan dengan perubahan perilaku yang didahului oleh proses. Dalam
penelitian ini belajar didefinisikan sebagai suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
nilai, dan sikap.
Sedangkan pembelajaran, seperti yang dikemukakan (Suherman,
E. dkk., 2003, hal. 7)merupakan upaya mengkondisikan lingkungan yang
memberi nuansa agar proses belajar turnbuh dan berkembang secara
optimal.

7
Pembelajaran secara khusus menurut beberapa teori belajar
diungkapkan (Sugandi, A. & Haryanto, 2004, hal. 9)sebagai berikut.
a.Bihavioristik
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus.), agar terjadi
hubungan stimulus dengan tingkah laku siswa.
b.Kognitif
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang
dipelajari.
c.Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran
sehingga siswa lebih mudah mengorganisimya (mengaturnya) menjadi
suatu pola hermakna.
d.Humanistik
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memilih hahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai minat dan
kemampuannya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditunjukan
dengan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih baik untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
Guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan kondisi belajar yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan
pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan suasana yang kondusif
bagi semua siswa agar dapat belajar dalam suasana "fim" dan tercipta
pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning). Suasana yang tidak
menyenangkan biasanya mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang
kurang harmonis sehingga siswa tidak nyaman dan tidak memperhatikan
pelajaran. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya
tujuan pembelajaran.
2. Matematika
a. Pengertian
Menurut (Suherman, E. dkk., 2003, hal. 15) matematika berasal dari
bahasa Yunani mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Matematika
dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika merupakan suatu
bahan kajian yang meini I iki objek abstrak. Ciri utama matematika adalah
penalaran deduktif sehingga matematika dikenal sebagai ilmu deduktif yaitu
kebenaran suatu konsep/pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelurnnya. Keterkaitan antar konsep inilah yang menjadikan
matematika bersi fat konsi sten.
b. Fungsi dan tujuan
(Depdiknas, 2003, hal. 6) mengemukakan matematika berftmgsi
mengembangkan kernampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan
menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri dan
pengelolaan data. Matematika juga berfungsi mengembangkan
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model
matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika,
diagram, grafik, atau tabel.
Melalui kegiatan penyelidikan, mengkonstruk, bertanya
(Questioning), dan menemukan (Inquiry) dalam pemecahan masalah ini
dapat melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten. Hal ini merupakan salah sate tujuan
pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran matematika lainnya
adalah mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam
menyelesaikan masalah.
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, dikembangkan
pembelajaran yang mengaktifkan siswa melalui kegiatan penyelidikan,
bertanya (Questioning), mengkonstruk, dan menemukan konsep untuk
memecahkan masalah dengan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga siswa dapat berlatih berpikir kritis, kreatif, dan logis sesuai yang
diharapkan dalam fungsi dan tujuan dikembangkannya matematika.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru
mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada
siswanya yang di dalamnyadimiliki sebelumnya dalam rangka
memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik, S.;
Rudnick, J. A., 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali dengan
konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai
dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat
diwujudkan melalui kemampuan reasoning (penalaran).
Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran
memiliki lima langkah pembelajaran (Krulik, S.; Rudnick, J. A., 1996),
yaitu:
1. Membaca dan berpikir (Read and Think) yaitu mengidentifikasi
fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan
seting pemecahan,
2. Mengeksplorasi dan merencanakan (Explore and Plan) yaitu
pengorganisasian informasi, melukiskan diagram pemecahan,
membuat tabel, grafik, atau gambar,
3. Menseleksi strategi (Select a Strategi) yaitu menetapkan pola,
menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi,
deduksi logis, menulis persamaan,
4. Menemukan jawaban (Find an Answer) yaitu mengestimasi,
menggunakan keterampilan komputasi, aljabar, dan geometri,
5. Refleksi dan perluasan (Reflect and Extend) yaitu mengoreksi
jawaban, menemukanaltematif pemecahan lain, memperluas konsep
dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan
masalah-masalah variatif yang orisinil.
Guru lebih berperan sebagai pembimbing, konsultan, sumber kritik
yang konstruktif, fasilitator. Peran tersebut dapat ditampilkan dalam
proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah. Sarana
pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang
mampu membangkitkan proses berpikir dasar, kritis, kreatif, berpikir
tingkat tinggi, dan strategi pemecahan masalah non rutin, dan masalah-
masalah non rutin yang menantang siswa untuk melakukan upaya
reasoning dan problem solving.
Melalui implementasi model pembelajaran reasoning and problem
solvingini siswa dilatih berpikir kritis dan kreatif, sehingga kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan
menggunakan pengetahuan secara bennakna dapat dipertajam.
Sedangkan dampak pengiringnya adalah keterampilan proses,
kemandirian, toleransi, kerja keras dan pantang menyerah juga dapat
terbina dengan baik. Munurut Polya dalam(Hudojo, H., 2003, hal. 150),
terdapat dua macam masalah :
1. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau
konkret, termasuk teka-teki. Kita harus mencari variabel masalah
tersebut, kern udian mencoba untuk mendapatkan, menghasilkan
atau mengkonstruksi semua jenis objek yang dapat dipergunakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa
suatu pertanyaan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya.
Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi
dari suatu teorema yang hams dibuktikan kebenarannya.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan
dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai memperoleh
penyelesaian. Peran guru claim kegiatan itu adalah memotivasi siswa
agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses
pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang
pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah yang diluar
jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi mereka.
1. Tujuan Pembelajaran Problem Solving
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran problem solving
adalah seperti apa yang dikemukakan oleh (Hudojo, H., 2003, hal.
155), yaitu sebagai berikut:
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali
hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah
intrinsik bagi siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui
proses melakukan penemuan.
2. Langkah -langkah Pembelajaran Problem Solving
Adapun iangkah-langkah pembelajaran problem solving yaitu
sebagai berikut:
a. Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
b. Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
c. Menentukan strategi penyelesaian.
d. Menyelesaikan masalah.
Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya dalam (Hudojo, H
2003, hal. 162), menjelaskan bahwa prosedur dalam menyelesaikan
problem solving yaitu sebagai berikut:
a. Pemahaman terhadap masalah.
b. Perencanaan penyelesaian masalah.
c. Melaksanakan perencanaan.
d. Melihat kembali penyelesaian.
Sedangkan penyelesaian masalah menurut J. Dewey dalam
(Hudojo, H., 2003, hal. 163), ada enam tahap:
a. Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah
secara jelas.
b. Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
c. Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati =rig
lingkup, sebab akibat
dan alternatif penyelesaian.
Mengumpulkan dan mengelornpokkan data sebagai bahan pernbuktian
hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam
bentuk diagram, gambar.
e. Pembuktian hipotesis: cakap menelaah dan membahas data,
menghitung dan
rnenghubungkan, keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat alteniatif
penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat
yang akan terjadi pada setiap langkah.
14
Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan bagian
dari kurikulum yang sangat penting karena melalui pembelajaran reasoning
and problem
solving siswa memperoleh periga1aman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimilikinya untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin. Sebagaimana diungkapkan oleh (Sumarmo, U., 1994,
ha]. 8), pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, atau menemukan
teknik atau produk baru.
Menurut (Sudjimat, D. A., 1995), belajar pemecahan masalah pada
hakekatnya adalah belajar berpikir (learning to think) atau belajar bernalar
(learning to reason), yaitu berpikir atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-
masalah baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Karena itu pembelajaran
reasoning and problem solvingharus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
merangsang mahasiswa untuk berpikir dan mendorong rnengg.unakan pikirannya
secara sadar untuk memecahkan masalah.
Polyadalam (Zevenbergen, R. dkk., 2004, hal. 108) menyatakan bahwa,
pemecahan masalah terdiri dari empat langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. memahami masalah,
Pada tahap pertama ini siswa dibimbing untuk memahami permasalahan
yang dihadapinya dengan jelas, memperoleh gambaran secara lengkap dari
apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan serta bertanya di mana ada hal-hal yang
kurang jelas dalam masalah tersebut. Tahap ini jugs dapat dikatakan
sebagai pondasi untuk melangkah pada tahap selanjutnya. Dalam proses
pembelajaran matematika, siswa dikatakan dapat memahami masalah kalau
is mampu menuliskan sernua hal atau data-data yang diketahui dan
ditanyakan dari masalah tersebut.
b. menyusun rencanaimelaksanakan penyelesaian,
Dalam tahap ini siswa dibimbing agar dapat mengidentifikasikan dan
mampu untuk mengubah masalah menjadi lebih jelas, serta menyiapkan
berbagai strategi atau metode untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
Pengalaman dalam menyelesaikan masalah, membuat siswa lebih kreatif
dalam menyusun /merencanakan
15
penyelesaian/solusi pemecahan dari suatu masalah. Siswa dikatakan dapat
merencakan penyelesaian jika mampu membuat sistematika langkah-
langkah penyelesaiannya_
c. melaksanakan rencana/perhitungan,
Jika rencana penyelesaian telah disusun, selanjutnya dilakukan
penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.
Dalam menyelesaikan masalah siswa diberikan kesempatan untuk
menggunakan alternatif lain dalam memecahkan masalah tersebut atau cara
menyelesaikan masalah boleh lebih dari satu kemungkinan jawaban.
d Memeriksa kembali.
Langkah terakhir adalah melakukan pengecekan atau memeriksa
kembali atas apa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Siswa
dibimbing untuk memeriksa apakah proses dan hasil tersebut sudah
dikerjakan dengan baik dan benar. Dengan cara seperti ini, maka
kesalahan-kesalahan yang mungkin ada pada tiga tahap sebelumnya akan
terkoreksi kembali sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah dengan
tepat.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahawa,
tahapan-tahapan
dalam pemecahan masalah secara sederhana mengacu kepada yang disampaikan
oleh Polya. Polya dalam (Zevenbergen, R. dkk., 2004, hal. 109), menguraikan
strategi pemecahan masalah sebagai berikut. (a) Membuat tabel, (b) Menggambar,
(c) Berpikir keras, (d) Mencoba, (e) Melihat pola, (f) Menebak dan mengecek, (g)
Mengidentifikasi informasi yang tidak dibutuhkan, (h) Menggunakan contoh
sederhana, (i) Mengidentifikasi alternative lain, (j) Membuat generalisasi, (k)
Menghitung kembali, (1) Mengecek jawaban.
1b

C. Kerangka Berpikir
ProblemSolving menuntut kesungguhan dan kreativitas siswa dalam
menyelesaikannya. Dibutuhkan proses berpikir yang lebih tinggi untuk
menyelesaikan soal-soal tersebut dibandingkan dengan proses berpikir untuk
menyelesaikan soal-soal rutin. Siswa dituntut untuk mengantisipasi berbagai
kemungkinan jawaban atau berbagai cara yang mungkin untuk menemukan
jawaban yang benar.
Dengan mengimplementasikan pembelajaran reasoning and problem
solvingdiharapkan mampu mendorong siswa untuk menciptakan ide Baru,
atau menemukan teknik atau produk barudengan mengoptirnalkan
kemampuan berpikir atau bernalar, mengaplikasikan pengetahuan-
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-
masalah problem solving. Proses tersebut akan melatih siswa untuk
senantiasa berpikir kritis dalam menerima dan mengelola konsep-konsep
yang mereka dapatkan. Dengan proses ini, mereka akan berusaha
mengaitkan segala potensi pengetahuan yang ada dalam din mereka untuk
digunakan dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan pemecahan masalah
merupakan jantungnya matematika, artinya kemampuan pemecahan
masalah merupakan kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika,
karena pada hakikatnya belajar matematika adalah belajar memecahkan
masalah.Pembelajaran reasoning and problem solvingmerupakan suatu
aktivitas intelektual untuk mencari penyelesaiaan masalah yang dihadapi
dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki.
Kemampuan komunikasi matematis dapat dikembangkan dengan
menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematik;
menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan
dengan benda nyata, garnbar, grafik dan aljabar; menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam Bahasa simbol matematika; mendengarkan, berdiskusi, dan
menulis tentang matematika; mencoba dengan pemahaman suatu presentasi
matematika tertulis, membuat konjektur, menyusun argumen. merumuskan
definisi dan
7
generalisasi; menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang
telah dipelajari.
Masalah yangdiberikanharus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
mendorong siswa untuk berpikir dan menggunakan pikirannya secara sadar
untuk memecahkan masalah dengan baik dan menyampaikan ide-ide tersebut
melalui Bahasa simbol, gambar, grafik baik secara lisan dan tulisan yang
merupakan bagian dari koinunikasi matematis.
D. Hipotesis Tin d a kan
Berdasarkan uraiandi atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah
melalui implementasi pembeiajaran reasoning and problem .sv/vingmaka
kemampuan pemecahan masalah siswa SMA N 1 Sumber Tahun Pelajaran
2013/2014 pada materi Dimensi Tiga dapat ditingkatkan.
19
D.
Si
kl
us
K
eg
ia
ta
n
Si
kl
us
I
1. Perencanaan
a.Guru menyusunRencana Pembelajaran dan Silabus tentang Dimensi
Tiga.
b.Guru membentuk kelompok belajar secara heterogen, tiap kelompok
heranggotakan 4 atau siswa dengan penyebaran tingkat kecerdasan.
c.Guru menyiapkanlmerancang Lem bar Kegiatan Siswauntuk didiskusikan
bersama kelompok.
d.Guru mempersiapkan tugas rumah untuk pendalaman mated.
e.Guru menyiapkan kisi-kisi, soal-soal kuis beserta kunci dan pedoman
penskorannya.
f.Guru mempersiapkan lembar pengamatan guru dan siswa.
2. Pelaksanaan
a.Guru memberikan apersepsi dan menginformasikan konsep dan tujuan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Reasoning and
Problem Solvingserta memotivasi siswa.
b.Guru menyampaikan sekilas tentang mated pembelajaran dan
mendemonstrasikan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
menggunakan langkah-langkah Polya.
c.Guru membagi kelompok belajar siswa yang terdiri dad 4 sampai 5 orang
dan menyiapkan sarana pembelajaran yang berasosiasi dengan model
pembelajaran Reasoning and Problem Solving, serta membagikan LKS
kepada tiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara
berkelompok.
d.Bersama kelompoknya Siswa diminta membaca, mengamati dan
mengidentifikasi (read and think) mengeksplorasi dan merencanakan
(Explore and Plan), memilih strategi yang tepat (Select a Strategi),
menemukan jawaban (Find an Answer), mengoreksi dan
menggeneralisasi (Reflect and Extend)serta berusaha menemukan
20
konsep atau prinsip matematika melalui diskusi dalam kelompok
dengan bantuan LKS
e.Guru menanyakan kesulitan siswa dalam melengkapi LKS dan memberi
umpan balik kemudian menyuruh siswa secara acak, untuk
mengkomunikasikan temuan penyelesaiannya di depan kelas dan
kelompok yang lain menanggapi.
f.Dengan metode tanya jawab, guru mengungkapkan kembali penyelesaian
soal sambi1 mengungkapkan teorilmateri pendukungnya
g.Setelah selesai, siswa mengumpulkan LKS yang sudah dilengkapi.
Nilai basil pekerjaan LKS kontekstual tersebut digunakan sebagai
penilaian autentik (Authentic Assesment) untuk nilai kelompok.
Sedangkan nilai individu diambil dari nilai kuis yang dilakukan di
akhir siklus. Kemudian guru membubarkan kelompok yang
dibentuk dan siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing.
h.Siswa bersama guru menarik beberapa kesimpulan tentang materi
yang dipelajari. Pada akhir pembelajaran guru menanyakan
pendapat siswa mengenai kegiatan belajar hari ini dan memberikan
tugas rumah (PR) untuk dikerjakan secara individu.

3. Evaluasi

a.Guru mengamatiketrampilan pemecahan masalah dan keaktifan siswa


melalui lembar observasi dalam pembelajaran siklus 1.
b.Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai
dari pennasalahan yang muncul pada awal pelajaran hingga akhir
pelajaran. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang
indikator keaktifan yang telah disiapkan.
c.Guru memberi tes untuk akhir siklus 1
4. Refleksi
a. Guru menganalisis hasil pengamatan dan hasil tes. Selanjutnya membuat
suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan
siklus 1.
21
b. Membuat suatu perbaikan tindakan atau rancangan revisi berdasar basil
analisis pencapaian indikator-indikator tersebut.
Siklus II
1. Pereneanaan
a.Meninjua kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 2
yakni Silabus, RPP tentang jarak garis dan bidang.Penekanan
perencanaan disini adalah menyiapkan siswa benar-benar slap
melaksanakan pembelajaran selanjutnya.
b.Menyiapkan LKS, tugas rumah maupun coal: Soal-soal dikerjakan dalam
kelompok. Bahan ini diberikan pada saat pembelajaran.
2. Pelaksanaan
a.Guru memberikan apersepsi dan menginformasikan konsep dan tujuan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Reasoning and
Problem Solvingserta mernotivasi siswa.
b.Guru menyampaikan sekilas tentang materi pembelajaran dan
mendemonstrasikan menyelesaikan soal-coal pemecahan masalah
menggunakan langkah-Iangkah Polya.
c.Guru membagikan LKS kepada tiap kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan secara berkelompok.
d.Bersarna kelompoknya Siswa diminta membaca, mengamati dan
mengidentifikasi (read and think) mengeksplorasi dan merencanakan
(Explore and Plan), memilih strategi yang tepat (Select a Strategi),
menemukan jawaban (Find an Answer), mengoreksi dan
menggerteralisasi (Reflect and Extend)serta berusaha menemukan
konsep atau prinsip matematika melalui diskusi dalam kelompok
dengan bantuan LKS
e.Guru menanyakan kesulitan siswa dalam melengkapi LKS dan memberi
umpan hal ik kemudian menyuruh siswa secara acak, untuk
mengkomunikasikan temuan penyelesaiannya di depan kelas dan
kelompok yang lain menanggapi.
10
terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika
yang arnat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut
(Suyitno. A., 2004, hal. 2).
Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya
rnemilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, teknik, dan
model yang mendorong siswa agar mampu bernalar, berpikir kritis,
kreatif dan logis.Pendekatan dan stategi pembelajaran matematika
hendaknya mengikuti kaidah pedagogik secara mum, yaitu pembelajaran
diawali konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks dan clari mudah
ke sulit, dengan menggunakan berbagai somber belajar.
B. Pembelajaran Reasoning and Problem Solving
Reasoning (Penalaran) merupakantingkatan berpikir yang berada di
atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical
thinking,dancreative thinking. Kemampuan memahami konsep termasuk
dalambasic thinking. Sedangkan kemampuan criticalthinking adalah
menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang berfokus
pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi
dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang
dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan
kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan
creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks,
inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide.
Problem sebagaimana diungkapkan Mason dan Davis dalam
(Zevenbergen, R. dkk., 2004, hal. 107) "is something that gets inside the head of
the learners so that they become motivated and challenged by the task or
question". Jadi masalah dapat berarti suatu situasi yang tak jelas jalan
pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban dan problemsolving adalah upaya individu atau kelompok
untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan
yang telah
BAB HI
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1.Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada pertengahan semester II tahun pelajaran 2013/2014.
2.Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sumber yang
terletak di J1. Raya Sumber Rembang Km 2, Kecamatan Sumber, Kabupaten
Rembang.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Subyek yang akan diteliti atau sampel yang akan diteliti ialah siswa yang
mendapat pembelajaran Dimensi Tiga pada semester II kelas X-3 SMA N 1
Sumber tahun ajaran 2013/2014.
Materi yang diberikan adalah materi menyangkut Dimensi Tiga.
Kompetensi Dasar yang harus dicapai adalah:
1.Mematiami konsep jarak dan sudut antar titik, garis dan bidang melalui
demonstrasi menggunakan alat peraga atau media lainnya.
2.Menggunakan berbagai prinsip bangun datar dan ruang serta dalam
menyelesaikan masalah nyata berkaitan denga.n jarak dan sudut antara titik,
garis dan bidang
C. Prosedur yang Digunakan
Penelitian tindakan kelas ini oleh peneliti dirancang tiga siklus.Pada setiap
siklus memuat 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi.

18
22
f.Dengan metode tanya jawab, guru mengungkapkan kembali penyelesaian
soal sambil mengungkapkan teori/materi pendukungnya
g.Setelah selesai, siswa mengumpulkan LKS yang sudah dilengkapi. Nilai
basil pekerjaan LKS kontekstual tersebut digunakan sebagai penilaian
autentik (Authentic Assesment) untuk nilai kelompok. Di akhir siklus
dilakukan kuis untuk diambil nilai individu dari nilai kuis yang
diperoleh. Kemudian guru membubarkan kelompok yang dibentuk
dan siswa kembali ke tempat duduknya musing-masing.
h.Siswa bersama guru menarik beberapa kesimpulan tentang materi yang
dipelajari.
i.Pada akhir pembelajaran guru menanyakan pendapat siswa mengenai
kegiatan beiajar hari ini dan memberikan tugas rumah (PR) untuk
dikerjakan secara individu.
3. Evaluasi
a.Guru mengamati apakah keaktifan siswa yang sudah dapat dilaksanakan
oleh siswa dalam pembelajaran siklus 2.
b.Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai
dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran hingga akhir
pelajaran. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang
indikator keaktifan yang telah disiapkan.
c.Guru memberi tes untuk akhir siklus 2
4. Refleksi
a.Guru menganalisis hasil pengamatan dan basil tes. Selanjutnya membuat
suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan
siklus 2.
b.Membuat suatu perbaikan tindakan atau rancangan revisi berdasar hasil
analisis pencapaian indikator-indikator tersebut.
Siklus III
II. Perencanaan
a. Meninjua kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk
siklus 2 yakni Silabus, RPP tentang trigoometri sudut.Penekanan
perencanaan disini adalah menyiapkan siswa benar-benar slap
melaksanakan tugas terstruktur selanjutnya.
":3
b. Menyiapkan LKS, togas rumah maupun soal: Soal-soal dikerjakan dalam
kelompok. Bahan ini diberikan pada saat pembelajaran.
2. Pelaksanaan
a. Guru memberikan apersepsi dan menginformasikan konsep dan tujuan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Reasoning and
Problem Solvingserta memotivasi siswa.
b Guru menyampaikan sekilas tentang materi pembelajaran dan
mendemonstrasikan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
rnenggunakan [angkah-langkah Polya.
c.Guru membagikan LKS kepada tiap kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan secara berkelompok.
d.Bersama kelompoknya Siswa diminta membaca, mengamati dan
rnengidentifikasi (read and think) mengeksplorasi dan merencanakan
(Explore and Plan), memilih strategi yang tepat (Select a Strategi),
menemukan jawaban (Find an Answer), mengoreksi dan menggeneralisasi
(Reflect and Extencsena berusaha menemukan konsep atau prinsip
maternatika melalui diskusi dalam kelompok dengan bantuan LKS.
e.Guru menanyakan kesulitan siswa dalam melengkapi LKS dan memberi
umpan batik kemudian menyuruh siswa secara acak, untuk
mengkomunikasikan temuan penyelesaiannya di depan kelas dan kelompok
yang lain menanggapi.
f Dengan metode tanya jawab, guru mengungkapkan kembali penyelesaian soal
sambil mengungkapkan teori/materi pendukungnya
g, Setelah selesai, siswa mengumpulkan LKS yang sudah dilengkapi. Nilai
hasil pekerjaan LKS kontekstual tersebut digunakan sebagai penilaian
autentik (Authentic Assesment) untuk nilai kelompok. Di akhir sikl us
dilakukan kuis untuk diambil individu dari nilai kuis yang diperoleh.
Kemudian guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan siswa kembali
ke tempat duduknya masing-masing.
h. Siswa bersama guru menarik beberapa kesimpulan tentang inateri yang
dipelajari.
24
i. Pada akhir pembelajaran guru menanyakan pendapat siswa mengenai
kegiatan belajar hari ini dan memberikan tugas rurnah (PR) untuk
dikerjakan secara individu.
3. Evaluasi
a.Guru mengamati apakah keaktifan siswa yang sudah dapat dilaksanakan
oleh siswa dalam pembelajaran siklus 2.
b.Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai
dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran hingga akhir
pelajaran. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang
indikator keaktifan yang telah disiapkan.
c.Guru memberi tes untuk akhir siklus 2
4. Racks'
a.Guru menganalisis hasil pengamatan dan hasil tes. Selanjutnya membuat
suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan
siklus 2.
b.Membuat suatu perbaikan tindakan atau rancangan revisi berdasar hashl
analisis pencapaian indikator-indikator tersebut.
E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.Nilai rata-rata kelas untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik X73 dengan persentase ketuntasan klasikal >75 %.
2.Skor rata-rata ketrampilan pemecahan masalah matematika peserta didik
dalam pembelajaran > 2,5 yang diambil dengan menggunakan lembar
pengamatan ketrampilan pemecahan masalah.
3.Skor rata-rata karakter kerja keras dalam kegiatan pembelajaran 2,5 yang
diambil dengan mengunakanlembar pengamatan.
F. Cara Pengambilan dan Pengolahan Data
Berbagai data yang dikumpulkan dalam penelitian dan teknik pengambilan
data tersebut dapat dil i hat secara ringkas pada tabel berikut.
No Data Alat/Instrumen Metode/Prosedur

1 Nilai kemampuanpemecahan masalah tes Tes akhir setiap


matematika peserta didik siklus

2 Skor aktivitasketrampilan pemecahan Lembar Pengamatan


masalah matematika peserta didik observasi

3 Refleksi sikap (karakter kerja keras) Lembar Pengamatan


peserta didik dalam pembelajaran observasi

You might also like