You are on page 1of 18

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG)

Paket solusi pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBG, biogas generator) dengan
memanfaatkan gas metan limbah cair dengan biaya produksi listrik lebih murah
ketimbang pembangkit listrik diesel.

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG) adalah pembangkit listrik yang


dihasilkan oleh energi yang berasal dari biogas --gas yang dihasilkan oleh
aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik cair--. Kandungan
utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan energi
listrik.
Salah satu sumber bahan baku biogas yang potensial untuk dimanfaatkan adalah
limbah cair sawit. PLTBG mengolah limbah cair sawit POME (palm oil mill effluent)
menjadi energi listrik. Listrik dari biogas ini dapat menaikkan rasio elektrifikasi
sekaligus mengurangi subsidi energi energi fosil yang masih banyak digunakan
di Indonesia. PLTBG memanfaatkan gas metan dari limbah sawit dengan biaya
produksi listrik lebih murah ketimbang pembangkit listrik diesel PLN.
Perencanaan PLTBG sangat dipengaruhi oleh wilayah yang bersangkutan
terutama kesinambungan bahan baku.
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS (PLTBG) DARI KOTORAN TERNAK SAPI

Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan
emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk
segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah
Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber
energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut
menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif
pengganti bahan bakar minyak.
Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas dari kotoran ternak sapi; yaitu
suatu energi yang dihasilkan dari proses biodegradasi dengan bantuan bakteri
dalam kondisi anaerob pada material organik (kotoran sapi). Keuntungan yang
didapat dari proses pemanfaatan kotoran sapi bagi pemilik peternakan sapi
adalah menambah penghasilan dari penjualan pupuk organik dan menghemat
pengeluaran biaya penggunaan listrik. Sebenarnya pemanfaatan kotoran sapi
dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi jika dilakukan dengan cara
membangun Pembangkit Listrik TenagaBiogas (PLTBG).
Biogas
Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia,
biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang
pencerna (digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut
terbesar adalah gas Methan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Gas methan
(CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang
berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi,. Karena nilai kalor
yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan sumber
energi. Sistim produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan seperti:
(1) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (2) mengurangi polusi bau yang tidak
sedap, (3) sebagai pupuk dan (4) produksi energi.
Karakteristik Kandungan Biogas
Untuk tulisan kali ini, ada baiknya kita bahas mengenai apa saja yang
terkandung dalam biogas ini dan apa saja akibatnya terhadap sebuah system
pembakitan listrik berbasis biogas ini. Adapun Biogas mengandung beberapa
komponen yaitu :
CO2, sekitar 25% sampai 50% per volume, akibat yang ditimbulkan kandungan
CO2 yaitu menurunkan nilai kalori, meningkatkan jumlah methane dan anti
knock pada engine, menyebabkan korosi (kurangnya kandungan karbon acid)
jika gas dalam keadaan basah, serta merusak alkali dalam baan bakar biogas ini.
H2S, sekitar 0 sampai 0,5%, akibat yang ditimbulkan kandungan H2S yaitu :
mengakibatkan korosi pada peralatan dan system perpipaan (stress corrosion)
oleh karena itu banyak produsen mesin menetapkan batas maksimal H2S yang
terkandung hanya 0,05% saja.
NH3, sekitar 0-0,05%, emisi NOx setelah pembakaran merusak kandungan
bahan bakar biogas ini, dan meningkatkan sifat anti-knock pada engine.
Uap air, sekitar 1-5%, dapat menyebabkan korosi, resiko pembekuan, pada
peralatan, instrument, plant dan system perpipaan.
Debu/ Dust, sekitar >5m, mengakibatkan terhalangnya nozzle, dan kandungan
biogas.
N2, sekitar 0-5%, akibat yang ditimbulkan yaitu mengurangi kandungan nilai
kalori, dan meningkatkan anti-knock pada engine.
Siloxanes, sekitar 0-5mg m-3 , mengakibatkan terjadinya abrasive dan kerusakan
pada mesin.
Sistem Produksi Biogas
Sistem produksi biogas dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya, yaitu
pengisian curah dan pengisian kontinyu.
- Pengisian Curah
Sistem Pengisian Curah (SPC) adalah cara pengantian bahan yang dilakukan
dengan mengeluarkan sisa bahan yang sudah dicerna dari tangki pencerna
setelah produksi biogas berhenti, dan selanjutnya dilakukan pengisian bahan
baku yang baru. Sistem ini terdiri dari dua komponen,yaitu tangki pencerna dan
tangki pengumpul gas. Untuk memperoleh biogas yang banyak, sistem ini perlu
dibuat dalam jumlah yang banyak agar kecukupan dan kontinyuitas hasil biogas
tercapai.
- Pengisian Kontinyu
Sistem Pengisian Kontinyu (SPK) adalah bahwa pengisian bahan baku kedalam
tangki pencerna dilakukan secara kontinyu (setiap hari) tiga hingga empat
minggu sejak pengisian awal, tanpa harus mengelurkan bahan yang sudah
dicerna. Bahan baku segar yang diisikan setiap hari akan mendorong bahan
isian yang sudah dicerna keluar dari tangki pencerna melalui pipa pengeluaran.
Keluaran biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos bagi tanaman, sedang
cairannya sebagai pupuk bagi pertumbuhan algae pada kolam ikan. Dengan SPK,
gas bio dapat diproduksi setiap hari setelah tenggang 3 - 4 minggu sejak
pengisian awal. Penambahan biogas ditunjukkan dengan semakin terdorongnya
tangki penyimpan keatas (untuk tipe floating dome). Sedangkan untuk digester
tipe fixed dome pernambahan biogas ditunjukkan oleh peningkatan tekanan
pada manometer. Sampai pada tinggi tertentu yang dianggap cukup, biogas
dapat dipakai seperlunya secara efisien.
Teknologi Biogas
Teknologi biogas adalah proses penguraian limbah ternak oleh bakteri anaerob
(bakteri Aceton dan Metan) dalam suatu tangki pencerna (digester). Dari proses
tersebut dihasilkan gas bio dan pupuk slurry. Bahan bangunan yang dipakai
adalah material setempat, yang sebagian besar terdiri dari pasangan batu kali,
pasangan batu bata, serta beton.
Bangunan yang diperlukan dalam proses bio digester adalah:
- Bak Pemasukan (inlet)
Bak yang berguna sebagai penampung kotoran dan air kencing ternak (sapi)
sebelum dimasukkan di dalam digester. Bak pemasukan ini dilengkapi dengan
penyaring agar sisa rumput atau benda lain yang tidak dikehendaki masuk ke
dalam digester dapat tersaring dan dibersihkan.
- Digester
Digester adalah bangunan ruangan (tandon) sebagai tangki pencerna untuk
memproses limbah organik misalnya kotoran sapi, air kencing dan air, sebagai
tempat bakteri anaerob menguraikan limbah isian tersebut selama waktu
tertentu. Dari proses fermentasi limbah tersebut akan menghasilkan gas bio,
serta slurry (sisa keluaran setelah di proses sebagai pupuk organik) yang siap
pakai dengan unsur hara yang tinggi.
Gas bio adalah campuran gas yang terdiri dari bermacam-macam gas, antara
lain : CH4 (methana) sebagai unsur utama , CO2, dan gas-gas lainnya yang
kandungannya sangat sedikit. Dari proses permentasi limbah tersebut akan
mengeluarkan sisa yang bernama slurry dimana slurry mengandung unsur-
unsur : N, P, K, Ca, Mg, yang sangat dibutuhkan sebagai pupuk bagi tanaman.
- Bak Pengeluaran
Bak Pengeluaran adalah bak sebagai tampungan
limpahan slurry dari digester dan bila telah penuh menuju ke bak
penampungan slurry.
- Bak Penampung Slurry
Bak ini berfungsi sebagai tempat menampung slurry luapan dari Bak
Pengeluaran. Slurry di Bak Penampungan digunakan untuk
menyaring/memisahkan slurry cair untuk dikeringkan sehingga ringan
pengangkutannya, mudah dikemas dalam plastik untuk dijual. Dalam keadaan
basah/ cair kandungan unsur haranya sangat tinggi. Penggunaan pupuk dalam
keadaan basah/cair sangat dianjurkan sehingga tidak perlu melalui penyaring ini.
- Bak Pengencer Slurry
Bak pengencer Slurry ini digunakan untuk menambah kandungan oksigen yaitu
secara aerasi dan bisa diencerkan dengan tambahan air sehingga bisa
dimanfaatkan untuk ternak lele.
Proses Terjadinya Gas Bio dan Manfaatnya
Kotoran sapi yang dicampur dengan air kencing/air dicampur dalam bak
pemasukan (inlet) selanjutnya disebut manure, masuk ke digester. Kandungan
metan dalam biogas kurang lebih 60 % dan gas bio yang terbentuk. Gas metan
(CH4) ini yang digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan sehari-hari,.
Produksi gas bio menurut Nurhasanah (2007) satu ekor sapi untuk suhu (23-32)
C antara (600-1.000) liter biogas/hari. Untuk 15 ekor sapi gas- bio yang
dihasilkan 9000-15000 liter/hari. Sisa dari proses tersebut di atas
keluarlah slurry cair yang merupakan pupuk organik yang mengandung unsur
makro yang dibutuhkan tanaman.
Kaji Teoritik Sistem Konversi Energi
Perubahan biogas menjadi energi listrik dilakukan dengan memasukkan gas
dalam tabung penampungan kemudian masuk ke conversion kit yang berfungsi
menurunkan tekanan gas dari tabung sesuai dengan tekanan operasional mesin
dan mengatur debit gas yang bercampur dengan udara didalam mixer,
dari mixer bahan bakar bersama dengan udara masuk kedalam mesin dan
terjadilah pembakaran yang akan menghasilkan daya untuk menggerakkan
generator yang menghasilkan energi listrik. Karakterisrik pembakaran yang
terjadi pada mesin diesel berbeda dengan pembakaran pada mesin bensin.
Karakteristik Pembakaran Biogas Didalam Mesin Diesel
Bahan bakar biogas membutuhkan rasio kompresi yang tinggi untuk proses
pembakaran sebab biogas mempunyai titik nyala yang tinggi 645 0C 750 0C
dibandingkan titik nyala solar 220 0C, maka mesin diesel umumnya digunakan
secaradualfuel dengan rasio kompresi sekitar 15 18. Proses pembakaran pada
mesin dualfuel, bahan bakar biogas dan udara masuk ke ruang bakar pada saat
langkah hisap dan kemudian dikompresikan didalam silinder seperti halnya udara
dalam mesin diesel biasa. Bahan bakar solar dimasukkan lewat nosel pada saat
mendekati akhir langkah kompresi, dekat titik mati atas (TMA) sehingga terjadi
pembakaran.
Temperatur awal kompresi tidak boleh lebih dari 80 0C karena akan
menyebabkan terjadinya knocking dan peristiwaknocking yang terjadi pada
mesin dualfuel hampir sama dengan yang terjadi pada mesin bensin, yaitu
terjadinya pembakaran yang lebih awal akibat tekanan yang tinggi dari mesin
diesel. Hal ini disebabkan karena bahan bakar biogas masuk bersama-sama
dengan udara ke ruang bakar, sehingga yang dikompresikan tidak hanya udara
tapi juga biogas.
Karakteristik Pembakaran Biogas Di Dalam Mesin Bensin
Mesin bensin dengan rasio kompresi yang hanya berkisar antara 6 9,5 tidak
cukup untuk melakukanpembakaran biogas karena titik nyala biogas yang tinggi
645 0C - 750 0C, untuk itu dilakukan penambahan rasio kompresi mesin menjadi
10 12. Proses pembakaran biogas sama seperti pada mesin bensin normal,
yaitu biogas dan udara masuk ke ruang bakar dan pada akhir langkah kompresi
terjadi pembakaran, pembakaran ini terjadi karena bantuan loncatan bunga api
dari busi.
Pemilihan Mesin Penggerak
Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa mesin yang dapat digunakan untuk
mesin penggerak generator PLTBG adalah mesin diesel dan bensin. Di pasaran
untuk mesin bensin harganya jauh lebih mahal dari mesin diesel dengan daya
yang sama dan untuk daya yang besar hanya mesin diesel yang dapat
digunakan sebab tidak adanya mesin bensin dengan daya besar di pasaran.
Penggunaan kedua jenis mesin tersebut dalam kenyataannya menghasilkan
efisiensi yang rendah sehingga perlu adanya modifikasi.
Modifikasi yang perlu dilakukan untuk mengubah mesin diesel menjadi mesin
berbahan bakar biogas adalah dengan cara menambahkan conversion
kit dan mixer. Fungsi conversion kit adalah untuk mengatur debit dan
menurunkan tekanan aliran bahan bakar sesuai dengan tekanan operasional
yang diinginkan sedangkan mixer berfungsi sebagai pencampur bahan bakar
dengan udara. Pemasangan mixer terletak pada saluran masuk udara
dan conversion kit terpasang antaramixer dan tabung gas (Gas holder). Sistem
modifikasi ini menggunakan sistem dualfuel yaitu mesin menggunakan dua
bahan bakar yang dilakukan secara bersamaan dengan komposisi 20% solar dan
80% biogas . Hal ini dilakukan karena titik nyala pembakaran biogas sangat
tinggi yaitu sekitar 645C-750C.
Modifikasi mesin bensin hampir sama dengan mesin diesel yaitu dengan cara
menambah Conversion kit dan mixer. Perbedaannya adalah pada mesin bensin
bahan bakar biogas dapat digunakan 100%, hal ini dikarenakan adanya busi
sehingga bahan bakar biogas akan cepat terbakar. Pemasangan mixer terletak
antara saringan udara dan karburator, sedangkan Conversion kit terpasang
antara mixer dan tabung gas (gas holder). Perkiraan biaya untuk pembelian
Conversion kit dan mixer yaitu sekitar Rp. 4.800.000,00 untuk kondisi alat baru.
Perhitungan Ekonomi PLTBG
Perhitungan ekonomi penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG)
untuk peternakan sedang dan besar dengan pemakaian mesin diesel dan
bensin , dan dibandingkan dengan keuntungan listrik yang dihasilkan yang
disesuaikan dengan tarif dasar listrik PLN.
Tabel 1. Daya Listrik Yang Dapat Dihasilkan Dari Peternakan Sedang Dan Besar

PETERNAKAN PETERNAKAN
SEDANG BESAR
Jumlah Sapi (ekor) 60 300
Biogas yang dihasilkan (m/ekor/hari) 0,94 0,94
Biogas yang dihasilkan dari peternakan (m/ 70,5 282
hari)
Daya yang dihasilkan (kW) 3,05 15,27
Energi yang dihasilkan (kWh) 73,2 366,5

Tabel 2. Perkiraan Biaya Investasi Pltbg Pada Peternakan Sedang dan Besar

PETERNAKAN SEDANG PETERNAKAN BESAR


Mesin Bensin Mesin Diesel Mesin Mesin Solar
(3 KW) (3KW) Bensin (15KW)
Harga Mesin 8.000.000,00 2.500.000,00 TDK ADA 51.500.000,00
Conversion+Mix 4.800.000,00 4.800.000,00 4.800.000,00
er
Total Investasi 12.800.000,00 7.300.000,00 56.300.000,00
(Rp)

Tabel 3. Perkiraan Biaya Operasi Pltbg Pada Peternakan Sedang dan Besar

PETERNAKAN SEDANG PETERNAKAN BESAR


Mesin Mesin Mesin Mesin Solar
Bensin (3 Diesel Bensin (15KW)
KW) (3KW)
Kebutuhan Bahan TDK ADA 2.891.000 Tdk Ada 13.008.600
Bakar Selain
Biogas/Thn
Perawatan Rutin/Thn 400.000 125.000 2.575.000
Biaya Operasional 7.300.000 7.300.000 7.300.000
Mesin/Thn
Total Operasi (Rp) 7.700.000 10.316.000 22.883.600

Biaya investasi dari mesin diesel lebih kecil dari pada mesin bensin, sehingga
mesin diesel lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Di lain sisi dari aspek
perawatan mesin diesel dan mesin bensin dapat dikatakan sebanding dan
membutuhkan biaya yang relatif sama. Dilihat dari aspek operasi mesin diesel
lebih mudah, mempunyai umur operasi yang lama dan menggunakan sedikit
bahan bakar untuk penyediaan daya yang sama dibandingkan dengan mesin
bensin. Hal ini dapat dijadikan alasan bahwa mesin diesel lebih menguntungkan
sebagai mesin penggerak pada PLTBG.
Keuntungan dari membangkitkan listrik dari PLTBG adalah energi listrik yang
dapat hasilkan dikalikan dengan harga listrik yang harus dibayar pemakai jika
menggunakan listrik dari PLN. Harga listrik Rp. 545/kWh dan biaya beban Rp.
30.000,00/kVA. Nilai rupiah yang dapat dihasilkan dari membangkitkan listrik
dari biogas pada peternakan sedang dengan daya 3 kW (4 kVA) dalam satu
tahun dengan penggunaan tiap hari 24 jam adalah Rp. 15.762.600,00.
Analisa ekonomi pembangkit listrik tenaga biogas dengan mesin penggerak dari
mesin diesel untuk peternakan skala sedang, jika bunga investasi untuk kredit
dari bank 19 % adalah :
Total investasi = Rp. 7.300.000,00 + Rp. 7.300.000,00 x 19% = Rp.
8.687.000,00
Umur teknis ekonomis 10 Tahun
Depresiasi = Rp. 8.687.000,00 / 10 = Rp. 868.700,00
Cash flow = Keuntungan + Depresiasi- biaya operasional = Rp. 15.762.600,00
+Rp. 868.700,00 Rp. 10.316.000,00 = Rp. 6.220.400,00
IRR(Initial Rate of Return) = 72 %
NPV (Net Present Value) = Rp. 15.726.618,00
BCR (Benefit Cost Ratio ) = 1,45
PB ( Pay back) = 1 tahun 5 bulan
Nilai rupiah yang dapat dihasilkan, sesuai harga listrik dari PLN, dari
membangkitkan listrik dengan biogas pada peternakan besar dengan daya 15
kW (19 kVA) dalam satu tahun dengan penggunaan tiap hari 24 jam adalah Rp.
78.453.000,00. Jika bunga investasi untuk kredit dari bank 19 % maka analisa
pembangkit listrik tenaga biogas untuk peternakan skala besar adalah
Total investasi = Rp. 56.300.000,00 + Rp. 56.300.000,00 x 19%
= Rp. 66.997.000,00
Umur teknis ekonomis 10 Tahun
Depresiasi = Rp. 66.997.000,00 / 10 = Rp. 6.699.700,00
Cash flow = Keuntungan + Depresiasi- biaya operasional = Rp. 78.453.000,00 +
Rp. 6.699.700,00 Rp. 22.883.600,00 = Rp. 61.537.200,00
IRR(Initial Rate of Return) = 93 %
NPV (Net Present Value) = Rp. 170.743.335,00
BCR (Benefit Cost Ratio ) = 2,87
PB ( Pay back) = 1 Tahun 1 Bulan

Kesimpulan
PLTBG adalah instalasi pembangkit listrik dengan pemanfaatan biogas sebagai
bahan bakar yang dapat diperbaharui. Kotoran sapi sebagai media penghasil
biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTBG sehingga mengurangi
pencemaran lingkungan dan efek rumah kaca. Jawa Tengah dengan kapasitas
peternakan yang besar mempunyai potensi yang cukup baik untuk
pembangunan PLTBG. PLTBG dapat dibangkitkan dengan penggunaan motor
bakar berbahan bakar biogas tetapi mesin berbahan bakar biogas di Indonesia
belum ada. Mesin diesel dan bensin secara teknis dapat digunakan sebagai
penggerak generator PLTBG tetapi efisiensinya yang dihasilkan rendah sehingga
perlu dilakukan modifikasi.Pemilihan mesin dalam penulisan ini untuk
menghasilkan efisiensi maksimal dari mesin dengan memodifikasi mesin
berbahan bakar diesel dan bensin. Berdasarkan hasil analisa mesin diesel dan
bensin memerlukan penambahan conversion kit dan mixer. Conversion kit
berfungsi mengatur debit bahan bakar supaya mengalir konstan dan
penambahan mixer bertujuan untuk pencampur biogas dengan udara. Mesin
diesel yang dimodifikasi ini menggunakan system dualfuel engine dimana bahan
bakar solar digunakan bersama-sama dengan biogas, dengan komposisi sekitar
20 % solar dan 80% biogas. Mesin bensin dapat menggunakan 100% biogas
untuk bahan bakar. Energi biogas dapat dimanfaatkan secara optimal dengan
cara teringrasi dan penggunaan pada kegiatan-kegiatan yang produktif.
Sehingga pemanfaatan energi biogas dapat memberikan dampak yang lebih luas
dan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi serta nilai tambah pada produk.

DAFTAR PUSTAKA
http://dicafab.blogspot.com/2010/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html
eprints.uny.ac.id/1283/1/Journal_PPM_biogas.doc
ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/NP/femanfaatanenergi.doc
www.bbrp2b.kkp.go.id/publikasi/rumputlaut/3.%20biogas.doc
maul24hours.wordpress.com/.../manfaat-biogas-lebih-besar-daripada..
http://www.banjar-jabar.go.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=491

Sumber Dari: http://dodymisa.blogspot.com/2015/05/pembangkit-listrik-tenaga-


biogas-pltbg.html#ixzz4HUsFjoQL
http://dodymisa.blogspot.co.id/2015/05/pembangkit-listrik-tenaga-biogas-
pltbg.html
PEMILIHAN MESIN PENGGERAK GENERATOR PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA BIOGAS (PLTBG)

PEMILIHAN MESIN PENGGERAK GENERATOR PADA SISTEM


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS (PLTBG)
Awaludin*, Wahyu Panuntun*, Wiji Setia Alam*, Nazaruddin Sinaga**
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50239
Abstrak
PLTBG adalah instalasi pembangkit listrik dengan pemanfaatan biogas sebagai
bahan bakar yang dapat diperbaharui. Kotoran sapi sebagai media penghasil
biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTBG sehingga mengurangi
pencemaran lingkungan dan efek rumah kaca. Jawa Tengah dengan kapasitas
peternakan yang besar mempunyai potensi yang cukup
baik untuk pembangunan PLTBG. PLTBG dapat dibangkitkan dengan penggunaan
motor bakar berbahan bakar biogas tetapi mesin berbahan bakar biogas di
Indonesia belum ada. Mesin diesel dan bensin secara teknis dapat digunakan
sebagai penggerak generator PLTBG
tetapi efisiensinya yang dihasilkan rendah sehingga perlu dilakukan
modifikasi.Pemilihan mesin dalam penulisan ini untuk menghasilkan efisiensi
maksimal dari mesin dengan memodifikasi mesin berbahan bakar diesel dan
bensin. Berdasarkan hasil analisa mesin diesel dan bensin memerlukan
penambahan conversion kit dan mixer. Conversion kit berfungsi mengatur debit
bahan bakar supaya mengalir konstan dan penambahan mixer bertujuan untuk
pencampur biogas dengan udara. Mesin diesel yang dimodifikasi ini
menggunakan system dualfuel engine dimana bahan bakar solar digunakan
bersama-sama dengan biogas, dengan komposisi sekitar 20 % solar dan 80%
biogas. Mesin bensin dapat menggunakan 100% biogas untuk bahan bakar.
Kata kunci : biogas; dual fuel; listrik; PLTBG
Pendahuluan
Peternakan sapi dari tahun ke tahun semakin besar jumlahnya, penambahan
jumlah tersebut menyebabkan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi
antara lain menyebabkan bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan
lingkungan sekitar, endemik bibit penyakit, dan air resapan tanah dan sungai
menjadi beracun dan bau. Dalam kotoran sapi terkandung gas metana (CH4)
apabila dibuang secara bebas ke atmosfir akan menyebabkan efek rumah kaca,
proses ini berakibat suhu bumi menjadi tinggi, ini adalah yang disebut dengan
pemanasan global (global warning), yang secara langsung meningkatkan
intensitas frekuensi angin topan, merubah komposisi hutan , mengurangi
produksi pertanian, menghancurkan biota laut sehingga ikan mengalami
kekurangan makanan dan ekosistem laut menjadi hancur.
Alasan diatas dapat dijadikan bahan pertimbangan bahwa kotoran sapi lebih baik
dimanfaatkan daripada dibiarkan menumpuk. Beberapa cara pemanfaatan
kotoran sapi antara lain dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik
maupun biogas, yaitu suatu energi yang dihasilkan dari proses biodegradasi
dengan bantuan bakteri dalam kondisi anaerob pada material organik (kotoran
sapi). Keuntungan yang didapat dari proses pemanfaatan kotoran sapi bagi
pemilik peternakan sapi adalah menambah penghasilan dari penjualan pupuk
organik dan menghemat pengeluaran biaya penggunaan listrik. Sebenarnya
pemanfaatan kotoran sapi dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi
jika dilakukan dengan cara membangun pembangkit listrik tenaga biogas
(PLTBG).
Sebagai contoh Jawa Tengah memiliki potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan PLTBG karena memiliki peternakan yang besar. Data pada
tahun 2002, sapi potong sebesar 13344495 ekor dan sapi perah sebesar 119026
ekor. PLTBG dapat dibangkitkan dengan penggunaan mesin diesel atau bensin,
ini merupakan cara untuk mengatasi tidak adanya mesin berbahan bakar biogas
di Indonesia dan apabila mendatangkan dari luar negeri biaya pembangunan
instalasi PLTBG menjadi besar. Permasalahan yang muncul dengan penggunaan
mesin diesel dan bensin dengan bahan bakar biogas adalah efisiensi yang
dihasilkan rendah dan cara untuk mengatasi masalah ini dengan cara
memodifikasi mesin diesel atau bensin dan dilakukan pemilihan mesin yang
sesuai dengan daya yang dapat dibangkitkan oleh penghasil gas (digester) yang
dimiliki oleh peternakan.
Kaji Teoritik Sistem Konversi Energi
Sistem instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG) dapat dibuat skema
sebagai berikut:

Gambar 1.
Bagan sistem instalasi pembangkit listrik dari biogas kotoran sapi.

Perubahan biogas menjadi energi listrik dilakukan dengan memasukkan gas


dalam tabung
penampungan kemudian masuk ke conversion kit yang berfungsi menurunkan
tekanan gas dari tabung sesuai dengan tekanan operasional mesin dan
mengatur debit gas yang bercampur dengan udara didalammixer,
dari mixer bahan bakar bersama dengan udara masuk kedalam mesin dan
terjadilah pembakaran yang akan menghasilkan daya untuk menggerakkan
generator yang menghasilkan energi listrik. Karakterisrik pembakaran yang
terjadi pada mesin diesel berbeda dengan pembakaran pada mesin bensin.
Karakteristik pembakaran biogas didalam mesin diesel
Bahan bakar biogas membutuhkan rasio kompresi yang tinggi untuk proses
pembakaran sebab biogas mempunyai titik nyala yang tinggi 645 0C 750 0C
dibandingkan titik nyala solar 220 0C, maka mesin diesel umumnya digunakan
secara dualfuel dengan rasio kompresi sekitar 15 18. Proses pembakaran pada
mesin dualfuel, bahan bakar biogas dan udara masuk ke ruang bakar pada saat
langkah hisap dan kemudian dikompresikan didalam silinder seperti halnya udara
dalam mesin diesel biasa. Bahan bakar solar dimasukkan lewat nosel pada saat
mendekati akhir langkah kompresi, dekat titik mati atas (TMA) sehingga terjadi
pembakaran.
Temperatur awal kompresi tidak boleh lebih dari 80 0C karena akan
menyebabkan terjadinyaknocking dan peristiwa knocking yang terjadi pada
mesin dualfuel hampir sama dengan yang terjadi pada mesin bensin, yaitu
terjadinya pembakaran yang lebih awal akibat tekanan yang tinggi dari mesin
diesel. Hal ini disebabkan karena bahan bakar biogas masuk bersama-sama
dengan udara ke ruang bakar, sehingga yang dikompresikan tidak hanya udara
tapi juga biogas.

Gambar 2.
Grafik performance pada mesin
a) a sfc biogas dalam dualfuel, b sfc solar dalam mesin diesel, c sfc solar
dalam dualfuel
b) a mesin diesel dengan solar yang diritkan, b efisiensi mesin diesel, c
efisiensi dualfuel
Karakteristik pembakaran biogas didalam mesin bensin
Mesin bensin dengan rasio kompresi yang hanya berkisar antara 6 9,5 tidak
cukup untuk melakukanpembakaran biogas karena titik nyala biogas yang tinggi
645 0C - 750 0C, untuk itu dilakukan penambahan rasio kompresi mesin menjadi
10 12. Proses pembakaran biogas sama seperti pada mesin bensin normal,
yaitu biogas dan udara masuk ke ruang bakar dan pada akhir langkah kompresi
terjadi pembakaran, pembakaran ini terjadi karena bantuan loncatan bunga api
dari busi.

Gambar 3.
Diagram performance mesin bensin dengan bahan bakar bensin ( ____ ) dan
biogas ( __.__ )
1) daya, 2) torsi, 3) konsumsi bahan bakar spesifik
Daya listrik yang dapat dihasilkan dari PLTBG
Tabel 1. Daya listrik yang dapat dihasilkan dari peternakan sedang dan besar

Pemilihan Mesin Penggerak


Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa mesin yang dapat digunakan untuk
mesin penggerak generator PLTBG adalah mesin diesel dan bensin. Di pasaran
untuk mesin bensin harganya jauh lebih mahal dari mesin diesel dengan daya
yang sama dan untuk daya yang besar hanya mesin diesel yang dapat
digunakan sebab tidak adanya mesin bensin dengan daya besar di pasaran.
Penggunaan kedua jenis mesin tersebut dalam kenyataannya menghasilkan
efisiensi yang rendah sehingga perlu adanya modifikasi.
Modifikasi yang perlu dilakukan untuk mengubah mesin diesel menjadi mesin
berbahan bakar biogas adalah dengan cara menambahkan conversion
kit dan mixer. Fungsi conversion kit adalah untuk mengatur debit dan
menurunkan tekanan aliran bahan bakar sesuai dengan tekanan operasional
yang diinginkan sedangkan mixer berfungsi sebagai pencampur bahan bakar
dengan udara. Pemasangan mixerterletak pada saluran masuk udara
dan conversion kit terpasang antara mixer dan tabung gas (Gas holder). Sistem
modifikasi ini menggunakan sistem dualfuel yaitu mesin menggunakan dua
bahan bakar yang dilakukan secara bersamaan dengan komposisi 20% solar dan
80% biogas . Hal ini dilakukan karena titik nyala pembakaran biogas sangat
tinggi yaitu sekitar 645C-750C.

Gambar 4
Skema pemasangan mixer danconversion kit pada mesin diesel
Modifikasi mesin bensin hampir sama dengan mesin diesel yaitu dengan cara
menambahConversion kit dan mixer. Perbedaannya adalah pada mesin bensin
bahan bakar biogas dapat digunakan 100%, hal ini dikarenakan adanya busi
sehingga bahan bakar biogas akan cepat terbakar. Pemasanganmixer terletak
antara saringan udara dan karburator, sedangkan Conversion kit terpasang
antara mixer dan tabung gas (gas holder). Perkiraan biaya untuk
pembelian Conversion kit dan mixer yaitu sekitar Rp. 4.800.000,00 untuk kondisi
alat baru.
Perhitungan ekonomi
Perhitungan ekonomi penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG)
untuk peternakan sedang dan besar dengan pemakaian mesin diesel dan
bensin , dan dibandingkan dengan keuntungan listrik yang dihasilkan yang
disesuaikan dengan tarif dasar listrik PLN.

Tabel 2. Perkiraan biaya investasi PLTBG pada peternakan sedang dan besar

Tabel 3. Perkiraan biaya operasi PLTBG pada peternakan sedang dan besar

Biaya investasi dari mesin diesel lebih kecil dari pada mesin bensin, sehingga
mesin diesel lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Di lain sisi dari aspek
perawatan mesin diesel dan mesin bensin dapat dikatakan sebanding dan
membutuhkan biaya yang relatif sama. Dilihat dari aspek operasi mesin diesel
lebih mudah, mempunyai umur operasi yang lama dan menggunakan sedikit
bahan bakar untuk penyediaan daya yang sama dibandingkan dengan mesin
bensin. Hal ini dapat dijadikan alasan bahwa mesin diesel lebih menguntungkan
sebagai mesin penggerak pada PLTBG.
Keuntungan dari membangkitkan listrik dari PLTBG adalah energi listrik yang
dapat hasilkan dikalikan dengan harga listrik yang harus dibayar pemakai jika
menggunakan listrik dari PLN. Harga listrik
Rp. 545/kWh dan biaya beban Rp. 30.000,00/kVA. Nilai rupiah yang dapat
dihasilkan dari membangkitkan listrik dari biogas pada peternakan sedang
dengan daya 3 kW (4 kVA) dalam satu tahun dengan penggunaan tiap hari 24
jam adalah Rp. 15.762.600,00.
Analisa ekonomi pembangkit listrik tenaga biogas dengan mesin penggerak dari
mesin diesel untuk peternakan skala sedang, jika bunga investasi untuk kredit
dari bank 19 % adalah :
Total investasi = Rp. 7.300.000,00 + Rp. 7.300.000,00 x 19%
= Rp. 8.687.000,00
Umur teknis ekonomis 10 Tahun
Depresiasi = Rp. 8.687.000,00 / 10
= Rp. 868.700,00
Cash flow = Keuntungan + Depresiasi- biaya operasional
= Rp. 15.762.600,00 +Rp. 868.700,00 Rp. 10.316.000,00
= Rp. 6.220.400,00
IRR(Initial Rate of Return) = 72 %
NPV (Net Present Value) = Rp. 15.726.618,00
BCR (Benefit Cost Ratio ) = 1,45
PB ( Pay back) = 1 tahun 5 bulan
Nilai rupiah yang dapat dihasilkan, sesuai harga listrik dari PLN, dari
membangkitkan listrik dengan biogas pada peternakan besar dengan daya 15
kW (19 kVA) dalam satu tahun dengan penggunaan tiap hari 24 jam adalah Rp.
78.453.000,00. Jika bunga investasi untuk kredit dari bank 19 % maka analisa
pembangkit listrik tenaga biogas untuk peternakan skala besar adalah
Total investasi = Rp. 56.300.000,00 + Rp. 56.300.000,00 x 19%
= Rp. 66.997.000,00
Umur teknis ekonomis 10 Tahun
Depresiasi = Rp. 66.997.000,00 / 10
= Rp. 6.699.700,00
Cash flow = Keuntungan + Depresiasi- biaya operasional
= Rp. 78.453.000,00 + Rp. 6.699.700,00 Rp. 22.883.600,00
= Rp. 61.537.200,00
IRR(Initial Rate of Return) = 93 %
NPV (Net Present Value) = Rp. 170.743.335,00
BCR (Benefit Cost Ratio ) = 2,87
PB ( Pay back) = 1 tahun 1 bulan
Diskusi
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan untuk skala
peternakan sedang dan besar lebih baik menggunakan mesin diesel, disamping
ekonomis aspek operasi mesin diesel lebih mudah dibandingkan dengan mesin
bensin. Umur operasi mesin diesel mempunyai jangka waktu yang lama.
Kendala yang dihadapi untuk pembangunan PLTBG adalah modal awal yang
besar, kurangnya
penguasaan ilmu tentang pembangunan PLTBG, adanya keraguaan dari pemilik
peternakan tentang berhasil tidaknya PLTBG, kurangnya perhatian pemerintah
tentang penelitian PLTBG dan kurangnya pemberian bantuan dana bagi pemilik
peternakan. Saran untuk mengatasi kendala diatas adalah peminjaman modal ke
bank atau pemberian kredit lunak oleh pemerintah kepada pemilik peternakan,
perlunya mempelajari lebih dalam modifikasi yang perlu dilakukan pada mesin
untuk PLTBG, pemberian kucuran dana untuk penelitian dari pemerintah,
perlunya adanya penyuluhan terhadap peternak sapi sehingga tidak adanya
keraguan lagi dari para peternak untuk pembangunan PLTBG.
Kesimpulan
1. Pemilihan mesin harus berdasarkan daya yang dapat dihasilkan oleh digester,
harga mesin, biaya modifikasi dan aspek operasi dan pemeliharaan.
2. Mesin penggerak generator pada PLTBG untuk skala peternakan sedang dan
besar lebih baik dengan penggunaan mesin diesel karena dari aspek ekonomis ,
operasi dan pemeliharaan lebih baik disbanding dengan mesin bensin.
Saran
1. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah maupun pihak swasta dengan
peternakan sapi untuk pembangunan PLTBG.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penggunaan dan pemodifikasian
mesin diesel dan bensin dengan bahan bakar biogas untuk mendapatkan
efisiensi mesin yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Barker, James, C., (2001), Methane Fuel Gas from Livestock Wastes A
Summary, North Carolina Cooperative Extension Service, hal. 1-8.
Ferguson, Colin, R., (1986), Internal Combustion Engine Applied
Thermosciences, John Wiley & Sons, New York, hal 209-220.
Mallev, V.L.,(1991), Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel, Erlangga, Jakarta.
Mathur, M.L. dan Sharma, R.P., (1980), A Cource in Internal Combustion
Engines, Dhanpat Rai & Sons, Nai Sarak Delhi, hal 589-614.
Mitzlaff, Klaus Von, (1988), Engines for Biogas, Deutsche Gesell schoft fur
Technische Zusammenarbeit (GTZ), Eschborn, hal 1-133.
Obert, Edward, F., (1973), Internal Combustion Engine and Air Pollution, Harper
& Row Publishers. Inc, New York.
Petrovsky, N., (1979), Marine Internal Combustion Engine, Mir Publishers,
Moskow, hal 27-52.
PLN, (2003), Tarif Dasar Listrik 2003, PLN.
Rocque, A.J.,(1995), Connecticuts Greenhouse Gas Emissions Inventory 1990
and 1995 Calendar Years,
State of Connecticut Department of Environmental Protection, Hartford, hal vi.
Troitsky, A. dan Samdkhvalov, M., (1979), Motor Vehicle Engines, Mir
Publishers, Moskow, hal 393-398.
Diposkan oleh Dica_Fab di 02.22
http://dicafab.blogspot.co.id/2010/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html

You might also like