You are on page 1of 31

SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU

PENGETAHUAN DALAM ISLAM


SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN
DALAM ISLAM

Standar 15. Memahami Sejarah Dakwah Islam

Kompetensi

15.1. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai ma


Kompetensi Dasar
15.2. Menyebutkan tokoh ilmuan muslim dan perannya sampai masa daulah
:

1. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa nabi Mu

2. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada masa kh

3. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada masa ba

4. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada masa ba


Indikator: Siswa dapat
5. Menyebutkan para ilmuan muslim dan peran mereka pada masa bani Uma

6. Menyebutkan para ilmuan muslim dan peran mereka pada masa bani Abba

Alokasi Waktu : 8 x 40 menit


Pembiasaan : 1. Berdoalah untuk mengawali pelajaran, agar diberi kemudahan dalam mem

2. Sebelum pelajaran dimulai, bacalah Al-Quran surat-surat pendek (sesuai


3. Akhirilah pelajaran dengan berdoa, agar ilmu yang diperoleh bermanfaat.

1. SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU


PENGETAHUAN ISLAM SEJAK MASA NABI SAW
SAMPAI MASA ABBASIYAH

Dorongan Mencari Ilmu dan Menjadi


Ilmuwan
Sejarah telah mencatat bahwa sebelum bangsa Barat (Eropa)
mencapai kemajuan di bidang Iptek (Ilmu Pengetahuan dan
teknologi) seperti sekarang, umat Islam sudah
mendahuluinya selama 6 abd, sejak tahun 611 (zaman Nabi)
s/d 1250 Masehi (zaman Abbasiyah akhir). Masa kejayaan
perkembangan Iptek di dunia Islam terjadi antara tahun 750
s/d 1100 M pada masa kekhalifahan bani Umayyah di
Andalusia Spanyol (Cordova) dan bani Abbasiyah di
Baghdad (Irak).

Perhatian dan minat para ulama dan ilmuwan muslim


terhadap Iptek sangat besar, karena dorongan dari ajaran
Islam. Pada saat dunia Barat (Eropa) yang dipengaruhi ajaran
Gereja menyatakan anti dan menentang Iptek pada Jaman
Pertengahan, maka Islam justru menyatakan sebaliknya,
bahwa Iptek tidak dapat dilepaskan dari ajaran Islam. Nabi
bersabda, Barangsiapa yang ingin hidup sejahtera di dunia,
sarananya adalah ilmu. Siapa yang ingin hidup bahagia di
akhirat, sarananya adalah ilmu. Dan barangsiapa yang
menghendaki keduanya, sarananya adalah ilmu.

Menurut Islam, sumber ilmu pengetahuan adalah Alloh.


Tugas seorang muslim adalah membuka pintu ilmu, menggali
dan mengembangkan ilmu Alloh yang tersebar di alam
semesta ini. Mencari ilmu bagi muslim dan muslimah adalah
wajib hukumnya, sebagaimana sabda Nabi Saw:

Nabi bersabda lagi :

Artinya: Carilah ilmu sejak dari buaian ibu (lahir) sampai


ke liang lahad (mati)





.
Artinya: Carilah ilmu, sekalipun sampai ke negeri
Cina


Alloh berfirman : 4 ;M y_ u y zO= 9$# (#q?r


& t % !$#ur N3ZB #(qZ Bt#u t % !$# ! $#
s t .

Artinya: . Allah akan meninggikan orang-orang yang


beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. . (QS Al-Mujadilah [58] :
11)

1. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Di


Masa Nabi Saw (571 s/d 632 M) dan
Khulafaur Rasyidin (632 s/d 660 M)

Sebelum datangnya Islam, mayoritas bangsa Arab buta huruf.


Bangsa arab Hira yang menetap di selatan sungai Euprat
mempelajari Ilmu pengetahuan dan filsafat melalui orang
Persia, yang sebelumnya mereka belajar kepada pengikut
Nasrani faham Nestorius dan Plato yang diusir dari Athena-
Yunani oleh kaisar Justinius dari kerajaan Romawi
Bizantium.

Suku Quraisy di Makkah merupakan suku pedagang.


Perjalanan dagang mereka sampai ke Siria, Habasyah, Yaman
dan mesir. Pedagang Quraisy menjadi kenal dengan bangsa
berkebudayaan maju seperti Persia dan Romawi Bizantium.
Dari orang Persia dan Romawi ini suku Quraisy mengenal
baca tulis. Namun mereka tidak berminat mengajarkannya
kepada anak-anaknya.

Setelah masa kebangkitan Islam, Nabi Muhammad memiliki


minat yang kuat untuk mendidik bangsa Arab, terutama kaum
muslimin. Melalui ayat-ayat Al-Quran (QS Al-Alaq : 1-5 dan
QS Al-Mujadilah : 11) dan sabda-sabdanya, beliau Saw
mendorong umat Islam agar mempelajari ilmu dan menjadi
ilmuwan.

Untuk mencapai tujuan itu, Rosululloh Saw memanfaatkan


setiap tawanan perang Badar dari kafir Quraisy yang pandai
baca-tulis dan tidak mampu membayar tebusan, agar
mengajarkan baca tulis kepada 10 anak kaum muslimin
sebagai tebusan dirinya. Dengan begitu, maka banyak
pemuda muslim yang pandai baca tulis, kemudian ditugasi
Nabi Saw menjadi penulis-penulis wahyu. Diantaranya Zaid
bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Ubay bin
Kaab dan lainnya.

Perkembangan ilmu Al-Quran. Pada masa Rosululloh,


setiap Al-Quran yang turun diajarkan kepada para sahabat
melalui hafalan dan diadakan penulisan oleh para penulis
wahyu yang ditunjuk beliau Saw. Sementara penafsiran Al-
Qurannya masih didominasi oleh Rosululloh sendiri
sebagai penafsir tunggal. Baru setelah beliau wafat, muncul
beberapa ahli tafsir di kalangan sahabat, seperti Abdullah bin
Abbas (Ibnu Abbas) dan Ibnu Masud.

Pada masa Kholifah Abu Bakar (632 s/d 634 M), ada
kemajuan dalam menjaga kemurnian Al-Quran, yakni dengan
usaha pengumpulan tulisan Quran yang tersebar,
lalu dibukukan (tadwin al-Quran) dalam
satu mushhaf yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabid. Baru
pada masa Kholifah Usman bin Affan (644 s/d 655 M),
diadakan usaha penggandaan mushhaf (Naql al-
Quran) menjadi 5 buah untuk disebarkan ke 5 kota besar
sebagai pedoman pokok cara penulisan dan pembacaan Al-
Quran.

Perkembangan ilmu Hadis. Pada masa Rosululloh dan


Khulafaur Rasyidin, hadis-hadis diajarkan dan disebarkan
dari mulut ke mulut. Belum ada usaha penulisan hadis,
karena khawatir bercampur dengan tulisan Al-Quran. Para
ahli hadis terkenal di kalangan sahabat yang menjadi sumber
pengambilan hadis antara lain : Aisyah, Abu Hurairah, Abu
Darda, Ibnu Umar. Pembukuan hadis (tadwin al-hadis)
baru dilakukan pada masa Umar bin Abdul Aziz, kholifah ke-5
Bani Umaiyah.

Lembaga pendidikan tradisional yang berkembang


pada masa awal Islam (KhulafaurRosyidin) dan masa-masa
selanjutnya (Bani Umayyah, Abbasiyah dll), terdiri dua
tingkatan

1). Tingkat dasar (Kuttab) : Masjid menjadi tempat


pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak dan remaja
untuk belajar menulis, membaca, berhitung dan dasar-dasar
ilmu agama seperti Al-Quran, hadis, fiqih, tauhid dan bahasa.

2) Tingkat pendalaman (Halaqoh) : Para pelajar menuntut


ilmu keluar daerah, mendatangi beberapa ulama yang ahli di
bidangnya. Pengajarannya dilakukan di masjid atau rumah
guru (semacam pondok pesantren) secara halaqoh, dimana
murid duduk melingkari guru. Materi kajian dan
pembahasannya lebih luas dan mendalam.
Pada perkembangan berikutnya, sejalan dengan tumbuh dan
berkembangnya kuttab dan halaqoh di masjid-masjid ini,
maka ilmu pengetahuan ikut berkembang dan kaum
muslimin pun semakin banyak yang pandai, sehingga para
ulama dan cendekiawan muslim terus bermunculan. Ilmu-
ilmu yang berkembang dan para ulama yang merintisnya
antara lain :

1). Al-Quran, hafalan dan bacaan (qiroat) : Khabbab bin


Arats, Ibnu Masud.

2). Ilmu tafsir : Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ibnu Masud,
Ubay bin Kaab.

3). Ilmu Fiqih : Muadz bin Jabal, Ibnu Masud, Zaid bin
Tsabit, Ibnu Abbas, Umar bin Khatthab, Abu Musa al-Asyari

4). Ilmu Hadis : Siti Aisyah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu
Abbas, Anas bin Malik 5). Ilmu Bahasa : Zaid bin Tsabit.

2. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Di Masa Dinasti


Umaiyah Di Damaskus (661 s/d 750 M) dan Di
Andalus Spanyol (755 s/d 1013 M).
Kekhalifahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus
didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan (661 680 M), lalu
dibangun dan dibina oleh Abdul Malik bin Marwan (685-705
M), dan mengalami jaman keemasan pada masalah Al-Walid
bin Abdul Malik (705-715 M), kemudian berakhir pada tahun
750 M, sewaktu diperintah Marwan II bin Muhammad.

Sedangkan Dinasti Umayyah di Andalus-Spanyol didirikan


oleh keturunan Bani Umayyah, Abdurrahman I Ad-Dakhil ,
yang lolos dari kejaran Bani Abbas pada tahun 755 M, dan
berakhir pada masa kholifah Hisyam II pada tahun 1013 M.
Setelah masa itu, Andalus-Spanyol diperintah beberapa
kerajaan Islam independen yang berpusat di kotakota besar
seperti Cordova, Seville,Toledo, Malaga dan kota lainnya.
Kekuasaan Islam berakhir sewaktu kerajaan Islam Bani
Ahmar yang berpusat di Cordova digulingkan oleh kerajaan
Kristen pimpinan Raja Ferdinant dan Ratu Isabella tahun
1492 M.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Damaskus.


Lembaga-lembaga pendidikan tradisional
(kuttab danHalaqoh) tumbuh dan berkembang dengan pesat.
Pada masa ini, Masjid Basrah menjadi pusat berkumpul
sekelompok ulama Tauhid (teolog) dibawah asuhan Hasan al-
Basri. Pada masa kholifahUmar bin Abdul Aziz (717-720
M), pertama kali diadakan pengumpulan dan pembukuan
Hadis-hadis Nabi, yang dikerjakan oleh Ibnu Syihab az-
Zuhri.

Bani Umayyah berjasa dalam meletakkan dasar-dasar ilmu


kimia, farmasi dan kedokteran, dengan usaha
menterjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa arab, serta
ilmu Astrologi (perbintangan) dan penulisan sejarah, Biografi
Nabi Muhammad Saw.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani


Umayyah di Andalus. Selain ilmuilmu agama, pada masa
ini ilmu pengetahuan umum seperti filsafat, kedokteran,
astronomi, matematika, kimia, farmasi, seni, bahasa dan
sastra dapat berkembang pesat.

Bani Umayyah di Andalus yang berpusat


di Cordova berperan sebagai jembatan penyeberangan ilmu
pengetahuan, terutama filsafat Yunani Arab ke Eropa pada
abad ke12, dimulai sejak kholifah ke-5, Muhammad bin
Abdurrahman (832-885 M). Atas inisiatif Al-Hakam (961-976
M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari dunia Timur
dalam jumlah besar, sehingga Cordova mampu menyaingi
kepopuleran Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan
di dunia Islam. Dari Andalus ini muncul ulama dan ilmuwan
besar seperti Ibnu Bajjah (filsafat), Ibnu Malik (bahasa), Ibnu
Hazm (fiqh), al-Naqqash (astronomi), Ibnu Rusyd
(kedokteran)..

3. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Di


Masa Dinasti Abbasiyah (750 s/d 1258 M)

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abul Abbas As-Saffah


(750754 M), dibangun dan dibina oleh Abu Jafar Al-Manshur
(754

775 M), dan mengalami jaman keemasan pada masa Harun


AlRasyid (786-809 M) dan putranya Al-Makmun (813-833
M). Kemudian gulung tikar pada masa kholifah Al-
Mustashim tahun 1258, akibat serangan tentara Mongol
pimpinan Hulagu Khan.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Pada masa ini


kebudayaan Islam, pemikiran Islam dan ilmu pengetahuan
mengalami puncak perkembangannya di kota Baghdad.
Lembaga pendidikan tradisional (kuttab dan halaqoh) yang
sudah ada ditingkatkan lagi kualitasnya dengan berdirinya
perpustakaan dan universitas.

Para Kholifah bani Abbasiyah, terutama Al-Manshur, Harun


Al-Rasyid dan Al-Mukmun, menaruh perhatian khusus untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dari Persia, Yunani dan India

melalui usaha penterjemahan. Baitul Hikmah yang


didirikan oleh Harun Al-Rasyid merupakan perpustakaan
terbesar dan terlengkap saat itu, berfungsi sebagai tempat
belajar (universitas), pusat kajian, penelitian dan
penterjemahan buku-buku asing kedalam bahasa Arab.

Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa ini tidak lepas dari


dua faktor :

1). Terjadinya asimilasi budaya antara bangsa Arab dan


bangsa-bangsa lain seperti Persia, Yunani, India, yang sudah
maju Iptek-nya. Di masa ini banyak bangsa non Arab yang
masuk Islam dan sangat besar sahamnya dalam
perkembangan Iptek. Bangsa Persia berjasa dalam ilmu
pemerintahan, filsafat dan sastra. Pengaruh bangsa India
terlihat pada ilmu kedokteran, matematika dan astronomi.
Pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan
berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.
2). Gerakan penterjemahan berjalan melalui 3 fase. Fase
pertama pada masa Al-Manshur sampai Harun Al-Rasyid
yang menterjemahkan ilmu astronomi dan logika
(mantiq). Fase kedua pada masa Al-Makmun hingga tahun
300 H, terfokus pada ilmu kedokteran dan filsafat. Dan fase
ketiga setelah tahun 300 M, bidang ilmu yang diterjemahkan
semakin luas.

Pada masa ini muncul 4 ulama madzhab bidang fiqhi (imam


Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali); ulama bidang teologi
(Abul Hasan Al-Asyari, dan tokoh-tokoh muktazilah).

Demikian pula muncul para ilmuwan dan ulama besar yang


ahli di bidang astronomi, kedokteran, farmasi, matematika,
biologi, fisika, filsafat, tasawuf, sastra dan lain-lain.

1. CENDEKIAWAN MUSLIM DAN PERANNYA


(Sejak Masa Dinasti Umayyah Sampai Dinasti
Abbasiyah)
1. Cendekiawan Muslim Di Bidang Ilmu
Pengetahuan Agama

1. Di Bidang Ilmu Tauhid (Kalam / Teologi)

1). Hasan Al-Basri (wft 110H/728 M).

Ia lahir di Madinah, menetap dan wafat di Basrah. Ia peletak


dasar paham Ahlussunnah wal Jamaah di bidang ilmu kalam
yang sebelumnya telah dirintis Abdulloh bin Umar dan
Abdulloh bin Abbas.

2). Abu Hasan Al-Asyari (872-913 M).

Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah di bidang


ilmu kalam. Ia menghadapi dua paham pemikiran keagamaan
yang saling bertentangan. Pertama, paham salafi (ortodox)
yang berpendapat bahwa perbuatan manusia telah
ditentukan Alloh. Kedua, paham Mutazilah (rasionalis) yang
berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehendak dan berbuat secara mutlak, lepas dari kehendak
Alloh. Ia kemudian mencoba memberi pendapat jalan tengah,
bahwa manusia tidak mampu menciptakan kehendak dan
perbuatannya sendiri, akan tetapi Alloh-lah pada hakekatnya
yang menciptakannya. Manusia hanya bisa berikhtiyar,
sedangkan yang menentukan berhasil-tidaknya ikhtiyar
tersebut adalah Alloh.

Ia terkenal dengan rumusannya bahwa sifat wajib bagi Alloh


ada 13 sifat, mulai dari wujud, qidam baqo, sampai kalam.
Karya-karya tulisnya dijadikan rujukan para ulama ilmu
tauhid sampai sekarang, diantaranya berjudul :
a). Maqolatul Islamiyyin (pendapat golongan Islam);
b) Al-Ibanah an Ushuliddiniyyah (penjelasan tentang
dasar-dasar agama); c) Al-Luma (sorotan) yang berisi
penjelasan tentang ketuhanan, dosa besar dan persoalan
aqidah.

Pengaruh ajarannya sangat besar dalam pengembangan ilmu


kalam / tauhid. Diantara pengikutnya adalah Al-Baqilani,
imam Haramain dan Imam Ghazali.

3). Abu Manshur Al-Maturidi (875-944 M).

Seperti halnya Al-Asyari, Ia pembangun paham Ahlussunnah


wal jamaah bidang ilmu kalam. Ia berpendapat bahwa
manusia hanya bisa berikhtiyar sekuat tenaga, sedangkan
ketentuan akhirnya ada pada Alloh.

Dalam membahas sifat-sifat Alloh, ia merumuskan bahwa


sifat Allah berjumlah 20 sifat yang dikelompokkan menjadi 4
sifat, yaitu sifat nafsiyyah, salbiyah,
maaniy dan manawiyah.

1. Di Bidang Ilmu Fiqih (Hukum Islam)

Para Mujtahid mutlak dan Ulama besar bidang fiqih


bermunculan di masa Abbasiyah, diantaranya ada 4 orang
yang dikenal dengan Imam Madzhab empat, yaitu :

1). Imam Abu Hanifah (700-767 M).

Ia yang bernama lengkap Nukman bin Tsabit lahir di Kufah


dan hidup pada masa peralihan antara masa dinasti Umayyah
dan Abbasiyah. Ia dikenal sebagai pembangun madzhab
Hanafi dalam ilmu fiqih yang lebih cenderung menggunakan
pemikiran rasional (dalil aqli) daripada dalil naqli. Karya-
karya tulisnya antara lain :
1. a) Masailul ushul; b). Masailun Nawadir; c). Al-
Fatawa wal Waqiat. Pemikiran madzhabnya tersebar di
negara Mesir, Turkistan, Afghanistan dan anak benua India-
Pakistan.

2). Imam Malik bin Anas (711-786 M).

Ia lahir dan wafat di Madinah. Ia terkenal sebagai ahli hadis


dan pembangun

Madzhab Maliki dalam ilmu fiqih, yang lebih cenderung


menggunakan dalil naqli (nash Quran dan hadis)
daripada dalil aqli (rasional) dalam merumuskan pemikiran
fiqihnya. Karya tulisnya yang terbesar berjudul Al-
Muwattha, yang berisi kumpulan Hadis Nabi.
Perkembangan madzhabnya tersebar di negara Tunisia,
Libiya, Mesir, Spanyol dan daerah Afrika lainnya.

3). Imam Syafiiy (767-819 M).

Ia terkenal sebagai pembangun Madzhab Syafiiy dalam


fiqih. Nama lengkapnya Muhammad bin Idris Asy-Syafiiy,
lahir dalam keadaan yatim di daerah Palestina. Ia pernah
hidup di Baghdad-Irak, dan wafat di Mesir. Sejak kecil ia
terkenal sangat cerdas. Pada usia 9 tahun sudah hafal Al-
Quran 30 juz; pada usia 13 tahun sudah hafal kitab hadis Al-
Muwattho tulisan gurunya, Imam Malik; dan pada usia 15
diberi ijin oleh para gurunya untuk memberi fatwa di bidang
hukum Islam kepada masyarakat luas. Diantara gurunya
adalah Imam Malik (fiqih dan Hadis), Imam Sufyan bin
Uyainah (Hadis), Muslim bin Khalid az-Zanji (Fiqih) dan
ulama besar lainnya. Dari pengetahuannya yang mendalam di
berbagai disiplin ilmu agama, dan penguasaannya terhadap
ilmu Mantik (Logika / silogisme Aristoteles), ia melahirkan
pemikiran fiqih yang logis dan sistimatis,
serta menemukan ilmu Ushul fiqih.

Ia seorang pengarang buku yang produktif. Diantara bukunya


berjudul : a) Al-

Umm (berisi kumpulan hasil pemikiran ijtihadnya di bidang


hukum Islam); b) ArRisalah (berisi kaidah-kaidah ilmu
ushul fiqih secara lengkap); c) Musnad Imam
Syafiiy (berisi kumpulan hadis Nabi).

Corak pemikiran Madzhab ini adalah berusaha memadukan


antara madzhab
Hanafi yang rasionalis dan Maliki yang ortodoks (salafi).
Perkembangan madzhab Syafiiy tersebar di negara Mesir,
Irak, Pakistan, Asia Tenggara (Indonesia, Malaisia, Thailan
dan sekitar).

4). Imam Hanbali (779-855 M).

Ia lahir di Baghdad dengan nama lengkap Ahmad bin


Hanbal. Ia terbilang murid Imam Syafiiy, yang pada usia 16
tahun sudah menguasai ilmu Al-Quran, hadis, fiqih dan
tauhid. Ia pembangun Madzhab Hanbali yang sekarang
menjadi madzhab resmi kerajaan Arab Saudi. Karya tulis
terbesarnya berjudul :Al-Musnad yang berisi kumpulan
sekitar 2.900 hadis Nabi, dan kitab An-Nasikh wal
Mansukh.

1. Di Bidang Ilmu Akhlak Tasawuf (Ethika)

1). Imam Ibnu Miskawaih (932-1030 M).

Ia seorang filsuf muslim yang ahli di bidang ethika. Bukunya


berjudul : Tadzhibul Akhlaq wa Tat-hirul
Araq (Pendidikan akhlak dan pencucian jiwa) yang sumber
ajarannya diambil dari Al-Quran, Hadis dan filsafat
Aristoteles. Karena keahliannya di bidang filsafat, ia
mendapat julukan Al-Muallimus Tsalits (guru ketiga).
Guru pertamanya adalah Aristoteles, sedang Guru keduanya
adalah Al-Farabi.

2). Imam Mawardi (975-1058 M).

Karya tulisnya puluhan judul yang sebagian besar membahas


fiqih dan politik, antara lain berjudul : Al-Ahkamus
Sulthaniyyah (berisi politik / tatanegara). Di bidang
Akhlak, ia menulis buku yang terkenal sampai saat ini
berjudul: AdabudDunya wad-Din.

3). Imam Ghazali (1058-1111 M).

Ia lahir di Thus (Iran) dengan nama lengkap Abu Hamid


Muhamad bin Muhammad at-Tusi asy-Syafiiy al-Ghazali. Ia
seorang multidisipliner, yang menguasai berbagai cabang
ilmu. Sejak muda ia mempelajari berbagai ilmu seperti fiqih,
tauhid, akhlak-tasawuf, pendidikan dan filsafat.

Di bidang filsafat ketuhanan (Teologi), Imam Ghazali diakui


para sarjana Barat modern dan sarjana Islam
sebagai pemikir ulung dan paling orisinal sepanjang
sejarah, disebabkan usahanya mengkritik habis-habisan
pemikiran ketuhanan (teologi) yang didasarkan pada filsafat
Yunani, yang menurutnya dapat menyesatkan aqidah umat
Islam. Maka lahirlah bukunya yang berjudul Tahafutul
Falasifah (Kerancuan pemikiran para filosof), dengan
tujuan untuk membentengi umat Islam dari bahaya berfikir
bebas (liberal) secara berlebihan yang mengakibatkan mereka
meninggalkan ibadah. Atas perannya ini ia dijuluki dengan
Hujjatul Islam (Argumentasi Islam).

Ia seorang penulis yang sangat produktif dan berkualitas.


Jumlah karangannya lebih dari 100 judul. Buku yang sangat
terkenal di seluruh dunia dan menjadi puncak karya
intelektualnya berjudul : Ihya Ulumiddin (Menghidup-
hidupkan ilmu agama), yang berisi pandangannya tentang
ilmu tauhid, syariat, akhlak dan tasawwuf. Di Indonesia,
buku ini menjadi kajian para kiyai, sarjana, dan santri senior
di setiap pondok pesantren.

1. Di Bidang Ilmu Hadis

Sejak jaman Nabi sampai awal pemerintahan bani Umayyah,


hadis-hadis Nabi dilarang untuk ditulis, karena akan
dikhawatirkan bercampur baur dengan tulisan ayat Al-Quran.
Hadis Nabi baru pertama kali ditulis dan dibukukan
oleh Ibnu Syihab AzZuhri (Wafat tahun 740 M) atas
inisiatif kholifah kelima dinasti Umayyah, Umar bin Abdul
Aziz. Sejak saat itu, bermunculan para ulama ahli hadis
beserta kitab-kitab hadis susunannya. Selain imam Malik,
imam Syafiiy dan imam Hanbali, ada 6 orang ulama hadis
ternama beserta kitab Hadisnya yang di dunia Islam lebih
dikenal dengan sebutan Kutubus Sittah (enam kitab
hadis) :

1). Imam Bukhari (wft 870 M). Buku berjudul Shahih


Bukhari

2). Imam Muslim (wft. 875 M). Bukunya berjudul Shahih


Muslim

3). Imam Ibnu Majah (wft. 886 M). Bukunya : Sunan


Ibnu Majah

4). Imam Abu Dawud (wft. 887 M). Bukunya : Sunan Abi
Dawud

5). Imam At-Tirmidzi (wft. 892 M). Bukunya : Sunan at-

Tirmidzi

6). Imam An-Nasaiy (wft. 916 M). Bukunya: Sunan An-


Nasaiy
2. Cendekiawan Muslim Di Bidang Ilmu
Pengetahuan Umum

Selama dalam kurun masa kekuasaan dinasti Umayyah dan


Abbasiyah, para cendekiwan muslim bidang Ilmu
Pengetahuan Umum mampu menelorkan hasil penelitian
ilmiahnya yang abadi, absah dan dapat diambil manfaatnya
sampai sekarang. Pada umumnya mereka adalah para ulama
(ahli agama) yang menguasai berbagai disiplini ilmu
(multidispliner), namun ada satu atau beberapa ilmu yang
menjadi spesialisasinya..

1. Di Bidang Ilmu-Ilmu Pasti Alam (Kimia, Biologi,


Fisika, Farmasi, Matematika)

1). Jabir ibnu Hayyan.

Ahli kimia, terkenal sebagai Bapak Ilmu Kimia dalam Islam.


Ia berpendapat bahwa logam seperti tima, besi dan tembaga
dapat diubah menjadi emas atau perak dengan
mencampurkan suatu zat tertentu.
2). Al-Farabi (870 950 M).

Ahli Kimia, wafat di Aleppo Andalus. Nama lengkap: Abu


Nasr Muhammad bin Turkham Al-Farabi. Ia penemu alat
musik Al-Qonun, lalu ditiru orang Barat dengan
nama Piano. Ia juga terkenal sebagai ahli Filsafat
Aristoteles, sehingga ia dijuluki Al-Muallimus Tsani, Guru
kedua. Guru pertamanya adalah Aristoteles.

3). Al-Ashaamiy.

Ahli Biologi, Botani. Bukunya yang berjudul Kitabun


Nabati wasy-Syujjar, yang membahas tentang tumbuh-
tumbuhan dan pepohonan

4). Ibnu Haitsam (965 1039).

Nama lengkapnya : Abu Ali Hasan bin Haitsam Al-Basri. Di


Barat dikenal dengan nama Avenetan. Selain seorang dokter
istana, ia juga ahli fisika dan matematika. Buku terkenalnya
berjudul Al-Manazhir menjelaskan ilmu optik. Ia
melakukan percobaan dan menguji pembiasan sinar melalui
medium udara dan air dengan mempergunakan ruas-ruas
bundar seperti gelas kaca yang penuh air, sampai pada
penemuan teoritis tentang lensa kaca pembesar. Teorinya ini
digunakan selama 6 abad sebelum ditemukan
hukum sinus ciptaan Descartes.Teorinya tentang optik
mempengaruhi teori sarjana Barat seperti Issac Newton, John
Kepler, Roger Bacon.

5). Al-Jahiz (775 868 M).

Ahli biologi dan zoologi. Bukunya berjudul Al-


Hayawan (hewan-hewan)

6). Ibnu Baitar (wafat 1248 M).

Di Barat dikenal dengan nama Aben Bethar. Ahli Biologi,


Botani. Ia mengembangkannya kedalam obat-obatan
(farmasi). Bukunya Al-Jami al-Mufrodat al-Adawiyah
wal Aghziyah membahas koleksi obat-obatan sederhana
yang diramu dari berbagai jenis hewan dan tumbuh-
tumbuhan.
AL-KHAWARIZMI

7). Al-Khawarizmi (780 850 M).

Nama lengkap : Muhammad bin Musa al-Khawarizmi.


Sarjana Barat menyebutnya Algorisme. Ia Ahli Matematika.
Ia memperkenalkan angka arab (numeral arabic :
1,2,3,4,5,6,7,8,9) dan Penemu ilmu Aljabar.

Kata Aljabar diambil dari judul bukunya: Al-Jabru wal


Muqobalah. Buku ini dipakai sebagai literatur wajib di
beberapa Universitas Eropa sampai abad 16, sehingga ia
mempengaruhi teori ilmuwan Omar Khayam, Leonardo de
Pisa, dll.

8). Omar Khayam (1038 1123 M).

Ia bintangnya matematika pada abad pertengahan, yang


mengembangkan rumus-rumus matematikanya Al-
Khawarizmi.

1. Bidang Ilmu Kesehatan dan Kedokteran


1). Ibnu Sina (980 1037 M).

Sarjana Barat menyebutnya Aviecena. Ia terkenal Ahli


kedokteran. Di dunia kedokteran, ia dinobatkan
sebagai Father of Doctors (Bapak kedokteran). Karya
tulisnya yang terkenal Al-Qonun fith-Thibb(Dasar-dasar
ilmu kedokteran), berisi ensiklopedi ilmu kedokteran. Kata
DR Robinson, buku ini sangat berpengaruh dan dijadikan
literatur wajib pada fakultas Kedokteran di berbagai
Universitas di Asia dan Eropa selama 6 abad. Dan
selama dinasti Han di Cina, buku ini menjadi standar karya-
karya medis Cina. Buku ini diterjemahkan ke berbagai
bahasa, antara lain kedalam bahasa inggris dengan
judulCanon of Medicine.

Selain ahli kedokteran, ia juga ahli filsafat dan menguasai


ilmu agama seperti tafsir, fiqih, perbandingan agama,
Tasawuf. dan filsafat. Di bidang filsafat, karyanya yang
berjudul Asy-Syifamenguraikan pemikiran filsafatnya yang
terpenting dan terbesar, lalu diringkas dalam
bukunya :AnNajat.

2). Ar-Razi (865 925).


Nama lengkapnya, Muhammad bin Zakaria Ar-Razi.
Sarjana Barat menyebutnya Razhes. Ia ahli di bidang
Kedokteran. Juga ahli Filsafat, Kosmologi, Kimia dan Teologi.
Bukunya berjumlah + 166 judul. Dalam bidang kedokteran
saja ada 56 judul buku. Buku terkenalnya berjudul Al-
Hawi (terdiri dari 20 jilid besar) yang berisi ensiklopedi
informasi kedokteran, yang menjadi buku induk kedokteran
modern.

3). Ibnu Rusyd (1126 1198 M).

IBNU RUSYD (Averros)

Lahir di Cordova Spanyol. Nama lengkap : Abu Wahid


Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd. Sarjana Barat
menyebutnya Averros. Ia dikenal sebagai Perintis Ilmu
Kedokteran umum dan Histologi (Ilmu jaringan tubuh). Juga
berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan
penyakit cacar. Karya tulis dalam bidang ini
berjudul AlKulliyyat fit-Thibb (Aturan-aturan umum ilmu
kedokteran) yang terdiri atas 16 jilid besar.
Ia juga ahli Agama (Fiqih) dengan bukunya yang
berjudul Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid,
berisi kajian hukum fiqih madzhab Maliki yang tersusun
secara sistimatis.

Ia juga ahli filsafat Islam, pengikut Aristoteles yang sangat


berpengaruh. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, maka di
Eropa timbul gerakan Averroeisme yang menuntut
kebebasan berfikir dan memprotes kekuasaan gereja yang
memonopoli pemikiran keagamaan. Tentu saja gerakan
mereka ditolak oleh pihak gereja. Berawal dari gerakan
Averroeisme inilah kemudian lahir reformasi di Eropa pada
abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad 17 M, yang sangat
berpengaruh mendorong lahirnyaAgama Kristen
Protestan, yang memisahkan diri dari Agama Kristen
Katolik.

1. Bidang Ilmu Kosmologi dan Astronomi /


Perbintangan

1). Al-Fazari.
Dia seorang astronomm Islam pertama yang menyusun
Astrolabe. Ia menulis penggunaan lingkaran bundar dan
menyiapkan tabel yang berhubungan dengan tahun-tahun
arab. Karyanya antara lain berjudul Kitab al-
Zij (tabel), Al-Amal bil Asturlab, Al-Qasidah fi
Ulumin Nujum.

2). Al-Farghani.

Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad al-Farghani. Di


Barat terkenal dengan nama Alfarganus. Ia seorang
astronom terkemuka di masanya dan terkenal di Barat pada
abad pertengahan. Ia menulis buku ringkasan ilmu astronomi
berjudul Harakat al-Samawiyah wa
Jawamiul-ilmin Nujum. Ia menetapkan diameter bumi
sepanjang 6500 mil dan menemukan jarak yang paling jauh,
serta menemukan diameter planet-planet.

3). Abu Raihan al-Biruni (973 1048 M).

Dia seorang ahli astronomi, astrologi, matematika dan dan


fisika. Karyanya + 180 judul, diantaranya berjudul At-
Tafhim li-awa-ili shinaatit Tanjim, yang menjelaskan
fenomena alam seperti sinar zodiac dan air pasang di musim
bunga dalam kaitannya dengan tekanan hidrostatika.

4). Al-Battani (858 929 M).

Nama lengkapnya : Abu Abdillah Muhammad ibn Jabir al-


Battani. Di Barat dkenal dengan namaAlbetegni. Karya tulis
terbesarnya : Marifat Matallil Buruj fima baina Arab
al-Falak, risalah tentang astronomi yang dilengkapi dengan
tabeltabel. Ia berhasil menentukan garis lengkung atau
kemiringan ekliptik (orbit dimana matahari kelihatannya
bergerak), panjangnya tahun tropis, lamanya musim, serta
tepatnya orbit matahari dan orbit utama planet-planet.

You might also like