You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun system
koordinasi yang bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan
keseluruh bagian tubuh, serta memberikan respon terhadap rangsangan
tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat indra,
pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan
untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh system saraf dan
alat indra.
Obat-obat otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan
implus dalamSSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan,
pembebasan atau penguraian neurotransmitter atau mempengaruhi kerjanya
atas reseptor khusus. Akibatnya adalah dipengaruhi otot polos dan organ,
jantung dan kelenjar. Dua macam golongan obat otonomik yakni, Golongan
simpatomimetik (merangsang) yang kerjanya mirip dengan saraf simpatis,
dan golongan simpatolitik (menghambat ) untuk simpatis dan parasimpatolik
yang mana menurut khasiatnya obat otonom dapat di golongkan sebagai zat-
zat yang bekerja terhadap system Sarap Pusat yaitu
parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang
dilayani saraf parasimpatis dan meniru efek perangsang oleh asetil kolin,
misalnya pilokarpin dan fisotigmin serta Parasimpaikolitika
(antikolinergika) justru melalawan efek-efek kilonergika, misalnya alkaloida,
belladonna dan propantelin dan ada pula zat-zat perintang gsnglion yang
merintang penerusan implus dalam sel-sel ganglion simpatis dan
parasimpatis. Efek perintang ini dampaknya luas, antara lain vasodilitasi
karena blockade susunan simpatis, sehinggu digunakan pada hipertensi
tertentu. Sebagai obat hipertensi zat-zat ini umumnya tidak diginakan lagi
berhubung efek sampingnya yang menyebabkan memblokade pula darib SP

1 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
(Gangguan penglihatan, obstipasi dan berkurangnyasekresi berbagai kelenjar
)

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari sistem saraf ?
2. Bagimana fisiologis sistem saraf ?
3. Apa saja macam-macam penggolongan obat pada sistem saraf ?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat pada sistem saraf ?
5. Bagaimana implikasi keperawatan pada pemberian obat benzodiazepin ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui dan memahami tentang implikasi keperawatan pada
pemberian obat neurology dan neuromuskuler.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui dari pengertian sistem saraf.
b. Mengetahui fisiologi sistem saraf.
c. Mengetahui macam macam golongan obat pada sistem saraf.
d. Mengetahui mekanisme kerja obat pada sistem saraf.
e. Mengetahui impikasi keperawatan pada pemberian obat
benzodiazepin.

2 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sistem Saraf


Sistem saraf bertanggung jawab mengendalikan fungsi tubuh manusia,
menganalisis stimulus yang datang, dan mengintegrasikan respons internal
dan eksternal. Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (otak dan medula
spinalis) dan sistem saraf perifer. Sistem saraf perifer terdiri dari reseptor
sensori yang membawa informasi ke dalam sistem saraf pusat (SSP) dan
saraf motorik yang membawa informasi dari sistem saraf pusat untuk
memfasilitasi respons terhadap stimulus.
Unit struktual sistem saraf adalah sel saraf, atau neuron. Jutaan sel saraf
yang membentuk sistem saraf terorganisasi untuk memungkinkan terjadinya
gerakan realisasi berbagai sensasi, respons terhadap stimulus internal dan
eksternal dan belajar, berpikir, dan emosi. Mekanisme yang terlibat dalam
semua proses ini tidak dimengerti dengan jelas. Kerja obat yang digunakan
untuk mempengaruhi fungsi saraf dan respons yang disebabkan ole obat ini
di seluruh sistem saraf menjadi beberapa teori terkini tentang kerja sistem
saraf.

B. Fisiologi Sistem Saraf


Sistem saraf beroperasi melalui penggunaan implus listrik dan
penghantar kimia untuk membawa informasi ke seluruh tubuh dan berespons
terhadap stimulus internal dan eksternal. Sifat dan fungsi neuron menjadi
dasar semua fungsi sitem saraf.
1. Neuron
Neuron adalah unit struktual sistem saraf. Tubuh manusia terdiri
dari 14 juta neuron. Sekitar 10 juta neuron berada di otak, dan sisanya
ada di medula spinalis dan sistem saraf perifer.

3 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Neuron memiliki beberapa gambaran selular yang berbeda. Setiap
neuron tersusun atas sel tubuh atau soma yang terdiri dari nukleus sel,
sitoplasma dan berbagai granul serta partikel lainnya.

Tonjolan pendek seperti cabang yang menutupi sebagian besar


permukaan neuron disebut dendrit. Struktur ini, yang membawa area
permukaan neuron, membawa informasi ke neuron dari neuron lainnya.
Salah satu ujung tubuh saraf memanjang menjadi suatu proses panjang
yang baru mulai bercabang di bagian ujung proses. Proses yang
memanjang ini disebut akson saraf, dan muncul dari tonjolan kecil
akson (akson hilok) pada soma. Akson saraf dapat amat kecil, atau
memiliki panjang beberapa kaki. Akson membawa informasi dari saraf
untuk ditransmisikan ke sel efektor - sel dalam otot, kelenjar atau saraf
lain. Transmisi ini terjadi di ujung akson, tempat cabang akson yang
disebut terminal akson.
Akson-askson saraf tersebut dipadatkan dalam sistem saraf
sehingga seperti saluran serat atau kabel. Serat aferen adalah akson
4 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
saraf yang melintang dari reseptor perifer ke sistem saraf pusat (SSP).
Sebaliknya, serat aferen adalah akson saraf yang membawa implus saraf
dari SSP ke perifer untuk menstimulasi otot atau kelenjar.
Saat ini diperkirakan bahwa neuron tidak mampu bereproduksi;
jadi, jika saraf rusak , itu berarti saraf telah hilang. Jika dendrit dan
akson hilang, saraf dapat meregenerasi struktur tersebut. Agar regenerasi
itu terjadi, soma dan tonjolan akson harus utuh. Walaupun peneliti telah
menggunakan faktor pertumbuhan saraf dengan implan sel janin untuk
menstimulasi beberapa pertumbuhan saraf, diasumsikan saat ini bahwa
saraf tidak mampu bereproduksi.
2. Potensial Aksi
Saraf mengirim pesan dengan cara memproduksi impuls listrik yang
disebut dengan potensial aksi. Membran saraf yang mampu
mengonduksi potensial aksi di sepanjang seluruh membran,
mengirimpesan ke neuron terdekat atau ke sel sel efektor yang mungkin
berada beberapa inci hingga beberapa kaki jauhnya melalui sistem
komunikasi listrik ini. Seperti semua membran sel, membran saraf
memiliki berbagai saluran atau pori yang mengendalikan zat kedalam
dan keluar sel. Beberapa saluran ini memungkinkan gerakan natrium,
kalium, dan kalsium. Ketika sel-sel berada pada keadaan isitirahat,
membrannya tidak semipermeabel terhadap natrium. Namun, membran
permeabel terhadap ion kalium.
Stimulasi neuron menyebabkan depolarisasi saraf, yang berarti
saluran natrium membuka sebagai respons terhadap stimulus, dan ion
natrium meenyerbu masuk kedalam sel, mengikuti gradien konsentrasi
yang telah ditetapkan. Apabila alat pemantau listrik dihubungkan
dengan saraf pada saat ini, serbuan ion positif akan tercatat. Muatan
listrik pada bagian dalam membran berubah dari relatif negatif ke relatif
positif. Balikan mendadak potensial membran ini, disebut potensial aksi,
berlangsung kurang dari satu mikro-detik.
Saraf yang panjang memiliki mielin: saraf ini memiliki selubung
meilin yang mempercepat konduksi listrik dan melindungi saraf dari
keletihan akibat pembentukan potensial aksi yang sering terjadi. Kendati
5 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
banyak saraf terbungkus ketat didalam otak tidak perlu berjalan jauh
untuk menstimulasi saraf lain, namun saraf-saraf tersebut di mielinasi.
Efek mielinasi ini tidak dipahami.
Saraf yang dimielinasi mengandung sel-sel Schwann, yang sangat
resistant terhadap stimulasi listrik, yang terdapat di interval spesifik di
sepanjang akson. Sel Schwann membungkus dirinya mengelilingi akson
dengan membentuk gulungan. Antar sel-sel Schwann terdapat area
membran saraf tidak terselubung yang disebut nodus Ranvier.
Apabila sel Schwann membesar atau bengkak dan menghambat
nodus Ranvier, konduksi tidak terjadi karena impuls listrik memiliki
rentang letup terbatas.
3. Sinaps Saraf
Ketika potensial aksi listrik mencapai ujung akson, impuls listrik
berhenti. Pada titik ini, stimulus tidak lagi berjalan dengan kecepatan
listrik. Transmisi informasi antara dua saraf dan antara saraf dan
kalenjar atau otot menggunakan zat kimia. Saraf berkomunikasi dengan
saraf atau efektor lain pada sinaps saraf. Sinaps tersebut tersusun atas
saraf prasinaptik, celah sinaptik, dan sel efektor pascasinaptik. Akson
saraf, yang disebut saraf prasinaptik, melepaskan zat kimia yang disebut
neurotrasmitter bereaksi dengan sisi reseptor yang sangat spesifik pada
sel pascasinaptik untuk menimbulkan reaksi.

C. Susunan Saraf
1. Sistem Saraf Pusat
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara
lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan sekitarnya.
Sistem saraf pusat terdiri dari otakk dan medulla spinalis, dua
bagian tubuh yang berisi sebagian besar saraf. Tulang vertebra
melindungi medula spinalis, dan tulang tengkorak yang berombak

6 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
hampir seperti karton telur dan dirancang untuk mengabsorpsi
goncangan melindungi otak.

a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga
tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan.
Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges.
Selaput meninges terdiri dari dari 3 lapisan yaitu lapisan durameter,
lapisan araknoid dan lapisan piameter.
Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari
otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung

7 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-
jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.
Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan
terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan
dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan
memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini
berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari
guncangan.
Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari
otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak
memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak
secara langsung.
Barier darah otak, suatu pembatas fungsi juga memainkan peran
defensif. Barier ini mempertahankan protein, toksin, dan struktur besar
lainnya tetap berada di luar otak dan mencegahnya kontak dengan
neuron yang sensitif dan rapuh. Barier odarah otak menjadi tantangan
terapeutik pada terapi obat untuk gangguan otak karena kebanyakn obat
terikat pada protein plasma sehingga tidak mampu menembus ke dalam
otak.
Otak memiliki suplai darah yang unik untuk melindungi neuron dari
kekurangan oksigen dan glukosa. Dua arteri, karotid, cabang dari arkus
aorta dan naik ke masing-masing sisi otak di depan kepala dan dua arteri
lain, vertebralis masuk ke bagian belakang otak untuk menjadi arteri
basilar.arteri ini menghantarkan darah ke pembuluh darah umum pada
bagian belakang otak yang disebut sirkulus Willis, yang
mendistribusikan darah ke otak sesuai kebutuhan. Peran sirkulus Willis
menjadi jelas ketika individu memiliki arteri karotid yang tersumbat.
Walaupun jalannya drah melaui salah satu arteri karotid terganggu, area-
area otak pada sisi tersebut akan tetap memiliki suplai darah penuh
karena darah dikirim ke area-area tersebut melalui sirkulus Willis.
Otak belakang, di mulai dari puncak medula spinalis sampai ke
otak tengah adalah area otak yang paling primitif dan berisi batang otak,

8 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
tempat pons dan medulla oblongata. Area-area otak ini mengontrol
fungsi dasar yang vital seperti:
Pusat pernapasan : yang mengontrol pernapasan
Pusat kardiovaskuler : yang mengatur tekanan darah
Zona pencetus kemoreseptor dan zona emetik yang mengontrol
muntah
Pusat menelan : yang mengoordinasikan refleks menelan yang rumit
Sistem aktivasi retikular (RAS) : yang mengontrol bangkitan dan
kesiagaan terhadap stimulus dan juga berisi pusat tidur.

Otak tengah, terdiri dari talamus, hipotalamus, dan sistem limbik.


Talamus mengirim informasi langsung ke dalam serebrum untuk
mentransfer sensasi seperti dingin, panas, nyeri, sentuhan, dan sensasi
otot. Hipotalamus yang mendapat perlindungan buruk dari barier drah
otak, berfungsi sebagai sensor utama untuk aktivitas di dalam tubuh.
Area-area hipotalamus bertanggung jawab untuk mengendalikan suhu,
keseimbangan air, selera makn, dan keseimbangan cairan serta
memainkan peran sentral paa sistem endokrin dan sitem saraf otonom.
Sitem limbik adalah area otak yang mengandung tiga neurotransmiter
dalam kadar tinggi yaitu epinefrin, norepinefrin dan serotonin. Stimulus
area ini, bertaanggung jawab terhadap ekspresi emosi, dapat
menyebabkan terjadinya kemarahan, kesenangan, motivasi, stress dan
sebagainya.
Otak depan tersusun atas dua hemisfer serebral yang disatukan
oleh suatu area yang disebut korpus kolosum. Dua hemisfer ini berisi
neuron sensori yang menerima implus saraf dan neuron motorik yang
mengirim implus. Hemisfer ini juga berisi area yang mengoordinasikan
bicara dan komunikasi.
b. Medula spinalis
Medula spinalis tersusun atas 31 pasang sarf spinalis. Setiap saraf
spinalis memiliki dua komponen atau akar. Bagian-bagian saraf yang
bercampur ini meliputi serabut sensori disebut akar dorsal dan serabut

9 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
motorik yang disebut akar ventral. Serabut sensori spinal membawa
informasi dari perifer ke sistem saraf pusat. Serabut motorik
menyebabkan gerakan atau reaksi.

2. Sistem Saraf Perifer/Tepi


Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan
semua bagian tubuh dengan sistem saraf pusat.
a. Sistem saraf sadar/somatik
Sistem saraf sadar/somatik merupakan sistem saraf yang
kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak. Bedakan
menjadi dua yaitu :
` (1). Sistem saraf pada otak
Sistem saraf pada otak merupakan sistem saraf yang
berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf.
(2). Sistem saraf sumsum spinalis
Sistem saraf sumsum spinalas merupakan sistem saraf yang
berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang) yang
berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula
spinalis. 31 pasang saraf medula spinalis.
b. Sistem Saraf Tak Sadar/ Otonom
Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ
tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh
kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem
saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf
otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar,
karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks
ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang
ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang
belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah untuk
mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah,
memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah,
10 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
memperlambat gerak peristaltis, memperlebar pupil,
menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi ludah, dan
meningkatkan sekresi adrenalin.
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf
kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak
dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-
jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di
seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf p arasimpatik
memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf
simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfngsi
mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf
parasimpatik akan memperlambat denyut jantung (Suyitno,
2007:34-40).

D. Penggolongan Obat Pada Sistem Neurologi Dan


Neuromuskuler
1. Sistem Saraf Pusat
(1). Analgetik Perifer
Analgetik adalah golongan obat yang mengahalau rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Nyeri adalah perasaan sensoris dan
emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan
jaringan.
Asam Asetilsalisilatn (F.I): Asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro
Cara pemberian : Oral
Bentuk obat : Tablet, tablet salut enteric
Efek samping : iritasi mukosa lambung dengan tulak lambung
dan peredaran samar (occult), reaksi alergi kulit dan
tinnitus, efek lebih hebat adalah kejang-kejang
bronchi hebat pada pasien asma dapat menimbulkan
serangan walaupun dalam dosis rendah.
Farmakokinetik : Resorpsinya cepat dan praktis lengkap, terutama di
bagian duodenum. Namun karena sifat asamnya,
11 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
sebagian zatnya di serap di lambung. BA-nya lebih
rendah akibat FPE dan di hidrolisa selama
resorpsinya. Resorpsi dari rectum lambat dan tidak
menentu, sehingga dosisnya perlu digandakan.
Dalam hati zat ini segera di hidrolisa menjadi asam
salisilat dengan daya nyeri antinyeri ringan, PP-nya
90-95%, plasma waktu paruhnya 15-20 menit, masa
paruh asam salisilat adalah 2-3 jam pada dosis 1-3
gram.
Farmakodinamik :Efektifitas aspirin terutama disebabkan oleh
kemampuannya menghambat biosintesis
prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim COX-2
secara ireversibel. Efek Analgesic sangat efektif
dalam meredakan nyeri dengan intensiras ringan
sampai dengan sedang. Menghilangkan nyeri dari
berbagai penyebab seperti yang berasal dari otot,
pembuluh darah, gigi dan lain-lain. Aspirin bekerja
secara perifer melalui efeknya terhadap peradangan,
terapi mungkin juga menekan rangsangan nyeri di
tingkat subkorteks.
(2). Antiepileptika
Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan
epilepsi berkat sifat antikovulsinya, yakni sifat untuk meredakan
konvulsi (kejang klonus hebat). Semua obat antikovulsi memiliki masa
paruh panjang, dieliminasi dengan lambat dan berkumulasi dalam tubuh
pada pengguna kronis.
Fenitoin : difenilhidantoin, Diphantoin, Dilantin
Cara pemberian : Oral
Bentuk obat : Tablet
Efek sampingnya : hiperplasiagusi, pusing, mual, hipertrichosis,
wanita hamil tidak boleh menggunakan fenitoin
karena bersifat teratogen.

12 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Farmakokinetik : Resorpsi di usunya cukup baik, persentase
pengikatan pada protein tinggi, kurang lebih 90%.
Setelah mengalami enterohepatis, akhirnya
fenitoin di eksresi melalui ginjal dalam bentuk
glukuronida (60-75%). Plasma waktu paruhnya
rata-rata 22 jam.
Farmakodinamik : Farmakodinamiknya ialah dengan mengubah
konduktansi Na+,K+ dan Ca+,potensial membran
dan konsentrasi asam amino dan neurotransmiter
norepinefrin, asetilkolin dan asam gama
aminobutirat (GABA).
Penelitian pada neuron dalam kultur sel
menunjukkan bahwa fenitoin memblokadae
pelepasan berulang potensial aksi frekuensi tinggi
yang bertahan lama. Efek ini terlihat pada
konsentrasi terapeutik yang relevan.
Fenitoin secara paradoks menyebabkan
eksitasi pada beberapa saraf serebral. Reduksi
permeabilitas kalsium, disertai inhibisi influks
kalsium di sepanjang membran sel, dapat
menjelaskan kemampuan fenitoin dalam
menghambat berbagai proses sekresi yang dipicu
kalsium, termasuk pelepasan hormon dan
neurotransmiter. Rekaman potensial eksitatoris
dan inhibitoris pascasinaptik menunjukkan bahwa
fenitoin menurunkan pelepasan glutamat di sinaps
dan meningkatkan pelepasan GABA. Pada
konsentrasi terapeutik, kerja utama fenitoin adalah
untuk memblokade kanal natrium dan
menghambat pembentukan potensial aksi berulang
yang cepat.
(3). Sedativa Hipnotika

13 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Sedavita-hipnotika berkhasiat menekan SSP. Bila digunakan dalam
dosisi yang meningkat, suatu sedativum, misalnya barbiturat, akan
menimbulkan efek berturut-turut peredaan, tidur dan pembiuasan total
(anastesia).Bentuk yang paling ringan dari penekanan SSP adalah
sedasi, dimana penekanan SSP tertentu dalam dosis yang lebih rendah
dapat menghilangkan respons fisik dan mental tetapi tidak
mempengaruhi kesadaran.
(4). Barbiturat
Barbiturat dikalsifikasikan ke dalam masa kerja panjang, sedang,
dan singkat. Yang termasuk pada masa kerja panjang adalah
fenobartbital, mefobarbital, dan metarbital dan di pakai untuk
mengendalikan kejang pada epilepsi. Barbiturat dengan masa kerja
sedang, yaitu penthotal. Dan untuk barbiturat singkat ada seconal,
nembutal, dipakai untuk menimbulkan rasa ingin tidur.
Cara pemberian : Peroral, intravena
Bentuk obat : Kapsul, eliksir, injeksi, larutan/sirup, bubuk,
supositoria, dan tablet.

Farmakokinetik :Pentobarbital (Nembutal), obat ini diabsorpsi


lambat dan daya pengikatan pada proteinnya
sedang. Waktu paruh yang panjang terutama
disebabkan oleh pembentukan metabolit aktif
akibat metabolit hati.
14 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Farmakodinamik :Pentobarbital terutama digunakan untuk
menimbulkan tidur dan untuk sedasi.
Pentobarbital mempunyai mula kerja yang cepat
dengan masa kerja yang singkat; dengan demikian
dianggap sebagai barbiturat dengan masa kerja
singkat.

(5). Benzodiazepam
Benzodiazepam tertentu (minor transquilizer atau antiansietas)
mula-mula dipakai sebagai sedatif-hipnotik untuk menimbulkan
rengsangan mengantuk. Tiga benzodiazepin yang dipasarkan sebagai
hipnotik adalah flurazepam (Dalmane), temazepam (Restoril), dan
triazolam (Halcion) dapat di pakai untuk mengurangi rasa cemas.
Cara pemberian : Peroral, intramuscular, intravena, rektal
Bentuk obat : Tablet, sirup, suppositoria
Efek samping : Kepala ringan, malas, tidak bermotivasi, lamban,
inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental
dan psikomotor, gangguan koordinasi berfikir, bingung,
disartria, amnesia anterogard. Interaksi dengan etanol
(alkohol) menimbulkan efek depresi yang berat, lemas,
sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual/muntah,
diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada dan
inkontinensia.
Farmakokinetik : Flurazepam dan temazepam diabsorpsi dengan baik
melalui mukosa GI. Flurazepam cepat dimetabolit aktif
dan mempunyai waktu paruh 45-100 jam.
Farmakodinamik : Flurazepam dan temazepam dipakai untuk mengobati
insomnia dengan mulai dan mempertahankan tidur.
Obat-obat ini mempunyai mula kerja yang cepat dan
masa kerjanya yang sedang atau panjang.
(6). Analgesik Nonnarkotik

15 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Analgesik nonnarkotik tidak bersifat adiktif dan kurang kuat
dibandingkan dengan analgesik narkotik. Obat-obat ini dipakai untuk
mengobati nyeri ringan sampai sedang dan dapat dibeli secara bebas.
Obat-obat ini efektif untuk nyeri tumpul pada sakit kepala, disminore,
nyeri pada inflamasi, abrasi minor, nyeri otot, dan arthritis ringan
samapi sedang.

Salisilat
Aspirin (ASA), suatu salisilat adalah obat analgesik nonnarkotik
yang tertua yang masih dipakai. Efek utama aspirin adalah analgesik
untuk nyeri, tetapi ia juga mempunyai efek antipiretik.

Cara pemberian : Oral, rektal


Bentuk obat : Tablet salut selaput, sirup, suppositoria
Efek samping :Pada dosis tinggi dapat menyebabkan hepatoksisitas.
Kematian dapat terjadi dalam 1-4 hari karena
16 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
timbulnya nekrosis hati. Jika seorang anak memakan
tablet atau sirup asetaminofen dalam dosis tinggi, maka
harus segera menghubungi pusat pengendalian
keracunan, atau anak tersebut harus segera di bawa ke
ruang UGD.

Farmakokinetik : Asetaminofen diabsorpsi dengan baik dari GI.


Absorpsi rektal dapat tidakmenentu karena adanya
materi feses, atau berkurangnya aliran darah dikolon.
Karena waktuparuh asetaminofen pendek, maka dapat
diberikan setiap 4 jam sekali jika perlu dengan dosis
maksimum 2,5-4 g/hari. Lebih dari 85% asetaminofen
dimetabolisir menjadi metabolit oleh hati
Dosis tinggi dapat menjadi toksisk terhadap sel-sel
hati; oleh karena itu jika dosis tinggi diberikan untuk
jangka panjang, kadar asetaminofen serum harus
dipantau. Batas serum terapeutik adalah 5-20
17 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
mikrogram/mL. Kadar enzim hati dan bilirubin serum
harus dipantau.
Farmakodinamik : Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin,
yang mengurangi sensasi nyeri. Obat ini efektif untuk
menghilangkan nyeri sedang dan sakit kepala, dan
berguna untuk efek antipiretiknya. Mula kerjanya cepat
dan lama kerjanya 5 jam atau kurang. Reaksi yang
merugikan yang berat dapat terjasdi pada dosis tinggi,
sehingga asetaminofen dalam bentuk cairan atau tablet
kunyah harus di hindari dari jangkauan anak-anak.
(7). Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga agonis narkotik, diresepkan untuk
mengatasi nyeri sedang sampai berat. Analgesik narkotik bekerja
terutama pada SSP, sedangkan analgesik nonnarkotik bekerja pada
sistem saraf tepi pada tempat reseptor nyeri. Narkotik tidak hanya
menekan rangsang nyeri tapi juga menekan pernapasan dan batuk pada
medulla di batang otak. EX: Morfin, morfin merupakan analgesik kuat
yang dapat cepat menekan pernapasan.
Meperidin
Salah satu dari narkotik sintesis, meperidin (Demerol). Meperidin
mempunyai masa kerja yang lebih singkat daripada morfin, dan
kekuatannya berbeda-beda tergantung dari dosisnya. Meperidin, yang
dapat diberikan peroral, intramuskular, dan intravena, merupakan
narkotik yang paling banyak dipakai untuk meredakan nyeri
pascapembedahan.
Cara pemberian : Peroral, intramuscular, intravena
Bentuk obat : tablet, sirup
Efek samping : Berupa pusing, berkeringat, euforia, mulut kering,
mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan,
palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi.
Farmakokinetik : Absorbsi meperidin setelah cara pemberian
apapun berlangsung baik. Akan tetapi kecepatan
absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM.
18 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai dalam 45
menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat
bervariasi. Setelah pemberian meperidin IV, kadarnya
dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam
pertama, kemudian penurunan berlangsung lebih
lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma
terikat protein.
Farmakodinamik : Seperti halnya morfin, meperidin (petidin)
menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi
nafas dan efek sentral lainnya. Waktu paruh petidin
adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding
morfin, tetapi leih tinggi dari kodein. Durasi
analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam.
Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif
terhadap nyeri neuropatik.
(8). Anastesik Umum
Anastetik umum adalah obat yang dapat menimbulkan anastesia
atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di
SSP yang bersifat reversibel, di mana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.
Anastetika digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai
keadaan pingsan, analgesia, dan relaksasi. Berdasarkan penggunaannya,
anastetika umum di golongkan menjadi lima kelompok, namun hanya
dua yang kami bahas, yaitu anestetika inhalasi dan intravena

19 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Enfluran
Enfluran merupakan senyawa-klor-pentaflour yang merupakan
anestetikum-inhalasi kuat, yang di gunakan pada berbagai jenis
pembedahan, juga sebagai analgetikum pada persalinan. Senyawa ini
memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik selain menidurkan.
Cara pemberian : Oral, inhalasi, intravena, intramuskular
Bentuk obat : Tablet, larutan
Efek samping : Hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan
merangsang SSP. Pasca pembedahan timbul hipotermi
serta mual dan muntah. Berdasarkan cara kerjanya yang
melemaskan otot uterus, zat ini dapat meningkatkan
pendarahan pada saat persalinan, sectio caesarea dan
abortus.
Farmakokinetik : Resorpsinya setelah inhalsi cepat dengan waktu
induksi 2-3 menit. Sebagian besar (80-90%)
dieksresikan melalui paru-paru dalam keadaan utuh dan
hanya 2,5-10% diubah menjadi ion flourida bebas,
disamping metabolit organis
Farmakodinamik : Relaksasi otot dan analgetis yang baik, disamping
itu juga dapat menidurkan.
(9). Anestesi Lokal
Anestesi lokal menghilangkan sakit pada tempat dimana obat
diberikan, dan kesadaran tetap dipertahankan. Pemakaian anestetik lokal
mencakup prosedur gigi, menjahit laserasi kulit, pembedahan minor
jangka pendek pada daerah tertentu, anestesi spinal dengan menghambat
impuls saraf yang terletak dibawah tempat dimasukkannya anestetik,
dan untuk prosedur diagnostik sepeti fungsi lumbal dan torasentesis.
Anestetik lokal menggunakan lidokain yang mempunyai mula kerja
yang cepat dan masa kerjaya lama, lebih stabil dalam larutan, dan lebih
sedikit menimbulkan reaksi hipersensitifitas daripada prokain. Semenjak
diperkenalkannya lidokain banyak anestetik lokal yang dipasarkan.
Karena bupivakain dan dibukain mempunyai masa kerja yang panjang
maka obat-obat ini dipakai untuk anestesi spinal.
20 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Lidokain
Lidokain: lignokain, Xylocaine,*Emla
Lidokain merupakan derivat asetanilida yang masuk pada
kelompok-amida dan merupakan obat pilihan utama untuk anastesi
permukaan maupun infiltrasi. Zat ini digunakan pada selaput lendir dan
kulit untuk nyeri, perasaan terbakar dan gatal. Cara kerjanya cepat
setelah beberapa menit dan bertahan lebih lama (waktu paruh: 1,5-2
jam), lama kerjanya 60-90 menit.
Cara pemberian : Intravena, inhalasi, rektal
Bentuk obat : tablet, sirup, larutan semprot, suppositoria
Efek samping :Mengantuk, pusing-pusing, sukar bicara, hipotensi dan
konvulsi; semua efek SSP yang terutama timbul pada
overdose. Penggunaannya harus hatik-hatikhusunya
pada penderita gangguan hati, decompensatio cordis,
depresi pernapasan dan shock.
Farmakokinetik :Reabsorpsi melalui kulit ke dalam saraf berlangsung
cepat. Kurang lebih 90% zat ini di rombak dihati
menjadi metabolit aktif (MEGX) dan (GX). Masa
paruh keduanya metabolit ini masing-masing 2 dan 10
jam. Eksresinya melalui kemih dalam keadaan utuh
(10%) dan sisanya sebagai metabolit.
Farmakodinamik :Lidokain di absorbsi secara cepat setelah pemberian
parenteral serta dari saluran gastrointestinal dan
pernafasan. Walaupun senyawa ini efektif jika
digunakan tanpa vasokonstriktor, dengan adanya
epinephrine menurunkan laju absorbsinya, sehingga
toksisitasnya menurun dan lama kerjanya diperpanjang.
Anastesi lokal di butuhkan untuk anestesi spinal, mengingat bahwa
anastesi spinal merupakan salah satu dari jenis-kenis anestesi lokal.
Anastesi lokal ini diperlukan untuk diinjeksikan pada ruang
subarakhnoid setinggi ruang lumbal tiga atau empat. Jika anestetik lokal
diberikan terlalu tinggi pada kolumna spinalis, maka dapat
mempengaruhi otot-otot pernapasan. Sakit kepala mungkin timbul
21 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
setelah pemberian anestesi spinal, karena tekanan cairan serebrospinal
akibat bocornya cairan pada tempat jarum di suntikkan.
Dengan menganjurkan klien untuk tetap berbaring rata setelah
pembedahan dengan anestesi spinal dan minum lebih banyak dari
biasanya, akan mengurangi kemungkinan kebocoran cairan. Hipotensi
juga dapat timbul setelah anestesi spinal.
Berbagai tempat kolumna spinalis dapat dipakai untuk memblok
saraf dengan anestetik lokal. Blok spinal adalah penetrasi anestetik ke
dalam membran subarakhnoid, lapisan kedua korda spinalis. Blok
epidural adalah pemberian anestetik lokal pada lepisan luar yang
menutupi korda spinalis atau durameter. Blok kaudal diberikan pada
ujung bawah kolumna spinalis untuk memblok daerah perimeum.
Tekanan darah harus dipantau selama pemberian jenis-jenis anestesi ini,
karena dapat terjadi penurunan tekanan darah akibat obat dan prosedur.
Blok pelana seringkali dipakai untuk klien yang melahirkan.
Perawat memegang peranan penting dalam menilai klien sebelum
dan sesudah anestesi mum dan lokal. Perlu dilakukan persiapan klien
untuk pembedahan dengan menjelaskan tentang persiapan dan
penyelesaian perinth-perintah prabedah, termasuk premedikasi, untuk
meningkatkan keamanan dan efektifitas anestesi dan pembedahan.
(10). Antipsikotika
Antipsikotika (major tranquillizers) adalah obat-obat yang dapat
menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa memengaruhi fungsi umum
seperti berpikir dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan
emosi dan agresi dapat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan
jiwa seperti impian dan pikiran khayali (halusinasi) serta menormalkan
perilaku yang tidak normal.
Haloperidol
Haloperidol : Haldol, Serenace
Senyawa butirofenon ini memiliki khasiat antipsikotis dan anti-
emetis kuat dan hingga kini digunkan sebagai obat referensi untuk
antipsikotika baru. Kerjanya terhadap reseptor lain relative lemah. Obat
ini digunakan pada schizophrenia dan berbagai macam gerakan spontan
22 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
dari otot kecil yang diperkirakan akibat hiperaktrivitas sistem dopamine
di otak. Lansia khususnya peka sekali terhadap obat ini, sehingga
takarannya harus hat-hati.
Cara pemberian : Oral, intravena, intramuscular,
Bentuk obat : Tablet, larutan/sirup
Efek samping :Gejala ekstrapiramidal berupa parkinsonisme, dystonia
akut, akathisia, dyskinesia tarda, sindrom neuroleptika
maligne. Galaktorrea, sedasi, hipotensi ortostatis, efek
kolinergis, efek antiserotonin, gejala penarikan dan
lain-lain.
Farmakokinetik : Resorpsinya diusus baik, BA-nya kurang lebih 60%
akibat FPE besar. PP-nya 92%, plasma waktu paruhnya
kurang lebih 20 jam. Eksresinya berupa metabolit dan
secara utuh melalui kemih (40%) dan tinja (15%).
Farmakodinamik :Haloperidol mengubah efek dopamin dengan
menghambat reseptor dopamin; sehingga sedasi dan
EPS dapat terjadi. Obat ini dipakai untuk
mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda
agitasi pada orang dewasa maupun pada anak-anak.
Haloperidol mempunyai efek antikolinergik; sehingga
harus hati-hati dalam memberikan obat ini kepada klien
dengan riwayat glaukoma.
(11). Antidepresiva
Antidepresiva atau obat antimurung adalah obat-obat yang mampu
memperbaiki suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau
meringankan gejala keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh
kesulitan sosial ekonomi, obat-obatan atau penyakit.
Serotonin
Serotonin atau 5-hidroksitriptamin (5HT) berfungsi sebagai
neurotransmitter pada komunikasi antara neuron-neuron otak. Zat ini
berkhasiat memperbaiki suasana jiwa, menghambat nafsu makan, juga
meningkatkan rasa kantuk dan ambang nyeri, hingga rasa sakit lebih
mudah diatasi. Banyak karbohidrat dalam makanan meningkatkan
23 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
produksi insulin dan juga sekresi serotonin, yang berefek turunnya nafsu
makan dan timbulnya rasa kantuk. Bila kadar 5HT di otak menurun
seperti setelah penggunaan zat-zat antiserotonin, nafsu makan pun
bertambah.
Cara pemberian : Oral
Bentuk obat : Tablet
Efek samping : Anoreksia, mual, diare, dispepsia, tremor, sakit
kepala, insomnia, kantuk, berkeringat, mulut kering,
disfungsi seksual (ejakulasi lambat pada pria)
Farmakokinetik : Kinetik Serotonin disintesa secara enzimatis dari
triptofan, terutama di sel-sel tertentu dari saluran cerna.
Di samping itu dalam jumlah ringan juga di saraf otak
dan saraf perifer, mastcells dan jaringan ginjal. Dari
usus serotonin diserap ke dalam darah dan untuk
sebagian besar dirombak di dalam hati. Sisanya yang
sedikit diserap oleh sel-sel endotel dari paru-paru dan
diinaktifkan.
Farkodinamik : Serotonin langsung menstimulasi otot polos dan
serabut saraf. Kedua efek ini sulit untuk dipisahkan.
Dalam otot rangka terdapat efek vasodilatasi, tetapi
efek secara keseluruhan sebenarnya sesuatu
peningkatan resistensi perifer. Karena itulah pada kulit
terlihatmerah.
Efek pada jantung adalah efek ionotropik dan
kronotropik. Tekanan darah penurunan tekanan darah
akibat stimulasi aferen ventrikular, diikuti peningkatan
TD akibat efek vasokonstriktor dan stimulasi
kemoreseptor, dan fase terakhir yaitu fase depresor
karea vasodilatasi otot. Kesemua ini disebut efek
Trifasik. Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi
dan pada respirasi efeknya langsung menstimulasi otot
polos bronkus (bronkokonstriksi) pada penderita asma,

24 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
dan efek pada saluran cerna adalah motilitas saluran
cerna meningkat.
(12). Obat-obat Parkinson
Agonis-dopamin: Levopoda
Agonis-dopamin (dopaminergika) merupakan pilihan pertama
karena bekerja lebih lama (t panjang) dan lebih ampuh terhadap
komplikasi jangka panjang.
Cara pemberian : Oral
Bentuk obat : Tablet
Efek samping : Kesulitan tidur akibat eksitasi, karena naiknya kadar-
DA di otak. Guna meringankan efek ini, sebaiknya
dosis terakhir diminum sebelum tidur. Efek kejiwaan
dapat terjadi juga, seperti rasa takut, depresi dan gejala
psikosis pada overdose. Obat-obat ini juga bekerja
terhadap hipotalamus dan hipofisis, maka menghambat
produksi prolaktin. Risiko akan efek samping tersebut
dapat dikurangi dengan cara pentakaran berangsur-
angsur, artinya mulai dengan dosis rendah yang
kemudian dinaikkan dengan perlahan-lahan.
Farmakokinetik : Absorpsinya baik melalui GI. Karbidopa dalam
karbidopalevodopa berikatsan dengan protein sebanyak
36%; persentase pengikatan pada protein dari levodopa
tidak diketahui. Waktu paruh untuknya pendek kurang
lebih 1 jam untuk levodopa dan 1-2 jam untuk
karbidopa. Obat ini dieksresikan sebagai metabolit
dalam urin.
Farmakodinamik :Karbidopa-levodopa meningkatkan kadar dopamine
dari obat di dalam otak. Karbidopa mencegah destruksi
perifer dari levodopa dengan menghambat proses
perusakan oleh enzim, dopa dekarboksilase. Mula
kerjanya cepat, waktu untuk mencapai kadar puncak
adalah sedang, dan lama kerja dapat diperpanjang.

25 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
(13). Demensia
Kebanyakan obat yang digunakan pada demensia termasuk
golongan parasimpatikomimetika (kolinergik) yang bekerja melalui
perintangan enzim kolinestrase untuk menghambat degradasi asetilkolin
di otak.
Kolinestrase-inhibitors :galantamin, takrin, doneprezil dan
rivastigimi
Cara pemberian : Oral
Bentuk obat : tablet
Efek samping : aritmia, infark jantung, toksis bagi hati

2. Sistem Saraf Otonom


(1). Adrenergik
Obat-obat yang merangsang sistem saraf simpatis disebut
adrenergik, atau simpatomimetik karena obat-obat ini menyerupai
neurotransmitter simpatis (norepinefrin dan epinefrin)
Efineprin : adrenalin,epipen,*Ulracain,lidonest 2%*.
Cara pemberian :Epinefrin dapat diberikan melalui rute parenteral,
inhalasi, atau topikal
Bentuk obat : Gas, ampulan/vial
Efek samping :Hipertensi, takikardia, palpitasi, aritmia, tremor,
pusing, kesulitan berkemih, mual, dan muntah.
Farmakokinetik : Persentase obat yang berikatan dengan protein dan
waktu paruhnya tidak diketahui. Epinefrin
dimetabolisme oleh hati dan dieksresikan kedalam
urine.
Farmakodinamik : Epinefrin digunakan pada saat gawat darurat untuk
mengatasi anafilaksis, yang merupakan respon alergik
yang mengancam jiwa. Obat ini inotropik (daya
kontraksi otot) kuat, menimbulkan denyut jantung, dan
dilatasi saluran bronchial.

26 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
(2). Adrenolitika
Adrenolitika adalah zat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas SS Simpatis. Misalnya, adrenolitika meniadakan vasokontriksi
yang ditimbulkan oleh aktivasi reseptor alfa akibat adrenergika.
Propanolol
Cara pemberian : Intravena, peroral
Bentuk obat : Tablet dan kapsul sustained-release
Efek samping :Ganguan pencernaan, hipotensi, nadi melemah, sesak
napas, kesemutan, pusing, gangguan tidur.
Farmakokinetik :Propranolol diabsorpsi dengan baik melalui saluran
gastrointestinal. Obat ini menembus sawar darah-otak
dan plasenta, dan ditemukan dalam air susu. Obat ini
dimetabolisme oleh hati dan mempunyai waktu paruh
yang singkat, yaitu 3-6 jam.
Farmakodinamik :Dengan menghambat kedua jenis reseptor beta,
propranolol menurunkan denyut jantung, dan sekunder,
tekanan darah. Obat ini juga menyebabkan saluran
bronkial mengalami konstriksi dan kontraksi uterus.
Obat ini tersedia untuk oral dalam bentuk tablet dan
kapsul sustained-release, dan untuk pemakaian
intravena. Mula kerja dari preparat sustained-release
lebih lama daripada tablet; waktu mencapai kadar
puncak dan lama kerjanya juga lebih lama pada
formula sustained- release. Bentuk ini efektif untuk
dosis pemberian satu kali sehari, khususnya untuk klien
yang tidak patuh dengan dosis obat beberapa kali
sehari.
(3). Anoreksia
Anoreksia adalah zat-zat yang berdaya menekan nafsu makan dan
digunakan untuk menunjang diet pada penangan obesitas. Efektif selama
4-6 minggu. Namun, setelah digunakan 3-6 bulan, efeknya akan sangat
berkurang akibat terjadinya toleransi. Obat yang di gunakan adalah
Amfetamin (WHO).
27 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut
sistem saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan
satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di
wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning,
maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.
Cara pemberian : Oral
Bentuk obat : Serbuk
Efek Samping : Mual, muntah, mulut kering, euforia, menurunkan
nafsu maskan, dsb.
Farmakokinetik dan farmakodinamik:
Terdapat peningkatan keberadaan norepinefrin atau serotonin yang
terbentuk oleh suatu penumpulan ambilan balik ke dalam neuron
prasinaptik. Amin tersier diduga secara predominan menyekat serotonin
dan amin sekunder secara predominan menyekat norepinefrin. Sekarang,
tampak mekanisme kerjanya lebih kompleks dan berperan utama dalam
efek antidepresi.
(4). Kolinergika
Kolinergika atau parasimpatikomimetika adalah sekelompok zat
yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan
saraf parasimpatis, karena melepas neurohormon asetilkolin di ujung-
ujung neuronnya. Tugas utamanya adalah mengumpulkan energi dari
makanan dan menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi
asimilasi. Bila neuron saraf parasimpatis dirangsang, timbullah sejumlah
efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur.
Beta-blocker: timolol (Nyolol 0,5%), betaksolol (Betoptima 0,5%)
dan befunolol.
Beta-blocker efektif bila kenaikan tekanan intraokuler disebebkan
oleh meningkatnya produksi cairan mata. Mekanisme kerjanya yang
eksak belum jelas. Tetes mata dengan bete-blockers berdaya
menurunkan produksinya, kombinasi dari dua jenis obat juga dapat
digunakan.

28 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Cara pemberian : Oral, parenteral
Bentuk obat : Serbuk, injeksi
Efek samping :Mual, muntah-muntah dan diare, dapat meningkatkan
sekresi ludah, dahak, keringat dan air mata,
bradycardia, bronchokonstriksi serta depresi
pernapasan.
Farmakokinetik : Propanolol termasuk beta bloker yang mudah terlarut
dalam lemak. Propanolol diabsorbsi dengan baik dalam
saluran cerna ( > 90 % ).
Farmakodinamik :Propanolol menghambat secara kompetitif efek
adrenergik, baik Nor Epinefrin dan Epinefrin endogen
maupun obat adrenergik eksogen pada adrenoreseptor.
(5). Anatikolinergika
Antikolinergika atau parasimpatikolitika melawan khasiat
asetilkolin dengan jalan menghambat terutama reseptor-reseptor
muskarin yang terdapat di SSP dan organ perifer.
Atropin
Derivat-tropan ini berkhasiat antikolinegis kuat dan merupakan
antagonis khusus dari efek muskarin Ach. Efek nikotin nya diantagonir
ringan sekali. Atropin juga memiliki daya kerja atas SSP (sedatif) dan
daya bronchodilatasi ringan berdasarkan peredaan otot polos bronchi.
Zat ini digunakan sebagai midriatikum kerja panjang yang juga
melumpuhkan akomodasi (cycloplegia), juga sebagai spasmolitikum
pada kejang-kejang di saluran lambunga-usus dan urogenitalia, sebagai
premedikasi pada anastesi dan sebagai zat penawar racun (antidotum)
keracunan Ach (Zat-zat antikolinesterase) dan kolinergika lain.
Cara pemberian : Oral, parenteral
Bentuk obat : Serbuk, larutan injeksi
Efek samping :Berupa efek-efek muskarin, yakni mulut kering,
obstipasi, retensi urin, tachycardia, palpitasi dan
aritmia, gangguan akomodasi, midriasis dan
berkeringat.

29 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
Farmakokinetik :Resorpsinya di usus cepat dan lengkap seperti alkoida
alamiah dan lainnya, begitu pula mukosa. Resorpsinya
melalui kulit utuh dan mata tidak mudah. Distribusinya
keseluruh tubuh baik. Eksresinya melalui ginjal, yang
separuhnya dalam keadaan utuh
Farmakodinamik :Hambatan oleh atropin bersifat reversible dan dapat
diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah
berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin
memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi
hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen.

E. Implikasi Keperawatan Pemberian Obat Pada Sistem Neurology Dan


Neuromusjuker
1. Benzodiazepin
(a). Pengkajian
Tapis hal-hal berikut ini, yang dapat merupakan kontraindikasi atau
peringatan dalam penggunaan obat ini setiap alergi terhadap benzodiazepin;
Kerusakan fungsi hati atau ginjal yang dapat mengubah metabolisme dan
ekskresi obat tertentu.
Setiap kondisi yang dapat di perburuk oleh efek depresan obat (misalnya :
glukoma, koma, psikosis, syok, intoksikasi alkohol akut)
Kehamilan serta laktasi
Tapis status dasar pasien sebelum memulai terapi pengobatan dan juga
tapis setiap efek merugikan potensial. Kaji hal-hal berikut ini :
Suhu dan berat badan
Warna dan lesi kulit
Afek, orientasi, refleks, dan penglihatan
Nadi, tekanan darah, dan perfusi
Frekuensi pernapasan, suara nafas tambahan.
Adanya penyakit paru kronis
Serta bising usus pada pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan laboratorium harus meliputi uji fungsi hati dan ginjal serta
30 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
DPL.
(b). Diagnosis Keperawatan
Pasien yang mendapatkan benzodiazepin mungkin memiliki diagnosis
keperawatan berikut ini yang berhubungan dengan terapi obat :
Gangguan proses pikir dan gangguan persepsi sensori (visual,
kinestetik) yang berhubungan dengan efek pada SSP
Resiko cedera yang berhubungan dengan efek pada SSP
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan efek pada SSP
Kurang pengetahuan tentang terapi obat
(c). Implementasi Keperawatan
Jangan berikan secara Intra Arteri, karena dapat terjadi spasme arteri
serius dan gangren. Pantau tempat injeksi dengan cermat untuk melihat
adanya reaksi lokal guna menjalankan terapi sesegera mungkin.
Jangan campur obat Intravena dalm larutan dengan obat lain untuk
menghindari potensi interaksi obat-obat.
Berikan bentuk parenteral hanya jika bentuk oral tidak memungkinkan
atau tidak tersedia, dan pindah ke bentuk oral, yang lebih aman dan
kurang menyebabkan efek merugikan sesegera mungkin.
Berikan obat Intravena dengan perlahan, karena agens ini dapat
menyebabkan terjadinya hipotensi, bradikardia dan henti jantung
Atur pengurangan dosis analgesik narkotik pada pasien yang menerima
benzodiazepin untuk mengurangi efeek yang berpotensi muncul dan
sedasi.
Minta pasien yang menerima benzodiazepin parenteral untuk teerus
diatas tempat tidur selama minimal 3 jam. Jangan izinkan pasien yang
dapat berjalan untuk mengendarai kendaraan bermotor seetelah injeksi,
guna memastikan keamanan pasien
Pantau fungsi ginjal dan hati juga DPL selama terapi jangka panjang
untuk mendeteksi adanya disfungsi dan mengatur pengurangan serta
penghentian obat jika disfungsi terjadi.
Kurangi dosis secara bertahap setelah terapi jangka panjang, khususnya
pada pasien epilepsi. Penghentian obat secara drastis dapat memicu
31 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
kejang pada pasien. Juga dapat menyebabkan syndrom putus obat.
Lakukan tindakan yang memberi rasa nyaman untuk memebantu pasien
menoleransi efek obat misalnya meminta mereka berkemih sebelum
memberikan obat dosis, menerapkan program defekasi sesuai
kebutuhan, memebrikan makan bersama obat jika mengalami
ketidaknyamanan GI yang berat, kontrol lingkungan (pasang pagar
tempat tidur, bantuan jika berjalan), orientasi.
Berikan penyuluhan menyeluruh kepada pasien tentang nama obat, dosis
yang di programkan, tindakan untuk menghindari efek merugikan, dan
tanda peringatan yang dapat mengindikasikan kemungkinan masalah.
Instruksikan pasien tentang perlunya pemantauan serat evaluasi periodik
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi obat dan
meningkatkan kepatuhan.
Berikan dukungan, dorongan untuk membantu pasien mengahdapi
diagnosis dan menjalankan program pengobatan.
Apabila diperlukan gunakan flumazenil, antidot, benzodiazepin, untuk
pengobatan overdosis.
(d). Evaluasi
Pantau respon pasien terhadap obat (hilangnya tanda dan gejala ansietas,
tidur, sedasi)
Pantau efek merugikan (sedasi, hipotensi, aritmia jantung, disfungsi atau
ginjal, diskrasiadara)
Evaluasi keefektifan rencana penyuluhan (pasien dapat menyebutkan
nama obat, dosis, efek merugikan potensial yang perlu diperhatikan,
tindakan spesifik untuk membantu menghindari efek merugikan dan
pentingnya tindakan lanjut yang kontinyu)
(e). Penyuluhan pasien
Penyuluhan pasien harus menekankan poin-poin berikut untuk obat-
obatan dalam kelas ini :
Benzodiazepin digunakan untuk meredakan ketegangan atau kegugupan.
Walaupun cara kerja obat-obatan ini secara tepat belum dipahami,
kelompok obat ini mengurangi spasme otot, meredakan insomnia, dan

32 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
dapt membantu mengatasi gangguan konvulsif.
Efek umum obat-obatan ini meliputi hal berikut :
Pusing, mengantuk, gugup, dan insomnia. Jika efek ini terjadi, hindari
mengemudiatau melakukan tugas berbahaya atau tugas sulit yang
membutuhkan konsentrasi.
Mual, muntah, dan penurunan berat badan.makanan porsi kecil tetapi
sering dapat membantu meredakan mual. Pantau penurunan berat badan
pasien dan jika semakin parah konsultasikan dengan tenaga kesehatan.
Jangan menggunakan obat ini bersama antasid.
Konstipasi atau diare. Reaksi ini seringkali hilang seiring waktu. Apabila
tidak juga menghilang konsultasikan dengan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan terapi yang tepat.
Perubahan penglihatan, bicara tidak jelas, dan tidak tepat. Efek ini juga
hilang seiring waktu. Lakukan perawatan ekstra dalam aktivitas pasien
selama beberap hari pertamaa. Apabila reaksi ini tidak hilang setelah 3
hingga 4 hari, konsultasi dengan tenaga kesehatan.
Laporkan setiap kondisi berikut kepada tenaga kesehatan; ruam, demam,
sakit tenggorokan, insomnia, depresi, ceroboh, dan gugup. Apabila anda
mengehentikan konsumsi obat ini, beritahukan kepada tenaga kesehatan
tentang adanya kondisi ini; bergetar, keram otot, berkeringat, iritabilitas,
konfusi atau kejang. Berutahukan kepada dokter, perawat atau tenaga
kesehatan lain bahwa anda menggunakan obat ini. Simpan obat ini dan
semua obat lain dari jangkauan anak. Hindari penggunan obat bebas ketika
anda menggunakan obat ini.
Apabila anda merasa memerlukan salah satu dari obat bebas, konsultasi
dengan tenaga kesehatan untuk pilihan terbaik. Banyak obat bebas yang
dapat mengganggun kerja benzodiazepin yang anda guna. Hindari alkohol
ketiak anda menggunakan obat ini. Kombinasi alkohol, benzodiazepin dapat
menyebabkan maslah serius. Apabila anda sudah mengonsumsi obat ini
dalam waktu yang lama, jangan hentikan penggunaannya secara tiba-tiba.
Tubuh anda perlu menyesuaikan diri terhadap hilangnya obat dan dosisnya
akan perlu dikurangi secar bertahap untuk mencegah terjadinya masalah

33 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
serius.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem saraf bertanggung jawab mengendalikan fungsi tubuh manusia,
menganalisis stimulus yang datang, dan mengintegrasikan respons internal
dan eksternal
2. Sistem saraf beroperasi melalui penggunaan implus listrik dan penghantar
kimia untuk membawa informasi ke seluruh tubuh dan berespons terhadap
stimulus internal dan eksternal
Yang didalamnya terdapat :
a. Neuron
b. Potensial Aksi
c. Sinaps
3. Sistem Saraf Pusat terdiri
a. Otak dan
b. Medula Spinalis
Sistem Saraf Tepi
a. Somatis ( Sadar )
b. Otonom ( Tak Sadar )
4. Penggolongan obat pada system neurologi dan neuromuscular
a. Analgetik Perifer obat yang dapat menghalau rasa nyeri
b. Antiepileptika obat yang dapat menanggulangi epilepsy yakni sifat untuk
meredakan konvulsi (kejang klonus hebat).
c. Sedativa Hipnotika menekan SSP
d. Barbiturat Mengendalikan kejang pada epilepsi

34 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
e. Benzoanzepam Obat yang dapat membuat mengantuk dan mengurangi
rasa cemas
f. Analgesik nonnarkotik tidak bersifat adiktif dan kurang kuat dibandingkan
dengan analgesik narkotik. Obat-obat ini dipakai untuk mengobati nyeri
ringan sampai sedang dan dapat dibeli secara bebas. Obat-obat ini efektif
untuk nyeri tumpul pada sakit kepala, disminore
g. Analgesik narkotik, disebut juga agonis narkotik, diresepkan untuk
mengatasi nyeri sedang sampai berat. Analgesik narkotik bekerja terutama
pada SSP
h. Anastetik umum adalah obat yang dapat menimbulkan anastesia atau
narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di SSP
yang bersifat reversibel, di mana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.
i. Anestesi local, menghilangkan sakit pada tempat dimana obat diberikan,
dan kesadaran tetap dipertahankan
j. Antipsikotika (major tranquillizers) adalah obat-obat yang dapat menekan
fungsi-fungsi psikis
k. Antidepresiva atau obat antimurung adalah obat-obat yang mampu
memperbaiki suasana jiwa (mood)
l. Antidepresiva atau obat antimurung adalah obat-obat yang mampu
memperbaiki suasana jiwa (mood)
5. Penggolongan Obat di Sistem Saraf Otonom
a. Adrenergik obat yang merangsang system saraf sarap simpatis
b. Adrenolitika zat yang melawan seluruh atau sebagian aktivitas SS
Simpatis
c. Anoreksia obat yang menekan nafsu makan
d. Kolinergik zat yang dapat menimbulkan susunan yang sama dengan
stimulus susunan saraf parasimpatis
e. Anatikakolinergika melawan khasiat asetilkolin

B. Saran
Seseorang yang sudah memiliki wewenang dalam memberikan obat kepada
pasien seyogyanya bisa memahami dosis dan jenis obat dalam pemberianya. Dan
35 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
khususnya pada perawat yang sewaktu-waktu harus memberikan obat kepada
pasien, maka harus di sesuaikan dosis dan jenis penyakit yang diderita. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Akprov kaltim sebagai bahan
pemebelajaran dalam mata kuliah Farmakologi. Sangat diharapkan bagi para
pembaca untuk member kritikan dan saran untuk di menjadikan penulis lebih
baik lagi dalam penulisan makalah selanjutnya

36 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER
DAFTAR PUSTAKA

Amy M. Karch. (2010). Focus On Nursing Phamrmacology. Jakarta : EGC


Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dan Klinik. Jakarta : Salema Medika
http://id.scribd.com/doc/201403/obat-sistem-saraf-pusat-neurologi-dan-
neuromuskuler#scribd

37 | Page
IMPLIKASI KEPERAWATAN PADA PEMBERIAN OBAT NEUROLOGY DAN NEUROMUSKULER

You might also like