You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia.Indonesia


memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta
penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar
penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas.Lansia yang mengalami
kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang yang lebih
muda untuk mengurus dirinya.
Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun
1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan
penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi
(0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).
Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka
kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand
0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi
mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul
backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara
lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya
pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan
fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak
memicu kita dalam upaya pencegahan.
Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari
pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari
berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya
penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam
mencegah dan menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah

1
raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi
mahasiswa keperawatan.

B. Tujuan

Setelah menyelesaikan penugasan mahasiswa mampu :


1. Mengenali dan memahi proses terjadinya katarak
2. Melakukan pengkajian pada klien dengan katarak.
3. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan katarak.
4. Menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan katarak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi
setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.

Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan
lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga
penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina.Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat
bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani Cataracta yang berarti Air terjun, hal ini
disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air
terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).

Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003).

B. Anatomi Fisiologi

3
Mata manusia dapat anda temukan di dalam orbita (bagian tengkorak) yang
merupakan organ penglihatan. Mata berhubungan dengan jaringan saraf ke otak sehingga
sinyal sinyal atau impuls berupa rangsangan cahaya.

Fungsi utama mata adalah memfokuskan cahaya ke dalam retina. Setelah cahaya
fokus ke retina, sel sel saraf berupa sel batang dan sel kerucut pada retina akan melaksanakan
pemilahan terhadap warna dan intensitas cahaya yang diubah menjadi impuls. Impuls yang
ada selanjutnya dikirim ke otak pada bagian lobus opticus.

1. Struktur Mata Eksternal

a. Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan
pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari.
b. Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan,
dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan
bola mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit
tanpa lemak subkutis. Batas kelopak mata berakhir pada plat tarsal, terletak pada batas
kelopak. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva.
c. Bulu mata
Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.
2. Struktur Mata Internal
a. Sklera
Lapisan paling luar dan kuat ( bagian putih mata). Bila sklera mengalami penipisan
maka warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior, sklera mempunyai
lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina sentralis. Dibagian anterior
berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi secara longgar dengan
konjungtiva. 14 Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus serta membantu
mempertahankan bentuk biji mata.
b. Khoroid
Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan ranting-ranting arteria oftalmika,
cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang
ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebelah belakang
iris memancarkan warnanya dan dengan demikian menentukan apakah sebuah mata itu

4
berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Khoroid bersambung pada bagian
depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris. Selaput ini menebal guna membentuk
korpus siliare sehingga terletak antara khoroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut
otot sirkulerndan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran.
Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi. Semuanya ini
bersama-sama membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid.
Peradangan pada masingmasing bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan
khoroiditis, atau pun yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian
dari traktus ini mengalami peradangan, maka penyakitnya akan segera menjalar kebagian
traktus lain disekitarnya.
c. Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf
batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang merupakan
jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan saraf
halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus, yang merupakan
titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena
tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula, yang
terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis berhadapan dengan pusat pupil.
d. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan
tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epithelium
berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.
Bilik anterior (kamera okuli anterior)
Terletak antara kornea dan iris.
e. Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua
kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan ukuran
pupil, 16 sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu sendiri.
f. Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana cahaya
dapat masuk untuk mencapai retina.
Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang diisi
dengan aqueus humor.

5
g. Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada
sudut iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran Schlemm.
h. Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya 4 mm dan
diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni) yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor
aqueus dan disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah membran
semipermiabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis
epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa 17
lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan
sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah,
maupun saraf dalam lensa.
i. Vitreus humor
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi dengan
cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk
memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara
retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
Anatomi dan fisiologi Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler, lunak dan bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di
belakang iris, di depan badan vitreus.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina.Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.Kerjasama fisiologik tersebut
antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina

6
dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

C. Etiologi
Beberapa pandangan teoritis oleh beberapa ahli tentang penjabaran penyebab
terjadinya penyakit (etiologi) katarak :
Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara kongenital
akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan,
kelainan sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi
mekanik, traumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol
meningkatkan resiko katarak (Mansjoer,2000).
Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan.
Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B dari cahaya matahari,
efek racun, rokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola
mata, serta adanya cidera mata (Ilyas,1997). Perubahan lensa pada usia lanjut menurut
Ilyas (2005):
1. Kapsul
a. Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
a. Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
b. Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa:
a. Lebih iregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna
coklet protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding
normal.
d. Korteks tidak berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

7
Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam/tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti dibetes melitus atau
hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) atau
kelainan mata lain seperti uveitis anterior (Smeltzer,2002).
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda.
Kesimpulan penyebab katarak :
a) Faktor keturunan.
b) Cacat bawaan sejak lahir (congenital).
c) Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d) Operasi mata sebelumnya.
e) Trauma (kecelakaan) pada mata

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih(bening), transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di ferifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukeus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela.

8
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen
dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium bertambah sedangkan kandungan kalium,asam askorbat dan protein
berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung glutation.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
daerah di luar lensa,misalnya,dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan menggangu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dan tidak ada pada pasien yang menderita
katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun menpunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat
bersifat kongenital dan harus diidentifikasikan awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering
menyebaban terjadinya katarak meliputi sinar UV B,obat-obatan, alkhol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksi dan yang kurang dalam waktu yang lama.

E. Klasifikasi
Berdasarkan pada usia katarak dapat diklasifikasikan menjadi:
1. katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun
2. katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun ( illyas 1999:208)
Berdasarkan penyebab katarak dapat dibedakan menjadi:
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat ruda paksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam. Ruda paksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar X, radio aktif dan
benda asing.
2. Katarak toksika
Menupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selain itu, katarak ini dapat juga terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid
dan chlortraumazine.
3. Katarak komplikata

9
Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes melitus,
hipoparatiroidzisme, atau akibat kelainan lokal seperti uvelitis, glaukoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdasarkan stadium katarak senil dapat dibedakan menjadi:
1. katarak insipien
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak-
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Klien mengeluh gangguan penglihatan seperti
melihat ganda pada penglihatan satu mata. Pada stadium ini proses degenerasi belum
menyerap cairan sehingga bilik mata depan memiliki keadaan normal. Iris dalam posisi
biasa disertai kekeruhan ringan pada lensa. Belum terjadi gangguan tajam penglihatan.
2. katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
miopia dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal. Sudut mata
depan dapat tertutup sehingga mungkin timbul glaukoma sekunder.
3. katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
Tekanan cairan dengan lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam
mata sehingga ukuran lensa akan normal kembali. Tajam penglihatan sudah menurun
dan hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4. katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam didalam korteks lensa. Pada stadium ini, dapat juga
terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa maupun korteks lensa yang cair
dapat masuk kebilik mata depan. Bahan lensa dapat menutup jalan keluar cairan bilik
mata depan sehingga timbul glaukoma fakolitik.

Perbedaan dari empat stadium yaitu insipien, intumesen, imatur, matur dan hipermatur (Ilyas,
2005).

HIPER
INSIPIEN IMMATUR MATUR
MATUR

Kekeruhan Ringan Sebagian Penuh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Termulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

10
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopods

Penyulit - glaukoma - Uveitis dan glaukoma

F. Manifestasi Klinik
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa :
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e. Kesulitan melihat pada malam hari
f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata
g. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

Gejala lainya adalah :


1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.

11
3. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di
dalam mata (glukoma) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau
jalan optik.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada
hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO) (NORMAL 12-25 mm Hg).
Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup
glaukoma.
4. Test provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
5. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi lepeng
optik, papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan
belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan anemia sistemik/ infeksi.
EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan
arterosklerosis, PAK.
7. Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan adanya/kontrol diabetes.

H. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.

Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam


2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa
fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada objek
jauh

12
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada
iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan
dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika
hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko
operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila
mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3)
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960
hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni :
a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus
dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan
cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput
bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7
mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan
diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10
menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien
akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan

13
kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa
intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata
lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan
kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi
katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang
keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

I. Pencegahan
Perawat sebagai anggota penting tim perawatan kesehatan, dan sebagai
pendidik dan praktiksi kebiasaan kesehatan yang baik, dapat memberikan pendidikan
dalam hal asuhan mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat dapat
mencegah membantu orang belajar bagaimana mencegah kontaminasi silang atau
penyebaran penyakit infeksi kepada orang lain melalui praktek higiene yang baik.
Perawat dapat mendorong pasien melakukan pemeriksaan berkala dan dapat
merekomendasikan cara mencegah cedera mata.

Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada usia
pasien, faktor resiko terhadap penyakit dan gejala orkuler. Orang yang mengalami gejala
orkuler harus segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak mengalami gejala
tetapi yang berisiko mengalami penyakit mata orkuler harus menjalani pemeriksaan mata
berkala. Pasien yang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi mata, seperti
kortekosteroid, hidrokksikloroquin sulfat, tioridasin HCI, atau amiodarone, harus
diperiksa secara teratur. Yang lainya harus menjalani evaluasi glaukoma rutin pada usia
35 dan reevaluasi berkala setiap 2 sampai 5 tahun.

J. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai
5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka
akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan kebutaan,glukoma dan uveitis.

K. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata

14
Identitas klien dan identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
Dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada katarak kongenital
biasanya terlihat pada usia dibawah 1 tahun, sedangkan pasien dengan katarak
juvenile terjadi pada usia <40 tahun, pasien dengan katarak persenil terjadi pada usia
sesudah 30 40 tahun,dan pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia >40 tahun.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
Penglihatan kabur
Persepsi warna turun
Diplopia dan visus menurun
Penglihatan memburuk pada siang hari/silauMata basah
Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua
mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda,
atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Dapat juga akibat trauma, akibat radasi,
penggunaan kortikosteroid yang lama, kelainan congenital, dan adanya riwayat
penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan
mata sebelumnya , dan penyakit metabolic lainya yang memicu resiko katarak.
Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau
dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata
yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau
infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien
c) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus)
pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.

3. Pemeriksaan Fisik Mata


Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah
inspeksi dan palpasi.

15
Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber
cahaya. Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait
usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi
pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan
untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi
secara kasar (jelas terlihat) tingkat tekanan intraokuler.
Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan
sitematis, biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di
evaluasi lebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata
diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu
mata, aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil.
Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, yang dilakukan perawat adalah:
Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh.
Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata
diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya
bulu mata.
Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan
adanya benda asing.

4. Perubahan pola fungsi


Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3=

16
perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat
dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia
atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan.
Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau
tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang
drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk,
warna, bau dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri
karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat
di rumah sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.
b. Diagnosa Keperawatan
Preoperasi
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori atau status organ indera.

17
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
3. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.
Postoperasi
4. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
5. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan Keterbatasan penglihatan.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan
tubuh.
c. Intervensi / Rencana Keperawatan

Dx NIC NOC Rasional


1. Setelah dilakukan 1. Tentukan ketajaman 1. Kebutuhan individu
tindakan penglihatan, catat dan pilihan intervensi
keperawatan selama apakah satu atau bervariasi,sebab
_x24 jam diharapkan kedua mata terlibat. kehilangan penglihatan
: terjadi secara lambat
Penggunaan 2. Orientasikan pasien dan progresif.
2. Memberikan
penglihatan yang terhadap lingkungan,
peningkatan
optimal staf, orang lain
kenyamanan.
Kriteria Hasil: disekitarnya.
3. Perhatikan tentang
1) Pasien akan 3. Gangguan penglihatan/
suram atau
berpartisipasi dalam iritasi dapat berakhir 1-
penglihatan kabur
program 2 jam setelah tetesan
dan iritasi
pengobatan. mata tetapi secara
matadimana dapat
2) Pasien akan bertahap menurun
terjadi bila
mempertahankan dengan penggunaan.
menggunakan obat
lapang ketajaman
teles mata
penglihatan tanpa
kehilangan lebih
lanjut.
2. Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Derajat kecemasan
tindakan kecemasan pasien akan dipengaruhi
keperawatan selama dan catat adanya bagaimana informasi
_x24 jam diharapkan tanda- tanda verbal tersebut diterima oleh
- Tidak terjadi dan nonverbal. individu.
2. Beri kesempatan 2. Mengungkapkan rasa

18
kecemasan pada pasien untuk takut secara terbuka
klien dan tidak mengungkapkan dimana rasa takut
ada perubahan isipikiran dan dapat ditujukan.
status kesehatan. perasaan takutnya.
3. Mengetahui respon
Dengan kriteria 3. Observasi tanda vital
fisiologis yang
hasil : danpeningkatan
1. Pasien ditimbulkan akibat
respon fisik pasien.
mengungkapkan kecemasan.
4. Beri penjelasan 4. Meningkatkan
dan
pasien tentang pengetahuan pasien
mendiskusikan
prosedur tindakan dalam rangka
rasa
operasi, harapandan mengurangi
cemas/takutnya.
2. Pasien tampak akibatnya. kecemasan dan
rileks tidak kooperatif.
5. Lakukan orientasi
5. Mengurangi
tegangdan
danperkenalan
kecemasan dan
melaporkan
pasienterhadap
meningkatkan
kecemasannya
ruangan,petugas, dan
pengetahuan.
berkurang
peralatanyang akan
sampai pada
digunakan.
6. Mengurangi perasaan
tingkat dapat 6. Beri penjelasan
takutdan cemas.
diatasi. dansuport pada
pasien padasetiap
melakukan
prosedurtindakan.
3. Setelah dilakukan 1. Kaji informasi 3. Meningkatkan
tindakan tentang kondisi pemahaman dan
keperawatan selama individu, prognosis, meningkatkan kerja
_x24 jam diharapkan tipe prosedur/lensa. sama dengan perawat.
2. Informasikan pasien 4. Dapat bereaksi
:
untuk menghindari silang/campur dengan
Klien lebih mengerti
tetes mata yang dijual obat yang diberikan.
akan penyakitnya.
bebas.
Dengan kriteria hasil 5. Aktivitas yang
3. Anjurkan pasien
: menyebabkan mata
menghindari
1. Klien lelah/regang, manuver
membaca, berkedip;
menyataka Valsalva, atau

19
n mengangkat berat, meningkatkan TIO
pemahama mengejan saat dapat mempengaruhi
n mengenai defekasi, hasil bedah dan
kondisi/pro membongkok pada mencetuskan
ses panggul, meniup perdarahan.
penyakit & hidung.
pengobatan
.

4. Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk 1. Nyeri dirasakan


tindakan melaporkan tipe, dimanifestasikan dan
keperawatan selama lokasi dan intensitas ditoleransi secara
_x24 jam diharapkan nyeri, rentang skala. individual.
2. Pantau TTV. 2. Kecepatan jantung
: Nyeri hilang atau
biasanya meningkat
berkurang
3. Berikan tindakan karena nyeri.
Kriteria hasil:
3. meningkatkan
kenyamanan.
1) Pasien
4. Beritahu pasien relaksasi.
mendemonstrasikan 4. adanya nyeri
bahwa wajar saja ,
pengetahuan akan menyebabkan
meskipun lebih baik
penilaian tegangan otot yang
untuk meminta
pengontrolan nyeri menggangu sirkulasi
analgesik segera
2) Pasien memperlambat proses
setelah
mengatakan nyeri penyembuhan dan
ketidaknyamanan
berkurang/hilang memperberat nyeri.
menjadi dilaporkan.
3) Ekspresi wajah Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai
rileks 5. Untuk mengontrol
indikasi
nyeri adekuat dan
menurunkan tegangan.

5. Setelah dilakukan 1. Diskusikan apa yang 1. Membantu


tindakan terjadi pada mengurangi rasa takut
keperawatan selama pascaoperasi tentang dan meningkatkan
_x24 jam diharapkan nyeri, pembatasan kerja sama dalam
: cedera dapat aktivitas, penampilan, pembatasan yang
dicegah balutan mata. diperlukan.

20
Dengan kriteria hasil 2. Beri pasien posisi 2. Istirahat hanya
: bersandar, kepala beberapa menit sampai
1. Menyatakan tinggi atau miring ke beberapa jam pada
pemahaman sisi yang tak sakit bedah rawat jalan atau
factor yang sesuai keinginan. menginap semalam
terlibat dalam bila terjadi komplikasi.
kemungkinan Menurunkan tekanan
cedera. pada mata yang sakit,
2. Mengubah
meminimalkan risiko
lingkungan
perdarahan atau stres
3. Batasi aktivitas
sesuai indikasi
pada jahitan/jahitan
seperti menggerakkan
untuk
terbuka.
kepala tiba-tiba,
meningkatkan 3. Menurunkan stres
menggaruk mata,
keamanan. pada area
membongkok.
operasi/menurunkan
4. Ambulasi dengan
TIO.
bantuan; berikan
kamar mandi khusus 4. Memerlukan sedikit
bila sembuh dari regangan daripada
anastesi. penggunaan pispot,
yang dapat
meningkatkan TIO.
6. Setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. Menurunkan jumlah
tindakan pentingnya mencuci bakteri pada tangan,
keperawatan selama tangan sebelum mencegah kontaminasi
_x24 jam diharapkan menyentuh / area operasi.
: tidak terjadi mengobati mata.
2. Tekhnik aseptik
2. Gunakan / tunjukkan
infeksi. Dengan
menurunkan resiko
tekhnik yang tepat
kriteria hasil :
penyebaran bakteri dan
untuk membersihkan
1. Tidak ada tanda-
kontaminasi silang.
bola mata.
tanda infeksi 3. Mencegah kontaminasi
3. Tekankan pentingnya
seperti dan kerusakan sisi
tidak menyentuh /
kemerahan dan operasi.
menggaruk mata
iritasi.
yang dioperasi. 4. Digunakan untuk
4. Berikan obat sesuai

21
indikasi. menurunkan inflamasi.
5. Kolaborasi : Berikan 5. Sediaan topikal
obat sesuai indikasi. digunakan secara
profilaksis, dimana
terapi lebih diperlukan
bila terjadi infeksi.

d. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya.
Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan
deteriosasi visual yang lebih berat , pemahaman dan penerimaan penanganan,
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi
sosial, dan tanpa komplikasi.
e. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan
yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien.
Hasil yang diharapkan :
1. Mengalami peredaan nyeri.
2. Tampak tenang dan bebas dari ansietas.
3. Menghadapi keterbatasan dalam persepsi sensori.
4. Menerima program penanganan dan menjalankan anjuran secara aman dan tepat.
5. Mempraktikan aktifitas perawatan diri secara efektif.
6. Berpartisipasi dalam aktifitas diversional dan sosial.
7. Mengucapkan pemahaman program terapi, perawatan tindak lajut, dan kunjungan
ke dokter.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang


mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata,
seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala
subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan
pada klien dengan Katarak.

23

You might also like