You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering
digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran
pernafasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak
karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau
menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak
berumur kurang dari 3 tahun. Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi,
lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.
Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya,
seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran
napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan
pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang
minimal.
Dari data-data diatas, penulis tertarik untuk membahas Corpus Alienum pada Saluran
Pernafasan sebagai judul Makalah Keperawatan Kritis.

2. Tujuan
a Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan Corpus Alienum pada Saluran
Pernafasan
b Mahasiswa mengetahui pengertian corpus alienum pada saluran pernafasan
c Mahasiswa mengetahui klasifikasi corpus alienum pada saluran pernafasan
d Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan AFB
BAB II
TINAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering
digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran
pernafasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak
karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau
menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak
berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi,
lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.
Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya,
seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran
napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan
pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang
minimal.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem pernafasan manusia dimulai dari:

1. Hidung merupakan organ pertama yang dilalui oleh udara. Di dalam rongga hidung
terdapat rambut-rambut dan selaput lendir, yang berfungsi sebagai penyaring,
penghangat dan pengatur kelembaban udara yang akan masuk keparu-paru.
2. Faring (tekak) merupakan persimpangan antara kerongkongan dan tenggorokan.
Terdapat katup yang disebut epiglotis (anak tekak) berfungsi sebagai pengatur jalan
masuk ke kerongkongan dan tenggorokan
3. Trakea (Batang tenggorok) berupa pipa yang dindingnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu
lapisan luar terdiri atas jaringan ikat, lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin
tulang rawan, dan lapisan dalam terdiri atas jaringan epitelium besilia. Terletak di
leher bagian depan kerongkongan
4. Bronkus merupakan percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan kiri.
Struktur bronkhus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus. Kedudukan
bronkhus kiri lebih mendatar dibandingkan bronkhus kanan, sehingga bronkhus kanan
lebih mudah terserang penyakit.
5. Bronkheolus adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan
dindingnya lebih tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3,
percabangan ini akan membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.
6. Alveolus berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara,
dindingnya tipis setebal selapis sel, lembab dan berlekatan dengan kapiler darah.
Alveolus berfungsi sebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2 (50 x
luas permukaan tubuh) cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.
7. Paru-paru berjumlah sepasang terletak di dalam rongga dada kiri dan kanan. Paru-
paru kanan memiliki 3 lobus (gelambir), sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus
(gelambir). Di dalam paru-paru ini terdapat alveolus yang berjumlah 300 juta buah.
Bagian luar paru-paru dibungkus oleh selaput pleura untuk melindungi paru-paru dari
gesekan ketika bernapas, berlapis 2 dan berisi cairan.

C. Manifestasi Klinis

Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.
1. Nyeri di daerah leher.
2. Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.
3. Rasa tercekik.
4. Rasa tersumbat di tenggorokan.
5. Batuk, muntah, disfagia.
6. BB turun.
7. Regurgitasi.
8. Gangguan nafas.
9. Ronchi/mengi.
10. Demam.
11. Abses leher.
12. Emfisema subkutan.
13. Gangguan pertumbuhan.
D. ETIOLOGI

1. Kelainan kogenital hidung atau jaringan

Atresia koana.

Stenosis supra glottis, glottis dan infra glottis.

Kista dukstus tiroglosus.

Kista brankiogen yang besar.

Laringokel yang besar

2. Trauma

3. Tumor

4. Infeksi akut

5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis

6. Pangkal lidah jatuh kebelakang pada pasien tidak sadar

7. Benda asing

Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :

a Laring

Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut,
yakni secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia, hemoptisis, pernapasan otot-
otot napas tambahan atau dapat pula terjadi sianosis.Gangguan oleh benda asing ini biasanya
terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak
teratur bentuknya.

b Saluran napas

Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat
dibagi pada bagian atas pada trachea, dan pada brongkus.

E. PATOFISIOLOGI

F. KOMPLIKASI

1. Nyeri abdomen,ekimosis.

2. Fraktur iga.
3. Cedera atau trauma pada organ-organ di bawah abdomen dan dada.

4. Gagal nafas, kor pulmonal, septikemia

G. Klasifikasi
1. Corpus alienum esophagus

Banyak terjadi pada anak anak. Hal ini disebabkan anak anak mempunyai
kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang
tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollpoin dan lain lain. Pada orang tua hal ini juga
dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga
makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat,
bakso, abon, tulang ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain lain.

2. Corpus alienum di trakea-bronkus


Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak
terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat
dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan
akan terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan
misalnya kacang, nasi dan lain lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama
saat bekerja. Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi yang
diakibatkan oleh dua sebab, yakni:

Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah
disebabkan oleh benda asing itu sendiri

Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan
emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi

2. Pemeriksaan faal baru


Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung
kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan
dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka akan terjadi
pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di
bawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi
(expiratory flow rate).

3. Pemeriksaan gas darah

Pada pase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCo2 .kecepat


pernapasan yang 30 kali/menit masih dapt mengkompensasi sehingga tidak terjadi
hipoksemia akan tetapi pada penyumbatan yang sifatnya proksimal maka total perburukan
gas dan pH terjadi secara cepat.

I. Penatalaksanaan

Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor
jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan
terapi pilihan untuk kasus aspirasi.Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat
mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.Metilprednisolon 2 mg/kg IV
dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan
Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
1. Bronkoskopi
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing
tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal. Penentuan
cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur penderita, keadaan
umum, lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing dan lamanya benda
asing berada di saluran napas. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan
bronkoskopi, selama hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving).
Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan
dapat ditunda sementara dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi.Pada
aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total,
maka harus segera dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver),
dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk
ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya
akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati
dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada
sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal
ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa
laringoskop dan bronkoskop.

1) Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan Benda Asing


Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan partial
sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang mengalami
sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka segera lakukan
tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.
Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:
Pada penderita sadar:
a. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa
detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita
tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya
dengan jari.Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep
Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
b. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali
pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan
ulangi usaha-usaha pembersihan.
Pada penderita tidak sadar:
a. Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru.Jika tindakan
ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali
hentakan abdomen atau hentakan dada.Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi.Jika
tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan
punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi
ventilasi atau sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas
secara langsung tiba.Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa
denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi
Jantung Paru.
b. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya
dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

2. Cara-Cara Melakukan Pemukulan Punggung Dan Hentakan Abdomen

Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak
tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya.Jika mungkin
rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.
Untuk hentakan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan
penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong
berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan
prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan
hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali.Hindari prosesus sofoideus.Hentakan dada diatas
sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.

3. Cara-Cara Pukulan Punggung (A) Dan Hentakan Abdomen (B) Untuk Sumbatan
Benda Asing Pada Korban Berbaring Yang Tidak Sadar

a. Untuk pukulan punggung (A) gulirkan penderita pada sisinya sehingga


menghadap penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3
sampai 5 kali pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas
tulang belakang penderita, diantara kedua tulang belikat
b. Untuk hentakan abdomen (B) letakkan penderita telentang (muka menghadap ke
atas), penolong berlutut disamping abdomen penderita atau
mengangkanginya.Penolong meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan
pangkal telapak tangan sebelah bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus
sifoideus penderita.Miringkan sehingga bahu penolong berada diatas abdomen
penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan
keatas.Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3
sampai 5 kali
4. Pukulan Punggung Pada Bayi Dan Anak Kecil
a. Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut
dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara
lembut antara kedua tulang belikat bayi.Pada tindakan hentakan dada,

b. letakkan bayi dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong,
rendahkan kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga
jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar.

c. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat
bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan
peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan
anestesi.Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.

4. MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS

Membersihkan jalan nafas ada dua cara :


a. Dengan manual
b. Dengan penghisapan

Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:


a. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan penghisapan
dengan tekanan negatif yang besar.
b. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan
penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat
menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat mengalami
asfiksi.
Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan
kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter sampai
hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter dapat
dimasukkan ke dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter
yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan.Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam
bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan.Diameter kateter
seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.
BAB III
TINJAUAN KASUS

An.E usia 5 tahun dibawa ibunya ke RS X. Ibu mengatakan sejak semalam An.E sering
batuk-batuk dan tiba-tiba tersedak, ternyata An.E tertelan benda asing. Pada batuk terdapat
sedikit darah dan An.E merasa sesak, bibir pasien tampak sedikit kebiruan ( sianosis). Ibu
pasien mengatakan pasien sudah BAB dan diperiksa tidak ada benda asing yang dimaksud
dikotoran An.E. dari hasil pengkajian didapatkan :
TD : 100/80 mmHg
HR : 83 x/i
RR : 28x/I
T : 370C
An.E tampak pucat dan lemas dan ibu pasien juga tampak cemas, dan selalu bertanya kondisi
anaknya.

3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : An.E
Usia : 5 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku : jawa
Alamat : jln. Amal luhur

Identitas penanggung jawab


Nama : Ny.U
Usia : 30 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Suku : jawa
Alamat : jln. Amal luhur
Hubungan dengan pasien : ibu

b. Keluhan utama :
Tertelan benda asing
c. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada

d. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada

e. Riwayat kehidupan sosial


Pasien merupakan anak yang aktif dan bugar. Tinggal dalam lingkungan yang bersih.

f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: sesak, TD : 100/80 mmHg, HR : 83 x/I, RR : 28x/I, T : 370C
mulut : mukosa bibir lembab, tampak sedikit kebiruan ( sianosis)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Abdomen :
I : Datar
P : tidak teraba adanya massa
P :Tidak kembung, bunyi abdomen timpani
A : peristaltik usus 10 kali/menit
Ekstremitas atas-bawah : Tidak ada edema, ekstermitas kanan dan kiro seimbang
Kulit : Kulit teraba hangat tidak tampak kemerahan

3.2 Analisa Data


No S E P
1 DS: pasien mengatakan sesak inflamasi Bersihan jalan napas
DO : RR : 28 x/I, batuk trakheobronkial akibat tidak efektif
benda asing
2 DS : gangguan suplai Gangguan pertukaran
DO : - bibir pasien tampak oksigen gas
kebiruan
- Wajah pasien tampak
pucat dan lemas

3 DS : ibu pasien selalu penyakit yang dialami Cemas pada orang tua
menanyakan kondisi anaknya anaknya
DO : ibu pasien tampak cemas

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial akibat benda asing
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
3. Cemas pada orang tua b.d penyakit yang dialami anaknya

3.4 Intervensi Keperawatan


No Dx Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan napas Jalan nafas bersih dari 1) Kaji kepatenan jalan napas
tidak efektif b.d. sumbatan 2) Kaji pengembangan dada,
inflamasi kedalaman dan
trakheobronkial kemudahan bernapas dan
akibat benda asing auskultasi bunyi paru
3) Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan
denyut nadi
4) Perhatikan batuk yang
berlebihan
5) Anjurkan untuk minum air
hangat
6) Berikan posisi yang
nyaman (fowler/ semi
fowler)
7) Bantu klien untuk
melakukan latihan batuk
efektif bila memungkinkan

2 Gangguan perbaikan ventilasi dan 1. Kaji/awasi secara rutin


pertukaran gas b.d oksigen jaringan adekuat. keadaan kulit klien dan
gangguan suplai membran mukosa
oksigen 2. Awasi tanda vital dan
irama jantung
3. Kolaborasi: .berikan
oksigen tambahan sesuai
dengan indikasi hasil
AGDA dan toleransi klien

3 Cemas pada orang menurunkan kecemasan 1. Berikan ketenangan pada


tua b.d penyakit pada orang tua orang tua
yang dialami 2. berikan rasa nyaman.
anaknya 3. Dorong/motivasi keluarga
dengan memberikan
pengertian dan informasi.
4. Dorong keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
anaknya.
5. Konsultasi dengan tim
medis untuk mengetahui
kondisi anaknya.

3.5 Implementasi dan Evaluasi


No Implementasi Evaluasi
Dx
1 1. Mengkaji kepatenan jalan napas S: pasien mengatakan sesak sudah berkurang
2. Mengkaji pengembangan dada, O: pasien tampak tenang
kedalaman dan kemudahan A: masalah teratasi sebagian
bernapas dan auskultasi bunyi P:intervensi dilanjutkan
paru
3. Memonitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan
denyut nadi
4. Meperhatikan batuk yang
berlebihan
5. Menganjurkan untuk minum air
hangat
6. Memberikan posisi yang
nyaman (fowler/ semi fowler)
7. Membantu klien untuk
melakukan latihan batuk efektif
bila memungkinkan

2 1. Mengkaji/mengawasi secara S: pasien mengatakan sudah mendingan


rutin keadaan kulit klien dan O:turgor kulit pasien sudah tidak sianosis
membran mukosa A: masalah teratasi sebagian
2. Mengawasi tanda vital dan P: intervensi dilanjutkan
irama jantung
3. Kolaborasi: .Memberikan
oksigen tambahan sesuai
dengan indikasi hasil AGDA
dan toleransi klien

3 1. Memberikan ketenangan pada S: ibu pasien mengatakan sudah tidak cemas


orang tua lagi
2. Memberikan rasa nyaman. O: ibu pasien tampak tenang
3. Mendorong/motivasi keluarga A: masalah teratasi
dengan memberikan pengertian P: intervensi dilanjutkan
dan informasi.
4. Mendorong keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
anaknya.
5. Berkonsultasi dengan tim medis
untuk mengetahui kondisi
anaknya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran nafas tersebut.
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat
dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat anorganik seperti
paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair dapat berupa benda
cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi pada
saat persalinan. Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing.
Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan
segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi
benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara
endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang
telah terlatih.

4.2 Saran
Untuk penanganan kasus pada corpus alienum saluran pernafasan, perawat harus dapat
mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien. Dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
mengetahui letak corpus alienum guna membantu mempermudah melakukan tindakan
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A. 2000. Patofisiologi. Jakarta; EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC
Mariana H J. Benda asing di saluran napas : Soepardi A E, Iskandar N, Bashiruddinn J,
Restuti D R, Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher.
Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2007. Hal.259-265.
Capernito, Lynda Juall 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Media Aesculapius FKUI :
Jakarta

You might also like