You are on page 1of 8

EDEMA PARU KARDIOGENIK AKUT

Starry H. Rampengan

Bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: starry8888@yahoo.com

Abstract: Acute cardiogenic pulmonary edema is a common disease, harmful and lethal with
a mortality rate 10-20%. Cardiogenic pulmonary edema or edema volume overload due to an
increase of pulmonary capillary hydrostatic pressure that causes the increase of transvascular
fluid filtration. The increase of pulmonary capillary hydrostatic pressure is usually caused by
the increase of pressure in the pulmonary veins that occur due to the increase of left
ventricular end-diastolic pressure and left atrial pressure. Clinical features of cardiogenic
pulmonary edema are inter alia shortness of breath that is associated with a history of chest
pain and heart disease. Cardiogenic pulmonary edema is one of medical emergencies that need
early medical treatment after the diagnosis is established. The management includes
supportive treatment to maintain lung function (such as gas exchange, organ perfusion), where
as the main cause should be investigated and treated as soon as possible whenever possible.
The principle of management are adequate oxygen distribution, fluid restriction, and maintain
cardiovascular function. The initial consideration are clinical evaluation, ECG, chest x-ray and
blood gas analysis.
Keywords: acute cardiogenic pulmonary edema, management

Abstrak: Edema paru kardiogenik akut merupakan penyakit yang sering terjadi, merugikan
dan mematikan dengan tingkat kematian 10-20 %. Edema paru kardiogenik atau edema
volume overload terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler paru yang
menyebabkan peningkatan filtrasi cairan transvaskular. Peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler paru biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan di vena pulmonalis yang terjadi
akibat meningkatnya tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri. Gambaran
klinis edema paru kardiogenik yaitu adanya sesak napas tiba-tiba yang dihubungkan dengan
riwayat nyeri dada dan adanya riwayat sakit jantung. Edema paru kardiogenik merupakan
salah satu kegawatan medis yang perlu penanganan medis secepat mungkin setelah
ditegakkan diagnosis. Penatalaksanaan utama meliputi pengobatan suportif yang ditujukan
terutama untuk mempertahankan fungsi paru (seperti pertukaran gas, perfusi organ),
sedangkan penyebab utama juga harus diselidiki dan diobati segera bila memungkinkan.
Prinsip penatalaksanaan meliputi pemberian oksigen yang adekuat, restriksi cairan,
mempertahankan fungsi kardiovaskular. Pertimbangan awal yaitu evaluasi klinis, EKG, foto
toraks dan AGDA.
Kata kunci: edema paru kardiogenik akut, tatalaksana

Edema paru didefinisikan sebagai suatu interstisial dan alveoli paru. Edema yang
keadaan dimana terjadi perpindahan cairan terjadi akut dan luas sering disusul oleh
dari vaskular paru ke interstisial dan alveoli kematian dalam waktu singkat.2
paru.1 Pada edema paru terdapat penim- Edema paru dapat diklasifikasikan
bunan cairan serosa atau serosanguinosa sebagai edema paru kardiogenik dan edema
secara berlebihan di dalam ruang paru non-kardiogenik. Edema paru kardio-

149
150 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3, November 2014, hlm. 149-156

genik disebabkan oleh peningkatan tekanan mematikan dengan tingkat kematian 10-
hidrostatik kapiler paru yang dapat terjadi 20%.9
akibat perfusi berlebihan baik dari infus
darah maupun produk darah dan cairan
PATOFISIOLOGI
lainnya, sedangkan edema paru non-
kardiogenik disebabkan oleh peningkatan Dalam keadaan normal di dalam paru
permeabilitas kapiler paru antara lain pada terjadi aliran yang kontinyu dari cairan dan
pasca transplantasi paru dan reekspansi protein intravaskular ke jaringan interstisial
edema paru, termasuk cedera iskemia- dan kembali ke sistem aliran darah melalui
reperfusi-dimediasi.1,3-5 Walaupun penye- saluran limf yangn memenuhi hukum
bab edema paru kardiogenik dan non- Starling Q = K (Pc-Pt) - d (c-t).4,5,7
kardiogenik berbeda, namun keduanya Edema paru terjadi bila cairan yang
memiliki penampilan klinis yang serupa difiltrasi oleh dinding mikrovaskuler lebih
sehingga menyulitkan dalam menegakkan banyak daripada yang bisa dikeluarkan
diagnosisnya.6 Terapi yang tepat dibutuh- yang berakibat alveoli penuh terisi cairan
kan untuk menyelamatkan pasien dari sehingga tidak memungkinkan terjadinya
kerusakan lanjut akibat gangguan pertukaran gas.4-7 Faktor-faktor penentu
1,3,4,7 yang berperan disini yaitu perbedaan
keseimbangan cairan di paru.
Menurut penelitian pada tahun 1994, tekanan hidrostatik dan onkotik dalam
secara keseluruhan terdapat 74,4 juta lumen kapiler dan interstisial, serta
penderita edema paru di seluruh dunia. Di permeabilitas sel endotel terhadap air,
Inggris terdapat sekitar 2,1 juta penderita larutan, dan molekul besar seperti protein
edema paru yang memerlukan pengobatan plasma. Adanya ketidakseimbangan dari
dan pengawasan secara komprehensif. Di satu atau lebih dari faktor-faktor diatas
Amerika Serikat diperkirakan 5,5 juta akan menimbulkan terjadinya edema paru.7
penduduk menderita edema paru. Di Pada edema paru kardiogenik (volume
Jerman penderita edema paru sebanyak 6 overload edema) terjadinya peningkatan
juta penduduk. Ini merupakan angka yang tekanan hidrostatik dalam kapiler paru
cukup besar yang perlu mendapat perhatian menyebabkan peningkatan filtrasi cairan
dari medik di dalam merawat penderita transvaskular. Bila tekanan interstisial paru
edema paru secara komprehensif. lebih besar daripada tekanan intrapleural
Di Indonesia, edema paru pertama kali maka cairan bergerak menuju pleura viseral
terdeteksi pada tahun 1971. Sejak itu yang menyebabkan efusi pleura. Bila
penyakit tersebut dilaporkan di berbagai permeabilitas kapiler endotel tetap normal,
daerah sehingga sampai tahun 1980 sudah maka cairan edema yang meninggalkan
mencakup seluruh propinsi di Indonesia. sirkulasi memiliki kandungan protein
Sejak pertama kali ditemukan, jumlah rendah. Peningkatan tekanan hidrostatik ka-
kasus menunjukkan kecenderungan piler paru biasanya disebabkan oleh
meningkat baik dalam jumlah maupun luas meningkatnya tekanan di vena pulmonalis
wilayah. Di Indonesia insiden tersebar yang terjadi akibat meningkatnya tekanan
terjadi pada 1998 dengan incidence rate akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan
(IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan atrium kiri (>25 mmHg). Dalam keadaan
CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun normal tekanan kapiler paru berkisar 8-12
tajam sebesar 10,17%, namun pada tahun- mmHg dan tekanan osmotik koloid plasma
tahun berikutnya IR cenderung meningkat 28 mmHg.1,3,7,10,11 Kejadian tersebut akan
yaitu 15,99 % (tahun 2000), 19,24 % menimbulkan lingkaran setan yang terus
(tahun 2002), dan 23,87 % (tahun 2003).2,8 memburuk oleh proses-proses sebagai
Edema paru kardiogenik akut (Acute berikut:
cardiogenic pulmonary edema/ACPE) se- 1. Meningkatnya kongesti paru menye-
ring terjadi, dan berdampak merugikan dan babkan desaturasi dan menurunnya
Rampengan: Edema Paru Kardiogenik Akut 151

pasokan oksigen miokard memperburuk sehingga cairan dan koloid


fungsi jantung. mulai terakumulasi pada
2. Hipoksemia dan meningkatnya cairan di ruang interstisial sekitar
paru menimbulkan vasokonstriksi pul- bronkioli, arteriol, dan venula.
monal sehingga meningkatkan tekanan Tingkat 3: Peningkatan akumulasi cairan
ventrikel kanan yang melalui menyebabkan terjadinya
mekanisme interdependensi ventrikel edema alveoli. Pada tahap ini
akan semakin menurunkan fungsi mulai terjadi gangguan
ventrikel kiri. pertukaran gas.
3. Insufisiensi sirkulasi menyebabkan
asidosis sehingga memperburuk fungsi
ETIOLOGI
jantung.
Edema paru biasanya diakibatkan oleh
Keluarnya cairan edema dari alveoli peningkatan tekanan pembuluh kapiler paru
paru tergantung pada transpor aktif ion Na+ dan permeabilitas kapiler alveolar. Edema
dan Cl- melintasi barier epitel yang terdapat paru akibat peningkatan permeabilitas
pada membran apikal sel epitel alveolar kapiler paru sering disebut acute
tipe I dan II serta epitel saluran napas respiratory distress syndrome (ARDS).8
distal. Ion Na+ secara aktif ditranspor Pada keadaan normal terdapat kese-
keluar ke ruang insterstisial oleh kerja imbangan tekanan onkotik (osmotik) dan
Na/K-ATPase yang terletak pada membran hidrostatik antara kapiler paru dan alveoli.
basolateral sel tipe II. Air secara pasif Tekanan hidrostatik yang meningkat pada
mengikuti, kemungkinan melalui gagal jantung menyebabkan edema paru,
aquaporins yang merupakan saluran air sedangkan pada gagal ginjal terjadi retensi
pada sel tipe I.10 cairan yang menyebabkan volume overload
Edema paru kardiogenik dapat terjadi dan diikuti edema paru. Hipoalbuminemia
akibat dekompensasi akut pada gagal pada sindrom nefrotik atau malnutrisi
jantung kronik maupun akibat gagal menyebabkan tekanan onkotik menurun
jantung akut pada infark miokard dimana sehingga terjadi edema paru. Pada tahap
terjadinya bendungan dan peningkatan awal edema paru terdapat peningkatan
tekanan di jantung dan paru akibat kandungan cairan di jaringan interstisial
melemahnya pompa jantung.11 Kenaikan antara kapiler dan alveoli. Pada edema paru
tekanan hidrostatik kapiler paru akibat peningkatan permeabilitas kapiler
menyebabkan transudasi cairan ke dalam paru perlu dipikirkan bahwa kaskade
ruang interstisial paru, dimana tekanan inflamasi timbul beberapa jam kemudian
hidrostatik kapiler paru lebih tinggi dari yang berasal dari suatu fokus kerusakan
tekanan osmotik koloid plasma. Pada jaringan tubuh. Neutrofil yang teraktivasi
tingkat kritis, ketika ruang interstitial dan akan beragregasi dan melekat pada sel
perivaskular sudah terisi, maka peningkatan endotel yang kemudian menyebabkan
tekanan hidrostatik menyebabkan penetrasi pelepasan berbagai toksin, radikal bebas,
cairan ke dalam ruang alveoli. dan mediator inflamasi seperti asam
Terdapat tiga tingkatan fisiologi dari arakidonat, kinin, dan histamin. Proses
akumulasi cairan pada edema paru kompleks ini dapat diinisiasi oleh berbagai
kardiogenik:7,12 macam keadaan atau penyakit dengan hasil
Tingkat 1: Cairan dan koloid berpindah akhir kerusakan endotel yang berakibat
dari kapiler paru ke interstisial peningkatan permeabilitas kapiler alveolar.
paru tetapi terdapat Alveoli menjadi terisi penuh dengan
peningkatan cairan yang eksudat yang kaya protein dan banyak
keluar dari aliran limfatik. mengandung neutrofil dan sel-sel inflamasi
Tingkat 2: Kemampuan pompa sistem sehingga terbentuk membran hialin.
limfatik telah terlampaui Karakteristik edema paru akibat
152 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3, November 2014, hlm. 149-156

peningkatan permeabilitas kapiler paru paru, karsinomatosis limfangi-


ialah tidak adanya peningkatan tekanan ektasis, atau limfangitis fibrosis
pulmonal (hipertensi pulmonal).8
Penyebab edema paru kardiogenik
DIAGNOSIS
ialah:13
1. Gagal jantung kiri, yang dapat Manifestasi klinis edema paru baik
diakibatkan oleh: infark miokard, kardiogenik maupun non-kardiogenik bisa
penyakit katup aorta dan mitral, serupa; oleh sebab itu sangat penting untuk
kardiomiopati, aritmia, hipertensi menetapkan gejala yang dominan dari
krisis, kelainan jantung bawaan kedua jenis tersebut sebagai pedoman
(paten duktus arteriosus, ventrikel pengobatan.1 Tabel 1 memperlihatkan
septal defek) perbedaan edema paru kardiogenik dan
2. Volume overload non-kardiogenik berdasarkan anamnesis,
3. Obstruksi mekanik aliran kiri pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
4. Insufisiensi limfatik, yang terjadi penunjang.14
sebagai akibat lanjut transplantasi

Tabel 1. Perbedaan edema paru kardiogenik dan non-kardiogenik14


Pemeriksaan Kardiogenik Non-kardiogenik
Anamnesis Kejadian kardiovaskular (+) Penyakit yang
mendasari (+)
Pemeriksaan fisik
Akral Dingin Hangat, nadi kuat
S3 galop/kardiomegali (+) (-)
Tekanan vena jugular Meningkat Tak meningkat
Ronki Basah Kering
Penunjang
EKG Iskemia/infark Biasanya normal
Foto toraks Distribusi perihiler Distribusi perifer
Enzim kardiak Dapat meningkat Biasanya normal
PCWP) >18 mmHg <18 mmHg
Rasio PaO2/FiO2 Normal atau 300
sedikit menurun
Hipoksemia (+) Berat
Rasio protein edema dan plasma <0,5 >0,7

GAMBARAN KLINIS on exertion), napas cepat (takipnea),


Gambaran klinis edema paru yaitu dari pening, atau kelemahan. Tingkat oksigenasi
anamnesis ditemukan adanya sesak napas darah yang rendah (hipoksia) mungkin
yang bersifat tiba-tiba yang dihubungkan terdeteksi pada pasien dengan edema paru.
dengan riwayat nyeri dada dan riwayat Pada auskultasi dapat didengar suara-suara
sakit jantung. Perkembangan edema paru paru yang abnormal, seperti ronki atau
bisa berangsur-angsur atau tiba-tiba seperti crakles.1,3,8
pada kasus edema paru akut. Selain itu, Pemeriksaan penunjang yang dilaku-
sputum dalam jumlah banyak, berbusa dan kan untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
berwarna merah jambu. Gejala-gejala 1. Pemeriksaan foto toraks menunjukkan
umum lain yang mungkin ditemukan ialah: kardiomegali (pada pasien dengan CHF)
mudah lelah, lebih cepat merasa sesak dan adanya edema alveolar disertai efusi
napas dengan aktivitas yang biasa (dyspnea pleura dan infiltrasi bilateral dengan
Rampengan: Edema Paru Kardiogenik Akut 153

pola butterfly, gambaran vaskular paru kardiogenik, konsentrasi protein cairan


dan hilus yang berkabut serta adanya edema relatif rendah dibanding plasma
garis-garis Kerley b di interlobularis. (rasio <0,6). Pada edema paru non-
Gambaran lain yang berhubungan kardiogenik konsentrasi protein cairan
dengan penyakit jantung berupa edema relatif lebih tinggi (rasio >0,7)
pembesaran ventrikel kiri sering karena sawar mikrovaskular ber-
dijumpai. Efusi pleura unilateral juga kurang.14
sering dijumpai dan berhubungan
dengan gagal jantung kiri.1,3
PENATALAKSANAAN
2. EKG menunjukan gangguan pada
jantung seperti pembesaran atrium kiri, Edema paru kardiogenik merupakan
pembesaran ventrikel kiri, aritmia, salah satu kegawatan medis yang perlu
miokard iskemik maupun infark.3 penanganan secepat mungkin setelah
3. Ekokardiografi dilakukan untuk ditegakkan diagnosis.3 Penatalaksanaan
mengetahui apakah ada penurunan utama meliputi pengobatan suportif yang
fungsi dari ventrikel kiri dan adanya ditujukan terutama untuk mempertahankan
kelainan katup-katup jantung.3,13 fungsi paru (seperti pertukaran gas, perfusi
4. Pemeriksaan laboratorium enzim organ), sedangkan penyebab utama juga
jantung perlu dilakukan untuk harus diselidiki dan diobati sesegera
membantu menegakkan diagnosis infark mungkin bila memungkinkan.1,13
miokard. Peningkatan kadar brain Prinsip penatalaksanaan meliputi
natriuretic peptide (BNP) di dalam pemberian oksigen yang adekuat, restriksi
darah sebagai respon terhadap cairan, dan mempertahankan fungsi
peningkatan tekanan di ventikel; kadar kardiovaskular.1,13 Pertimbangan awal ialah
BNP >500 pg/ml dapat membantu dengan evaluasi klinis, EKG, foto toraks,
menegakkan diagnosis edema paru dan AGDA (Gambar 1).1
kardiogenik.13,15,16
5. Analisis gas darah (AGDA) dapat Suplementasi oksigen
memperlihatkan penurunan PO2 dan
PCO2 pada keadaan awal tetapi pada Hipoksemia umum pada edema paru
perkembangan penyakit selanjutnya PO2 merupakan ancaman utama bagi susunan
semakin menurun sedangkan PCO2 saraf pusat, baik berupa turunnya kesadaran
meningkat. Pada kasus yang berat sampai koma maupun terjadinya syok. Oleh
biasanya dijumpai hiperkapnia dan karena itu suplementasi oksigen merupakan
asidosis respiratorik.1,3,13 terapi intervensi yang penting untuk
6. Kateterisasi jantung kanan: Pengukuran meningkatkan pertukaran gas dan
P pw (pulmonary capillary wedge menurunkan kerja pernapasan, mengopti-
pressure) melalui kateterisasi jantung malisasi unit fungsional paru sebanyak
kanan merupakan baku emas untuk mungkin, serta mengurangi overdistensi
pasien edema paru kardiogenik yaitu alveolar.13
berkisar 25-35 mmHg sedangkan pada Pada kasus ringan oksigen bisa
pasien ARDS P pw 0-18 mmHg.3,13 diberikan dengan kanul hidung atau masker
7. Kadar protein cairan edema: Pengukuran muka (face mask). Continuous positive
rasio konsentrasi protein cairan edema airway pressure (CPAP) sangat membantu
dibandingkan protein plasma dapat pada pasien edema paru kardiogenik.1,13
digunakan untuk membedakan edema Masip et al. mendapatkan bahwa peng-
paru kardiogenik dan non-kardiogenik. gunaan CPAP menurunkan kebutuhan akan
Bahan pemeriksaan diambil dengan intubasi dan angka mortalitas.17
pengisapan cairan edema paru melalui Pada pasien dengan edema paru
pipa endotrakeal atau bronkoskop dan kardiogenik akut, induksi ventilasi non-
pengambilan plasma. Pada edema paru invasif dalam gangguan pernapasan dan
154 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3, November 2014, hlm. 149-156

Edema Paru Non Pasien dengan Edema Paru Akut Edema Paru Kardiogenik
Kardiogenik

Infeksi paru/non paru/ Riwayat, Pemeriksaan Fisik, Riwayat infark miokard/


riwayat keadaan Pemeriksaan Laboratorium gagal jantung kongestif
hiperdinamik Rutin Keadaan hasil rendah, bunyi
Jumlah sel putih tinggi, tanda jantung ketiga, edema
dari pankreatitis/peritonitis perifer/distensi vena jugularis
BNP Level < 100 pg/ml dan Enzim jantung meningkat
BNP Level < 100 pg/ml

Bayang jantung normal Foto toraks Bayang jantung diperbesar


Lebar Vascular Pedicle Lebar Vascular Pedicle
70 mm >70 mm
Infiltrat perifer Infiltrat pusat
Tidak ada garis B Kerleys Adanya garis B Kerleys
Diagnosis tidak pasti?

Ukuran ruang normal/kecil Ekokardiografi transtorakal Ruang jantung membesar,


Fungsi ventrikel kiri normal (atau ekokardiogram Penurunan fungsi ventrikel kiri
transesofageal jika tampilan
transtorakal tidak memadai)

Diagnosis tidak pasti?

Tekanan oklusi arteri Kateterisasi arteri pulmonalis Tekanan oklusi arteri


pulmonalis 18 mmHg pulmonalis >18 mmHg

Gambar 1. Algoritme langkah-langkah untuk membedakan antara edema paru


kardiogenik dan non-kardiogenik. Sumber: Ware LB dan Matthay MA, 2005. 3

gangguan metabolik meningkat lebih cepat edema paru akut kardiogenik. Kedua teknik
daripada terapi oksigen standar tetapi tidak tersebut dipakai untuk menurunkan need
berpengaruh terhadap mortalitas jangka for endotracheal intubation (NETI) dan
pendek.18 Ventilasi non-invasif dengan kematian dibandingkan standard medical
CPAP telah terbukti menurunkan intubasi therapy (SMT), serta tidak menunjukkan
endotrakeal dan kematian pada pasien peningkatan risiko infark miokard akut.
dengan edema paru akut kardiogenik.19 CPAP dianggap sebagai intervensi pertama
Menurut penelitian Agarwal et al., dari NPPV yang tidak menunjukkan khasiat
noninvasive pressure support ventilation yang lebih baik bahkan pada pasien dengan
(NIPSV) tampaknya aman dan berkhasiat kondisi lebih parah, tetapi lebih murah dan
sebagai CPAP, daripada jika bekerja lebih mudah untuk diimplementasikan
dengan titrasi pada tekanan tetap.19 dalam praktek klinis.20 Intubasi dan
Penelitian Winck et al. mendukung penggunaan ventilasi mekanik dengan
penggunaan CPAP dan non-invasive positive end-expiratory pressure (PEEP)
positive pressure ventilation (NPPV) pada diperlukan pada kasus yang berat.11,13
Rampengan: Edema Paru Kardiogenik Akut 155

Obat-obatan karidogenik merupakan salah satu


kegawatan medis yang memerlukan
Obat-obatan yang menurunkan preload
penanganan medis secepat mungkin setelah
Nitrogliserin (NTG) dapat menurun- ditegakkan diagnosis. Penatalaksanaan
kan preload secara efektif, cepat, dan meliputi pemberian oksigen yang adekuat,
efeknya dapat diprediksi. Pemberian NTG restriksi cairan, mempertahankan fungsi
secara intra vena diawali dengan dosis kardiovaskular dengan obat-obatan ino-
rendah (20g/menit) dan kemudian tropik, serta obat-obatan yang menurunkan
dinaikkan secara bertahap (dosis maksimal preload (nitrat, morfin dan diuretik) dan
200g/menit).1,13 afterload (ACE inhibitor).
Loop diuretics (furosemide) dapat
menurunkan preload melalui 2 mekanisme,
yaitu: diuresis dan venodilatasi. Dosis DAFTAR PUSTAKA
furosemide dapat diberikan per oral 20-40 1. Mattu A, Martinez JP, Kelly BS. Modern
mg/hari pada keadaan yang ringan hingga management of cardiogenic pulmonary
5-40 mg/jam secara infus pada keadaan edema. Emerg Med Clin N Am.
yang berat.1,13 2005;23:1105-25.
Morfin sulfat digunakan untuk menu- 2. Harun S, Sally N. Edema paru akut. In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
runkan preload dengan dosis 3 mg secara Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku
intra vena dan dapat diberikan berulang.1,13 Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi ke-5).
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Obat-obatan yang menurunkan afterload Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Angiotensin-converting enzyme inhi- Kedokteran Universitas Indonesia.
2009; p. 1651-3.
bitors (ACE inhibitors) menunurunkan
3. Ware LB, Matthay MA. Acute pulmonary
after load, serta memperbaiki volume edema. N Engl J Med. 2005;353:2788-
sekuncup dan curah jantung. Pemberian 96.
secara intra vena (enalapril 1,25 mg) 4. Nendrastuti H, Mohamad S. Edema paru
ataupun sublingual (captopril 25 mg) akan akut, kardiogenik dan non kardiogenik.
memperbaiki keluhan pasien. Pada suatu Majalah Kedokteran Respirasi.
meta analisis didapati bahwa pemberian 2010;1(3):10.
ACE inhibitors akan menurunkan angka 5. Majoli F, Monti L, Zanierato M,
mortalitas.1,13 Campana C, Mediani S, Tavazzi L, et
al. Respiratory fatigue in patients with
Obat-obatan golongan inotropik acute cardiogenic pulmonary edema.
Eur Heart J. 2004;6: F74-80.
Obat-obatan golongan inotropik 6. Prendergast TJ, Ruoss SJ. Pulmonary
diberikan pada edema paru kardiogenik disease. In: Mc Phee SJ, Lingappa VR,
yang mengalami hipotensi, yaitu dobutamin Ganong WF editors. Pathophysiology
2-20 g/kg/menit atau dopamin 3-20 of Disease, an Introduction to Clinical
g/kg/menit.1,13 Medicine (Fourth Edition). New York:
Mc-Graw-Hill; 2003. p. 247-51.
7. Murray JF. Pulmonary edema:
SIMPULAN pathophysiology and diagnosis. Int J
Tuberc Lung Dis. 2011;15(2):155-160.
Edema paru kardiogenik (edema
8. Huldani H. Edema paru akut. Refarat.
volume overload) terjadi karena Universitas Lambung Mangkurat
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler Fakultas Kedokteran, Banjarmasin.
paru yang menyebabkan filtrasi cairan 2014. Available from:
trasvaskular. Pada anamnesis ditemukan eprints.unlam.ac.id/207/
adanya sesak napas tiba-tiba yang 9. Salman A, Milbrandt EB, Pinsky MR. The
dihubungkan dengan nyeri dada dan adanya role of noninvasive ventilation in acute
riwayat sakit jantung. Edema paru
156 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3, November 2014, hlm. 149-156

cardiogenic pulmonary edema. Critical cardiogenic pulmonary edema.


Care. 2010;14(303):1-3. [Abstract]. Crit Care Med.
10. Soemantri. Cardiogenic pulmonary edema. 2006;34(7):1941-6.
Naskah Lengkap PKB XXVI Ilmu 16. Rodeheffer RJ. Measuring plasma B-type
Penyakit Dalam 2011. FK UNAIR- natriuretic peptide in heart failure. J Am
RSUD Dr. Soetomo, 2011. p.113-9. Coll Cardiol. 2004;4:740-8.
11. Bestern AD. Noninvasive ventilation for 17. Masip J, Roque M, Sanchez B,
cardiogenic pulmonary edema: froth Fernandez R, Subirana M, Exposito
and bubbles? Am J Respir Crit Care JA. Noninvasive ventilation in
Med, 2003. cardiogenic pulmonary edema:
12. Arajo MCM, Coelho JR. Acute systematic review and meta-analysis.
pulmonary edema. [cited: 2003 Nov 6] JAMA. 2005;294:3124-32.
Available from: 18. Gray A, Goodacre S, Newby DE, Masson
http:www.medstudents.com.br/terin/teri M, Sampson F, Nicholl J. Noninvasive
n7.htm. Ventilation in Acute Cardiogenic
13. Nieminen MS, Bohm M, Cowie MR, Pulmonary Edema. N Engl J Med.
Drexler H, Filippatos GS, Jondeau G, 2008;359(2):142-51.
et al. Executive summary of the 19. Agarwal R, Aggarwal AN, Gupta D. Is
guidelines on the diagnosis and noninvasive pressure support
treatment of acute heart failure. Eur ventilation as effective and safe as
Heart J. 2005;26:384-416. continuous positive airway pressure in
14. Harun S. Edema paru akut. In: Sudoyo cardiogenic pulmonary oedema?
AW, Markum HMS, Setiati S, Alwi I, Singapore Med J. 2009;50(6):595-603.
Gani RA, Sumaryono, editors. Naskah 20. Winck JC, Azevedo LF, Costa-Pereira A,
lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Antonelli M, Wyatt JC. Efficacy and
Ilmu Penyakit Dalam 1998. Jakarta: safety of non-invasive ventilation in the
Bagian IPD FKUI; 1998. p. 97-101. treatment of acute cardiogenic
15. Rana R, Vlahakis NE, Daniels CE, Jaffe pulmonary edemaa systematic review
AS, Klee GG, Hubmayr RD, et al. B- and meta-analysis. Critical Care.
type natriuretic peptide in the 2006;10(2):1-18.
assessment of acute lung injury and

You might also like