You are on page 1of 17

FIELD PROJECT

LANSIA YANG MENGALAMI GANGGUAN INTERAKSI


SOSIAL

Disusun Oleh:
Kelompok 6

1. Rico Yulianto (1211011093)


2. Zehrotul Jannah (1211011080)
3. Tulus Rahayu Widodo (1211011100)
4. Siti Havidatul Marika (1211011073)
5. Winda Aribatun Nafiah (1211011079)
6. Novika Meryana Putri (1211011057)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATANN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

1
Segala puji hanyak milik Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Field
Project Lansia Yang Mengalami Gangguan Interaksi Sosial guna memenuhi
tugas semester VIII mata kuliah Keperawatan Gerontik di Universitas
Muhammadiyah Jember. Semoga di dalam isi makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan dengan adanya penyusunan makalah seperti ini dapat kita pelajari
kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar kita
terutama yang berkaitan dengan Keperawatan Gerontik.
Dalam kesempatan ini kami selaku kelompok penyusun tugas makalah
Keperawatan Gerontik ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dari awal proses hingga akhir terselesaikannya tugas
ini, terutama kepada Ibu Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep., M.Kes. sebagai
dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan banyak saran,
motifasi dan petunjuk dalam melaksanakan tugas ini, dan rasa terimakasih kasih
ini tak lupa diberikan kepada kawan atau teman teman mahasiswa semua yang
dari dulu sampai saat ini berproses bersama demi tercapainya kesehatan manusia
yang seutuhnya. Semoga segala usaha kita selama ini selalu mendapatkan
hidayahnya sehingga jalan lurus tanpa hambatan yang kita dapatkan
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan yang perlu
mendapatkan arahan dan masukan mengenai kekurangan atau kesalahan sehingga
dilain waktu kami lebih mengoptimalkan kembali kerja kami. Berbagai arahan
dan masukan yang kalian berikan terhadap kami itulah merupakan nilai yg sangat
berharga karna masukan dan arahan tersebut bersifat membangun untuk
kami.Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan
kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Penulis

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A Latar belakang.........................................................................................4
B Perumusan Masalah.................................................................................5
C Tujuan......................................................................................................6

BAB II ISI...............................................................................................................7
A. Kasus.......................................................................................................7
B. Pembahasan Kasus..................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................16
B. Saran......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh
semua orang dan terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.World Health
Organization (WHO) menetapkan usia lebih dari 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua dan berlangsung secara nyata. (WHO, 2010
dalam Sianipar, 2013) .Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tahapan yang berbeda, baik secara biologi maupun
psikologi. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, daya ingat kurang, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas,penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proporsional (Fatmah, 2010 dalam Sianipar, 2013).
Kehidupan lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan
interaksi dengan orang lain yang disebut dengan interaksi sosial (Sehanto,
2012). Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di
mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Ahmadi, 2009
dalam Deu, 2014). Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau
hubungan yang saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung
sepanjang hidupnya didalam masyarakat, dengan adanya interaksi sosial
maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial harus tetap
dipertahankan dan dikembangkan pada kelompok lansia.(Sehanto, 2012).
Dalam kehidupan lansia Interaksi sosial berpengaruh terhadap
kehidupan kejiwaan lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan
dengan sesama tercipta dan berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang
sehat dapat terpenuhi melalui hubungan yang memuaskan dengan sesama.
Namun pada kenyataan masih banyak lanjut usia yang kurang dapat
menikmati atau kurang puas dengan hubungan sosial dengan orang lain.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan dapat menimbulkan kesenjangan
antara yang diinginkan dengan yang dicapai oleh lanjut usia. Dengan
demikian lanjut usia akan mengalami perasaan yang kurang menyenangkan,
kurang puas dengan hubungan interpersonal yang dilakukan bahkan dapat

4
menimbulkan depresi pada lansia sehingga lansia dapat mengalami ganggua
interaksi sosial (Sehanto, 2012).
Selain itu Pertambahan usia lansia dapat menimbulkan berbagai
masalah baik secara fisik, mental, serta perubahan kondisi sosial yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosialnya. Selain itu,dapat
menurunkan derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan dan dianggap sebagai
individu yang tidak mampu. Hal ini akan mengakibatkan lansia secara
perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar sehingga
dapat mempengaruhi interaksi sosial. Berkurangnya interaksi sosial pada
lansia dapat menyebabkan perasaan terisolir, sehingga lansia menyendiri dan
mengalami isolasi sosial dengan lansia merasa terisolasi dan akhirnya depresi.
Adapun fenomena dikomunitas berdasarkan 5 lansia yang kami
wawancara ternyata 4 diantaranya mengalami gangguan interaksi sosial
seperti jarang melakukan aktivitas diluar rumah, jarang berinteraksi dengan
lingkungan yang ada disekitarnya dan jarang mengikuti kegiatan yang ada
dilingkungan sekitarnya. Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas maka
kelompok kami tertarik untuk membuat filed project yang berjudul lansia
yang mengalami gangguan interaksi sosial.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana fenomena lansia yang mengalami gangguan interaksi sosial
di komunitas ?
2. Bagaimana teori menua pada lansia yang mengalami gangguan interaksi
sosial ?

C. Tujuan
1. Mengetahui fenomena lansia yang mengalami gangguan interaksi sosial
di komunitas.
2. Mengetahui teori menua pada lansia yang mengalami gangguan interaksi
sosial.

5
BAB II
ISI

A. Kasus
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan kelompok kami
didapatkan hasil bahwa dari 5 lansia yang kami observasi dan wawancara
ternyata ada 4 lansia yang mengalami gangguan interaksi sosial atau
hubungan sosialnya terganggu sehingga menyebabkan lansia menarik diri

6
dari lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut kelompok melakukan observasi
dan wawancara 5 lansia di Desa Sumbersari Kecamatan Sumbersari dan
didapatkan hasil yaitu dari 5 lansia yang kami observasi dan wawancara 4
diantaranya mengalami gangguan interaksi sosial atau hubungan sosialnya
terganggu sehingga menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungannya.
Kelompok melakukan observasi dan wawancara kepada 5 lansia
yang ada di Desa Sumbersari Kecamatan Sumbersari. Berikut hasil
observasi dan wawancara kepada 5 lansia:
1. Ny.S usia 70 th berdasarkan observasi dan wawancara yang kami
lakukan Ny.s mengaku jarang sekali melakukan aktivitas diluar rumah
dan berinteraksi dengan tetangga semenjak dirinya mengalami penurunan
penglihatan karena takut jatuh dan merepotkan orang disekitarnya serta
Ny.S juga mengatakan dengan kondisinya yang sekarang ini membuat
Ny.S tidak dapat melakukan sesuatu hal. Begitu juga menurut keluarga
Ny.s jarang melakukan aktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan
tetangga di lingkungan sekitar sejak Ny.S mengalami penurunan
penglihatan serta keluarga Ny.s juga mengaku melarang Ny.s untuk
keluar rumah karena takut akan terjadi sesuatu hal pada Ny.s yang
mengalami gangguan penglihatan sehingga menyebabkan Ny.S hanya
berdiam diri di dalam rumah saja. Ny.S hanya keluar rumah yaitu jika
ingin buang air besar di sungai karena tidak mempunya wc dengan di
antarkan oleh cucunya atau anaknya.
2. Tn.F usia 69 th berdasarkan observasi dan wawancara yang kami lakukan
Tn.F memiliki gangguan pendengaran sehingga mengalami gangguan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika ingin berbicara dengannya
harus mendekatkan mulut kita ke telinganya. Dengan kondisi tersebut
Tn.F mengaku lebih banyak berdiam diri dirumah dan jarang
berkomunikasi dengan orang lain karena kondisinya tersebut. Dan
menurut keluarga Tn.F juga jarang beraktivitas di luar di rumah dan
melarang Tn.F untuk berbicara dengan orang lain karena takut terjadi
kesalahpahaman karena gangguan pendengaran yang Tn.F miliki
sehingga membuat Tn.F berdiam diri dirumah saja dan jarang melakukan
aktivitas di luar rumah.

7
3. Tn.K usia 67 th berdasarkan observasi dan wawancara yang kami
lakukan Tn.K tinggal terpisah dengan anaknya dan hidup sendiri
dirumahnya dan Tn.K merasa kesepian dan kehilangan peran apalagi
mengaku semenjak ditinggal istrinya (meninggal) Tn.k seperti tidak
punya semangat hidup. Tn.K yang sebelumnya bekerja serabutan
sekarang hanya berdiam diri di rumahnya dan jarang berinteraksi dengan
lingkungan sekitar dan untuk makan sehari-hari Tn.K mengaku dikirimi
makanan oleh anaknya setiap harinya. dan berdasarkan observasi kami
dari tetangga sekitar mengatakan Tn.S semenjak ditinggal istrinya jarang
sekali untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar dan juga Tn.S dulunya
bekerja serabutan setap harinya sekarang hanya hanya berdiam diri
dirumah saja.
4. Tn. D Usia 68 tahun berdasarkan observasi dan wawancara yang kami
lakukan Tn.D mengaku jarang ikut serta dalam kegiatan yang ada di
lingkungan sekitarnya, karena Tn.D merasa dirinya sudah tidak di
butuhkan lagi oleh orang yang berada di sekitarnya, karena menurut
Tn.D setiap apa yang ia kerjakan selalu kurang dan salah menurut orang
lain. Serta Tn.D juga mengatakan kondisi kesehatannya yang akhir-kahir
ini semakin menurun membuat Tn.D semakin membatasi aktivitasnya di
luar rumah sehingga membuat Tn.D hanya berdiam diri saja di rumah
dan juga keluarga juga melarang Tn.D untuk melakukan aktivitas dan
menyuruh Tn.D untuk banyak istirahat.
5. Ny.A usia 64 tahun berdasarkan observasi dan wawancara yang kami
lakukan Ny.A meskipun usianya sudah menginjak 64 tahun. Ny.a
mengaku masi aktif dalam mengikuti kegiatan yang berada di ligkungan
sekitarnya seperti pengajian. Ny.a juga mengaku sering membantu
tetangganya seperti saat tetangganya ada hajatan Ny.A membantu
memasak dan Ny.A mengaku juga sering mengobrol dengan tetangga di
lingkungan sekitar. Dengan mengobrol atau melakukan aktivitas
membuat Ny.A mengaku merasa senang dan menghilangkan stres
sejenak. Kondisi kesehatan Ny.A pada saat observasi dan wawancara
baik-baik saja.

8
B. Pembahasan Kasus
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di
mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Ahmadi, 2009
dalam Deu, 2014). Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau
hubungan yang saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung
sepanjang hidupnya didalam masyarakat, dengan adanya interaksi sosial
maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial harus tetap
dipertahankan dan dikembangkan pada kelompok lansia. Kemampuan lanjut
usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi (Noorkasiani,
2009 dalam Sianipar, 2013). Melalui interaksi sosial, lansia dapat berpikir
positif dan optimis tentang kehidupan. Interaksi sosial dapat terwujud melalui
keanggotaan dalam sebuah perkumpulan, memelihara keharmonisan dalam
keluarga, melakukan interaksi dengan orang lain, mencegah isolasi, dan
promosi kesehatan mental yang baik serta aktivitas fisik sehingga interaksi
sosial dapat dipertahankan (The Australian Psychological Society, 2009
dalam Sianipar, 2013).
Umumnya setelah seseorang memasuki lansia maka ia akan
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-
lain sehingga menyebabkan reaksi dan prilaku lansia menjadi makin lambat
sehingga menyebabkan lansia menjadi menarik diri dari lingkungan sekitar.
sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat lansia menjadi kurang cekatan (Sehanto dkk, 2012).
Secara biologis kelompok lanjut usia merupakan kelompok yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang di tandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Azizah, 2007 dalam Sehanto
dkk, 2012). Usia lanjut juga akan banyak mengalami perubahan pada fisik
maupun mental khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinnya pada saat usia lanjut ini , Hal ini di

9
sebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Penurunan kondisi fisik lanjut usia tersebut berpengaruh pada
kondisi psikisnya. Dengan berubahnya penampilan serta menurunya fungsi
dan kemampuan panca indra maka banyak dari mereka gagal dalam
menangkap isi pembicaraan orang lain, menyebabkan lanjut usia merasa
rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi (Azizah, 2007
dalam Sehanto dkk, 2012) hal ini sesuai dengan kasus pada Ny.S, Tn.F dan
Tn.D yang mengalami gangguan interaksi sosial dikarenakan penurunan
kondisi fisik. yang dimana Ny.S megalami gangguan interaksi sosial karena
kondisi fisik Ny.S yang menurun yaitu mengalami penurunan penglihatan
sehingga membuat Ny.S tidak dapat melakukan aktivitas di luar karena takut
jatuh dan merepotkan orang lain serta Ny.S juga mengatakan dengan
kondisinya yang sekarang ini membuat Ny.S tidak dapat melakukan sesuatu
hal dan keluarga Ny.s juga mengaku melarang Ny.s untuk keluar rumah
karena takut akan terjadi sesuatu hal pada Ny.s yang mengalami gangguan
penglihatan sehingga menyebabkan Ny.S hanya berdiam diri di dalam rumah
saja dan jarang berinteraksi dengan tetangga di lingkungan sekitar.
Begitu juga dengan Tn. F yang mengalami gangguan pendengaran
Tn.F mengaku lebih banyak berdiam diri dirumah dan jarang berkomunikasi
dengan orang lain karena kondisinya tersebut. Dan menurut keluarga Tn.F
juga jarang beraktivitas di luar di rumah dan melarang Tn.F untuk berbicara
dengan orang lain karena takut terjadi kesalahpahaman karena gangguan
pendengaran yang Tn.F miliki. Dan juga Tn.D yang mengatakan kondisi
kesehatannya yang akhir-kahir ini semakin menurun membuat Tn.D semakin
membatasi aktivitasnya di luar rumah sehingga membuat Tn.D hanya
berdiam diri saja di rumah dan juga keluarga juga melarang Tn.D untuk
melakukan aktivitas dan menyuruh Tn.D untuk banyak istirahat.
Selain itu Terkait dengan perubahan pada lansia, Hurlock (2008
dalam Sehanto dkk, 2012), mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh
setiap orang terutama lansia akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya terutama
interaksi sosialnya di lingkungan masyarakatnya. bagaimana sikap yang di
tunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tegantung dari

10
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan
yang diminati oleh para lansia adalah perubahan yang berkaitan dengan
masalah perubahan peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan
peran sosialnya di lingkungan masyarakat.
Menurut Sarwono (2002 dalam Sehanto dkk, 2012) Kehidupan lanjut
usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.
Interaksi sosial berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan lanjut usia.
Kejiwaan yang sehat apabila hubungan dengan sesama tercipta dan berjalan
dengan baik. Keadaan kejiwaan yang sehat dapat terpenuhi melalui hubungan
yang memuaskan dengan sesama. Namun pada kenyataan ada lanjut usia
yang kurang dapat menikmati atau kurang puas dengan hubungan sosial
dengan orang lain. Hubungan sosial yang tidak memuaskan dapat
menimbulkan kesenjangan antara yang diinginkan dengan yang dicapai oleh
lanjut usia. Dengan demikian lanjut usia akan mengalami perasaan yang
kurang menyenangkan, kurang puas dengan hubungan interpersonal yang
dilakukan bahkan dapat menimbulkan depresi pada lansia. Hal ini sesuai
dengan kasus Tn.D yang mengaku jarang ikut serta dalam kegiatan yang ada
di lingkungan sekitarnya, karena Tn.D merasa dirinya sudah tidak di
butuhkan lagi oleh orang yang berada di sekitarnya, karena menurut Tn.D
setiap apa yang ia kerjakan selalu kurang dan salah menurut orang lain.
Menurut Santrock (2007 dalam Sehanto dkk, 2012) Interaksi sosial
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan lansia.
Berkurangnya interaksi sosial usia lanjut dapat menyebabkan perasaan
terisolir, perasaan tidak berguna sehingga usia lanjut menyendiri atau
mengalami isolasi sosial dan menyatakan bahwa seseorang yang menginjak
lanjut usia akan semakin meningkat perasaan isolasinya dan kondisi ini rentan
terhadap depresi (Kapan dan Soddock, 2007 dalam Sehanto dkk, 2012).
Depresi pada lansia terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius
berhubungan dengan penyesuaian yang terhambat terhadap kehilangan dalam
hidup dan stressor. Stressor pencetus seperti pensiun yang terpaksa, kematian
pasangan, kemunduran kemampuan atau kekuatan fisik dan kemunduran
kesehatan serta penyakit fisik, kedudukan sosial, keuangan, penghasilan dan

11
rumah tinggal sehingga mempengaruhi rasa aman lansia dan menyebabkan
depresi (Friedman, 1998 dalam Sehanto dkk, 2012).
Penyebab depresi pada lansia bervariasi dan menjadi faktor yang
sering muncul ialah faktor psikologis seperti penyesuaian terhadap hilangnya
sumber penghasilan, hilangnya status sosial, kehilangan orang yang dicintai,
dan perasaaan putus asa karena ketidakberdayaan. depresi pada lansia akan
membawa kepada ketidakmampuan atau disability baik dalam fungsi fisik
maupun sosial (Hoedijono, 1999). Depresi menyebabkan ketidak mampuan
dalam fungsi sosial yaitu akan meningkatkan isolasi sosial, morbiditas medik,
masalah keluarga dan penderitaan pribadi. Selain rasa kesedihan, depresi juga
menimbulkan gangguan fisik dan mental seperti kemampuan kerja, nafsu
seks, nafsu makan dll. Hal ini sesuai dengan kasus Tn.K yang mengaku
semenjak ditinggal istrinya (meninggal) Tn.k seperti tidak punya semangat
hidup. Tn.K yang sebelumnya bekerja serabutan sekarang hanya berdiam diri
di rumahnya dan jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan untuk
makan sehari-hari Tn.K mengaku dikirimi makanan oleh anaknya setiap
harinya. dan berdasarkan observasi kami dari tetangga sekitar mengatakan
Tn.K semenjak ditinggal istrinya jarang sekali untuk berinteraksi dengan
tetangga sekitar dan juga Tn.K dulunya bekerja serabutan setap harinya
sekarang hanya hanya berdiam diri dirumah saja.
Selain itu pada Tn.K tinggal terpisah dengan anaknya dan hidup
sendiri dirumahnya. Sehingga menyebabkan Tn.K merasa kesepian dan
kehilangan peran apalagi semenjak istrinya meninggal. Kesepian merupakan
masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia, merasa terasing
(terisolasi), tersisihkan, terpencil dari orang lain karena merasa berbeda
dengan orang lain (Probosuseno, 2007 dalam Ikasi dkk, 2014). Kesepian
merupakan hal yang alami dan merupakan fakta yang tidak dapat
dihindarkan, baik oleh anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Selain itu
menurut Brehm dan Sharon (2008 dalam Ikasi dkk, 2014) hubungan yang
tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan yang
dimilikinya, diantaranya tidak memiliki partner seksual dan terpisah dengan
keluarga. Kesepian yang dialami oleh lansia sering terjadi pada saat ditinggal
pasangan hidup atau teman dekat dan kurangnya dukungan keluarga. Yang

12
dimana dampak dari kesepian ini menurut Robinson (1994 dalam Oktaria,
2008) yaitu mengalami rendah diri, menyalahkan diri sendiri, tidak ingin
berusaha untuk terlibat pada kegiatan sosial, Mempunyai kesulitan untuk
memperlihatkan diri dalam berkelakuan dan takut untuk berkata ya atau tidak
untuk hal yang tidak sesuai, takut bertemu orang lain dan menghindari situasi
baru dan mempunyai persepsi negatif tentang diri sendiri sehingga akan
mengganggu interaksi sosialnya yang menyebabkan seseorang menarik diri
dari lingkungannya.
Selain itu berdasarkan hasil observasi dan wawancara kasus lansia
yang mengalami gangguan interaksi sosial sehingga menyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungannya jika dihubungkan dengan teori menua yaitu
sesuai dengan teori sosiologi yaitu teori interaksi sosial (social exchange
theroy) yang dimana menurut teori ini lansia terjadi penurunan kekuasaan dan
prestise sehingga interaksi sosial mereka berkurang, yang tersisa hanyalah
harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Dan juga
menurut teori penarikan diri (disengagement theory) yaitu kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang
lansia mengalami kehilangan ganda yang meliputi kehilangan peran dan
hambatan kontak sosial (Dewi, 2014). Pokok-pokok teori menarik diri ialah
pada pria terjadi kehilangan peran hidup terutama pada masa pensiun.
Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga
berkurang misalnya saat anak beranjak dewasa serta meninggalkan rumah
untuk belajar dan menikah. Aspek utama dalam teori ini adalah proses
menarik diri yang terjadi sepanjang hidup dan proses ini tidak dapat dihindari
serta harus diterima lansia dan masyarakat (Dewi, 2014).
Masih banyaknya lansia yang mengalami gangguan interaksi sosial
merupakan masalah yang harus segera diatasi. Berdasarkan kasus diatas
faktor yang banyak menjadi penyebab lansia mengalami gangguan interaksi
sosial ialah menurunnya kondisi fisik dan stres serta kehilangan peran dan
dukungan keluarga. Yang dimana seharusnya pada masa lansia gangguan
interaksi sosial harus diminimalisir terutama faktor pencetus tersebut karena
dengan interaksi sosial yang baik lansia dapat berpikir positif dan optimis
tentang kehidupan dan tidak merasa kesepian. Tetapi pada kenyataannya di

13
komunitas masih banyak lansia yang mengalami gangguan interaksi sosial
baik itu karena menurunnya kondisi fisik serta stres, depresi dan kurangnya
dukungan keluarga ataupun masyarakat sekitar yang masih banyak
beranggapaan bahwa lansia tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan
ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat sehingga
membuat lansia mengalami gangguan interaksi sosial yang menyebabkan
lansia menarik diri dari lingkungannya.
Berdasarkan fenomena diatas penulis memberikan saran untuk
mengurangi terjadinya gangguan interaksi sosial pada lansia yaitu:
1. Para lansia lebih meningkatkan Interaksi Sosial dengan sesama lansia
yang tinggal di lingkungan sekitar masyarakat, keluarga maupun pihak
terkait dalam mengurangi terjadinya depresi, dengan cara berperan aktif
dalam kegiatan yang di adakan oleh keluarga maupun lingkungan seperti
pengajian, acara ibuk-ibuk PKK dan lain-lain sebagainya.
2. Bagi keluarga lansia yaitu meningkatkan peran keluarga sebagai
pendukung dan pemantau aktif dalam berkomunikasi terhadap lansia
guna memberikan dukungan moral pada lansia. Dengan cara
memperhatikan lansia ketika sedang berbicara tanpa memotong
pembicaraanya, memberi perhatian yang lebih pada lansia, empati, cinta,
kejujuran dan perawatan serta tidak memberikan batasan pada lansia
untuk berinteraksi dengan siapa saja serta tetep mengahargai lansia.
3. Bagi masyarakat yaitu diharapkan masyarakat ikut serta memberikan
dukungan pada lansia dan tetap memberikan peran bagi lansia
dimasyarakat sesuai dengan kemampuannya sehingga lansia merasa
dirinya masih di hargai dan di hormati sehingga interaksi sosial atau
hubungan sosial tetap terjaga dengan baik.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari 5 lansia ternyata
terdapat 4 lansia yang mengalami gangguan interaksi sosial. Penyebabnya
ialah karena penurunan kondisi fisik seperti penglihatan menurun, gangguan
pendengaran serta kehilangan pasangan, kesepian serta kehilangan peran dan
dukungan keluarga yang kurang yang menyebabkan lansia mengalami
pembatasan sosial sehingga interaksi sosialnya terganggu yang menyebabkan
lansia menarik diri dari lingkungannya.
Teori sosiologi yaitu teori interaksi sosial (social exchange theroy)
yang dimana menurut teori ini lansia terjadi penurunan kekuasaan dan
prestise sehingga interaksi sosial mereka berkurang, yang tersisa hanyalah
harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Dan juga
menurut teori penarikan diri (disengagement theory) yaitu kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang
lansia mengalami kehilangan ganda yang meliputi kehilangan peran dan
hambatan kontak sosial. Pokok-pokok teori menarik diri ialah pada pria

15
terjadi kehilangan peran hidup terutama pada masa pensiun. Sedangkan pada
wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang misalnya
saat anak beranjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan
menikah. Aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi
sepanjang hidup dan proses ini tidak dapat dihindari serta harus diterima
lansia dan masyarakat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan akan memberikan
pengetahuan pada tenaga kesehatan khususnya pada keperawatan untuk
melakukan peran perawat dengan baik yang berhubungan dengan fenomena
lansia yang mengalami gangguan interaksi sosial.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar demi
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ikasi, dkk. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kesepian (lonelinnes)


Pada Lansia. Jurnal Jom Psik Vol.1 No.2 Universitas Riau.

Deu, dkk. 2014. Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kemampuan Interaksi Sosial
Pada Lansia Di Wilayah, Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten
Bone Bolango. Universitas Negeri Gorontalo.

Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta:


Deepublish

Oktaria, Rara. 2008. Kesepian Pada Pria Usia Lanjut Yang Melajang. Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma.

Sehanto, dkk. 2012. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Tingkat Depresi Pada
Lanjut Usia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang. Psik Stikes Ngudi Waluyo Unggaran.

Sianipar, A,F. 2013. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada
Lansia Di Panti Werdha Budhi Dharma Bekasi. Stikes Medistra
Indonesia Bekasi.

17

You might also like