Hipertiroidisme mungkin karena overfungsi keseluruhan kelenjar, atau kondisi
yang kurang umum, mungkin disebabkan oleh fungsi tunggal atau multipel adenoma kanker tiroid. Juga pegobatan miksedema dengan hormon tiroid yang berlebihan dapat menyebabkan hipertiroidisme. Bentuk hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit Graves (goiter difus, toksik) yang mempunyai tiga tanda penting : (1) hipertiroidisme, (2)pembesaran kelenjar tiroid (goiter), dan (3) eksoptalmos (protrusi mata abnormal). Penyakit graves merupakan kelainan autoimunyang dimediasi oleh antibodi igG yang berikatan dengan reseptor TSH aktif pada permukaan sel-sel tiroid. Penyebab lain hipertiroidisme dapat mencakup goiter nodular toksik, adenoma toksik (jinak), karsinoma tiroid, tiroiditis subakut dan kronis, dan ingesti TH. Patofisiologi dibalik manifestasi penyakit hipertiroid graves dapat dibagi kedalamdua kategori: (1) yang sekunder akibat rangsangan berlebih sist m saraf adrenergik dan (2) yang merupakan akibat tingginya kadar TH yang bersirkulasi. Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi hormon tiroid (TH). Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang, maka terjadi hipermetabolisme, yang meningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Jumlah TH yang berlebihan menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini mengarah pada takikardia dan peningkatan curah jantung, volume sekuncup , kepekaan adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme sangat meningkat, mengarah pada keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasil akhir defisiensi nutrisi. Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme hipotalamik, pituitari dan hormon gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum pubertas, akan terjadi penundaan perkembangan seksual pada kedua jeis kelamin, tetapi pada pubertas mengakibatkan penurunan libido baik pada pria dan wanita. Setelah pubertas wanita akan juga menunjukkan ketidakteraturan menstruasi dann penurunan fertilitas. PATOFISIOLOGI PENYAKIT HIPERTROFI KELENJAR TIROID Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk di dalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat menekan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/ neoplasma. Sedangkan secara fisiologis, menurut benhard (1991) kelenjar tiroid dapat membesar sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan. Bahkan dikatakan pada kondisi stres sekalipun kebutuhan tubuh akan hormon inin cenderung meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas meningkat. Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut Struma Endemis dan Sporadis. Secara sopradis dimana kassus-kasus struma ini dijumpai menyebar di berbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadis banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan penggunaan obat-obatan anti tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang di suatu daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab defisiensi yodium. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon kelenjar tiroid adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung yodium. Ion Iodium (Iodida) darah masuk kedalam kelenjar tiroidsecara transport aktif dengan ATP sebagai sumber energi. Selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis Tiroglobulin (sejenis glikoprotein) dan selanjutnya mengalami iodinisasi sehingga akan terbentuk di iodotironin (DIT) dan mono iodotironin (MIT). Proses ini memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Proses akhir adalah berupa reaksi penggabungan. Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra iodotironin atau tiroxin (T4) dan molekul DIT bergabug dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3) untuk selanjutnya masuk kedalam plasma dan berikatan dengan protein binding iodine. Reaksi penggabugan ini dirangsang oleh hormon TSH dan dihambat oleh Tiourasil, Tiourea, sulfonamid, dan metilkaptoimidazol. Melihat proses singkat terbentuknya hormon tiroid maka pemasukan iodium yangg kurang, ganggguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, bahan atau zat yang mengandug Tiourea, Tiourasil, Sulfonamid, dan metilkaptoimidazol, Glukosil goitrogenik, gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta faktor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormon tiroid. Bila kadar hormon-hormon tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktivitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertropi). Dengan kompensasi ini kadar hormon seimbang kembali. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarnya. Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakhea dan esophagus. Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernafas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernafas dan disfagia. Tentu dampak nya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.