Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK 1
ANGELA M. A. FERNANDES PO. 530324014 355
ARISTAWATI N. GAH PO. 530324014 356
BEATRIX K. NELU PO. 530324014 357
BEATRIX R. M NDALE PO. 530324014 358
DIANA J.A BANUANAEK PO. 530324014 359
EDELTRUDIS S. JEMARUT PO. 530324014 360
ELFRIDA B. IKUN PO. 530324014 361
FRANSELINA D. WOKAL PO. 530324014 362
FRANSISKA O. TAPUN PO. 530324014 363
GUSTYANI D.E KURNIA PO. 530324014 364
IIN H.S PUTRI PO. 530324014 365
IRNAWATI M. MARABEN PO. 530324014 366
JAINAB BT.S.A NGGORI PO. 530324014 367
JELLI AGNES PENU PO. 530324014 368
JESHYA D. RATUKORE PO. 530324014 369
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
membahas tentang PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SITUASI DARURAT BENCANA,
LAYANAN MATERNAL DAN NENONATAL KOMPREHENSIF DALAM
SITUASI DARURAT BENCANA DAN KEKERASAN SEKSUAL.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum).............................4
2.2 Tujuan PPAM............................................................................... 4
2.3 Komponen-komponen PPAM..........................................................4
2.4 Cara megakses informasi PPAM kesehatn reproduksi..........................6
2.5 Layanan kesehatan maternal dan neonatal komprehensif pada kondisi
darurat bencana.............................................................................7
2.6 Cara mengurangi hambatan-hambatan dalam penggunaan layanan
kesehatan maternal dan neonatal....................................................17
2.7 Cara membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan
rumah sakit.................................................................................18
2.8 Menyiapkan KIT persalinan yang bersih.........................................19
2.9 Teknik Pertolongan Persalinan Dalam Situasi Bencana Darurat..........21
2.10 Defenisi Kekerasan Seksual..........................................................22
2.11 Keterkaitan kekerasan seksual dengan pelanggaran HAM..................24
BAB III PENUTUP
3. 1 Kesimpulan................................................................................26
3. 2 Saran......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui defenisi PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum)
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.
2. Untuk mengetahui tujuan PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum)
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.
3. Untuk mengetahui komponen-komponen PPAM (Paket Pelayanan
Awal Minimum) kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.
4. Untuk mengetahui cara mengakses informasi PPAM (Paket Pelayanan
Awal Minimum) kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.
5. Untuk mengetahui cara pelayanan kesehatan metrnal dan neonatal
komprehensif pada kondisi darurat bencana.
6. Untuk mengetahui cara menngurangi hambatan-hambatan kunci yang
berdampak pada kematian maternal dan neonatal.
7. Untuk mengetahui cara membangun system rujukan untuk
memfasilitasi transportasi dan komunikasi dari masyarakat ke
puskesamas dan puskesamas ke rumah sakit.
8. Untuk mengetahui cara menyiapkan kit persalina yang bersih.
9. Untuk mengetahui teknik pertolongan persalinan dalam situasi darurat
bencana.
10. Untuk mengetahui defenisis kekerasan seksual.
11. Untuk mengetahui tindaklan-tindakan yang termasuk kekerasan
seksual.
12. Untuk mengetahui alasan pentingnya SGBV dengan pelanggaran
HAM.
BAB II
PEMBAHASAN
Tawarkan test HIV dan Sifilis pada setiap ibu hamil yang datang pada
kunjungan antenatal mulai Kunjungan pertama (K1) hingga menjelang
persalinan (Tes dan konseling atas insiatif petugas kesehatan (TKiPK)
4. Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Selain dari yang telah disebutkan di atas, tindakan-tindakan preventif
yang dapat dilakukan adalah imunisasi tetanus dan pengobatan
presumptif untuk cacing tambang. Penyuluhan dan promosi kesehatan
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan upaya merawat diri secara sehat termasuk gizi yang
memadai, menghindari kontak zat-zat yang memiliki potensi
berbahaya, kebersihan untuk mencegah infeksi, istirahat dan aktifitas
yang memadai, pencegahan IMS/HIV, malaria dan anemia
b. Mempromosikan menyusui dan persiapan untuk menyusui
c. Mendorong ibu mencari layanan kesehatan, termasuk mengenali
tanda bahaya dan harus mencari tempat pertolongan
d. Mempromosikan keluarga berencana pasca persalinan atau jarak
antara kehamilan serta perawatan bayi baru lahir (termasuk nutrisi,
perawatan tali pusat, dan imunisasi).
5. Kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil
Selama kehamilan dan menyusui, kebutuhan gizi ibu akan energi,
protein dan mikronutrien meningkat secara siginfikan, Ibu hamil
memerlukan tambahan 285 kkal/hari dan ibu menyusui membutuhkan
tambahan 500 kkal/ hari. Asupan zat besi dan asam folat yang memadai
menjadi sangat penting bagi kesehatan ibu dan bayinya. Peningkatan
kebutuhan mikronutrien untuk ibu hamil biasanya tidak dipenuhi
melalui porsi makanan dasar. oleh karena itu, ibu hamil harus
menerima suplemen makanan seperti suplemen zat besi setiap hari (60
mg/hari) minimal 90 tablet selama kehamilan serta asam folat (400
g/hari).
6. Komplikasi kehamilan
Adanya kondisi bencana akan meningkatkan pengaruh pada kondisi
fisik dan mental wanita hamil, sehingga komplikasi pada kehamilan
akan meningkat seperti:
a. Perdarahan saat kehamilan disebabkan oleh plasenta menutupi jalan
lahir ( plasenta previa ) atau plasenta yang lepas sebelum bayi lahir
( solution plasenta ). Pasien di diagnosis dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, jika memungkinkan pemeriksaan penunjang
(USG), prinsip penatalaksanaannya :
1) Mencegah kematian ibu
2) Menghentikan sumber perdarahan
3) Jika janin masih hidup mempertahankan dan mengusahakan janin
lahir hidup
b. Hipertensi dalam kehamilan
Merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu yang dapat
menjadi, antara lain :
1) Hipertensi saja
2) Preeklampsia apabila disertai dengan proteinuria dan atau odema
3) Eklampsia apabila disertai dengan proteinuri, dan atau odemen
disertai kejang.
Prinsipnya penatalaksaannya adalah melindungi ibu dari efek
peningkatan tekanan darah, mencegah progresivitas penyakit
( pemberian anti hipertensi dan anti kejang), mengatasi dan
menurunankan resiko pada janin, serta melahirkan dengan cara yang
paling aman ( pervaginam perabdominam ).
c. Persalinan sebelum waktunya (Preterm)
Persalinan yang terjadi dengan usia kehamilan sebelum waktunya
(sebelum usia 37 minggu) biasa dengan disertai bayi premature
(berat lahir kurang dari 2500 gram). Prinsip penatalaksanaan
menghadapi kehamilan preterm dapat meliputi pencegahan
(pemberian tokolitik), penanganan persalinan preterm dan
penanganan bayi-bayi belum cukup bulan. Dalam menghadapi
komplikasi kehamilan yang termasuk pelayanan kegawat daruratan
kebidanan dan pelayanan bayi baru lahir, ketersediaan tenaga
kesehatan dan fasilitas sangatlah diperlukan dan kemungkinan untuk
merujuk ke pelayanan di tingkat yang lebih tinggi, untuk itu
diperlukan kerja sama lintas sektoral untuk mengatasi penanganan
komplikasi kehamilan pada situasi darurat bencana.
7. Persiapan Intranatal Care
Pelayanan Ante Natal memberikan kesempatan kepada ibu dan petugas
kesehatan yang menanganinya untuk membuat suatu rencana persalinan
dan kedaruratan berdasarkan kebutuhan, sumber daya dan kondisi dan
keinginan ibu misalnya: memilih tempat persalinan, tidakan yang
perlu dilakukan bila terjadi komplikasi, rencana persalinan normal dan
persalinan darurat, mengidentifikasi keinginan ibu untuk tempat dan
dengan siapa ia ingin melahirkan serta tindakan yang perlu dilakukan
jika terjadi komplikasi (transportasi, tempat rujukan, dana darurat).
Karena sebagian besar komplikasi selama persalinan tidak dapat
diprediksi, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten di
fasilitas kesehatan dengan peralatan lengkap yang mampu menangani
kemungkinan komplikasi sangat dianjurkan.
Semua hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan selama masa
antenatal harus dicatat di buku KIA yang dipegang oleh ibu. Pencatatan
yang baik sangat penting untuk membantu pengambilan keputusan dan
intervensi yang sesuai.
B. Pelayanan Persalinan
Pelayanan persalinan merupakan pelayanan prioritas dalam kondisi
bencana. Proses melahirkan terdiri dari persalinan, kelahiran dan periode
segera setelah kelahiran. Proses ini harus terjadi di fasilitas kesehatan yang
memastikan adanya privasi, aman, khusus dan dilengkapi dengan
pemenuhan alat serta petugas kesehatan yang kompeten yang diperlukan
dan transportasi serta komunikasi ke rumah sakit rujukan untuk
kegawatdarurat kebidanan dan neonatal.
Petugas kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa semua fasilitas
layanan memiliki protokol klinis/ SOP serta tindakan kewaspadaan
standard terkait dengan penanganan limbah untuk cairan ketuban, darah
dan plasenta. Mencuci tangan dan kewaspadaan standard lainnya harus
dilakukan
Hal yang perlu dilakukan pada pelayanan persalinan dalam kondisi
bencana adalah :
1. Menilai kemajuan persalinan dengan menggunakan Partograf. Partograf
harus digunakan untuk setiap kelahiran untuk memantau kemajuan
persalinan, kondisi ibu dan fetus secara ketat serta sebagai alat bantu
pembuatan keputusan untuk penanganan lebih lanjut dari rujukan.
2. Pencegahan perdarahan pasca melahirkan
Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan pasca
persalinan. Manajemen aktif kala tiga akan mengurangi risiko plasenta
tertahan dan perdarahan pasca melahirkan. Petugas kesehatan
kompeten harus melakukan manajemen aktif kala tiga ke semua ibu.
Tata laksana ini mencakup:
a. Pemberian obat uterotonika (oksitosin), kepada ibu dalam waktu
satu menit setelah kelahiran bayi,
b. Peregangan tali pusat terkendali
c. Masase uterus dari luar setelah plasenta dilahirkan oksitosin
merupakan uterotonika yang direkomendasikan untuk pencegahan
dan perawatatan perdarahan pasca persalinan atonik. Perlu
diperhatikan kesulitan untuk memastikan praktek penyuntikan
aman dan ada tidaknya lemari pendingin untuk penyimpanan
oksitosin . Karena oksitosin mengalami penurunan keaktifitasannya
jika disimpan di atas suhu.
3. Pelayanan kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Selain perawatan esensial selama persalinan dan kelahiran, layanan
PONED harus dilakukan di tingkat pusat kesehatan masyarakat untuk
menangani komplikasi selama kelahiran termasuk masalah-masalah
bayi baru lahir, atau menstabilkan ibu sebelum dirujuk ke rumah sakit.
Pastikan petugas kesehatan telah terampil tentang prosedur
penanganan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal Informasikan
protokol/ SOP secara luas tentang obat-obatan, peralatan dan suplai
tersedia di semua pusat kesehatan.
Seperti halnya kedaruratan maternal, kedaruratan neonatal tidak selalu
dapat diprediksi. Misalnya, mungkin saja bayi tidak bernafas sehingga
staf harus siap untuk melakukan resusitasi neonatal di setiap persalinan.
Lebih jauh lagi, komplikasi ibu dapat menyebabkan bayi baru lahir
terganggu secara bermakna sehingga petugas kesehatan harus siap
sebelum kelahiran terjadi.
Tanda bahaya pada kehamilan merupakan faktor penentu untuk
melakukan intervensi medis yang digunakan dalam menangani
komplikasi kebidanan yang merupakan penyebab utama kematian
maternal di seluruh dunia. Menggambarkan tanda bahaya terkait dengan
layanan PONED dan PONEK. Sejumlah layanan penting tidak
disebutkan tetapi dimasukkan ke dalam tanda-tanda bahaya ini.
Misalnya, saat melakukan bedah sesar berarti tindakan anestesi/
pembiusan harus diberikan.
C. Post Natal Care (PNC)
Postnatalcare (PNC) merupakan bagian dari kesehatan reproduksi
tetapi PNC juga bukan termasuk bagian dari Paket Pelayanan Awal
Minimum, Jika tenaga kesehatan tersedia atau kondisi situasi sudah mulai
stabil, PNC dapat dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.
Pastikan petugas kesehatan terampil dalam mengenali komplikasi pasca
persalinan dan merujuk ibu dan bayi baru lahir yang mungkin memerlukan
observasi atau perawatan lebih lanjut. Beritahu keluarga mengenai tanda
bahaya pasca persalinan pada ibu dan bayi baru lahir untuk dapat mencari
pertolongan secara dini jika diperlukan. Kunjungan pasca persalinan
merupakan saat untuk menilai dan mendiskusikan kebersihan diri,
menyusui, dan metode yang tepat dan waktu yang tepat untuk keluarga
berencana.
Pastikan adanya dukungan petugas kesehatan secara dini dan
pemberian ASI eksklusif serta diskusikan gizi yang sesuai untuk ibu.
Tablet zat besi dan folat harus dilanjutkan dan vitamin A serta minyak atau
garam beryodium diberikan jika perlu. Menyusui secara khusus
merupakan hal penting dalam situasi bencana. Risiko terkait dengan
pemberian susu botol atau pengganti ASI sangat meningkat ketika
kebersihan sangat buruk, terlalu banyak orang dalam satu tempat dan
akses terbatas terhadap air.
Dalam situasi semacam ini, ASI mungkin merupakan satu-satunya
sumber makanan yang aman dan berkesinambungan untuk bayi.
Kehangatan dan perawatan yang diberikan selama menyusi juga
merupakan hal penting bagi ibu dan bayi. Karena menyusui juga
merupakan aktifitas tradisional untuk ibu, menyusui dapat membuat ibu
percaya diri. oleh karena itu, penting sekali untuk mengawali pemberian
ASI dalam waktu satu jam setelah kelahiran, mendorong pemberian ASI
eksklusif, mendorong menyusui secara sering dan sesuai kebutuhan bayi
(termasuk di malam hari) dengan tidak membatasi periode dan frekuensi
menyusui. Pemberian ASI setiap kali bayi menginginkan selama enam
bulan pertama juga merupakan salah satu cara ber- KB selama menstruasi
belum kembali dan tidak ada makanan lain diberikan kepada bayi.
Dukung ibu dengan HIV positif untuk membuat keputusan berdasarkan
informasi mengenai cara pemberian asupan pada bayinya. Ibu yang
diketahui HIV+ harus diberikan OBAT ARV seumur hidup untuk menekan
risiko penularan HIV lewat ASI. Pastikan bahwa ibu HIV positif telah
dikonseling dan memiliki akses terhadap terapi ARV dan bayi dirawat
setelah kelahiran. Di tempat-tempat ketika pemberian asupan pengganti
(dengan susu formula) memunculkan risiko tinggi untuk penyakit,
malnutrisi dan kematian, hasil akhir kesehatan bayi akan lebih baik jika
ibu dengan HIV menyusui bayinya.
Pada saat bencana skala besar, biasanya syarat AFASS sulit terpenuhi,
Ibu yang telah diketahui terinfeksi HIV (dan yang bayinya tidak terinfeksi
HIV atau belum diketahui status HIV-nya) harus menyusui bayinya secara
eksklusif selama enam bulan pertama, memperkenalkan makanan
tambahan setelah masa tersebut dan melanjutkan menyusui selama 12
bulan awal kehidupan.
(sumber: pedoman ANC terpadu, Kemenkes RI, 2010)
D. Asuhan Bayi baru lahir
Kematian neonatal terjadi tujuh kali lebih sering dibandingkan dengan
kematian ibu. Ketiga penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah
asfiksia pada saat lahir, infeksi dan komplikasi prematuritas dan berat
badan lahir rendah (BBLR). Kondisi-kondisi ini dapat dicegah dan dapat
ditangani jika ibu memiliki akses terhadap layanan kegawatdaruratan
kebidanan dan neonatal. Staf harus dilatih untuk mengenali kedaruratan
dan merujuk ke tingkat layanan lebih tinggi jika diperlukan.
Dalam situasi darurat bencana, asuhan bayi baru lahir merupakan
bagian dari PPAM. Asuhan bayi baru lahir normal mencakup:
a. Menjaga bayi tetap kering dan hangat serta memastikan kontak kulit ke
kulit dengan ibu.
b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dalam rentang waktu satu jam
setelah melahirkan jika bayi dan ibu telah siap
c. Memantau perdarahan tali pusar, kesulitan bernafas, pucat dan sianosis
secara ketat
d. Berikan perawatan mata untuk mencegah optalmia neonatorum
Berikan imunisasi (Hepatitis B dan/atau BCG sesuai dengan protokol
nasional)
Tabel 6.1
Paket Bidan Kit
No Nama Barang dan Spesifikasi Volume
1 Apron plastik tebal 1 Bh
2 Bak instrumen 509 1 Bh
3 Blood lancet 28 G 1 box/100
4 Autoclick device 1 Bh
5 Bowel metal 12 cm, stainless 2 Bh
6 Timbangan Bayi pegas 25 kg 1 Bh
7 Catgut plain 2/0 + jarum 1 box/12
8 Nelaton catheter No. 12, steril 5 Bh
9 Fetal Doppler * 1 Buah
10 Gunting episiotomy 14 cm, ss 1 Bh
11 Duk steril katon 60 x 60 cm steril 3 Bh
Gunting operasi lurus 14 cm, stainless
12 1 Bh
tajam/tumpul
13 Gunting tali pusat 16 cm, ss 1 Bh
14 Setengah kocher ss 14 cm 1 Bh
15 Hb Sahli 1 Set
16 Infussion set dewasa 5 Bh
17 IV Catheter No. 18 G 5 Bh
18 Jarum disposible 23 G 1 box/100
19 Kocher lurus 16 cm, ss 2 Bh
20 Mucous suction - penghisap lendir * 3 Bh
21 Needle holder mayo 14 cm 2 Bh
22 Nierbeken 20 cm , ss 2 Bh
23 Pinset anatomis 14 cm ,ss 1 Bh
24 Pinset sirurgis 14 cm ,ss 1 Bh
25 Pinset chirurgis 18 cm ,ss 1 Bh
26 Sarung tangan surgical steril uk. 6.5/7/7.5 30 Psg
27 Senter LED, bisa berfungsi untuk lampu * 1 Bh
28 Sheet plastic 1 Bh
29 Sikat tangan halus 1 Bh
30 Tensi Aneroid Palm Type * 1 Bh
31 Resusitator infant * 1 Bh
32 Sterilisator alkohol stainless 20 cm + burner * 1 Bh
33 Spuit disposible 3 cc 1 box/100
34 Spuit disposible 1 cc 20 Bh
35 Stetoscope duplex dewasa 1 Bh
36 Tas bidan kit ( Ragsel ) 1 Bh
37 Thermometer digital (bisa untuk bayi) * 1 Bh
38 Timbangan dewasa 120 kg * 1 Bh
39 Ukuran pita 150 cm 1 Bh
40 Selimut bayi dgn tutup kepala 3 Bh
41 Umbilical cord klem 50 Bh
42 Gambar ibu hamil & proses kelahiran 1 Bh
43 Ukuran lengan ibu hamil (pita LILA) 1 Bh
44 Stop watch digital * 1 Bh
45 Catheter uretaral wanita disposible No. 12 10 Bh
46 Tes Kehamilan Strip 50 Tes
47 Gluco Protein Diagnostic strip 50 Tes
48 Speculum Simm ( S, M , L ) 1 Bh
Sumber: UNFPA (2008)
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Agar dapat bekerja dengan baik dalam situasi darurat penting memahami
konsep inti dari PPAM meliputi definisi, maksud dan tujuan PPAM
kesehatan reproduksi, komponen-komponen dalam PPAM dan cara
mengakses informasi yang terkait dengan PPAM kesehatan reproduksi dalam
situasi darurat
Dalam situasi darurat bencana layanan kesehatan maternal dan neonatal
komprehensif yang termasuk PPAM adalah identifikasi komplikasi pada ibu
hamil, pertolongan persalinan, asuhan bayi baru lahir dan penanganan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Setelah kondisi kembali stabil,
asuhan ante natal dan post natal dilakukan sesuai dengan standar yang
berlaku. Hal terpenting yang perlu diperhatikan ketika situsi darurat bencana
adalah memastikan bahwa system rujukan dapat dilakukan, sehingga perlu
diidentifikasi transportasi ke Puskesmas PONED atau RS PONEK,
membangun komunikasi dan ketersediaan tenaga dan suplay kit yang
memadai. Pertolongan persalinan saat situasi darurat bencana tetap
memperhatikan pencegahan infeksi, asuhan sayang ibu dan bayi serta
pendokumetasian.
Kekerasan seksual adalah pelanggaran HAM. Kekerasan seksual berbasis
gender/SGBV merupakan suatu kekerasan yang potensial terjadi dalam
situasi bencana. Diskriminasi dan ketidaksetaraan gender merupakan akar
masalah SGBV. Perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang paling
beresiko untuk mengalami kekerasan seksual pada situasi bencana.
Petugas perlu melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah terjadinya
kekerasan seksual pada perempuan dan anak-anak serta melakukan
penanganan kekerasan seksual.
Pendekatan multisektoral dan pendekatan terkoordinasi untuk kekerasan
seksual adalah penting untuk mencegah dan merespon konsekuensi dari
kekerasan seksual. Pedoman prinsip harus diikuti setiap saat ketika merespon
kekerasan seksual.
3. 2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi pengetahuan kepada tenaga kesehatan dan
mahasiswa prodi DIII Kebidanan mengenai PPAM kesehatan reproduksi
dalam situasi darurat bencana, layanan kesehatan maternal dan neonatal
komprehensif pada situasi darurat bencana, cara rujukan, cara menyiapkan
KIT persalinan yang bersih, teknik pertolongan persalinan dalam situasi
darurat bencana dan kekerasan seksual.
DAFTAR PUSTAKA