You are on page 1of 26

MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

MATERI 1
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI PADA SITUASI DARURAT
BENCANA

Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi (Kespro)


pada situasi darurat bencana merupakan pelayanan kesehatan awal
untuk pencegahan kesakitan dan kematian khususnya penduduk rentan
yaitu perempuan dan anak. Pengabaian kesehatan reproduksi pada
situasi darurat bencana dapat berisiko terhadap kesakitan dan
kematian ibu, bayi dan anak, kekerasan seksual/perkosaan yang dapat
berakibat trauma dan penularan penyakit menular seksual, Human
Immunodeficiency Virus (HIV), kehamilan tidak diharapkan (KTD), aborsi
tidak aman, sehubungan dengan hal masalah yang mungkin terjadi
tersebut diperlukan PPAM sesuai dengan standar SPHERE

I. DESKRIPSI SINGKAT
Materi ini membahas tentang definisi PPAM, pentingnya PPAM
Kesehatan Reproduksi (Kespro), komponen-komponen dalam PPAM
dan cara mengakses alat bantu dan sumber daya untuk mendukung
mengimplementasikan PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu
memahami definisi PPAM, pentingnya PPAM Kespro, komponen-
komponen dalam PPAM dan cara mengakses alat bantu dan
sumber daya untuk mendukung mengimplementasikan PPAM
Kespro pada situasi darurat bencana.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
1
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

2. Menjelaskan pentingnya PPAM Kespro pada situasi darurat


bencana.
3. Menjelaskan komponen-komponen dalam PPAM Kespro pada
situasi darurat bencana.
4. Mengimplementasikan PPAM Kespro pada situasi darurat
bencana.
5. Menjelaskan cara mengakses alat bantu dan sumber daya
untuk mendukung mengimplementasikan PPAM Kespro pada
situasi darurat bencana.

III.POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan membahas mengenai :
1. Definisi PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.
2. Pentingnya PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.
3. Komponen-komponen dalam PPAM Kespro pada situasi darurat
bencana.
4. Cara mengakses alat bantu dan sumber daya PPAM Kespro pada
situasi darurat bencana.

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Persiapan
1. Memastikan handout powerpoint digandakan (Jika dibutuhkan).
2. Memastikan materi yang akan disampaikan telah dipelajari
(Dengan merujuk pada bacaan yang dianjurkan pada bagian akhir
sesi ini).
3. Memastikan perlengkapan pembelajaran seperti spidol, flipchart
atau papan tulis putih.
4. Menguasai metode pembelajaran interaktif.
5. Waktu yang diperlukan 90 menit.

Langkah 2. Penyampaian Materi

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
2
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

1. Membuka sesi pembelajaran dengan apersepsi, dapat dengan


menanyakan kepada peserta tentang pengertian kondisi
darurat dan Kespro
2. Memberikan umpan balik secara singkat selanjutnya klik
powerpoint untuk menunjukkan jawaban.
3. Menjelaskan kepada peserta didik bahwa sesi ini akan
menguraikan beberapa konsep inti tentang PPAM Kespro pada
situasi darurat bencana. Klik power point untuk menunjukkan
konsep inti.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan


1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.
2. Melakukan rangkuman dan kesimpulan dapat dilakukan bersama-
sama dengan peserta didik.
3. Menutup sesi pembelajaran, dapat ditutup dengan menyampaikan
pesan kunci.

V. URAIAN MATERI
1. Definisi Kondisi Darurat dan Kesehatan Reproduksi
a. Kondisi Darurat adalah suatu gangguan serius terhadap fungsi
masyarakat yang menyebabkan kerugian manusia, material,
maupun lingkungan secara luas, untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya sendiri melebihi kemampuan
masyarakat yang terkena dampak (UNDRO/United Nations
Disaster Relief Organization atau Badan PBB yang bergerak di
bidang pemulihan bencana). Fase akut emergency ditandai
dengan adanya angka kematian kasar yang melebihi
1/10,000/hari. Angka Kematian Kasar adalah angka kematian
yang disebabkan oleh sebab apapun, misalnya jumlah
pengungsi 200,000 orang, masih dikatakan fase akut bila
angka kematian lebih dari 20 orang per hari. Pada situasi stabil
bervariasi antara 0,2 0,3 per 10.000/hari. Saat tanggap
darurat (menurut SK Menkes no 145/2007) adalah keadaan
mengancam nyawa individu atau lelompok masyarakat luas
PENGURUS PUSAT (PP)
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
3
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

sehingga menyebabkan ketidak berdayaan yang memerlukan


respon intervensi sesegera mungkin guna menghindari
kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan yang
luas. Kondisi darurat (fase emergency) akan dimulai dengan
saat normal/tidak ada bencana, diisi dengan kegiatan
kesiapsiagaan. Jika terjadi bencana maka kondisi akan menjadi
akut dan setelah beberapa waktu akan menjadi post akut (bisa
jadi kronik) dan kemudian berlanjut dengan fase rehabilitasi
dan rekonstruksi. Ini adalah merupakan siklus yang akan terus
berjalan dan biasanya disebut dengan siklus bencana.
b. Kespro adalah keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan social
yang sempurna dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan
kelemahan, namun dalam segala hal yang berkaitan dengan
sistem, proses, dan fungsi reproduksi. Sebagai implikasi
kesehatan reproduksi adalah orang dapat memiliki kepuasan
dalam kehidupan seks yang aman dan mereka memiliki
kemampuan, untuk bereproduksi dan bebas untuk
memutuskan apakah, kapan, dan seberapa sering, juga
termasuk kesehatan seksual, sebagai tujuan adalah
peningkatan hidup dan hubungan pribadi (ICPD, 1994)

Landasan hukum tentang penanggulangan bencana di


Indonesia, tercantum dalam :
UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana:
perlindungan terhadap kelompok rentan termasuk dalam
Penyelenggaraan Tanggap Darurat (pasal 48e), prioritas
untuk mendapatkan penyelamatan, evakuasi, pengamanan,
pelayanan kesehatan, dan psikososial (pasal 55). Kelompok
rentan yang dimaksud di sini adalah ibu hamil, ibu
menyusui, balita, orang cacad, manula.
Keputusan Menkes no 145/MENKES/SK/I/2007, Kespro dalam
kondisi darurat masih belum terintegrasi ke dalam
penanggulangan bencana bidang kesehatan. SK Permenkes
ini keluar terlebih dulu sebelum UU no 24 tahun 2007. Saat
ini SK Permenkes no 145/2007 telah di-revisi ke tingkat yang
PENGURUS PUSAT (PP)
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
4
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

lebih tinggi menjadi Peraturan Menteri Kesehatan tentang


penanggulangan bencana di bidang kesehatan. Draft
peraturan menteri tsb sedang diproses di Biro Hukum
Kementrian Kesehatan Draft dari peraturan menteri tsb,
PPAM sudah termasuk intervensi yang diberikan saat terjadi
bencana

2. Definisi PPAM
Dalam situasi fase akut emergency adalah kacau dan anda tidak
bisa menyediakan semua komponen kesehatan seksual dan
reproduksi. Anda harus membatasi intervensi pada kegiatan
kesehatan seksual dan reproduksi yang penting untuk
menyelamatkan nyawa. Pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi minimum harus merupakan bagian pelayanan
kesehatan dasar pada awal keadaan darurat, kemudian
didefinisikan menjadi PPAM.

Yang dimaksud PPAM adalah


a. Paket : Kegiatan, koordinasi, perencanaan, supplies
b. Pelayanan : Pelayanan yang diberikan kepada penduduk
c. Awal : Untuk digunakan dalam kondisi darurat, tanpa
assessment di tempat
d. Minimum : Dasar, RH terbatas

Paket tidak berarti sebuah kotak yang dapat dibuka seseorang,


tetapi mengacu pada strategi yang mencakupkan
koordinasi/perencanaan, supplies dan kegiatan-kegiatan
kesehatan seksual dan reproduksi. Awal: tanpa membutuhkan
assessment karena sudah terbukti manfaat PPAM. Tidak perlu
assessment untuk menilai apakah ada kebutuhan Kesehatan
Reproduksi karena sudah pasti ada. Tidak perlu assessment untuk
menilai intervensi yang diperlukan untuk kesehatan reproduksi
dalam kondisi darurat karena yang harus diterapkan adalah PPAM.
Apapun jenis bencananya (gempa, banjir, konflik, gunung meletus
dll), intervensinya adalah tetap sama yaitu PPAM. Dalam kondisi

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
5
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

darurat kita tidak perlu mencari data tentang target populasi


khusus misalnya berapa banyak ibu hamil, ibu melahirkan, wanita
usia subur dll. Data tsb tidak perlu dikumpulkan karena
berdasarkan pengalaman sangat sulit untuk mendapatkan data
tsb. Pada fase awal bencana, data yang tersedia adalah hanya
data pengungsi. Secara statistik jumlah ibu hamil dalam kondisi
darurat adalah 4% dari jumlah populasi, 15-20% ibu hamil akan
mengalami komplikasi, 25% populasi adalah wanita usia subur dll.
Apabila situasi sudah lebih stabil, dapat mulai mengumpulkan
data riil populasi target. Assessment yang dilakukan adalah:
assessment kondisi fasilitas kesehatan (puskesmas, puskesmas
PONED, RS PONEK). Dilihat apakah fasilitas tsb masih berfungsi,
bagaimana dengan kondisi peralatan dan obat2an. Selain itu perlu
juga dilakukan assessment tentang kondisi tenaga kesehatan
(dokter, bidan dan dr spesialis obsgyn) apakah tenaga kesehatan
ikut terkena dampak bencana? Apakah tenaga kesehatan perlu
didatangkan dari daerah lain dll.

Konsep PPAM dikenalkan tahun 1995 sampai sekarang sudah 18


tahun. Tapi sampai sekarang belum banyak yang mengenal dan
mengetahui tentang PPAM. Konsep PPAM sudah ada, buku
pedoman lapangan sudah diterjemahkan diadaptasi ke dalam
situasi Indonesia (Buku Kesehatan Reproduksi bagi pengungsi
Depkes) dan sudah ada kit kesehatan reproduksi yang merupakan
alat dan bahan untuk pelaksanan PPAM dalam kondisi darurat.
Bisa dibaratkan sebagai tentara yang akan maju ke medan
perang, kita sudah memiliki persenjataan yang lengkap. Ada
beberapa lembaga membentuk Kelompok Kerja Antar Lembaga
(IAWG) untuk kesehatan seksual dan reproduksi dalam situasi
darurat (dahulu dalam situasi Pengungsian), dibawah koordinasi
UNHCR (lembaga PBB untuk pengungsi) yang terdiri lebih dari 30
badan PBB, LSM, akademisi internasional dan lembaga donor.
Tugas utama kelompok ini adalah mengorganisir dan memfasilitasi
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi di seluruh situasi
PENGURUS PUSAT (PP)
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
6
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

pengungsian. WHO bertindak sebagai lembaga yang menyusun


standar teknis untuk kelompok ini. Bertahun-tahun lamanya,
kelompok telah mengembangkan beberapa alat bantu/tools.
Dimulai dengan konsep PPAM untuk kesehatan seksual dan
reproduksi dalam situasi krisis, yang dikembangkan pada 1995
dan dijelaskan dalam Pedoman Lapangan Antar Lembaga.

Dalam kondisi daruat idealnya semua layanan Kespro harus


tersedia, tapi jika tidak memungkinkan, kita bisa memprioritaskan
untuk layanan yang sangat penting untuk penyelamatan nyawa
melalui PPAM. Setelah situasi sudah memungkinkan/stabil layanan
Kespro komprehensif akan diberikan seperti saat situasi normal.
Kapan situasi dikatakan sudah stabil? Dapat menggunakan
indikator angka kematian kasar seperti yang sudah dijelaskan di
awal. Dapat juga merujuk pernyataan dari pemerintah/presiden
mengenai masa tanggap darurat. Misalnya di Aceh: 6 bulan, di
Jogja: 1 bulan dan di Padang : 1 bulan. Jika pemerintah
menyatakan bahwa masa tanggap darurat sudah berakhir artinya
situasi sudah menjadi lebih stabil.

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
7
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

Ini adalah lembar contekan (cheat sheet) yang bisa dijadikan


panduan/pegangan saat terjadi bencana/kondisi darurat.

Di lembar contekan ini mencakup informasi:


1. Tentang PPAM dan tujuan yang ingin dicapai
2. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan
PPAM
3. Perbedaan antara PPAM (fase akut bencana) dan Kespro
komprehensif (fase stabil)
4. Daftar supply and logistik yang dibutuhkan untuk penerapan
PPAM

3. PPAM sebagai Kebutuhan


Alasan PPAM Kespro sebagai kebutuhan pada situasi darurat
bencana, karena salah satu dari Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
mendapat layanan kesehatan yang bermutu, termasuk di
dalamnya layanan Kespro dalam kondisi normal ataupun darurat.
Dari 8 tujuan MDG (Millenium Development Goals), 50% dari goals
itu terkait dengan kesehatan reproduksi: MDG 3 : Kesetaraan
Jender, MDG 4 dan 5: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk
akses universal ke layanan Kespro, MDG 6: pemberantasan
penyakit menular termasuk HIV/AIDS. Jika kita ingin mencapai
target MDGs harus dipastikan kalau layanan Kespro tersedia
dalam kondisi apapun termasuk kondisi darurat.

Dalam kondisi normal, di Indonesia sudah banyak permasalahan


terkait Kespro dan kondisi akan lebih buruk saat terjadi bencana.
Kesehatan Reproduksi dalam kondisi darurat harus diberikan
karena merupakan standard SPHERE/piagam kemanusiaan.
Standard SPHERE telah dipergunakan sebagai acuan bagi para
pekerja kemanusiaan di seluruh dunia. Tiap pekerja kemanusiaan
harus berusaha semaksimal mungkin memenuhi standard minimal
bagi pengungsi/penduduk yang terkena bencana untuk hidup
secara layak dan bermartabat. Ada beberapa bidang dalam
standard SPHERE misalnya bidang pangan, air, kesehatan dll.
Misalnya dalam kondisi darurat setiap pengungsi harus mendapat

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
8
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

akses terhadap air bersih sebanyak minimal 15 liter per orang per
hari untuk memenuhi kebutuhan makan, minum dan sanitasi. Satu
toilet dipergunakan untuk maksimal 20 orang di pengungsian dll.

PPAM untuk Kespro dalam kondisi bencana sudah masuk standard


SPHERE edisi tahun 2004 yaitu akses terhadap PPAM Kespro
dalam kondisi darurat. Kebutuhan Kespro berlanjut terutama
selama krisis; ada beberapa masalah yang mungkin dihadapi :
1. Dalam kondisi darurat terutama konflik, biasanya tidak ada
hukum dan aturan yang berlaku dalam situasi pengungsian.
Cara mengatur camp pengungsian juga meningkatkan resiko
terjadinya kekerasan seksual misalnya pengaturan tenda,
penempatan toilet, penerangan, mekanisme distribusi bantuan
dll. Dalam kondisi darurat akan terjadi hilangnya kekuasaan
dan status laki-laki dan hilangnya pendapatan bagi perempuan
yang menemukan dirinya sendiri sebagai penanggungjawab
tunggal rumah tangga, mudah mengalami kekerasan seksual,
perkosaan, penyiksaan seksual, dan paksaan prostitusi.
2. Resiko untuk meningkatnya penularan HIV adalah karena
meningkatnya resiko kekerasan seksual. Selain itu pada situasi
darurat, seringkali terjadi peningkatan kebutuhan sistem
kesehatan, tetapi tidak tercukupinya alat dan bahan untuk
menjamin tindakan kewaspadaan universal terhadap penularan
HIV/IMS. Lebih lanjut, sistem persediaan supply darah yang
aman biasanya terputus, sedangkan mungkin saja terjadi
kebutuhan transfusi darah yang lebih besar, khususnya dalam
keadaan darurat yang kompleks.
3. Contoh kasus pasca gempa di Jogjakarta: ada bidan desa yang
mendadak setelah gempa menerima sekitar 20 pasien dengan
luka dan cedera yang banyak mengeluarkan darah dan
membutuhkan pertolongan segera. Karena bidan itu sendiri
dan dia tidak memiliki peralatan yang cukup, maka bidan tsb
memakai alat menjahit yang sama untuk semua pasien tanpa
memalui standard sterilisasi alat. Jika salah satu saja dari
PENGURUS PUSAT (PP)
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
9
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

pasien itu HIV positif, maka resiko penularan akan sangat


besar. Ini sangat mungkin terjadi jika skala bencana sangat
besar seperti di Aceh, dimana sistem kesehatan lumpuh, serta
peralatan dan bahan tidak tersedia.
4. Malnutrisi akan mengakibatkan anemia, yang akan
meningkatkan resiko perdarahan post partum. Jika ibu hamil
tinggal di pengungsian dalam waktu yang cukup lama,
kemungkinan kebutuhan gizinya tidak terpenuhi misalnya
terjadi anemia, kurang gizi sehingga melahirkan bayi berat
lahir rendah dll.
5. Kasus ibu hamil yang mendadak melahirkan premature saat
gempa di Jogja karena isu tsunami. Ibu hamil tsb sudah datang
ke beberapa rumah sakit yang ternyata tidak bisa menerima
karena RS penuh dengan korban luka/trauma.
6. Selain ibu hamil yang akan melahirkan normal, secara statisitik
15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi misalnya
perdarahan, eklampsia dll. Ketidaktersedianya layanan
kegawatdaruratan kebidanan akan menyebabkan resiko
meningkatnya kematian ibu.

Beberapa foto contoh camp pengungsian

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
10
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

Foto kiri atas: di Afrika


Foto kiri bawah: foto pengungsi letusan gunung Merapi. Pengungsi
gunung Merapi tidak mau tinggal di tenda/lapangan karena takut
terkena debu dan awan panas. Mereka lebih memilih tinggal di
dalam gedung seperti sekolah, balai desa, masjid dll sehingga
berdesak-desakan, tercampur laki-laki dan perempuan dll yang
meningkatkan resiko kekerasan seksual
Foto kanan atas

a. Foto pengungsian di pasar tradisional Kabupaten Agam,


Sumatera Barat. Penggungsi tinggal di lorong pasar tanpa
pembatas dan hanya ditutup terpal
b. Pengungsi yang tinggal di rumah darurat di depan rumah yang
hancur/roboh di Pada Pariaman ; untuk melindungi barang-
barang yang dimiliki

Jadi kondisi pengungsian adalah bermacam-macam dan


pengaturan yang salah bisa meningkatkan resiko kekerasan
seksual/perkosaan

Kondisi toilet:

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
11
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

a. Foto Kiri atas: foto toilet darurat untuk pengungsi korban banjir
bandang di Wassior. Meski darurat, toilet sudah terpisah antara
laki-laki dan perempuan
b. Foto kiri bawah: foto toilet di barak pengungsian letusan
gunung Merapi. Toilet sudah diberi tanda laki perempuan tapi
masih bercampur dan tidak terpisah
c. Foto kanan: Toilet darurat di Manokwari, tidak terpisah laki dan
perempuan, tidak ada penerangan, tidak bisa ditutup rapat dan
dikunci.
d. Foto kanan bawah: toilet di barak pengungsian Aceh

Cara mendesain toilet juga menetukan terhadap resiko terjadinya


perkosaan.
Toilet yang aman adalah toilet yang:
1. Terpisah antara laki-laki dan perempuan
2. Memiliki penerangan yang cukup
3. Bisa dikunci
4. Ada patroli keamanan di sekitar toilet sehingga tetap aman
apabila malam-malam harus ke toilet

Di setiap situasi bencana selalu saja ada ibu-ibu yang melahirkan


tanpa memandang waktu dan tempat. Bahkan ada ibu-ibu yang
meskipun belum waktunya melahirkan, harus melahirkan lebih
awal/prematur karena situasi yang kacau, harus mengungsi dll.

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
12
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

a. Foto kiri atas: ibu yang melahirkan di mobil saat proses evakuasi
letusan gunung merapi
b. Foto kiri bawah: foto ibu yang melahirkan tepat di saat terjadi gempa
kuat di Padang tahun 2009, bayinya diberi nama Gempawati
c. Foto kanan atas: bayi kembar yang terpaksa tidur di lantai beralas
tikar di puskesmas saat terjadi gempa Padang tahun 2009
d. Salah 1 bidan di Aceh yang melahirkan di pengungsian setelah
terjadi gempa dan tsunami di Aceh

Biasanya saat terjadi pengungsian dan fasilitas kesehatan mengalami


kerusakan, akan dibuat pos-pos kesehatan darurat atau RS lapangan.
Sebaiknya ada tenda layanan khusus kesehatan reproduksi yang
memastikan privacy dari client yang datang untuk pemeriksaan
kehamilan, melahirkan, mendapatkan layanan KB, mendapatkan
pelayan pasca perkosaan dll

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
13
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

Harapannya, di setiap posko kesehatan di lokasi pengungsian,


disediakan tenda khusus kesehatan reproduksi sehingga client/pasien
dapat mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi dengan nyaman
dan kerahasiaan/privacynya terjamin.

Harapannya, di setiap posko kesehatan di lokasi pengungsian,


disediakan tenda khusus kesehatan reproduksi sehingga client/pasien
dapat mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi dengan nyaman
dan kerahasiaan/privacynya terjamin.

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
14
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

Foto kiri dan kanan atas: foto tenda kesehatan reproduksi di Aceh Besar
Foto kanan bawah: foto ibu yang memeriksakan kehamilannya di pos
kesehatan di camp pengungsian di Manokwari

4. Tujuan PPAM
a. Mengidentifikasi koordinator kesehatan reproduksi
b. Mencegah dan menangani konsekuensi kekerasan seksual
c. Mengurangi penularan IMS/HIV
d. Mencegah peningkatan kesakitan dan kematian maternal serta
neonatal
e. Merencanakan layanan Kesehatan Reproduksi komprehensif
terintegrasi pada layanan kesehatan primer, sesegera mungkin

Cara mendesain toilet juga menetukan terhadap resiko terjadinya


perkosaan.

Toilet yang aman adalah toilet yang:


1. Terpisah antara laki-laki dan perempuan
2. Memiliki penerangan yang cukup
3. Bisa dikunci
4. Ada patroli keamanan di sekitar toilet sehingga tetap aman
apabila malam-malam harus ke toilet

Di setiap situasi bencana selalu saja ada ibu-ibu yang melahirkan


tanpa memandang waktu dan tempat. Bahkan ada ibu-ibu yang

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
15
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

meskipun belum waktunya melahirkan, harus melahirkan lebih


awal/prematur karena situasi yang kacau, harus mengungsi dll.

Biasanya saat terjadi pengungsian dan fasilitas kesehatan


mengalami kerusakan, akan dibuat pos-pos kesehatan darurat
atau RS lapangan.
Sebaiknya ada tenda layanan khusus kesehatan reproduksi yang
memastikan privacy dari client yang datang untuk pemeriksaan
kehamilan, melahirkan, mendapatkan layanan KB, mendapatkan
pelayan paska perkosaan, dan lain- lain.
Harapannya, di setiap posko kesehatan di lokasi pengungsian,
disediakan tenda khusus kesehatan reproduksi sehingga
client/pasien dapat mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi
dengan nyaman dan kerahasiaan/privacynya terjamin.

Foto kiri dan kanan atas: foto tenda kesehatan reproduksi di Aceh
Besar
Foto kanan bawah: foto ibu yang memeriksakan kehamilannya di
pos kesehatan di camp pengungsian di Manokwari

5. Komponen-komponen PPAM kesehatan reproduksi


Komponen Kespro komprehensif diberikan pada kondisi normal,
namun tidak semua harus diberikan dalam kondisi darurat, tapi
hanya fokus pada PPAM, misalnya:
1. Safe motherhood atau Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terdiri
dari: Ante Natal Care (ANC), Persalinan, Post Natal Care (PNC).
Semuanya adalah penting, tapi dalam kondisi darurat karena
keterbatasan tenaga dan alat, prioritas diberikan untuk
persalinan karena kematian banyak terjadi saat proses
persalinan, Tindakan pencegaanh meningkatnya kesakitan dan
kematian maternal serta neonatal
a. Pelayananan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal
tersedia
b. Terbentuknya Sistem rujukan 24 jam/7hari

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
16
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

c. Kit persalinan bersih: terdiri dari peralatan sederhana


seperti perlak, sabun cuci tangan silet untuk memotong tali
pusat, tali untuk mengikat tali pusat dll. Kit persalinan bersih
didistribusikan kepada ibu hamil yang akan melahirkan
dalam waktu dekat dengan pesan bahwa ibu hamil tetap
harus melahirkan di tenaga kesehatan. Kit ini hanya dipakai
pada saat kondisi darurat saja dimana ibu yang akan
melahirkan tsb tidak bisa bertemu bidan atau puskesmas
karena bencana susulan, jalan terendam banjir dll.
Setidaknya ibu yang melahirkan itu memiliki alat yang
bersih untuk memotong tali pusat bayinya. Jadi kit
persalinan bersih tidak mempromosikan persalinan di
rumah.
2. KB, layanan ginekologis, penghapusan FGM (sunat perempuan)
dan praktek tradisional yang membahayakan tidak termasuk
PPAM. Tapi menyediakan alat kontrasepsi bagi yang sudah
memakai KB sebelum bencana adalah dianjurkan
3. Pencegahan IMS/HIV saat daruart fokus pada pencegahan
penularan HIV, dengan cara :
a. Pemberian Transfusi darah yang aman, Transfusi darah
hanya diberikan atas indikasi, gunakan cairan pengganti
darah selama masih memungkinkan, Pilih donor dari
golongan yang tidak beresiko, Darah yang akan
ditransfusikan harus di-screening/disaring terlebih dahulu
untuk virus HIV, Hepatitis B dan Syphillis
b. Diterapkannya standard kewaspadaan universal : Praktek
pencegahan infeksi harus diterapkan, karena dalam kondisi
darurat ada kecenderungan tenaga kesehatan untuk potong
kompas, Alat dan bahan harus tersedia secara mencukupi
c. Disediakan Kondom gratis tersedia. Menyediakan kondom
bagi yang sudah memakai kondom sebelumnya dan tidak
didistribusikan secara luas, misalnya disediakan di toilet,
pos kesehatan dll

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
17
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

4. Pencegahan dan penanganan Kekerasan Berbasis Gender


(GBV), PPAM hanya fokus pada pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual pada fase akut.
Mengingat isu kesehatan reproduksi sering terlupakan saat
kondisi darurat maka perlu ditunjuk koordinator kesehatan
reproduksi karena pelayanan kesehatan reproduksi
memerlukan pendekatan multi-sektor. Jika system cluster
terbentuk maka koordinator harus melaporkan kondisi
kesehatan reproduksi kepada cluster kesehatan. Jika system
cluster tidak terbentuk, koordinator kesehatan reproduksi dapat
melapor ke koordinator bidang kesehatan. Koordinator
kesehatan reproduksi yaitu dengan menyelenggarakan
pertemuan untuk mendiskusikan masalah kesehatan reproduksi
dan memastikan alat dan bahan untuk penerapan PPAM
tersedia serta memastikan cluster/sektor kesehatan untuk
mengidentifikasi lembaga yang memimpin pelaksanaan PPAM.

Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif


yang terintegrasi ke dalam layanan kesehatan dasar, untuk itu
perlu sesegera mungkin, dengan cara : mengumpulkan data
dasar, mengidentifikasi area yang memadai untuk pelayanan,
mengidentifikasi staf yang akan memberikan layanan kesehatan
reproduksi komprehensif dimasa yang akan datang termasuk
menilai kapasitas staf, merencanakan pelatihan, dan memesan
peralatan dan bahan untuk layanan kesehatan reproduksi.
Untuk merencanakan pelayanan semacam itu, kumpulkan
informasi tentang data kesehatan sebelum terjaid bencana dan
apabila sudah memungkinkan harus dikumpulkan data riil dan
bukan lagi data estimasi pengungsi. Tentukan lokasi untuk
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi komprehensif lebih
lanjut dan harus dipastikan keamanan, kemudahan aksesnya,
keleluasaan pribadi dan kerahasiaan, akses kepada air dan
sanitasi, tempat yang sesuai dan kondisi aseptik. Melakukan
pencegahan kekerasan seksual dan membantu korbannya,

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
18
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

dengan cara memastikan sistem perlindungan berfungsi untuk


perempuan dan gadis, pemberian layanan medis dan dukungan
psikososial tersedia bagi korbannya serta masyarakat mengetahui
adanya layanan tersebut. Kapasitas staff harus dinilai untuk
pengadaan pelatihan setelah situasi stabil. Kumpulkan data
pelatihan apa yang dibutuhkan setelah situasi stabil. Memastikan
bahwa alat dan bahan kesehatan reproduksi tersedia untuk
pelayanan selanjutnya. Tunjukkan sekali lagi cheat sheet PPAM
dan ingatkan peserta kalau mereka dapat mereview tujuan PPAM
pada sisi depan dari cheat sheet.

6. Cara mengakses dukungan alat bantu dan sumber daya PPAM


Kespro
Banyak pedoman pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi
darurat yang dihasilkan dan oleh Kelompok Kerja Kesehatan
Reproduksi dalam kondisi darurat/ Inter-Agency Working Group on
RH in Emergency Situation (IAWG) dan telah dipublikasikan dapat
diakses secara bebas juga tersedia secara on line, dan sebagian
besar sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti
PPAM kesehatan reproduksi, Inter-Agency Field Manual (IAFM), RH
Kits for Emergency Situation.

Buku Pedoman dalam bahasa Indonesia:


1. Buku Kesehatan Reproduksi bagi pengungsi edisi tahun 2003:
sedang dalam proses revisi berdasarkan buku pedoman

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
19
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

internasional (IAWG) yang terbaru : buku harus dibaca saat pra-


bencana karena lebih bersifat teori
2. Buku Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi dalam kondisi
darurat: berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan:
dibaca dan dikuasai saat ada tanda-tanda akan terjadi
bencana: musim hujan, tanda-tanda gunung akan meletus dll
3. Cheat sheet/lembar ccontekan: menjadi pegangan dan acuan
saat terjadi bencana

Buku pedoman lain:


1. Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di masa darurat
kemanusiaan
2. Buku manual Kit Kesehatan Reproduksi (RH kit)
3. Buku pembelajaran jarak jauh PPAM dll

Selain menghasilkan konsep tentang PPAM dan buku pedoman


antar lembaga, IAWG juga mengembangkan kit kesehatan
reproduksi untuk situasi darurat yang merupakan supply/logistik
untuk mendukung pelaksanaan PPAM, yaitu : Kit kesehatan
reproduksi sebetulnya adalah alat dan obat untuk layanan
kesehatan reproduksi yang ada di puskesmas dan RS tapi sudah
dikemas secara khusus untuk dipergunakan saat kondisi darurat
dan sesuai tindakan yang akan dilakukan: no kit adalah sesuai
dengan tindakan yang akan dilakukan, misalnya kit no 6: adalah
kit pertolongan persalinan dan semua alat dan obat untuk
menolong persalinan tersedia di kit no 6

Kit Kesehatan reproduksi dibagi menjadi 3 blok dengan jumlah


target penduduk tertentu, untuk periode selama 3 bulan. Tidak
semua kit harus dipesan tapi berdasarkan kebutuhan saja. Untuk
memesan kit kesehatan reproduksi tidak perlu menghitung
kebutuhan masing-masing obat dan alat melainkan hanya
membutuhkan data jumlah pengungsi.

Kit di blok 1 ditujukan untuk pengungsi sebanyak 10.000 orang


selama 3 bulan. Misalnya jumlah pengungsi adalah 50,000 orang,

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
20
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

maka kit yang dibeli untuk blok 1 adalah : 50,000 ; 10 = sebanyak


5 kit. Jika jumlah pengungsi 45,000 orang, tidak bisa memesan
sebanyak 4.5 kit, tapi harus membeli 5 kit dan akan dipakai untuk
waktu yang lebih lama dari 3 bulan. Kit tidak bisa dipesan
sebanyak setengah paket

Kit di blok 2 diperuntukkan untuk jumlah pengungsi sebanyak


30,000 orang selama 3 bulan. Jika jumlah pengungsi sebanyaPPk
50,000 orang berarti dibutuhkan kit sebanyak 2 set Kemasan kit
kesehatan reproduksi dilengkapi dengan kode warna sesuai
tindakan yang akan dilakukan.

Kit kesehatan reproduksi blok 3 ditujukan untuk populasi


penduduk sebanyak 150,000. Ditujukan untuk RS rujukan yang
bisa memberikana layanan PONEK (Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergency Komprehensif), terdiri dari 2 kit : Kit no 11 adalah alat
dan bahan untuk operasi sesar dan Kit no 12 adalah alat dan
bahan untuk transfusi darah

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
21
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

Blok 1
Terdiri dari 6 kit, untuk fasilitas layanan kesehatan dasar
(10,000 penduduk/3 bulan)

Kit 0 (oranye) Kit administrasi

Kit 1 A & B (Merah) Kondom

Kit 2 (Biru gelap) Kit persalinan bersih

Kit 3 (merah muda) Kit pasca perkosaan

Kit 4 (Putih) KB oral dan suntik

Kit 5 (Turquoise) Pengobatan IMS

Blok 2
Terdiri dari 5 kit, untuk fasilitas kesehatan dasar dan RS
rujukan (30,000 penduduk/3 bulan)

Kit 6 (coklat) Kit persalinan di klinik

Kit 7 (hitam) Kit IUD

Kit 8 (kuning) Penanganan komplikasi aborsi

Kit 9 (ungu) Kit pemeriksaan vagina & jahitan robekan


vagina

Kit 10 (abu- Kit persalinan vakuum


abu)

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
22
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

Blok 3

Terdiri dari 2 kit, untuk RS rujukan, per 150,000 penduduk

Kit 11 (hijau Kit tingkat rujukan untuk RH (A & B)


muda)

Kit 12 (hijau Kit transfusi darah


tua)

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
23
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

1. Kit kesehatan reproduksi dilengkapi dengan autoclave untuk


sterilisasi alat
2. Lampu petromaks untuk penerangan karena pada kondisi
bencana sering tidak ada aliran listrik
3. Dilengkapi juga dengan ala-alat tulis untuk mencatat data
pasien dll

Supplai penting lainnya yang perlu diperhatikan misalnya KB dan


hygiene kit, meski KB bukan merupakan PPAM (pencarian akseptor
baru, penyuluhan KB dll), tapi menyediakan alat kontrasepsi bagi
yang sebelumnya sudah memakai alat kontrasepsi (seperti suntik,
pil dll) adalah penting untuk mencegah kehamilan yang tidak
dikehendaki. Perlindungan menstruasi memungkinkan perempuan
untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan masyarakat
dan menjaga keluarga mereka. Isi hygiene kit akan bisa
disesuaikan dengan kebutuhan.

UNFPA juga sudah menyusun kit-kit hygiene dengan target populasi khusus
seperti: ibu hamil, ibu baru melahirkan, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Isi dari
kit-kit tersebut bisa ditunjukkan ke peserta. Bisa disesuaikan dengan kondisi daerah
bencana, misalnya: Saat di Aceh, ditambahkan jilbab/kerudung untuk perempuan
supaya bisa beraktifitas di luar tenda, dan ditambahkan juga sajadah untuk sholat
karena Aceh adalah daerah yang menerapkan syareat islam dan menyediakan
hygiene kit khusus untuk laki-laki. Di Yogya, sesuai permintaan ditambahkan
minyak gosok/balsem karena banyak pengungsi yang usianya lanjut

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
24
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

1. Gambar wanita Aceh yang menerima hygiene kit dari UNFPA


2. Beberapa jenis hygiene kit UNFPA:
a. Tas warna biru: hygiene kit khusus wanita usia subur
b. Tas warna hijau: hygiene kit khusus ibu hamil
c. Tas warna merah: paket bayi baru lahir
d. Tas warna oranye: hygiene kit khusus ibu baru melahirkan
t 7 (hitam) Kit 7 (hi
VI. RANGKUMAN
Agar dapat bekerja dengan baik dalam situasi darurat penting
memahami konsep inti dari PPAM meliputi definisi, maksud dan
tujuan PPAM kesehatan reproduksi, komponen-komponen dalam
PPAM dan cara mengakses informasi yang terkait dengan PPAM
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat

VII. DAFTAR PUSTAKA


UNFPA, IPPF, UNSW, (2009) Facilitors Manual : Training on the
Minimum Initial Service Package (MISP) for Sexual and Reproductive
Health in Crises, A Course fo SRH Coordinators
Bacaan selanjutnya yang disarankan :
MISP for Reproductive Health in Crisis Situation : A Distance
Learning Module, New York: Womens Commision, 2006, available
at http://misp,rhrc.org/content/view/22/36/lang,english/frcx
Reproductive Health in Refugee Situation- an Inter-Agency Field
Manual, UNHCR, 1999, available at
http://www.iawg.net/resources/iawg_Field%20Manual_1999.pdf
Humanitarian Charter and Minimum Standards in Disaster
Response, The Sphere Project, 2004 Edition, available at
www.sphereproject.org

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
25
MODUL PELATIHAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

PENGURUS PUSAT (PP)


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
26

You might also like