You are on page 1of 10

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk
pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk
seksual.
(Affandi,2012:U-46)
Kotrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat
bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan
dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan.(Proverawati dkk, 2010)
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara, alat atau obata-
obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi.(Mochtar,2011)
2. AKDR/IUD
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kecil yang biasanya flexibel yang dipasang oleh
profesional perawatan kesehatan ke dalam rongga uterus. Penggunaan benda asing yang ditempatkan
ke dalam uterus untuk mencegah kehamilan. (Rheeder, 2011: 236) IUD (intrauterine device) yaitu alat
yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara
menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantas (ILUNI
FKUI, 2010) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing
dengan timbunan leukosit, makrofag dan limfosit. (Manuaba, 2010: 161)

2.1.2 Jenis IUD


Jenis IUD yang dipakai antara lain adalah :
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan
kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan)
yang cukup baik (Imbarwati, 2009)
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu
pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert
IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi
darurat (ILUNI FKUI, 2010)
2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai
ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.(Imbarwati, 2009)
3. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang
fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis
ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini(Imbarwati, 2009)
4. Lippes loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol
diberi benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan
lain dari AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat dari bahan
plastik.
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah
itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau
plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan
hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel
tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi,
2010).
1.1.3 Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum masuk ke kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma
masuk ke dalam alat reproduksi wanita dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4. Kemungkinan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Affandi, 2012: MK 81)
1.1.4 Keuntungan Kontrasepsi AKDR
1. Sebagai kontrasepsi, efektivitas tinggi
Sangat efektif 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam
125-170 kehamilan)
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)
4. Sangat efektif tidak perlu mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesuadah abortus (bila terjadi infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause
11. Tidak ada interaksi obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
(Affandi, 2012: MK 81)
13. Umumnya hanya memerlukan pemasangan satu kali
14. Tidak menimbulkan efek sistemik
15. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
16. Reversibel
(Anwar, 2011: 452)
17. Keuntungan IUD mengandung hormon
- Mengurangi volume darah haid (dapat sampai di bawah tingkat pre-insersi)
(Hanafi Hartanto, 2013: 216)

1.1.5 Kerugian Kontrasepsi Akdr


1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan berkurang setelah 3 bulan)
2. Haid lebih banyak
3. Perdarahan spotting antar menstruasi
4. Saat haid lebih sakit
5. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
6. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
7. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
8. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
9. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
10. Penyakit radang panggul terjadi sesedah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat
memicu infertilitas.
11. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
12. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan menghilang dalam 1-2 hari
13. Klien tidak dapat melepas AKDRnya sendiri
14. Mungkin AKDR keluar tanpa diketahui
15. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini
harus memasukkan jarinya ke dalam vagina.
(Affandi, 2012 : MK 81-82)
16. Kegiatan IUD yang mengandung hormon
1. Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
2. Harus diganti setiap 18 bulan
3. Lebih sering menimbulkan perdarahan mid siklus dan perdarahan bercak/spotting
4. Insiden kehamilan ektopik lebih tinggi
(Hanafi Hartanto, 2013 : 216)

2.1.6 Yang Dapat Menggunakan AKDR


1. Usia Reproduksi
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abostus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Resiko rendah IMS
8. Tidak menghentikan metode hormonal
9. Tidak menyukai mengingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
11. Perokok
12. Pasca keguguran
13. Sedang memakai antibiotik atau anti kejang
14. Gemuk atau kurus
15. Sedang menyusui
16. Ibu dalam keadaan seperti dibawah dapat menggunakan AKDR
1. Penderita tumor jinak payudara
2. Penderita kanker payudara
3. Pusing-pusing
4. Tekanan darah tinggi
5. Varises di vulva dan tungkai
6. Penderita penyakit stroke
7. Penderita diabetes
8. Penderita penyakit empedu hati
9. Malaria
10. Penyakit tiroid
11. Epilepsi
12. Nonpelvik TBC
13. Setelah kehamilan ektopik
14. Setelah pembedahan pelvik
(Affandi, 2012 : MK 82-83)
2.1.7 Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan Akdr
1. Sedang hamil
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3. Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRV atau abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau jumor jinak rahim dapat mempengaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga hamil kurang dari 5 cm
(Affandi, 2012 : MK 83)
10. Endometritis pascapartum
11. Penyakit katup jantung
12. Gangguan respon terhadap infeksi
(Reeder, 2011 : 238)
2.1.8 Efek Samping Yang Sering Terjadi
1. Amenorea
Penanganan : periksa apakan sedang hamil, apabila tidak jangan lepas AKDR, lakukan konseling.
Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila tali terlihat dan kehamilan
kurang dari 13 minggu. Apabila hamil lebih dari 13 minggu dan benang tidak terlihat, AKDR
jangan dilepas
2. Kejang
Penanganan : pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang panggul dan penyebab lain.
Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberikan
analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepas AKDR
dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi lain.
3. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Penanganan : apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan
hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg 3x sehari selama 1 minggu)
untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi
4. Benang yang hilang
Penanganan : apabila tidak hamil AKDR tidak lepas, berikan kondom. Periksa tali di dalam
saluran endoservik dan kavum uteri. Apabila tidak ditemukan rujuk ke dokter
5. Adanya pengeluaran cairan dari vagina
Penanganan : pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita
atau sangat dicurigai mendertia gonore atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan memadai
6. Ekspulsi (pengeluaran sedniri)
Biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
1. Umur dan paritas : perempuan usia muda ekspulsi, lebih sering dari pada perempuan usia tua
2. Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan pertama setelah pemasangan
3. Ekspulsi sebelumnya
4. Jenis dan ukuran : makin besar ukuran IUD makin kecil kemungkinan ekspulsi
5. Faktor psikis : frekuensi ekspulsi (lebih banyak dijumpai pada perempuan emosional dan
ketakutan dan psikisnya labil.
(Anwar, 2011 : 453)

2.1.9 Komplikasi
1. Infeksi
IUD atau benangnya yang ada dalam vagina, umunya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika
alat-alat yang digunakan disucihamakan jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya infeksi yang sub akut atau menahun pada terakhir genetalis sebelum pemasangan IUD.
2. Perforasi uterus
Umunya perforasi terjadi, sewaktu pemasangan IUD walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada
permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan
adanya kontraksi uterus IUD terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya
sampai ke rongga perut.
3. Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan IUD in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena IUD
terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan IUD in situ tinggi.
Jika ditemukan kehamilan dengan IUD in situ benangnya kelihatan, sebaiknya IUD dikeluarkan
sehingga kemungkinan terjadinya abortus kecil. Jika benang IUD tidak kelihatan, sebaiknya
dibiarkan saja berada dalam uterus.

2.1.10 Waktu Penggunaan


1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
(Affandi, 2012 : MK 87)
Keutungan pemasangan IUD pada waktu ini yaitu :
1. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak terbuka dan lembek
2. Tidak terlalu nyeri
3. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak terlalu dirasakan
4. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada
(Anwar, 2011 : 454)
3. Insersi Postpartum
Insersi IUD adalah amand alam beberapa hari postpartum hanya kerugian paling besar adalah
angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi tetapi menurut penyelidikan di Singapura. Saat yang
terbaik adalah delapan minggu postpartum, alasannya karena antara 4-8 mingggu postpartum,
bahannya perforasi tinggi sekali.
(Hanafi Hartanto, 2013 : 210)
4. Insersi abortus
Karena konsepsi sudah terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah:
a. Abortus Trimester I
Ekspulsi, infeksi, perfurasi
b. Abortus Trimester II
Ekspulsi 5-10 kali lebih besar daripada setelah abortus trimester I. WHO merekomendasikan
CuT-220 C untuk keadaan post abortus.
(Hanafi Hartanto, 2013:211)
5. Sewaktu melakukan seksio sesarea
(Anwar, 2011:455)
6. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
(Affandi, 2012:MK-87)

2.1.11 Petunjuk Bagi Klien


1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR
2. Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksa benang AKDR secara rutin selama setelah haid.
3. Setelah bulan pertama pemasangan hanya perlu memriksa keberadaan benang setelah haid apabila
mengalami.
- Kram kejang di perut bagian bawah
- Perdarahan (spotting) diantara haid/setelah senggama
- Nyeri setelah senggama
4. CuT-380 A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
5. Kembali ke klinik bila:
- Tidak tareaba benang AKDR
- Merasakan bagian yang keras dari AKDR
- AKDR terlepas
- Siklus terganggu/meleset
- Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
- Adanya infeksi(Affandi, 2012:MK-88)
1.2 Konsep Manajemen

I. Pengkajian

Biodata

Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/ pertanyaan.

1. Nama : Pengkajian nama dapat memudahkan bidan dalam melakukan komunikasi saat memberi
asuhan kepada klien.
2. Usia : Untuk mengenal faktor resiko dari umur pasien.
3. Agama : Untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan kepercayaannya.
4. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam bidang kesehatan
5. Pekerjaan : Mengetahui aktivitas-aktivitas ibu sehari-hari.
6. Penghasilan : Mengetahui tingkat perekonomian klien.
7. Telepon dan alamat : Untuk mendapatkan gambaran lingkungan
tempat tinggal pasien.

A. Data subyektif

1. Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan oleh ibu mengetahui pada saat pemeriksaan.

1). Ingin memakai kontrasepsi jangka panjang.

2). Tidak menghendaki metode hormonal

3). Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

4). Pasca melahirkan dan tidak menyusui bayinya

5). Pasca abortus ingin menggunakan kontrasepsi dan tidak terlihat adanya infekasi

6). Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

7). Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

(Affandi, 2012: MK 82)

2. Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi,


lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak
menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan
sakit waktu menstruasi.
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas

Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.


Cara persalinan.
Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
Berat badan lahir.
Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 280)
4. Riwayat KB dan rencana KB
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti, (bila tidak
memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi
5. Riwayat ginekologi

Pengkajian ini juga tidak kalah penting denganpengkajian-pengkajian sebelumnya, seorang ibu
dengan riwayat ginekologi yang kurang baik atau dapat dikatakan buruk akan mendapatkan
perhatian khusus apakah riwayat ginekologi tersebut dapat menjadi penyulit persalinan.

B. Data obyektif

1. Pemeriksaan Umum

- Keadaan umum : Baik/Tidak


- Kesadaran : Composmentis/Tidak
- Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
(WHO. 2013 : 24)

1. Pemeriksaan Fisik
Kepala dan leher : mata , kelenjar tiroid
Dada : bidang paru, jantung,payudara
Abdomen : organ, massa, pembuluh darah besar
Pelvis : vulva, vagina, serviks, uterus, tuba,ovarium
Rektum : tonus sfingter ani, massa
Ekstremitas : varikosa, deyut nadi, sirkulasi
Kulit : warna,pigmentasi
Pemeriksaan payudara
Pelvis

(Varney, Hellen. 2007 : 223)


2. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ginekologi : untuk memeriksa adanya ulkus,pembengkakan
kelenjar getah bening, pembengkaan kelenjar Batholini dan Skene,
pemeriksaan cairan vagina,servisitis.

A. ANALISA/INTERPRETASI DATA

DATA DASAR DIAGNOSA


Data Subjektif : Diagnosa :
Ibu mengatakan untuk Asuhan Kebidanan pada.....usia....akseptor KB IUD
menunda kehamilannya
Ibu mengatakan ingin
memakai kontrasepsi jangka
panjang
Data Objektif :
Keadaan umum
Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80
mmHg (normal) <140
mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt

B. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan dan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya, Ibu memahami dan kooperatif
2. Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD, Ibu ingin menggunakan KB . . . .
3. Memberikan inform consent pemasangan IUD, ibu bersedia
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya, ibu bersedia
5. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan AKDR

Peralatan telah disiapkan

Steril: Non-steril:
AKDR Lampu sorot

Handscoen stiril Cairan klorin 0.5%

Spekulum

Korentang

Cucing

Tampontang

Tenakulum

Gunting mayo

Kasa depres
Kapas DTT

Melakukan pemasangan IUD sesuai prosedur pemasangan

1) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

2) Memakai sarung tangan steril

3) Menyiapkan AKDR . . . .

4) Memasukkan spekulum, mengusap vagina dan serviks menggunakan larutan antiseptik

5) Menjepit porsio dengan tenakulum

6) Memasukkan sonde uterus dengan menggunakan teknik tanpa sentuh

7) Memasang IUD

8) Membuang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan

9) Melakukan dekontaminasi asuhan yang telah diberikan

IUD telah terpasang sesuai prosedur

1. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan, asuhan telah didokumentasikan

2. Menyepakati kunjungan ulang 2 minggu lagi (tanggal . . . . . .) atau bila ada keluhan, ibu bersedia
datang
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi.2013.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan


Manuaba, Ida Bagus.2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB untuk Pendidikan
Bidan.Jakarta:EGC
Anwar,Muchmad.2011.Ilmu Kandungan.Jakarta:PT Bina Pustaka
Affandi,Biran.2012.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardj
Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Proverawati dkk, 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD
Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD

You might also like