You are on page 1of 12

POROSITAS DAN PERMEABILITAS BETON ABU SEKAM PADI

SEBAGAI BAHAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

Oleh :
Uu Saepudin, ST., MT.

ABSTRACT
Observations in the field that has the potential of rice husk ash is used as a mixture of
concrete, this is due to reduce environmental pollution also can improve the quality of the
product. But until now the use of rice husk ash as an added ingredient in the mix that can
improve the permeability and porosity of the concrete still needs to be analyzed. The
purpose of this study was to determine the effect of the addition of rice husk ash in
concrete mix to the porosity and permeability of the concrete, and to investigate the
addition of rice husk ash optimum porosity and permeability of concrete to a minimum.
The method used in this study is an experimental method.

Based on the test results, the role of rice husk ash as filler space, adding impermeable
concrete, all variations of the addition of rice husk ash produced less concrete porosity
values. The smaller the value of concrete permeability so that the concrete more
waterproof. The addition of rice husk ash optimum occurs in the addition of 30% by
producing porosity and permeability values of 10.93% and a minimum of 2.098 x 10-7 m /
sec.

Keywords: Porosity, Permeability, Rigid Pavement

PENDAHULUAN
Pembangunan dibidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat,
misalnya gedung, jembatan, jalan, tower, dan sebagainya. Beton merupakan salah satu
pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi bangunan. Beton diminati karena banyak
memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya, antara lain harganya yang relatif
murah, mempunyai kekuatan yang baik, bahan baku penyusun mudah didapat, tahan lama,
tahan terhadap api, dan tidak mengalami pembusukan. Inovasi teknologi beton selalu
dituntut guna menjawab tantangan akan kebutuhan beton yang dihasilkan diharapkan
mempunyai kualitas tinggi meliputi kekuatan dan daya tahan tanpa mengabaikan nilai
ekonomisnya.

Beton banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan, salah satunya dalam bidang
transportasi yaitu sebagai bahan perkerasan jalan yang biasa disebut jalan beton atau
perkerasan kaku (rigid pavement). Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta
yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran
agregat halus juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan
sehingga butiran-butiran agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu masa
yang kompak atau padat (Tjokrodimulyo, 1996).

Kondisi Indonesia yang berada di daerah tropis menyebabkan curah hujan, kelembaban,
serta intensitas cahaya matahari yang tinggi. Kondisi ekstrim tersebut dapat menyebabkan
potensi korosi tulangan baja pada beton sehingga mengakibatkan berkurangnya ikatan
antara baja dan beton yang dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan struktur beton.
Secara umum ketahanan beton akan bertambah bila permeabilitas berkurang. Penting
untuk mempertimbangkan lingkungan dimana beton itu akan berada dengan memilih
proporsi campuran yang dapat memastikan pemadatan sempurna pada faktor air semen
yang sesuai.

Beton yang baik adalah beton dengan kekedapan yang tinggi. Kekedapan adalah tidak
dapat dilewati air, sedangkan permeabilitas adalah kemudahan cairan atau gas untuk
melewati beton (A.M. Neville & J.J. Brooks, 1987). Menurut L.J. Murdok dan K.M.
Brooks (1991) beton tidak bisa kedap air secara sempurna. Beton dengan agregat normal,
kekedapannya tergantung pada porositas pasta semen tetapi hubungan suatu faktor
distribusi ukuran pori bukanlah suatu fungsi yang sederhana (A.M. Neville & J.J. Brooks,
1987).

Pasta semen yang mengeras memiliki struktur yang berpori (Tjokrodimulyo, 1996).
Dengan adanya pori-pori tersebut akan berpengaruh terhadap rembesan dan permeabilitas
air. Pada bangunan sipil yang memerlukan kekedapan yang tinggi, diperlukan beton yang
memiliki koefesien permeabilitas yang kecil, sehingga akan melindungi tulangan yang ada
pada beton dari reaksi perkaratan karena rembesan senyawa kimia yang terkandung dalam
air dan komponen beton akan terhindar dari kerusakan.

Bahan tambah mineral saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton dengan
berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, mengurangi temperatur
akibat reaksi hidrasi atau menambah kelecakan pada beton. Mineral pembantu yang
digunakan umumnya mempunyai sifat fozzolanik yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas
yang dilepaskan semen pada proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat
mengikat pada temperatur normal dengan adanya air. Material fozzolan dapat berupa
material alam ataupun yang didapat dari sisa industri.

Pada perkerasan kaku (rigid pavement), tegangan pada pelat beton dengan berbagai ukuran
panjang akan melebihi kekuatan tarik materialnya. Oleh karena itu, retak pada pelat yang
panjang pasti akan terjadi secara acak tak terkendali, tak terlihat atau pada lokasi yang
memang ditetapkan sebelumnya (Oglesby & Hicks, 1996). Untuk itu diperlukan adanya
tulangan baja pada konstruksi perkerasan kaku. Karena kondisi Indonesia yang ekstrim
dengan curah hujan, intensitas cahaya matahari dan kelembaban yang tinggi maka
diperlukan beton yang memiliki koefesien permeabilitas kecil, sehingga akan melindingi
tulangan yang ada pada beton dari reaksi perkaratan karena rembesan senyawa kimia yang
terkandung dalam air, dan komponen beton akan terhindar dari kerusakan karena bereaksi
dengan sulfat yang terkandung dalam air. Untuk itu perlu adanya penelitian mengenai
perbaikan sifatnya, salah satunya dengan menggunakan bahan tambah yang dapat
memperbaiki sifat tersebut ( Krisbiyantoro, 2005). Bahan tambah tersebut diantaranya
adalah abu sekam padi.

Hasil pengamatan dilapangan bahwa abu sekam padi mempunyai potensi digunakan
sebagai bahan campuran beton, hal ini dikarenakan : (1) dapat mengurangi pencemaran
lingkungan; (2) dapat meningkatkan mutu produk. Namun sampai saat ini penggunaan abu
sekam padi sebagai bahan tambah dalam campuran yang dapat memperbaiki koefesien
permeabilitas dan nilai porositas beton masih perlu dianalisis dalam penelitian ini.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diteliti penggunaan abu sekam padi sebagai bahan
tambah dalam campuran beton. Oleh karena itu, perlu dicari kadar yang paling optimum
penggunaan abu sekam padi sebagai bahan tambah dalam campuran beton sehingga
menghasilkan nilai porositas dan permeabilitas beton yang minimum.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan abu sekam padi
pada campuran beton terhadap porositas dan permeabilitas beton, serta untuk mengetahui
penambahan abu sekam padi yang optimum untuk porositas dan permeabilitas beton yang
minimum.

TINJAUN PUSTAKA
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan kaku merupakan jenis perkerasan lain disamping perkerasan lentur yang
banyak digunakan, dan perpaduan keduanya (perkerasan komposit). Perkerasan kaku
menggunakan pelat beton semen sebagai komponen struktur utamanya, atau dalam hal ini
berbeda dengan perkerasan lentur yang umumnya menggunakan lapisan aspal beton
sebagai lapis permukaan, dan kadang-kadang juga sebagai lapisan dibawahnya (Kosasih,
2004).

Perkerasan kaku umumnya terdiri dari tanah dasar, lapisan pondasi bawah dan lapisan
beton semen dengan atau tanpa tulangan. Permukaan perkerasan dapat dilapisi dengan
campuran beraspal jika diperlukan tingkat kenyamanan yang tinggi. Daya dukung
perkerasan utama diperoleh dari pelat beton, karena sifatnya yang cukup kaku serta dapat
menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada
lapisan-lapisan dibawahnya. Perkerasan kaku secara struktural terdiri dari pelat beton
semen yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau menerus dengan
tulangan, yang terletak diatas pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis
permukaan beraspal.

Perencanaan perkerasan kaku berbeda dengan perkerasan lentur. Perkerasan lentur


didasarkan pada analisis sistem lapisan, dengan pengertian beban kendaraan dipikul semua
lapisan perkerasan sebagai satu kesatuan. Adapun perencanaan perkerasan kaku lebih
didasarkan pada analisis struktural terhadap pelat beton yang dianggap memikul beban
kendaraan melalui kelenturan (bending) yang tinggi dari pelat beton tersebut. Namun
secara umum karena fungsi utamanya adalah untuk memikul beban lalu lintas secara aman
dan nyaman selama umur rencana, maka diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Untuk memenuhi fungsi tersebut maka perkerasan kaku harus :
Mampu mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar sebagi akibat beban lalu
lintas sampai batas-batas yang masih mampu dipikul oleh tanah dasar tersebut, tanpa
menimbulkan perbedaan lendutan/penurunan yang dapat merusak perkerasan sendiri.

Direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi pengaruh


kembang-susut dan penurunan kekuatan tanah dasar, serta pengaruh cuaca dan kondisi
lingkungan.

Beton
Beton merupakan campuran antara semen Portland, agregat halus, agregat kasar dan air
dengan atau tanpa bahan campuran membentuk masa padat (SK SNI T- 15 1990 03).
Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta
semen ini selain mengisi pori-pori di antara butiran-butiran agregat halus dan agregat
kasar, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengikatan sehingga
butiran-butiran agregat saling terekat dengan kuat.

Kelebihan dan kekurangan beton (Tjokrodimulyo, 1996) adalah sebagai berikut :


a. Harga relatif murah karena menggunakan bahan-bahan lokal, kecuali semen porland
yang harus didatangkan dari pabrik atau toko, pada daerah tertentu yang sulit
mendapatkan pasir dan kerikil mungkin beton akan mahal.
b. Mempunyai kuat tekan yang tinggi serta sifat tahan korosi dan pembusukan oleh
pengaruh lingkungan (panas dan kelembaban). Kadang-kadang diperoleh beton yang
mempunyai kuat tekan yang sama dengan batu alami jika menggunakan bahan
penambah kekuatan dan dikerjakan dengan baik.
c. Beton segar mudah diangkat dan dicetak sesuai keinginan. Untuk menghasilkan bentuk
yang diinginkan cukup dengan membuat cetakan yang dapat dipakai berulangkali
sehingga ekonomis.
d. Jika dikombinasikan dengan baja tulangan maka akan menghasilkan beton yang dapat
dipakai untuk struktur berat. Pada kondisi ini baja akan menahan tegangan tarik
sedangkan beton akan menahan tegangan yang terjadi akibat pembebanan.
e. Mudah dalam perawatan, beton segar dapat disemprotkan pada beton lama yang rusak
atau dapat diisi ke dalam retakan beton tanpa harus menghancurkan bagian yang rusak.
f. Beton segar dapat disalurkan dengan cara dipompakan sehingga memungkinkan untuk
pengecoran pada bagian-bagian bangunan yang sulit dijangkau dengan alat lainnya.
g. Mempunyai sulfat tahan aus dan tahan terhadap panas sehingga biaya perawatan relatif
murah.

Selanjutnya dinyatakan bahwa kekurangan beton antara lain :


a. Beton mempunyai kuat tarik rendah sehingga mudah rusak, oleh karena itu harus diberi
tulangan baja atau kasa.
b. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang saat basah
sehingga dilatasi (Contruction joint) perlu dilakukan dengan arah panjang dan lebar
untuk memberikan tempat pada sudut pengerasan dan pengembangan beton.
c. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu
dilatasi untuk mencegah terjadinya retakan-retakan pada permukaan atau badan beton.
d. Beton sulit untuk kedap air, bila diinginkan untuk kedap air secara sempurna harus
dikerjakan dengan teliti.
e. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga perlu dihitung dan diteliti dengan seksama
agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi daktail, terutama pada
struktur tahan gempa.

Secara umum perencanaan campuran beton yang akan digunakan dalam pelaksanaan
konstruksi harus memenuhi syarat (KardiyonoTjokrodimulyo, 1996), antara lain :
1. Syarat kekuatan
Kekuatan yang dicapai pada umur yang ditentukan (28 hari) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh perencana.
2. Syarat keawetan
Beton yang dihasilkan harus tahan terhadap pengaruh-pengaruh luar yang dapat
merusak beton itu sendiri.
3. Syarat kemudahan pelaksanaan
Suatu rencana campuran beton harus memberikan workability yang cukup guna
pengadukan, pengangkutan, pencetakan dan pemadatan tanpa mengurangi homogenisis
beton.
4. Syarat ekonomis
Perencanaan campuran beton harus memberikan proporsi bahan-bahan pembentuk
beton yang tepat, supaya tidak menimbulkan berlebihnya pemakaian bahan yang
menyebabkan kurang ekonomisnya suatu campuran beton.

Permeabilitas Beton
Permeabilitas adalah kemudahan cairan atau gas untuk melewati beton, sedangkan serapan
(Absorbsi) adalah masuknya cairan ke dalam beton melalui pipa-pipa kapiler yang terdapat
pada beton itu sendiri. Permeabilitas dipengaruhi oleh porositas beton. Permeabilitas
menjadi penting untuk diketahui karena beton selain berfungsi untuk menahan tegangan
tekan, pada daerah tarik beton juga berfungsi untuk melindungi baja tulangan agar tidak
kontak langsung dengan udara luar yang dapat menyebabkan reaksi oksidasi dan terjadinya
korosi.

Faktor utama yang menentukan permeabilitas beton adalah faktor air semen dari campuran
beton. Dengan faktor air semen yang tinggi dalam pembuatan beton berarti ada kelebihan
air dalam campuran beton. Air ini berguna untuk menambah kelecakan beton sehingga
mudah dicetak. Sedangkan air yang diperlukan untuk hidrasi adalah sangat sedikit
sehingga sisanya akan menguap. Pada saat air menguap dan keluar dari beton maka akan
timbul pori-pori yang saling berhubungan hingga mencapai permukaan beton. Pori-pori
inilah yang akan menjadi jalan atau kanal bagi gas ataupun zat cair dari luar untuk masuk
ke dalam beton. Semakin tinggi faktor air semen maka akan semakin banyak pula pori-pori
yang saling berhubungan sehingga beton mempunyai permeabilitas yang tinggi. Karena itu
agar beton dapat bertahan dengan waktu yang lama maka permeabilitas beton perlu
diturunkan yaitu dengan menurunkan faktor air semen.

Porositas Beton
Porositas adalah besarnya persentase ruang-ruang kosong atau besarnya kadar pori yang
terdapat pada beton dan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kekuatan
beton. Pori-pori beton biasanya berisi udara atau berisi air yang saling berhubungan dan
dinamakan dengan kapiler beton. Kapiler beton akan tetap ada walaupun air yang
digunakan telah menguap, sehingga kapiler ini akan mengurangi kepadatan beton yang
dihasilkan. Dengan bertambahnya volume pori maka nilai porositas juga akan semakin
meningkat dan hal ini memberikan pengaruh buruk terhadap kekuatan beton.

Selain itu porositas beton timbul karena pori atau rongga yang ada di dalam butiran agregat
yang terbentuk oleh adanya udara yang terjebak dalam butiran ketika pembentukan atau
dekomposisi mineral. Agregat yang menempati kurang lebih 70-75% dari volume beton
akan sangat berpengaruh terhadap porositas beton akibat porositas yang dimiliki oleh
agregat sendiri. Gradasi atau ukuran butiran yang dimiliki oleh agregat juga berpengaruh
terhadap nilai porositas beton karena dengan ukuran yang seragam, maka porositas akan
semakin besar. Sedangkan ukuran yang tidak seragam porositas beton justru berkurang.
Hal ini dikarenakan butiran yang kecil dapat menempati ruangan atau pori diantara butiran
yang lebih besar sehingga porositas beton menjadi kecil.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian dirancang dengan
4 perlakuan untuk uji permeabilitas dan 4 perlakuan untuk uji porositas, masing-masing
diulang 3 kali. Perlakuan yang diujicobakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Sampel Benda Uji Beton dengan Bahan Tambah Abu Sekam Padi
Bahan Tambah Ukuran Jenis Jumlah Keterangan
Abu Sekam Padi Benda Uji Pengujian Benda
Uji
0% 3 Pengujian
10% Kubus Porositas 3 umur 28 hari
20% (50x50x50 3
30% mm) 3
0% 3 Pengujian
10% Silinder Permeabilitas 3 umur 28 hari
20% (d=75mm, t = 3
30% 150 mm) 3
Jumlah Benda Uji 24

Diagram Alir Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir penelitian


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Permeabilitas Beton
Berdasarkan SK SNI S-36-1990-03 yang dimaksud dengan beton kedap air adalah beton
yang tidak tembus air dan harus memenuhi ketentuan minimum beton kedap air agresif,
bila diuji dengan tekanan air, maka tembusnya air ke dalam beton tidak melebihi batas
sebagai berikut : (1). Agresif sedang adalah 50 mm dan (2) Agresif kuat adalah 40 mm.

Tabel 2. Hasil Pengujian Penetrasi


Abu Air dalam selang Penurunan Tinggi Diameter Kedalaman
No Sekam Awal Akhir air setelah 1 air jatuh Resapan Penetrasi
padi (mm) (mm) Jam (mm) (mm) (mm) (mm)
1 700 665 35 700 25 30
2 0% 700 680 20 700 30 20
3 700 685 15 700 20 20
Rata-rata 23,33
1 700 670 30 700 30 30
2 10% 700 670 30 700 30 25
3 700 690 10 700 20 15
Rata-rata 23,33
1 700 680 20 700 45 30
2 20% 700 675 25 700 40 40
3 700 665 35 700 30 30
Rata-rata 33,33
1 700 685 15 700 30 20
2 30% 700 680 20 700 25 25
3 700 685 15 700 30 20
Rata-rata 21,67

Hasil perhtitungan koefesien permeabilitas beton dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Hasil Perhitungan Koefesien Permeabilitas


A dQ Koefesien Permeabilitas
Abu Sekam
No (m/dt)
padi
( cm2) (m3) k=(I/A)(dQ/dt)(L/dh)
1 0,00049 6,1544E-08 8,130E-07
2 0% 0,00071 2,0096E-08 2,765E-07
3 0,00031 1,1304E-08 3,500E-07
Rata-rata 4,79860E-07
1 0,00071 4,5216E-08 4,148E-07
2 10% 0,00071 4,5216E-08 4,978E-07
3 0,00031 5,0240E-09 2,074E-07
Rata-rata 3,73333E-07
1 0,00159 2,0096E-08 8,194E-08
2 20% 0,00126 3,1400E-08 1,215E-07
3 0,00071 6,1544E-08 5,646E-07
Rata-rata 2,56025E-07
1 0,00071 1,1304E-08 1,556E-07
2 30% 0,00049 2,0096E-08 3,186E-07
3 0,00071 1,1304E-08 1,556E-07
Rata-rata 2,09896E-07

Berdasarkan Tabel 3. diperoleh grafik hubungan antara penambahan abu sekam padi
dengan koefesien permeabilitas beton seperti ditunjukan pada Gambar 2. Di bawah ini.

2.5
Koefesien Permeabilitas

2
1.5
(10^-05)
(M/det)

y=2.45x+2.009
1 R=0.943

0.5
0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Penambahan Abu Sekam Padi (%)

Gambar 2. Grafik Hubungan antara Penambahan Abu Sekam Padi dengan


Koefesien Permeabilitas

Berdasarkan Gambar 2. di atas menunjukan hubungan antara kadar abu sekam padi
dengan permeabilitas beton. Penambahan kadar abu sekam padi semakin besar maka nilai
permeabilitas beton semakin kecil, hal ini membuktikan bahwa makin tinggi kadar abu
sekam padi maka beton tersebut makin kedap air, sehingga abu sekam padi sangat tepat
digunakan sebagai bahan campuran beton untuk perkerasan kaku.

Berdasarkan SK SNI S-36-1990-03, yang dimaksud dengan beton kedap air adalah beton
yang tidak tembus air dan harus memenuhi ketentuan minimum beton kedap air agresif,
bila diuji dengan tekanan air, maka tembusnya air ke dalam beton tidak melampaui batas
yang telah ditetapkan yaitu untuk agresif sedang adalah 50 mm dan untuk agresif kuat
adalah 40 mm.
Tabel 4. Hasil Analisis Pengujian Penetrasi
Kadar Abu Kedalaman Syarat SK SNI S-36-1990-03
Sekam Padi Penetrasi Syarat Agersif Kuat Syarat Agresif Sedang
(40 mm) (50 mm)
0% 23,33 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
10% 23,33 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
20% 33,33 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
30% 21,67 Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa nilai rata-rata penetrasi air ke dalam beton
untuk setiap variasi mutu beton memenuhi syarat sebagai beton kedap air, baik sebagai
beton kedap air untuk agresif kuat (40 mm) maupun sebagai beton kedap air untuk agresif
sedang (50 mm). Berdasarkan hasil perhitungan, maka hasil analisis koefesien
permeabilitas beton seperti ditunjukan dalam Tabel 5. di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Analisis Koefesien Permeabilitas


Kadar Abu Koefesien Syarat ACI 301-729 (Revisi 1975)
Sekam Padi Permeabilitas (M/det) 1,5 . 10-11 m/det
0% 4,79860E-07 Tidak memenuhi syarat
10% 3,73333E-07 Tidak memenuhi syarat
20% 2,56025E-07 Tidak memenuhi syarat
30% 2,09896E-07 Tidak memenuhi syarat

Berdasarkan ACI 301-729 (revisi 1975) (Neville dan Brooks, 1987) nilai koefesien
permeabilitas maksimum yang disyaratkan sebasar 1,5 . 10-11 m/det. Dari hasil perhitungan
terlihat bahwa keseluruhan nilai koefesien permeabilitas beton tersebut tidak memenuhi
syarat ACI 301-729.

Hasil Uji Porositas Beton


Pengujian porositas ini dilakukan terhadap beton setelah benda uji berumur 28 hari.
pengujian benda uji berupa kubus berdimensi 50x50x50 mm untuk setiap variasi
penambahan abu sekam padi. Berdasarkan pengujian pada tiap variasi beton diperoleh nilai
porositas yang disajikan dalam Tabel 6. di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Pengujian Porositas


Abu Sekam Berat Kering Berat Beton Berat Beton Nilai
No Oven (gr) dalam Air (gr) Kondisi SSD (gr) Porositas
padi
1 265 146 290 17.30
2 0% 258 158 280 18.03
3 280 160 305 17.24
Rata-rata 17.79
1 248 148 266 15.25
2 10% 252 152 270 15.25
3 275 155 296 14.59
Rata-rata 15.87
1 335 195 355 12.5
2 20% 332 193 354 12.5
3 334 193 352 12.5
Rata-rata 12.37
1 300 143 318 11.46
2 30% 314 146 332 10.81
3 310 142 331 10.53
Rata-rata 10.93

Berdasarkan penelitian tentang beton, menunjukkan bahwa abu sekam padi berperan
sebagai pengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran-butiran semen sehingga abu sekam
padi akan menambah kekedapan. Untuk mengetahui pengaruh penambahan abu sekam
padi terhadap nilai porositas beton dapat dilihat pada Gambar 3. bawah ini.

20

Porositas (%)
15

10 y = -24.08x + 17.85
R = 0.975
5

0
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Penambahan Abu Sekam Padi (%)

Gambar 3. Grafik Hubungan antara Penambahan Abu Sekam Padi dengan


Porositas Beton

Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa abu sekam padi selain sebagai
bahan pengikat alternatif juga dapat menjadi bahan pengisi (filler). Setelah terjadinya
proses hidrasi dimana air semen telah kering maka akan menimbulkan pori-pori pada
beton, maka dengan penambahan abu sekam padi akan menjadi bahan pengisi (Filler) yang
mengakibatkan serapan air menjadi berkurang dan porositasnya menjadi kecil sehingga
abu sekam padi sangat tepat digunakan sebagai bahan campuran beton untuk perkerasan
kaku.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penambahan abu sekam padi berpengaruh terhadap porositas dan permeabilitas beton,
abu sekam padi berperan sebagai pengisi ruang kosong sehingga menambah kekedapan
beton.
2. Nilai porositas dan permeabilitas beton yang minimum terjadi pada penambahan abu
sekam padi sebesar 30% dengan menghasilkan nilai porositas dan permeabilitas sebesar
10,93 % dan 2,098 x 10-7 m/det.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variasi penambahan abu sekam padi yang berbeda
sehingga dihasilkan kadar penggunaan abu sekam padi yang optimum.

Daftar Pustaka
Anonim, 1997,Struktur Beton, Badan Penerbit Universitas Semarang
Anonim, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum
dan Tenaga Listrik Direktorat Jendral Ciptakarya Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, Bandung.
Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan
PU, Bandung.

Brown, MD. Smith, CA. Seller, JG. Folliard, KJ & Breen, JE.Use of Alternatives
Materials to Reduce Shrinkage Cracking in Bridge Decks ACI Material
Journal, Vol 104, 2007 pp 629-637
Cable, J.K., F.S. Fanous, H. Ceylan, D. Wood, D. Frentress, T. Tabbert, S.-Y. Oh, and K.
Gopalakrishnan. 2005. Design and Construction Procedures for Concrete
Overlay and Widening of Existing Pavements. IHRB Project TR-511. Ames,
IA: Iowa State University.
Chu Kia Wang, Charles G Salmon, Binsar Hariandja, 1990, Desain Beton Bertulang, Jilid I
Erlangga edisi ke 4, Jakarta
Cusson, D. and Mailvaganam, N. (1996), Durability of Repair Materials, Concrete
International, 18(3), pp 34-38
Dipohusodo Istimawan, 1996,Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Delatte, N., S. Chen, J. Davidson, A. Sehdev, N. Amer, and M. Endfinger. 2001. Design
and Quality Control of Concrete Overlays. UTCA Report 01220. Tuscaloosa,
AL: University Transportation Center for Alabama.
Tjokrodimulyo Kardiyono, 1996,Teknologi Beton, NAFIRI Yogyakata.

Riwayat Penulis :
Uu Saepudin, ST., MT., Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Galuh Ciamis pada Fakultas
Teknik Prodi Teknik Sipil.

You might also like