Professional Documents
Culture Documents
- Eka
Oleh :
Kelas/Smst : A/V
BANDUNG
2016
BENTUK-BENTUK SPERMA DAN KELAINAN PADA SPERMA
Ismail Fadlurrohman
e-mail : ismailfadlurrohman665@gmail.com
I. PENDAHULUAN
1.1. Landasan Teori
System genital pria terdiri atas kelenjar kelamin jantan yang disebut testis,
terdapat sepasang menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa. Selain itu
juga dapat menghasilkan hormon androgen, jadi bersifat sebagai kelenjar endokrin.
Sebagai kelenjar endokrin, sel-sel intersitiel yaitu yang disebut sel-sel leydig,
menghasilkan testoteron yang selain mempengaruhi prilaku reproduksi, juga
menumbuhkan ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya bulu-bulu pada tempat
tertentu, menebalnya pita suara, dan membesarnya larink atau jakun
(Suripto,1994:182).
Sperma dikenal sebagai sel kelamin yang dihasilkan oleh organ kelamin jantan.
Proses pembentukannya disebut spermatogenesis. Dalam spermatoogenesis, terjadi
peralihan proses pembelahan serta pembelahan struktur yang fungsional melalui
proses pembelahan serta pembelahan struktur berurutan. Semua proses tersebut
terjadi didalam testis. Secara umum tahapan perkembangan sel sperma hingga
menjadi spermatozoa meliputi :
1. Spermatogonium, biasanya terletak di tepi tubulus seminiferus.
2. Spermatosit primer
3. Spermatosit sekunder
4. Spermatid, berukuran relatif kecil dan mempunyai bakal hidung di bagian
ujung inti.
5. Spermatozoa. Sudah memiliki bagian kepala serta ekor yang panjang.
Spermatozoa dapat berbentuk lain dari biasanya, terdapat baik pada orang fertil,
maupun pada infertil. Hanya saja pada orang fertil kadarnya sedikit saja. Ada batas
minimum % abnormal terhadap normal. Kalau % abnormal kebanyakan
mengakibatkan orangnya infertil. Bentuk abnormal terjadi karena berbagai macam
gangguan dalam spermatogenesis, terutama waktu spermiogenesis. Gangguan itu
mungkin karena faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh penyakit
(Yatim, 1994:49).
1.2. Tujuan Praktikum : - Mengamati, mempelajari dan menggambarkan sperma hamster
/marmut beserta bagian-bagiannya.
- Menggambarkan kelainan pada sperma.
- Membedakan kelainan pada beberapa jenis hewan.
- Membuat apusan sperma.
Pembesaran : 10x10
Sumber: http://takdirsaili.wordpress.com diakses
pada 27 Maret 2017, 21:36.
Keterangan:
Gambar Dokumentasi Gambar Literatur Kelainan sperma yang ditemukan
sperma dengan ukutan kepala
lebih besar dari yang lainnya
normal. Berekor panjang. Kepala
kecil. Dan berkepala dua.
Pembesaran : 10x10
Pada hasil pengamatan dapat diperoleh 4 bentuk sperma yang abnormal dan satu
bentuk sperma yang normal. Spermatid pada hamster membentuk sperma yang
sempurna. Berdasarkan kajian teori jurnal Afiriantini (2006:106) tentang Pengujian
Morfologi Spermatozoa SapiI Bali (Bos Sondaicus) Mengunakan Pewarnaan
Wiliams" menyatakan, Spermatogenesis adalah proses pertumbuhan dan perubahan
dari spermatogonia sampai spermatozoa yang meliputi tiga fase yaitu 1)
spermatositogenesis, selama fase ini spermatogonium membelah secara mitosis,
menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan menghasilkan spermatosit
primer. 2) meiosis I, selama fase ini spermatosit primer mengalami dua kali
pembelahan secara berurutan, dengan mereduksi sampai setengah jumlah kromosom
dan jumlah DNA per sel, menghasilkan spermatosit sekunder, spermatosit sekunder
mengalami meiosis II menghasilkan spermatid 3) spermiogenesis, spermatid
mengalami proses sitodiferensiasi, menghasilkan spermatozoa.
Dalam kajian teori jurnal Puji Astuti (2004:70) yang berjudul Morfometri,
Morfologi Serta Abnormalitas Spermatozoa Owa Jawa mengatakan Morfologi
spermatozoa merupakan salah satu indicator penting dalam penentua kualitas
spermatozoa, adanya abnormalitas pada kepala spermatozoa sangat berhubungan
dengan adanya cacat kromosom. Sehingga fertilisasi dapat berlangsung dengan baik
apabila spermatozoa yang normal, bila tidak akan terjadi aborsi spontan karena
adanya cacat kromosom sehingga janin tidak dapat berkembang dengan baik
sehingga terjadi aborsi spontan.
Dari hasil penelitian jurnal diatas dapat menjelaskan penyebab sperma pada
hamster memiliki 2 kepala yang berhimpit atau terpisah dengan satu ekor yang sama.
Kerusakan kromosom ini dapat diakibatkan proses pembelahan yang tidak sempurna
serta asupan gizi dan radiasi yang terjadi secara terus menerus, yang tidak dapat
ditolerir oleh specimen itu sendiri.
Pada abnormalitas yang terjadi pada hamster, terdapat kepala yang ukuranya
lebih besar dari yang lain ini di sebut dengan makrosefalus. Makrosefalus
diakibatkan adanya sters yang berat serta polusi atau radiasi yang tinggi, hal ini
biasanya terjadi pada proses spermatogenesis atau spermiogenesis. Tingginya proses
aglutinasi biasanya erat kaitannya dengan perubahan ion kalsium dan bikarbonat di
dalam media serta hilangnya anti agglutinin pada saat ejakulasi (Astuti.2004:71).
Sama halnya dengan sperma yang memiliki dua kepala, sperma yang memiliki
kepala besar juga umumnya juga diakibatkan pembelahan kromosom yang tidak
sempurna, pembesaran ini diakibatkan inti dan akrosom yang lebih besar dari ukuran
normal, dkatakan makrosefalus apabila ukuran kepala mencapai 140% dari ukuran
normal serta diakatakan mikrosefalus apabila mencapai ukuran 60% dari ukuran
normal (Astuti.2004:71).
Pada sperma yang memiliki bentuk pendek hal ini terjadi karena proses
pembentukan sperma yang tidak sempurna, dapat diakibatkan gaya hidup, asupan
gizi, radiasi serta pembelahan sel yang tidak sempurna. Ukuran normal ekor marmut
2,5 um.dalam hal ini sperma mengalami aberasi struktur yang mengakibatkan
sperma tidak dapat melakukan fungsinya, Hal ini sesuai dengan Barth dan Oko
(1989) yang menyatakan bahwa insidensi kejadian abnormalitas ini kurang dari 1%.
Penyebab utama kelaianan ini adalah pengaruh genetik, bukan akibat kecelakaan,
penyakit dan stress.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil 1 bentuk spermatozoa normal dan
4 spermatozoa abnormal. Bentuk spermatozoa normal pada hamster memiliki kepala
oval, badan <1/2 lebar kepala dan 2x panjang kepala dan ekor 9x dari panjang kepala.
Sedangkan bentuk spermatozoa abnormal pada hamster diantaranya kepala dua, kepala
besar, kepala kecil dan ekor terlalu panjang. Kelainan pada sperma sangat berhubungan
dengan adanya cacat kromosom. Yang dapat dipengaruhi berbagai faktor nutrisi, stress
dan lain sebagainya. Apusan sperma dibuat dari larutan NaCl 0,9% dan testis hamster
yang dihancurkan yang kemudian di olesi ke kaca preparat dan diamati di bawah
mikroskop.
V. DAFTAR PUSTAKA
Tim pengajar. 2017. Penuntun Praktikum Embriologi. Bandung : Tim pengajar.
Suripto.1994. Struktur Hewan.Bandung: ITB.
Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Campbell. 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan. Bandung : Erlangga.
Yatim,Wildan. Reproduksi dan Embriologi. 1994. Bandung : Tarsito.
Barth AD and Oko RJ. 1989. Abnormal Morphology of Bovine Spermatozoa. Iowa State
University : Press. Iowa.
Astuti ,Puji.2004. Morfometri, Morfologi Serta Abnormalitas Spermatozoa Owa
Jawa. Jurnan Sains Veteriner. Vol.22. Jogjakarta: UGM diakses
http://journal.ugm.ac.id/jsv/article/download/486/311. 27 Maret 2017; 21.00
WIB.
Afiriantini.2006.Pengujian Morfologi Spermatozoa SapiI Bali (Bos Sondaicus)
Mengunakan Pewarnaan WILLIAMS" Bogor: Undip diakses
http://www.jppt.undip.ac.id/pdf/31(2)2006p105-110.pdf. 27 Maret 2017; 21.00
WIB.