Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
dr. Dimas Aditya Wahyu Pamuji
dr. Jeffri Sahputra
MORBILI PENDAMPING:
PORTOFOLIO
dr. Kholiatun
dr. Nina Juliani
I. ANAMNESIS
Anamnesis berupa Autoanamnesis pada tanggal 15 Januari 2017
Keluhan Utama
Bercak merah disertai Demam kurang lebih 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah dari dokter umum, suhu badan sempat turun sebentar, tetapi
kemudian naik lagi. Nyeri kepalanya juga tidak berkurang dengan pemberian obat
tersebut.
Mata
Palpebra normal, ptosis (-), lagoftalmos (-), trauma (-),
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Konjungtivitis (+/+) injeksi konjungtiva (+/+)
Kornea jernih, tidak ada sekret,
Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,
Refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Gerak bola mata terkonjugasi ke segala arah.
Telinga
Bentuk normal, deformitas (-), nyeri tekan (-), sekret (-).
Hidung
Bentuk normal, septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-), sekret (-).
Mulut
Bibir pink, tidak kering, tidak sianosis,
Mukosa mulut tidak ada sariawan, tidak ada tanda-tanda sianosis,
Gigi utuh dan tidak pakai gigi palsu, tidak terdapat gusi berdarah,
Lidah bentuk normal, bersih, pergerakan baik, tidak ada tremor,
Palatum normal, tidak ada celah langit-langit,
Faring hiperemis, arcus faring simetris,
Uvula di tengah,
Tonsil normal, ukuran T1/T1.
Leher
Bentuk normal, simetris, tidak teraba massa,
Trakea berada di tengah, tidak ada deviasi,
Tidak teraba adanya pembesaran KGB leher dan supraklavikular,
Tidak teraba ada pembesaran kel. parotis maupun kel. tiroid,
Vena jugularis teraba, JVP 5-2 cm H2O.
Toraks
Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada retraksi suprasternal-intercostal,
Intercostal space normal, tidak melebar ataupun menyempit,
Tidak tampak adanya masa atau scar,
Pergerakan pernafasan normal, tidak ada bagian yang tertinggal,
Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi
Tidak ada massa,
Taktil fremitus tidak melemah maupun mengeras, kanan = kiri.
Perkusi
Sonor pada semua lapangan paru.
Batas paru hepar : sela iga VI midklavikularis kanan
Auskultasi
Paru: Suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung: S1S2 reguler, HR 88x/menit, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi
Dinding perut terlihat simetris, bentuk dinding perut datar,
Tidak ada kelainan kulit maupun pelebaran vena,
Pergerakan dinding perut sesuai irama pernapasan.
Palpasi
Dinding perut supel, tidak terdapat distensi abdomen,
Terdapat nyeri tekan epigastrium (+)
Hati: teraba kurang lebih 2-3 jari dibawah arkus kosta .
Limpa: tidak teraba.
Ginjal: nyeri ketok CVA (-), Ballottement (-).
Perkusi
Timpani di seluruh kuadran abdomen.
Auskultasi
Bising usus (+) normal.
Ekstremitas
Bentuk dan ukuran tangan dan kaki tidak ada deformitas,
Akral hangat,
Tidak tampak adanya edema di kedua ekstremitas bawah,
Tremor tidak ada di keempat ekstremitas.
Kulit
Ruam makula ertitem papul eritam,gatal pada wajah,leher,badan,dan tangan.
IV. RESUME
Pasien Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam yang dialaminya naik turun, dengan suhu sekitar 37,5
- 38 oC. demam disertai pilek batuk kering tidak berdahak dan nyeri tenggorokan
saat menelan, 2 hari kemudian timbul bercak diatas permukaan kulit berwarna
merah mulai dari leher dan dada kemudian menyebar ke wajah, kedua tangan dan
badan kecuali kedua kaki.bercak tidak gatal. Pasien juga mengeluh badan terasa
lesu, makan sedikit nafsu makan menurun sejak demam ini, disertai mual dan
muntah sudah 2 kali hari ini. Kedua Mata pasien tampak merah dan berair dan
mengeluh nyeri kepala serasa berputar serta ulu hati juga terasa perih. Pasien
sudah berobat ke dokter sebelumnya, demamnya akan turun kemudian akan naik
lagi, nyeri kepalanya juga tidak berkurang. Sebelumnya pasien tidak pernah
mengalami penyakit seperti ini dan baru pertama kali, dulu sebelumnya pasien
riwayat pernah menderita cacar air ketika kecil. Riwayat imunisasi lengkap
BAB(+) BAK(+).
Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi
88x/menit, pernafasan 20x/menit, dan suhu 38,9 oC. Dari pemeriksaan dijumpai
Konjuntvitis (+/+), Ruam Makupa papul eritem pada wajah leher badan dan kedua
tangan ,nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukosit
menurun
V. DIAGNOSIS KERJA
Morbili
Diagnosis Banding
Varicella zooster
Conjungtivitis akut
Eritema infectiosum
Drug Eruption
VI. PENGKAJIAN
Diagnosa Morbili ditegakkan berdasarkan:
Gejala subjektif, yaitu: demam, batuk pilek,matah merah, ruam merah
dimulai dari leher wajah dan badan disertai gatal,mual, muntah, nyeri
kepala, nafsu makan menurun, serta nyeri ulu hati.
Gejala objektif: Dari pemeriksaan darah didapatkan leukosit menurun
VII.PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan
measles Dalam bahasa Inggris. Campak, pada masa lalu dianggap sebagai suatu
hal yang harus dialami oleh setiap anak, mereka beranggapan, bahwa penyakit
Campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar, sehingga anak yang sakit
Campak tidak perlu diobati. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam keluar
semakin baik. Bahkan ada upaya dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya
ruam, dan ada pula kepercayaan bahwa penyakit Campak akan berbahaya bila
ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul dirongga tubuh lain seperti
dalam tenggorokan, paru-paru, perut atau usus. Hal ini diyakini akan
menyebabkan sesak napas atau diare yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit
Campak adalah yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah, penyakit ini
dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Campak. Tanpa imunisasi, 90% dari
mereka yang mencapai usia 20 tahun pernah menderita Campak. Dengan cakupan
Campak yang mencapai lebih dari 90% dan merata sampai ke tingkat desa
diharapkan jumlah kasus Campak akan menurun oleh karena terbentuknya
kekebalan kelompok (herd immunity).
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat,
apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur
kamar virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 5 hari.
Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup selama 2 minggu dan
hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk mikroorganisme yang
bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar dapat
mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit. Sebelum
dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil
dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-46,4F)
secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang
dan jangan dipakai ulang.
a. Orang
Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia
dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran penyakit Campak
berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah lain, tergantung dari
kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya daerah tersebut. Pada daerah
urban yang berpenduduk padat transmisi virus Campak sangat tinggi.
b. Tempat
c. Waktu
Dari hasil penelitian retrospektif oleh Jusak di rumah sakit umum daerah Dr.
Sutomo Surabaya pada tahun 1989, ditemukan Campak di Indonesia sepanjang
tahun, dimana peningkatan kasus terjadi pada bulan Maret dan mencapai puncak
pada bulan Mei, Agustus, September dan oktober.
a. Faktor Host
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit Campak dari pada balita dengan gizi baik.11 Menurut penelitian Siregar
(2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6 tahun yang status gizinya
kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak disbanding dengan
anak yang status gizinya baik.19
c. Faktor Environment
2.6. Gejala Klinis Penyakit Campak Penyakit campak dibagi dalam tiga stadium
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan
mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik
spot) pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai.
Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul
yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnose
pasti terhadap penyakit campak.
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-
kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik),
timbul setelah 3 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di
daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan
akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak.
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan
tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak
diinginkan Universitas Sumatera Utara adalah terjadinya komplikasi karena dapat
mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan
mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis,
Bronchopneumonia, dan Enteritis.
2.7.1. Bronchopneumonia
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi.
Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus
terjadi otitis media purulenta.
2.7.3. Ensefalitis
2.7.4. Enteritis
a. Pencegahan Primordial
b. Pencegahan Primer
b.2. Imunisasi
c. Pencegahan Sekunder
c.1.1. Kasus Campak Klinis Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala
bercak kemerahan di tubuh berbentuk macula popular selama tiga hari atau lebih
disertai panas badan 38C atau lebih (terasa panas) dan disertai salah satu gejala
bentuk pilek atau mata merah (WHO).
Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah satu kriteria
yaitu :
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang
secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di
tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi
cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan
memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan
berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi
pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Dan bila terdapat
komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul
seperti :
d.1. Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka
perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
d.4. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CIV!, eds. Measles (Rubeola).
Infectious Disease of Children. St Louis: The Mosby Co, 1992; 223-45
3. Gershon AA. Meas'es. Dalam : Mandell ed. Principles and practice of infectious
diseases; 5th ed. London : Churchill Livingstone, 2000; 132-4
6. Markowitz LE, Katz SL.. Measles Vaccine Dalarn : Plotkin SA, Mortimer EA
eds. Piotkin&Mortimer Vaccines Philadelphia, WB Saunders Co' 1994:229-76
7.CDC. Epidemiologic Notes & Report Measles in HIV infected children, United
States. MMWR 1988; 37(12); 183-6