You are on page 1of 6

Adh-Dhaman (jaminan, asuransi)

Adh-Dhaman (jaminan, asuransi)


Secara bahasa at-tamn berasal dari akar kata amunayamunu
amn[an], yang berartiaman/merasa tenang. Kata itu lalu ditransitif (mutaadi)-kan
menjadi ammanayuamminutamn[an], yang bermakna menjadikan
aman. Istamana berarti thalab al-amn (mencari keamanan). Ammana al
mlihi inda fuln tamn[an] berarti menjadikan harta itu berada
dalam dhamn (tanggungan/jaminan)-nya.
Di dalam kamus Al-Munawir disebutkan at-tamn adalah mashdar (gerund)
dari ammana. At-Tamn artinya adalah adh-dhamn (jaminan)
dan istihd (asuransi).
Adapun secara istilah, kata at-tamn itu digunakan untuk menerjemahkan
kata insurance. Istilah ini masuk ke Dunia Islam dari Barat/Eropa pada masa
belakangan. Buktinya, istilah at-tamntidak kita jumpai di dalam kitab-kitab fikih karya
para ulama terdahulu, dan baru ada pada karya-karya abad ke-20.
Pengertian Asuransi
Asuransi (insurance) memiliki pengertian beragam. Di antaranya:
Sistem yang menetapkan penanggung (insurer), karena perikatan yang
biasanya telah disetujui di depan, berjanji membayar atau memberi
pelayanan kepada tertanggung (insured) dalam keadaan terjadi kejadian
tertentu yang mengakibatkan kerugian selama periode tertentu
(http://www.britannica.com/topic/insurance)
Janji kompensasi untuk kerugian spesifik yang mungkin terjadi pada
masa depan sebagai imbalan dari pembayaran secara periodik
(http://www.investorwords.com/2510/insurance.html)
Mekanisme pengalihan risiko yang menjamin kompensasi finansial
secara penuh atau parsial untuk kerugian atau kerusakan akibat kejadian
diluar kontrol pihak yang dijamin
(http://www.businessdictionary.com/definition/insurance.html)
D.S. Hansell dalam bukunya Elements of Insurance menyatakan bahwa asuransi
selalu berkaitan dengan risiko (Insurance is to do with risk). Prof. Robert I. Mehr dan
Emerson Cammack dalam bukunya Principles of Insurance menyatakan bahwa suatu
pengalihan risiko (transfer of risk) disebut asuransi.
Dr. Jamal al-Hakim dalam bukunya Uqd at-Tamn, setelah mendiskusikan beragam
pengertian at-tamn, menyebutkan pengertian yang paling komprehensif. At-
Tamn adalah akad yang menetapkan Penanggung (al-muammin) berkomitmen
untuk membayar kepada Tertanggung (al-muamman lahu) atau penerima manfaat
yang disebutkan sejumlah uang atau pendapatan teratur atau kompensasi finansial
lainnya dalam kondisi terjadinya peristiwa atau risiko yang dijelaskan di dalam akad; hal
itu sebagai kompensasi dari angsuran atau pembayaran uang oleh pihak Tertangung
(al-muamman lahu) kepada pihak Penanggung (al-muammin).
Di dalam UU No. 40/2014 tentang Perasuransian (UU Asuransi yang baru
menggantikan UU No. 2 tahun 1992), pada Pasal 1 disebtkan:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang
polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk: a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang
polis karena terjadinya suatu pristiwa yang tidak pasti; atau b. memberikan pembayaran
yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan
pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Karakter Asuransi
Dari penjelasan pengertian diatas, asuransi itu memiliki beberapa karakter:
Tujuan asuransi adalah pengalihan risiko (transfer of risk) yang
mungkin diderita oleh pihak tertanggung (al-muamman lahu) yang
muncul dari suatu peristiwa tak pasti. Risiko itu dialihkan dari pihak
tertanggung kepada penanggung (al-muammin). Pengalihan risiko
(transfer of risk) itu menjadi prinsip dasar asuransi baik komersial
maupun syariah. Untuk itu pihak tertanggung harus membayarkan
sejumlah uang yang disebut premi kepada pihak penanggung.
Ada jangka waktu yang disepakati untuk pengalihan risiko,
pembayaran manfaat dan pembayaran premi.
Penanggung menerima pengalihan risiko dan bentuknya adalah
komitmen untuk membayar sejumlah uang atau memberikan pelayanan
(seperti dalam asuransi kesehatan) ketika peristiwa yang tak pasti benar-
benar terjadi.
Risiko itu bersifat tak tentu, artinya bisa terjadi dan bisa juga tidak. Itu
artinya manfaat yang dijanjikan oleh Penanggung bisa diterima oleh
Tertanggung atau Penerima manfaat yang ditunjuk, dan bisa juga tidak,
didasarkan pada terjadi atau tidaknya resiko yang dijamin.
Tertanggung membayar sejumlah uang yang disebut premi, baik
sekaligus atau diangsur, kepada Penanggung sebagai kompensasi dari
pengalihan risiko dan komitmen Penanggung untuk membayar sejumlah
uang atau memberikan pelayanan kepada Tertanggung atau penerima
manfaat yang ditunjuk.
Jumlah yang dibayarkan oleh Tertanggung bisa tidak jelas karena
bergantung pada kapan terjadinya risiko/peristiwa yang tak pasti,
misalnya kematian.
Jumlah manfaat (uang) yang diterima oleh Tertanggung atau penerima
manfaat juga bisa tidak jelas karena bergantung pada terjadinya
risiko/peristwa yang tak pasti itu.
Motif dalam asuransi ini bagi Penanggung bukan motif kemanusiaan, tetapi motif bisnis
atau motif benefit, yaitu untuk mendapatkan keuntungan. Pihak penanggung sebagai
perusahaan dengan model statistik dan probabilitas bisa menghitung berapa besar
risiko yang dihadapi oleh Tertanggung dan kemungkinan klaim yang akan dibayarkan.
Perusahaan pun bisa menghitung besarnya nilai penggantian yang harus dibayarkan.
Kemudian perusahaan masih memasukkan biaya operasional dan nisbah keuntungan
yang diinginkan. Dengan itu perusahaan bisa menentukan besaran premi yang harus
dibayar oleh Tertanggung. Semakin banyak nasabah yang bisa direkrut oleh
perusahaan maka lebih mudah memperhitungkan itu dan keuntungan yang bisa diraih
oleh perusahaan pun bisa lebih besar.
Hukum Asuransi
Ibn Abidin (w. 1252 H/1836 M) menyatakan:
Telah berlangsung kebiasaan bahwa para pedagang, jika mereka menyewa kapal dari
seorang kafir harbi, selain menyerahkan uang sewanya juga menyerahkan sejumlah
uang kepada orang kafir harbi yang tinggal di negerinya itu. Harta yang dibayarkan itu
disebut sawkarah. Jika terjadi kerusakan apapun atas harta di kapal itu baik karena
terbakar, tenggelam, dirampok atau lainnya, maka orang kafir harbi itu menjadi
penjaminnya dengan kompensasi berupa harta yang ia terima dari para pedagang itu.
Orang kafir harbi itu memiliki wakil seorang mustaminorang kafir yang masuk ke
negeri Muslim karena mendapat izindi negeri kita yang tinggal di negeri-negeri pantai
bagian dari negeri Islam atas izin dari penguasa. Wakil itulah yang menerima
uang sawkarah dari para pedagang tersebut. Jika harta para pedagang itu rusak di
laut manapun, maka mustamin itu (wakil orang kafir harbi) akan menyerahkan
pengganti harta tersebut secara sempurna kepada para pedagang itu. Yang tampak
jelas bagiku adalah bahwa para pedagang itu tidak halal mengambil uang pengganti
hartanya yang rusak itu karena itu artinya iltizm m l yalzam (mewajibkan sesuatu
yang tidak wajib). (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Mukhtr, iv/170).
Pernyataan ini agaknya merupakan jawaban Ibn Abidin tentang status hukum asuransi
maritim yang marak pada masa itu dan masuk ke negeri Islam berasal dari Eropa. Di
Eropa sendiri asuransi maritim itu sudah berkembang sejak abad ke-14.
Kata sawkarah itu menurut Muhthafa Zarqa berasal dari bahasa Prancis sekurity
yang artinya aman dan menjadi aman. Dari sini jelas bahwa menurut Ibn Abidin,
asuransi seperti itu hukumnya haram.
Tampak jelas bahwa at-tamn itu (asuransi) itu merupakan adh-dhamn.
Berdasarkan ketentuan hukum adh-dhamn menurut syariah, tampak jelas at-
tamn (asuransi) adalah haram karena tidak memenuhi rukun, substansi dan
ketentuan adh-dhamn.
Pertama: Di dalam akad at-tamn tidak ada hak finansial yang wajib ditunaikan oleh
Tertanggung. Jadi, tidak ada dzimmah (tanggungan). Karena itu tidak ada
penggabungan tanggungan (dhammu adz-dzimmah) Penanggung kepada
tanggungan Tertanggung. Padahal ada-tidaknya dhammu adz-dzimmah itu
menentukan ada-tidaknya adh-dhamn.
Kedua: Obyek akad at-tamn adalah komitmen Penanggung. Padahal secara syari,
obyek akad itu harus berupa sesuatu (al-asysy) atau jasa.
Ketiga: Penanggung mendapat imbalan uang atas komitmennya untuk menanggung.
Padahal dalam adh-dhamn menurut Islam, ad-dhmin tidak boleh mendapat
imbalan dalam bentuk apapun. Pasalnya, akad adh-dhman itu
sifatnya tabarru (donasi) bukan tabaduli (pertukaran).
Selain itu, keharaman akad at-tamn itu juga karena di dalamnya mengandung
unsur gharar(penipuan), jahalah (kesamaran), maysir/qimr (judi), riba dan
kezaliman. Majma al-Fiqh al-Islmi, pada konggresnya tanggal 10 Syaban 1398 H,
telah bersepakat mengharamkan asuransi komersial (at-tamn at-tijr) dengan
sejumlah alasan yaitu: asuransi mengandunggharar, mempraktikkan riba,
mengandung unsur judi, dan mengakibatkan memakan harta orang lain secara tidak
sah.
WalLh alam bi ash-shawwb. [Yoyok Rudianto]

Diposkan oleh moh ezzul di 11.52


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
2017 (3)
2016 (18)

o September (3)

o Mei (1)

o Maret (14)

Filsafat Abad Pertengahan

SYUF'AH

GHASAB

WADI'AH (TITIPAN)

WADIAH (penitipan)

WAKALAH (tentang perwakilan)

SYIRKAH (tentang perkongsian)

Adh-Dhaman (jaminan, asuransi)

ASH- SHULHU (PERDAMAIAN)

HIWALAH

FIQHI MUAMALAT MAKALAH Tugas Kelompok Mata ...

JUAL BELI (BUYU) MENURUT AGAMA ISLAM

MATERI KULIAH FIQIH MUAMALAHSEPUTAR FIQIH


MUAMALAH...

Makalah Fiqh Muamalah tentang jual beli dalam isla...

2013 (4)

2011 (7)

Pengikut
Gadget
Konten ini belum tersedia melalui sambungan terenkripsi.

Gadget

Konten ini belum tersedia melalui sambungan terenkripsi.

Gadget

Konten ini belum tersedia melalui sambungan terenkripsi.

Mengenai Saya
moh ezzul
Lihat profil lengkapku

Tema Sederhana. Gambar tema oleh gmutlu. Diberdayakan oleh Blogger.

https://ezpharkerfs.blogspot.co.id/2016/03/adh-dhaman-jaminan-asuransi.html

You might also like