Professional Documents
Culture Documents
Tujuan Haul
1. Haul diadakan untuk mendo'akan dengan memintakan ampun kepada Allah swt.
agar orang yang meninggal (yang dihauli) dijauhkan dari segala siksa serta
dimasukkan ke dalam surga;
2. Untuk bersedekah dari ahli keluarganya atau orang yang membuat acara, orang
yang membantu atau orang yang ikut berpartisipasi dengan diniatkan amal dan
pahalanya untuk dirinya sendiri dan juga dimohonkan kepada Allah agar
disampaikan kepada orang yang dihauli;
3. Untuk mengambil teladan dengan kematian seseorang bahwasanya kita semua pada
akhirnya juga akan mati, sehingga hal itu akan menimbulkan efek positif pada diri
kita untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.;
4. Untuk meneladani kebaikan-kebaikan dari orang yang dihauli, dengan harapan
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari; dan
5. Untuk memohon keberkahan hidup kepada Allah melalui wasilah (media) yang
telah diberikan kepada para ulama, sholihin atau waliyullah yang dihauli selama
masa hidupnya.
Dari penjelasan tersebut di atas, tidak tersirat sedikit pun tujuan haul yang
mengarah pada kemeriahan. Haul adalah do'a dan sedekah, haul merupakan media untuk
mengambil teladan dan meneladani, serta memohon keberkahan.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW selalu berziarah ke makam para syuhada di
bukit Uhud pada setiap tahun. Sesampainya di Uhud beliau memanjatkan doa
sebagaimana dalam surat Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 24:
Dasar Hukum
Inilah yang menjadi sandaran hukum Islam bagi pelaksanaan peringatan haul atau
acara tahunan untuk mendoakan dan mengenang para ulama, sesepuh dan orang tua kita.
Diriwayatkan pula bahwa para sahabat pun melakukan apa yang telah dilakukan
Rasulullah. Berikut ini adalah kutipan lengkap hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-
Baihaqi:
Lanjutan riwayat:
”Abu Bakar juga melakukan hal itu setiap tahun, kemudian Umar, lalu Utsman. Fatimah
juga pernah berziarah ke bukit Uhud dan berdoa. Saad bin Abi Waqqash mengucapkan
salam kepada para syuhada tersebut kemudian ia menghadap kepada para sahabatnya
lalu berkata, ”Mengapa kalian tidak mengucapkan salam kepada orang-orang yang
akan menjawab salam kalian?”
Demikian dalam kitab Syarah Al-Ihya juz 10 pada fasal tentang ziarah kubur. Lalu
dalam kitab Najhul Balaghah dan Kitab Manaqib As-Sayyidis Syuhada Hamzah RA oleh
Sayyid Ja’far Al-Barzanji dijelaskan bahwa hadits itu menjadi sandaran hukum bagi
orang-orang Madinah untuk yang melakukan Ziarah Rajabiyah (ziarah tahunan setiap
bulan Rajab) ke maka Sayidina Hamzah yang duitradisikan oleh keluarga Syeikh Junaid
al-Masra’i karena ini pernah bermimpi dengan Hamzah yang menyuruhnya melakukan
ziarah tersebut.
Para ulama memberikan arahan yang baik tentang tata cara dan etika peringatan
haul. Dalam al-Fatawa al-Kubra Ibnu Hajar mewanti-wanti, jangan sampai menyebut-
nyebut kebaikan orang yang sudah wafat disertai dengan tangisan. Ibnu Abd Salam
menambahkan, di antara cara berbela sungkawa yang diharamkan adalah memukul-
mukul dada atau wajah, karena itu berarti berontak terhadap qadha yang telah ditentukan
oleh Allah SWT.
Saat mengadakan peringatan haul dianjurkan untuk membacakan manaqib (biografi
yang baik) dari orang yang wafat, untuk diteladani kebaikannya dan untuk berbaik
sangka kepadanya.
Demikianlah. Dalam muktamar kedua Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah
An-Nahdliyyah atau jam’iyyah tarekat-tarekat di lingkungan NU di Pekalongan Jawa
Tengah pada 8 Jumadil Ula 1379 H bertepatan dengan 9 November 1959 M para kiai
menganjurkan, sedikitnya ada tiga kebaikan yang bisa dilakukan pada arara peringatan
haul:
Para ulama memberikan arahan yang baik tentang tata cara dan etika peringatan
haul. Dalam al-Fatawa al-Kubra Ibnu Hajar mewanti-wanti, jangan sampai menyebut-
nyebut kebaikan orang yang sudah wafat disertai dengan tangisan. Ibnu Abd Salam
menambahkan, di antara cara berbela sungkawa yang diharamkan adalah memukul-
mukul dada atau wajah, karena itu berarti berontak terhadap qadha yang telah ditentukan
oleh Allah SWT.
Saat mengadakan peringatan haul dianjurkan untuk membacakan manaqib (biografi
yang baik) dari orang yang wafat, untuk diteladani kebaikannya dan untuk berbaik
sangka kepadanya. Ibnu Abd Salam mengatakan, pembacaan manaqib tersebut adalah
bagian dari perbuatan taat kepada Allah SWT karena bisa menimbulkan kebaikan.
Karena itu banyak para sahabat dan ulama yang melakukannya di sepanjang masa tanpa
mengingkarinya.
Ibnu Hajar Al-Asqolani pengarang syarah Bukhari yang bernama Fathul Bari
berkata dari Hadith ini dapat didapati hukum:
Umat Islam di bolehkan bahkan dianjurkan memperingati hari-hari yang dianggap
besar umpanya hari-hari Maulid Israj Mi'raj dan lain-lain Nabi pun Turut memperingati
hari tenggelamnya firaun dan bebasnya Musa dan melakukan puasa Asyura sebagai
bersyukur atas hapusnya yang batil dan tegaknya yang hak.
Acara Haulan, Tahlilan, 3 Hari, 7 Hari dan 100 Hari ini merupakan perbuatan yang
dilarang agama atau ini adalah bid'ah atau malah merupakan ibadah…?