Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
9
Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok
khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal
dan informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan
secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu
dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
diberikan.
10
2.1.10 Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
11
2.2.1.3 Fungsi
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis
dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya di
bidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan
efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat
berkaitan dengan permasalahannya atau kebutuhannya
sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang
cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhannya.
2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab,
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
12
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada di sekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk di antaranya adalah:
2.3.3.1 Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil;
2) bayi baru lahir; 3) balita; 4) anak usia sekolah; serta 5)
usia lanjut.
2.3.3.2 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, di
antaranya adalah: 1) penderita penyakit menular, seperti:
TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya; 2)
penderita dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lain sebagainya.
2.3.3.3 Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di
antaranya: 1) wanita tuna susila; 2) kelompok
penyalahgunaan obat dan narkoba; 3) kelompok-kelompok
pekerja tertentu; dan lain-lain.
2.3.3.4 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya
adalah: 1) panti werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat
rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial); serta 4)
penitipan balita.
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja
sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung, dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik
13
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik, maupun
kesehatan khususnya.
14
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan :
2.4.3.1 Perawatan orang sakit di rumah (HomeNursing).
2.4.3.2 Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit.
2.4.3.3 Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin, dan nifas.
2.4.3.4 Perawatan payudara.
2.4.3.5 Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui
kegiatan :
2.4.4.1 Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
2.4.4.2 Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita
penyakit tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk;
penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
2.4.5 Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga,
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya
adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna Susila
(WTS), tuna wisma, dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosiliatif
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok
yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara
benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan
yang jelas dan dapat dimengerti.
15
2.5 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan
praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
2.5.1 Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga, kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di
sekolah (school health nursing), di perusahaan, di posyandu, di
polindes, dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
2.5.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka
merubah perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.5.3 Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
2.5.4 Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka
hadapi.
2.5.5 Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
2.5.6 Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2.5.7 Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan.
2.5.8 Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan
dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
2.5.9 Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
2.5.10 Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
2.5.11 Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan
dengan keperawatan dan kesehatan.
2.6 Prinsip Dasar
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan,
dan ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
16
dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu
perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu
kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
2.6.1 Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep
pokok yang menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana
menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan
yang mengatur teori-teori tersebut berhubungan satu dengan lainnya,
yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat, dan
konsep keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986).
2.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam
komunitas diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya
masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu
epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut
diketahui faktor penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk
juga diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau
Posyandu, dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan
pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan
masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
2.6.3 Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh
seorang perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya,
sebab akan berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat. Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan
edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini
bisa dirasakan oleh petugas kesehatan saat menjalankan tugas, peran,
dan fungsinya dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan
berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi,
norma, adat istiadat, dan aturan-aturan yang berlaku dalam
17
masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami pengetahuan
ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan
pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif
dalam memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat
sehingga menuju kemandirian (self care), di mana mereka
diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan
yang mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif
pemecahan masalah melalui perencanaan bersama, kemudian
melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang
mereka buat serta menilai hasil yang telah dicapai.
18
Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai
berikut :
2.8.1 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi,
pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes
RI).
2.8.2 Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina
hubungan saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan
bersama, merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman).
2.8.3 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).
19
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok khusus, masyarakat melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data dalam
menghimpun informasi, sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi, dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan
dapat dilakukan analisa data untuk pemecahan masalah.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas
menurut Anderson dan Mc Forlane (1958) terdiri dari inti
komunitas yaitu meliputi demografi, populasi, nilai-nilai
keyakinan, dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi serta rekreasi.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif
dan objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari
keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif
merupakan data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan, dan pengukuran.
Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian
dapat berupa data primer atau data sekunder. Data primer
adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji yang dalam
hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan
20
hasil pemeriksaan atau pengkajian. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang
tepercaya misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan
klien, atau medical record (Wahit, 2005).
21
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu dan
biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop
sebagai alat bantu untuk mendengarkan denyut jantung,
bising usus, suara paru, dan sebagainya), dan perkusi
(adalah cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mengetukkan jari telunjuk atau alat reflexhammer
pada bagian tubuh yang diperiksa).
2.8.1.2 Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah
pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
1. Karakteristik demografi
2. Karakteristik geografi
3. Karakteristik sosial ekonomi
4. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC
Farlene 1988).
5. Perhitungan presentase cakupan dengan
menggunakan Telly.
6. Tabulasi data
7. Interpretasi data
22
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis.
Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stresor yang mengancam dan seberapa berat reaksi
yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah
atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah
tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat-sakit; 2) karakteristik
populasi; serta 3) karakteristik lingkungan.
23
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis
komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang
digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format
penapisan menurut Mueke, dengan format yaitu sebagai
berikut :
Kriteria Penapisan
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan Tersedia Sumber
Sesuai dengan peran perawat komunitas
JUMLAH SKORE
Sesuai dengan program pemerintah
Kemungkinan untuk diatasi
Jumlah yang berisiko
24
kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera
ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan
pada suatu kurun waktu tertentu.
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-
masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat.
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah-masalah yang menyangkut biaya,
sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang
mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
25
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap
intervensi keperawatan yang meliputi :
1. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
3. Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan
diagnosa atau serangkaian petunjuk timbulnya suatu
masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Dengan rumus PES (Problem + Etiologi +
Symptom)
2. Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus
mengandung dua komponen tersebut di atas, di
samping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi
masalah
2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat
26
ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun
harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, dan kriteria hasil
untuk menilai pencapaian tujuan.
e. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria
yaitu sebagai berikut :
1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistik
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat
27
f. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan
kesehatan masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan
digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam
menyusun perencanaan melalui kegiatan
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan
fasilitas yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat
memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.
28
Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat.
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau
implementasi pada keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai
wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dan berdasarkan iman dan
takwa (IMTAQ).
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu
bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan
lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
berdasarkan asas kemitraan.
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan
asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun.
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan
mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten.
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan
percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan
sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program
kesehatan komunitas dengan strategi komunitas
organisasi dan partnerships in community.
29
1. Berdasarkan respons masyarakat.
2. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia
pada masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya.
4. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit.
5. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan
perawatan masyarakat secara essential.
6. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
7. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat
dalam pelaksanaan perawatan.
30
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri
dan intervensi yang tepat untuk menghambat
proses patologis, sehingga memperpendek waktu
sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau
terjadi ketidakmampuan stabil atau menetap atau
tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi
sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi
optimal dari ketidakmampuannya.
i. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat
dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi
dilakukan atas respons komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir
(output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu :
a) daya guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d)
31
kecukupan. Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian
menurut Narul Effendy, 1998 adalah sebagai berikut :
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari
tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai
bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan
masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan
melihat respons komunitas terhadap program
kesehatan. Macam evaluasi: (1) formatif dan
summatif, (2) input, procces, dan output.
: Peran
Masyarakat
: Peran
Perawat
32
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat
lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar
dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
b. Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan
yang diberikan.
c. Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
a. Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah
menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak
menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-
faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.
Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga
yang terkait dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung
upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui
proses keperawatan.
33
34