You are on page 1of 26

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dengan demikian, pembangunan dibidang
kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah


Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk
menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara
mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk


menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan
dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses
pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel
dan Fuerst, 1979). Jadi, proses keperawatan komunitas adalah metode
asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, dinamis, sistematis, kontinu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang langkah-langkahnya
dimulai dari (1) pengkajian: pengumpulan data, analisis data, dan penentuan
masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan (Wahit, 2005).

9
Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok
khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal
dan informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan
secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu
dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
diberikan.

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan


kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas. Sedangkan menurutAmerican Nurses Association (ANA, 1980)
didasarkan pada asumsi :
2.1.1 Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2.1.2 Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan
komponen pelayanan kesehatan.
2.1.3 Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana
hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
2.1.4 Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi


dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :
2.1.1 Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2.1.2 Merupakan bidang khusus keperawatan.
2.1.3 Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
2.1.4 Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
2.1.5 Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif
rehabilitatif dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif
dan promotif.
2.1.6 Melibatkan partisipasi masyarakat.
2.1.7 Bekerja secara tim.
2.1.8 Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
2.1.9 Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.

10
2.1.10 Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.

2.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Tujuan
2.2.1.1 Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas
yang mereka miliki.
2.2.1.2 Tujuan khusus
Untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam hal :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan
prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang
mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan atau keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan
kesehatan.
i. Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi
puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi,
ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang
rawan terhadap masalah kesehatan.

11
2.2.1.3 Fungsi
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis
dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya di
bidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan
efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat
berkaitan dengan permasalahannya atau kebutuhannya
sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang
cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhannya.

2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab,
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan

12
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada di sekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk di antaranya adalah:
2.3.3.1 Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil;
2) bayi baru lahir; 3) balita; 4) anak usia sekolah; serta 5)
usia lanjut.
2.3.3.2 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, di
antaranya adalah: 1) penderita penyakit menular, seperti:
TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya; 2)
penderita dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lain sebagainya.
2.3.3.3 Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di
antaranya: 1) wanita tuna susila; 2) kelompok
penyalahgunaan obat dan narkoba; 3) kelompok-kelompok
pekerja tertentu; dan lain-lain.
2.3.3.4 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya
adalah: 1) panti werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat
rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial); serta 4)
penitipan balita.
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja
sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung, dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik

13
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik, maupun
kesehatan khususnya.

2.4 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan, pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif, dan resosiliatif.
2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan
memberikan :
2.4.1.1 Penyuluhan kesehatan
2.4.1.2 Peningkatan gizi
2.4.1.3 Pemeliharaan kesehatan perseorangan
2.4.1.4 Pemeliharaan kesehatan lingkungan
2.4.1.5 Olahraga secara teratur
2.4.1.6 Rekreasi
2.4.1.7 Pendidikan seks
2.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui kegiatan :
2.4.2.1 Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
2.4.2.2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah.
2.4.2.3 Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu,
puskesmas, ataupun di rumah.
2.4.2.4 Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan
menyusui.
2.4.3 Upaya Kuratif

14
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan :
2.4.3.1 Perawatan orang sakit di rumah (HomeNursing).
2.4.3.2 Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit.
2.4.3.3 Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin, dan nifas.
2.4.3.4 Perawatan payudara.
2.4.3.5 Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui
kegiatan :
2.4.4.1 Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
2.4.4.2 Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita
penyakit tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk;
penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
2.4.5 Upaya Resosiliatif
Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga,
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya
adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna Susila
(WTS), tuna wisma, dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosiliatif
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok
yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara
benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan
yang jelas dan dapat dimengerti.

15
2.5 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan
praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
2.5.1 Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga, kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di
sekolah (school health nursing), di perusahaan, di posyandu, di
polindes, dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
2.5.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka
merubah perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.5.3 Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
2.5.4 Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka
hadapi.
2.5.5 Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
2.5.6 Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2.5.7 Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan.
2.5.8 Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan
dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
2.5.9 Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
2.5.10 Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait.
2.5.11 Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan
dengan keperawatan dan kesehatan.
2.6 Prinsip Dasar
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan,
dan ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan

16
dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu
perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu
kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
2.6.1 Ilmu keperawatan
Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep
pokok yang menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana
menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan
yang mengatur teori-teori tersebut berhubungan satu dengan lainnya,
yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat, dan
konsep keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986).
2.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam
komunitas diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya
masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu
epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut
diketahui faktor penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk
juga diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau
Posyandu, dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan
pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan
masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
2.6.3 Ilmu sosial
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh
seorang perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya,
sebab akan berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat. Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan
edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini
bisa dirasakan oleh petugas kesehatan saat menjalankan tugas, peran,
dan fungsinya dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan
berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi,
norma, adat istiadat, dan aturan-aturan yang berlaku dalam

17
masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami pengetahuan
ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan
pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif
dalam memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat
sehingga menuju kemandirian (self care), di mana mereka
diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan
yang mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif
pemecahan masalah melalui perencanaan bersama, kemudian
melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang
mereka buat serta menilai hasil yang telah dicapai.

2.7 Model Pendekatan


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan
dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan
upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi
oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan
sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai
perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan
terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila
pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke
puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas
diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.8 Langkah-langkah Proses Keperawatan

18
Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai
berikut :
2.8.1 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi,
pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes
RI).
2.8.2 Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina
hubungan saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan
bersama, merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman).
2.8.3 Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada


dasarnya langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
2.8.1 Pengkajian
2.8.2 Diagnosis keperawatan
2.8.3 Perencanaan atau intervensi
2.8.4 Pelaksanaan atau implementasi
2.8.5 Evaluasi atau penilaian

Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu


persatu dan lebih mendalam.
2.8.1 Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik
individu, keluarga, atau kelompok yang menyangkut permasalahan
pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan
masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat adalah :
2.8.1.1 Pengumpulan Data

19
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok khusus, masyarakat melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data dalam
menghimpun informasi, sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi, dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan
dapat dilakukan analisa data untuk pemecahan masalah.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas
menurut Anderson dan Mc Forlane (1958) terdiri dari inti
komunitas yaitu meliputi demografi, populasi, nilai-nilai
keyakinan, dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi serta rekreasi.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif
dan objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari
keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif
merupakan data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan, dan pengukuran.
Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian
dapat berupa data primer atau data sekunder. Data primer
adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji yang dalam
hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan

20
hasil pemeriksaan atau pengkajian. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang
tepercaya misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan
klien, atau medical record (Wahit, 2005).

Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai


berikut :
a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik
yang berbentuk tanya jawab antara perawat dengan
pasien atau keluarga pasien, maupun masyarakat
tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan
pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah,
terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien dan
selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa dicatat
dalam format proses keperawatan
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan
meliputi aspek fisik, psikologis, dan sikap dalam
rangka menegakkan diagnosis keperawatan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca
indera dan hasilnya dicatat dalam format proses
keperawatan.
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya
asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan
keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakkan
diagnosis keperawatan dengan cara : inspeksi (yaitu
melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau
keluarga yang sakit), palpasi (yaitu pemeriksaan fisik
yang dilakukan dengan cara meraba pada bagian tubuh
yang mengalami gangguan), auskultasi (yaitu

21
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu dan
biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop
sebagai alat bantu untuk mendengarkan denyut jantung,
bising usus, suara paru, dan sebagainya), dan perkusi
(adalah cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mengetukkan jari telunjuk atau alat reflexhammer
pada bagian tubuh yang diperiksa).
2.8.1.2 Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah
pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
1. Karakteristik demografi
2. Karakteristik geografi
3. Karakteristik sosial ekonomi
4. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC
Farlene 1988).
5. Perhitungan presentase cakupan dengan
menggunakan Telly.
6. Tabulasi data
7. Interpretasi data

2.8.1.3 Analisa Data


Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan dari analisa
data adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan kebutuhan komunitas
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respons komunitas
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan
pelayanan kesehatan.

22
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis.
Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stresor yang mengancam dan seberapa berat reaksi
yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah
atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) masalah
tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat-sakit; 2) karakteristik
populasi; serta 3) karakteristik lingkungan.

2.8.1.4 Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus
dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.
Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak
mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu,
diperlukan prioritas masalah.
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat
dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor
sebagai kriteria, di antaranya adalah :
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
e. Tersedianya s
f. umber daya masyarakat
g. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Abraham H. Maslow yaitu
sebagai berikut :
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

23
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis
komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang
digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format
penapisan menurut Mueke, dengan format yaitu sebagai
berikut :

Kriteria Penapisan
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan Tersedia Sumber
Sesuai dengan peran perawat komunitas

JUMLAH SKORE
Sesuai dengan program pemerintah
Kemungkinan untuk diatasi
Jumlah yang berisiko

Sumber daya peralatan


Minat masyarakat

Sumber daya tempat


Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Besarnya risiko

Sumber daya dana


Diagnosa
Keperawatan
Komunitas

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih


dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan: 1) masalah spesifik yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan wilayah
setempat; 3) kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4) keterlibatan,
partisipasi, dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,
keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah

24
kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera
ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan
pada suatu kurun waktu tertentu.
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-
masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat.
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah-masalah yang menyangkut biaya,
sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang
mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).

2.8.1.5 Diagnosis keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada
masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial.
Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian sedangkan masalah potensial adalah masalah
yang mungkin timbul. Jadi, yang dimaksud dengan
diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas,
padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan
demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) maupun
yang mungkin akan terjadi (potensial). Dasar penentuan
masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain : 1)
masalah yang ditetapkan dari data umum; b) masalah yang
dianalisa dari kesenjangan pelayanan kesehatan. Diagnosis
keperawatan mengandung komponen utama yaitu sebagai
berikut :
a. Problem (masalah)

25
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap
intervensi keperawatan yang meliputi :
1. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
3. Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan
diagnosa atau serangkaian petunjuk timbulnya suatu
masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Dengan rumus PES (Problem + Etiologi +
Symptom)
2. Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus
mengandung dua komponen tersebut di atas, di
samping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi
masalah
2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat

d. Perencanaan (intervensi) keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi, perencanaan
asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah

26
ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun
harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, dan kriteria hasil
untuk menilai pencapaian tujuan.
e. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria
yaitu sebagai berikut :
1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistik
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan


formulasi kriteria yang mencakup yaitu sebagai
berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2 = Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1. Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil
akhir yang diharapkan
2. Perilaku yang diharapkan berubah
S = Spesifik
M = Measurable atau dapat diukur
A = Attainable atau dapat dicapai
R = Relevant/Realistic atau sesuai
T = Time-Bound atau waktu tertentu
S = Sustainable atau berkelanjutan

27
f. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan
kesehatan masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan
digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam
menyusun perencanaan melalui kegiatan
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan
fasilitas yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat
memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.

g. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan


Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan kata kerja yang tepat.
2. Dapat dimodifikasikan.
3. Bersifat spesifik :
a) Siapa yang melakukannya ?
b) Apa yang dilakukan ?
c) Di mana dilakukan ?
d) Kapan dilakukan ?
e) Bagaimana melakukan ?
f) Frekuensi melakukan ?

h. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan


Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan perawat kesehatan
masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya, dalam hal ini melibatkan pihak

28
Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat.
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau
implementasi pada keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai
wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dan berdasarkan iman dan
takwa (IMTAQ).
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu
bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan
lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
berdasarkan asas kemitraan.
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan
asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun.
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan
mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten.
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan
percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan
sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program
kesehatan komunitas dengan strategi komunitas
organisasi dan partnerships in community.

Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu


diperhatikan adalah :

29
1. Berdasarkan respons masyarakat.
2. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia
pada masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya.
4. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit.
5. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan
perawatan masyarakat secara essential.
6. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
7. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat
dalam pelaksanaan perawatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan


yaitu :
a. Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi,
sarana dan prasarana dengan pelayanan kesehatan
maupun lintas sektor lainnya.
b. Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan
tokoh masyarakat dalam rangka alih peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan
didokumentasikan.
d. Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik
medis maupun rujukan kesehatan.

Level pencegahan dalam praktek keperawatan


komunitas terdiri atas :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau
ketidakfungsinya dan diaplikasikannya ke dalam
populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder

30
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri
dan intervensi yang tepat untuk menghambat
proses patologis, sehingga memperpendek waktu
sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau
terjadi ketidakmampuan stabil atau menetap atau
tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi
sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi
optimal dari ketidakmampuannya.

i. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat
dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi
dilakukan atas respons komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir
(output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu :
a) daya guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d)

31
kecukupan. Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian
menurut Narul Effendy, 1998 adalah sebagai berikut :
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari
tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai
bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan
masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan
melihat respons komunitas terhadap program
kesehatan. Macam evaluasi: (1) formatif dan
summatif, (2) input, procces, dan output.

Fokus evaluasi adalah :


a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang
ada dengan pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses.
c. Efisiensi biaya.
d. Efektivitas kerja.
e. Dampak : apakah status kesehatan
meningkat/menurun, dalam jangka waktu berapa.

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah


ini :
Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulangmasalah
kesehatan
Keterangan:

: Peran
Masyarakat

: Peran
Perawat

32
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat
lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar
dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
b. Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan
yang diberikan.
c. Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
a. Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah
menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak
menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-
faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.
Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga
yang terkait dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung
upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui
proses keperawatan.

33
34

You might also like