You are on page 1of 15

14

Pengembangan Inovasi Pertanian 4(1), 2011: 14-28 Zainal Lamid

INTEGRASI PENGENDALIAN GULMA


DAN TEKNOLOGI TANPA OLAH TANAH PADA
USAHA TANI PADI SAWAH MENGHADAPI
PERUBAHAN IKLIM1)
Zainal Lamid
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DKI Jakarta
Jalan Ragunan No. 30 Pasarminggu, Jakarta 12540
Telp. (021) 78839949, 7815020, Faks. (0251) 7815020
e-mail: bptp-jakarta@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 10 Januari 2011; Disetujui: 9 Februari 2011

ABSTRAK

Pengolahan tanah merupakan salah satu cara pengendalian gulma. Pada era prarevolusi hijau, penyiapan
lahan padi sawah diawali dengan pengolahan tanah sederhana, lalu gulma ditebas dan dibakar. Pada era
revolusi hijau, olah tanah sederhana ditinggalkan dan petani beralih ke olah tanah sempurna (OTS)
sebagai teknologi anjuran dalam program intensifikasi padi sawah. Namun, OTS telah menyebabkan
tanah menjadi sakit sehingga muncul inovasi teknologi tanpa olah tanah (TOT). Hasil penelitian dan
pengkajian membuktikan bahwa teknologi TOT memiliki beberapa keunggulan, antara lain: (1)
mengefisienkan pemanfaatan sumber daya dan biaya (menghemat air, menekan pertumbuhan gulma,
menghemat tenaga kerja), (2) mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (menekan emisi gas rumah kaca
seperti metana, mengurangi kerusakan fisik perakaran saat musim kemarau, dan memperpendek jarak
antarmusim tanam sehingga indeks pertanaman (IP) dapat ditingkatkan menjadi IP300 atau IP400),
dan (3) meningkatkan produktivitas tanah (pertumbuhan akar terkonsentrasi pada zona oksidasi,
proses pelapukan menyumbang C-organik tanah, mengefisienkan absorpsi hara N, P, dan K yang pada
akhirnya meningkatkan hasil). Namun, TOT kurang berkembang di tingkat petani karena petani telah
terbiasa dengan OTS, lahan usaha tani sempit, inovasi belum menyentuh pengguna, dan intensifnya
pelayanan jasa alat dan mesin pertanian. Untuk mengembangkan penerapan teknologi TOT, perlu
diintensifkan diseminasi dan promosi serta mempertimbangkan TOT sebagai inovasi teknologi alternatif
dalam program peningkatan produksi beras nasional melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu.

Kata kunci: Gulma, padi sawah, tanpa olah tanah, adaptif dan mitigatif, iklim

ABSTRACT

Integration of Weed Control and No Soil Tillage in Lowland Rice Cultivation


Towards the Climate Change

Land preparation is one of weed control methods. In pre-green revolution era, simple land preparation
was practiced then weeds are cut and burn. In the green revolution era, this method is left behind and

1)
Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 30 Desember 2010
di Bogor.
Integrasi pengendalian gulma dan teknologi tanpa olah tanah ... 15

swifts to intensive land preparation, a recommended method in lowland rice intensification program.
However, this method causes the decrease in lowland soil productivity (soil sickness), so that inducing
the coming out of innovative no-tilled (NT) technology. Research and assessment results showed that
NT has several advantages, namely: (1) efficient in resource and budget uses (need less water, control
weeds, conserve labors), (2) mitigate and adaptive to climate changes (reducing methane emissions,
less defective roots during dry season and short turn round time that increase planting indexes from
300 to 400), and (3) increases soil and rice productivity (root growth is concentrated within oxidation
zone, contributing C-organic to soil from decomposed plant materials, efficient in N, P, and K absorption
which perform better plant growth that contribute to higher rice grain yield). However, NT does not
develop at farmer level due to their usual practicing intensive tillage, narrow land area, untouchable
innovative technology and intensively mechanization introduction for land preparation. Therefore,
socialization, dissemination and promotion, and considering such technology as an alternative one in
increasing national rice production program through integrated crop management have to implemented
for the future.

Keywords: Weeds, lowland rice, no tillage, mitigate and adaptive, agro-climate

PENDAHULUAN (alsintan). OTS menjadi salah satu kom-


ponen teknologi anjuran dalam program
Gulma merupakan salah satu kelompok intensifikasi padi sawah (Bimas, Inmas,
organisme pengganggu tanaman (OPT) Insus, dan Supra Insus) yang mengan-
yang menjadi pesaing bagi tanaman padi tarkan Indonesia mencapai swasembada
dalam memperoleh hara, air, sinar matahari, beras pada tahun 1984 (Fagi 1996).
CO2, dan lahan (Lamid 1996). Tanpa pe- Penerapan teknologi OTS awalnya
ngendalian, gulma mampu menurunkan berdampak positif terhadap efisiensi usaha
hasil padi sawah 32-42%, bergantung pada tani padi karena menghemat biaya dan
varietas padi yang ditanam dan agro- tenaga kerja untuk pengendalian gulma,
ekosistem (Bangun dan Syam 1989). memfasilitasi penerapan komponen
Teknologi pengolahan tanah mempu- teknologi lain, dan meningkatkan produk-
nyai tujuan ganda, baik dalam penyiapan tivitas (Kasryno 1983; Ananto 1989). Na-
lahan dan pengelolaan air maupun pengen- mun, di balik keberhasilan itu, revolusi hijau
dalian gulma. Pada era prarevolusi hijau, meninggalkan beberapa masalah, antara
penyiapan lahan untuk budi daya padi lain tanah menjadi sakit (soil sickness)
sawah hanya diawali dengan pengolahan (Utomo 1995). Pelumpuran tanah secara
tanah sederhana, bahkan kadang kala terus-menerus yang diikuti oleh pemupuk-
tanpa olah tanah, hanya dengan menebas an anorganik pada takaran tinggi diduga
gulma dan kemudian membakarnya (Lamid menjadi salah satu penyebab perubahan
1993). fisiko kimia tanah pada zona perakaran
Pada era revolusi hijau yang diiringi tanaman, yang berdampak terhadap penu-
oleh kemajuan peradaban zaman dan per- runan produktivitas padi sawah.
kembangan ilmu pengetahuan dan tekno- Perubahan iklim berdampak pula ter-
logi (iptek), pengolahan tanah secara hadap perubahan fisik tanah dan penu-
sederhana ditinggalkan petani dan di- runan produktivitas tanaman yang pada
ganti dengan olah tanah sempurna (OTS) gilirannya akan menurunkan produksi (Las
menggunakan alat dan mesin pertanian et al. 2008; Badan Litbang Pertanian 2010).
16 Zainal Lamid

Padi sawah termasuk jenis tanaman pangan Pada lahan budi daya padi sawah, dinamika
yang rentan terhadap perubahan iklim dan populasi gulma akan menentukan tindak-
penyumbang terbesar emisi gas rumah an pengendalian yang tepat.
kaca (GRK) di bidang pertanian (Las et al.
2008). Tanpa olah tanah (TOT) merupakan
salah satu teknologi yang prospektif di- Dinamika Populasi
kembangkan untuk mengatasi beberapa
kelemahan OTS dan menurunkan GRK Populasi gulma padi sawah dikelompokkan
dalam pascarevolusi hijau (Badan Litbang ke dalam tiga golongan, yakni gulma
Pertanian 2010). berdaun sempit (semua jenis dari famili
TOT dikenal sebagai teknologi olah Gramineae), gulma berdaun lebar (jenis
tanah konservasi (OTK) (conservation gulma berdaun lebar, batang berkayu, dan
tillage) dan makin populer di negara- tulang daun menyirip), dan teki (semua
negara maju, terutama Amerika Serikat, jenis dari famili Cyperaceae dan atau gulma
karena memiliki beberapa keuntungan, an- bertulang daun sejajar) (Mercado 1979;
tara lain mencegah erosi, mempertahankan Lamid 1996). Pertumbuhan populasi gul-
keanekaragaman biologi, menekan popu- ma pada lahan sawah ditentukan oleh
lasi beberapa jenis gulma dan hama inver- ketersediaan air sebagai syarat utama da-
tebrata, memperbaiki efisiensi penggu- lam proses pelumpuran pada penyiapan
naan pupuk, dan meningkatkan intensitas lahan OTS. Di sisi lain, ketinggian air
tanam dan pendapatan (Sinukaban 1981; pada permukaan lahan berfungsi mengen-
Allen 1985; Hasny et al. 1989; Effendi dalikan beberapa jenis gulma (Mercado
dan Utomo 1993; Lamid dan Hermawan 1979).
1996; Lamid 1998). Selain itu, teknologi Pada lahan sawah irigasi (air selalu
ini membuka peluang bagi penggunaan tergenang), gulma berdaun lebar lebih
herbisida nonselektif purnatumbuh yang mendominasi populasi seperti Mono-
bekerja secara sistemik atau secara kontak choria vaginais (Burm. f.) Presl, Spheno-
(Bangun 1995; Utomo 1995). clea zeylanica Gaertn., Limnocharis flava
Makalah ini bertujuan untuk meng- (L.) Buch, dan Marsilea crenata Presl.
angkat kembali teknologi tradisional Kemudian secara berurut diikuti oleh teki
yang sudah diperbaiki sebagai inovasi tek- (Cyperus iria L., C. difformis L., Scirpus
nologi alternatif pada sosio-agroekosistem juncoides Roxb. dan Fimbristylis sp.),
spesifik untuk meningkatkan produksi serta gulma berdaun sempit (Paspalum
padi guna mewujudkan swasembada beras distichum L., Echinochloa crussgalli (L.)
berkelanjutan. Beauv., Leersia hexandra L., Leptochloa
chinensis L. Nees, dan E. colona L
(Bangun dan Syam 1989).
DINAMIKA POPULASI DAN Pada lahan sawah tadah hujan, dina-
PENGENDALIAN GULMA mika populasi gulma menyesuaikan diri
dengan kondisi kering dan basah (Bangun
Gulma merupakan salah satu OPT yang dan Syam 1989). Dalam keadaan basah,
mampu beradaptasi, tumbuh, dan ber- lahan sawah didominasi oleh gulma ber-
kembang pada semua agroekosistem dan daun lebar (Commelina baghaliensia L.
dalam kondisi iklim yang telah berubah. dan Jusseae linifolia vahl.), dan pada
Integrasi pengendalian gulma dan teknologi tanpa olah tanah ... 17

keadaan kering didominasi oleh gulma pengendalian cara mekanis menggunakan


berdaun sempit (Ischaemum timorense alat sederhana, seperti pisau, parang, sabit,
Kenth., E. colona dan Paspalum distichum landak atau alat penyiang berputar (rotary
L) dan golongan teki (C. difformis, C. iria weeder) yang harus didukung oleh baris-
dan C. halpan L). Pada lahan sawah an tanaman padi sawah yang relatif lebih
pasang surut, gulma yang dominan adalah teratur atau lurus.
golongan teki (C. iria, F. littoralis dan Pengaturan jarak tanam, pemilihan
Eleocharis sp.), diikuti oleh gulma ber- varietas, dan pola tanam (padipadi
daun sempit (Brachiaria paspaloides palawija) mampu mengubah populasi
C.E. Hebb., P. distichum dan L. hexandra), gulma atau menekan pertumbuhan jenis
sedangkan gulma berdaun lebar jarang gulma tertentu dari yang kuat bersaing
ditemui (Lamid dan Anhar 1979; Lamid et menjadi lemah bersaing (Mercado 1979).
al. 1995, 1999b). Pengaturan tata air dengan tinggi genang-
Pada dinamika populasi gulma, go- an sekitar 5 cm juga mampu menekan
longan gulma yang dominan merupakan munculnya jenis-jenis gulma tertentu,
target utama untuk dikendalikan karena namun sulit dilakukan karena terbatasnya
berpotensi sebagai pesaing tanaman budi air irigasi, kecuali pada musim hujan.
daya. Perlu diwaspadai bahwa gulma minor Bila cara tersebut kurang efektif me-
akan muncul sebagai pesaing pengganti nekan pertumbuhan gulma, alternatif
pada musim tanam berikutnya, oleh karena terakhir adalah pengendalian dengan
itu, keberagaman tersebut menghendaki menggunakan herbisida selektif pra dan
pendekatan pengendalian yang spesifik purnatumbuh padi sawah dan atau gulma
(Lamid 1996). sasaran, baik pada budi daya tanam pindah
maupun tanam benih langsung (tabela).
Aplikasi herbisida termasuk cara pengen-
Pengendalian dalian gulma yang efektif, mudah, dan
murah dibandingkan dengan cara manual
Pengendalian gulma bukan diarahkan (Bangun dan Syam 1989). Namun, peng-
untuk pemberantasan total, tetapi mem- gunaan herbisida sejenis pada setiap mu-
pertahankan populasi gulma di bawah sim tanam dapat menimbulkan resistensi
ambang ekonomi. Secara umum, pengen- jenis gulma tertentu sehingga menghen-
dalian gulma pada padi sawah dikelom- daki alterasi aplikasi bahan aktif yang
pokkan ke dalam dua metode, yakni berbeda (Lamid et al. 2001) .
nonkimia dan kimia atau aplikasi herbisida Masing-masing komponen teknologi
(Bangun dan Syam 1989). Metode pengen- pengendalian gulma mempunyai ke-
dalian nonkimia meliputi cara manual, mangkusan tersendiri, sesuai gulma
mekanis, biologi, ekologi, dan teknik budi sasaran, namun belum satu pun herbisida
daya (Mercado 1979). Namun, cara pe- yang dapat bekerja secara holistik. Untuk
ngendalian yang umum dan populer di itu, penggabungan cara pengendalian
petani Indonesia saat ini adalah cara gulma yang mampu bersinergi antara yang
manual, yakni penyiangan dengan tangan satu dengan lainnya, baik fisik (jenis gulma
karena lebih mudah dan murah, terutama dan tanaman budi daya) maupun ekonomi
pada lahan sawah yang relatif sempit dan sosial, yang disebut pengendalian
(Lamid 1996). Selanjutnya, berkembang gulma secara terpadu (PGT) perlu diwu-
18 Zainal Lamid

judkan (Lamid 1996). Namun, PGT baru an lahan, memerlukan waktu relatif lama
sebatas wacana karena belum adanya sebelum padi ditanam. Tujuan utama OTS
perhatian pengambil kebijakan pertanian adalah mengendalikan gulma pada stadia
terhadap pengendalian gulma. awal pertumbuhan tanaman, memperbaiki
aerasi tanah, mencampur sisa gulma dan
tanaman dengan tanah, membantu pem-
PERSPEKTIF TEKNOLOGI TANPA bentukan tapak bajak, menyeragamkan
OLAH TANAH tingkat kesuburan tanah, meningkatkan
ketersediaan hara, terutama fosfor (P),
Pengolahan tanah merupakan bagian dari dan memudahkan tanam (Taslim et al.
budi daya yang berpengaruh langsung ter- 1989).
hadap fase pertumbuhan tanaman (vege- Pada budi daya padi sawah, masing-
tatif dan reproduktif), yang pada gilirannya masing 30% dari total kebutuhan air, total
memengaruhi hasil dan pendapatan petani. tenaga kerja, dan total waktu dihabiskan
Selain untuk menghemat tenaga dan air, untuk penyiapan lahan sehingga indeks
beberapa kelemahan atau dampak negatif pertanaman maksimum hanya 200-250/
teknologi OTS mendorong kembali pene- tahun ( Ananto dan Fagi 1993). Pembajakan
rapan teknologi TOT spesifik lokasi. atau pelumpuran tanah dengan pengaliran
air ke dalam dan ke luar petakan sawah
menyebabkan hanyutnya sedimen tanah,
Olah Tanah Sempurna dalam bahan organik, dan hara tertentu ke salur-
Sistem Produksi Padi Sawah an air irigasi. Pada lahan sulfat masam,
unsur besi (Fe) dan sulfur (S) terlarut secara
OTS telah memberikan kontribusi yang berlebihan ke lapisan perakaran (oksidasi)
cukup besar terhadap program intensifi- sehingga meracuni akar tanaman padi dan
kasi padi sawah. Swasembada beras yang meningkatkan populasi gulma (Mercado
diraih pada tahun 1984 tentu tidak dapat 1979; Widjaja-Adhi 1990; Ananto dan Fagi
dilepaskan dari penerapan teknologi OTS 1993) .
yang merupakan tulang punggung penga- Penerapan OTS dengan menggunakan
daan produksi padi nasional. Namun, tenaga ternak dan cangkul memberikan
keberhasilan program intensifikasi juga pertumbuhan tanaman dan hasil yang
menimbulkan dampak negatif terhadap lebih baik, tetapi indeks pertanaman lebih
ekosistem lahan sawah, seperti degradasi rendah dibandingkan dengan mengguna-
kesuburan tanah, meningkatnya polusi kan mesin pengolah tanah (hand tractor)
perairan oleh limbah pertanian (residu karena memerlukan waktu yang lebih
pestisida, nitrat dari pupuk nitrogen dan panjang (De Datta 1981). Dengan meng-
sedimentasi), serta timbulnya biotipe baru gunakan bajak traktor, proses tanam dapat
hama dan prototipe baru penyakit (Ham- dipercepat sehingga indeks pertanaman
mond dan Stinner 1999). meningkat. Namun, hasil padi lebih rendah
Proses OTS pada lahan sawah yang karena adanya senyawa beracun (fumarat)
meliputi penggenangan sawah sampai yang dihasilkan oleh proses pelapukan
jenuh bahkan kelebihan air agar tanah bahan organik (gulma dan singgang).
menjadi lunak, diikuti oleh pembajakan Senyawa ini mengganggu pertumbuhan
dua kali dan penggaruan untuk pelumpur- vegetatif dan reproduktif tanaman.
Integrasi pengendalian gulma dan teknologi tanpa olah tanah ... 19

Tanpa Olah Tanah dan Populasi Tanpa Olah Tanah dan Perubahan
Gulma Iklim

Kesuksesan aplikasi teknologi TOT padi Tanaman pangan sangat rentan terhadap
sawah umumnya dibatasi oleh investasi perubahan iklim, terutama akibat kelebihan
gulma. Namun, gulma termasuk singgang dan kekurangan air. Secara teknis, keren-
padi sebelumnya (ratoon) dapat diken- tanan tersebut berhubungan erat dengan
dalikan dengan aplikasi herbisida purna- sistem penggunaan lahan dan sifat tanah,
tumbuh. Khusus untuk gulma, beberapa pola tanam, teknologi pengolahan tanah,
laporan menyatakan bahwa aplikasi air, tanaman, dan varietas (Las et al. 2008).
herbisida glifosat dengan takaran anjuran Ada tiga faktor utama yang terkait dengan
efektif menekan pertumbuhan populasi perubahan iklim global yang berdampak
gulma sebesar 70% sampai tanaman terhadap sektor pertanian, yaitu: (1) peru-
padi berumur 45 hari setelah tanam bahan pola curah hujan dan iklim ekstrim;
(HST) (Lamid et al. 2000; Lamid dan (2) peningkatan suhu udara; dan (3) pe-
Wentrisno 2001). Hal ini mengindikasi- ningkatan permukaan air laut (Badan
kan bahwa gulma pada padi sawah TOT Litbang Pertanian 2010).
cukup dikendalikan satu kali selama per- Pemanasan global yang terjadi akhir-
tumbuhan. akhir ini telah menyebabkan perubahan
Aplikasi herbisida secara terus-me- iklim yang merupakan dampak dari
nerus pada budi daya TOT memerlukan akumulasi GRK di atmosfer, seperti CO2,
dukungan informasi tentang perkem- N2O, dan gas metana yang diemisi oleh
bangan populasi gulma setelah aplikasi. berbagai sumber akibat aktivitas manusia
Hasil pengujian jangka panjang me- (Badan Litbang Pertanian 2010). Di lingkup
nunjukkan bahwa penerapan teknologi pertanian, selain lahan gambut, emisi
TOT dengan aplikasi herbisida glifosat metana dari lahan sawah juga merupakan
secara terus-menerus setiap musim penyumbang terbesar GRK, sekitar 70%
tanam (MT) menggeser populasi gulma dari kontribusi sektor pertanian di luar
dari target awal golongan teki (F. littoralis) perubahan dan degradasi lahan. Pemu-
ke golongan berdaun sempit (relatif murni pukan dan sistem irigasi secara terus-
Paspalum vaginatum L), mulai dari MT 3 menerus dalam penerapan OTS juga
sampai MT 17 (Lamid et al. 1999a, 2001). ditengarai turut berperan dalam mening-
Pergeseran populasi gulma tersebut katkan emisi metana dari lahan sawah.
diduga sebagai penyebab munculnya Dampak utama dari perubahan iklim di
resistensi melalui terdegradasinya bahan samping penggundulan hutan adalah
aktif herbisida oleh enzim spesifik pada tidak menentu dan tingginya dinamika
buku ruas stolon (Mercado 1979). Hal ini debit air irigasi (De Datta 1981; Las et al.
dibuktikan oleh model aksi herbisida di 2008). Kendala ini secara langsung akan
mana pada awalnya seluruh daun menga- menurunkan produktivitas lahan dan
lami keracunan berat sampai tanaman mati tanaman padi sawah.
(kering). Namun, dari masing-masing buku Selain untuk tujuan efisiensi air dan
pada ruas stolon muncul akar dan tunas memperpendek masa olah tanah, berbagai
yang berkembang lebih cepat dan subur inovasi teknologi juga diperlukan untuk
bila menyentuh tanah. upaya mitigasi dengan menurunkan laju
20 Zainal Lamid

emisi metana dari lahan sawah. Salah satu untuk mengendalikan gulma dan singgang
di antaranya adalah reorientasi teknik padi diharapkan relatif lebih murah dan
pengolahan tanah, yang diarahkan kepada mudah, secara biologi tidak aktif dalam
penerapan teknologi TOT (Lamid dan tanah (non-biological activity), dan ramah
Wentrisno 2001). Dengan penerapan TOT, lingkungan (Hosen et al. 1998; Lamid
baik dengan irigasi berselang maupun 2001). Namun, muncul keraguan akan
macak-macak (saturation), lahan sawah meningkatnya kepadatan tanah dan
mampu menekan emisi gas metana 71% resistensi gulma terhadap bahan aktif
dibanding OTS (Setyanto 2008). herbisida sejenis bila diaplikasikan secara
terus-menerus pada setiap musim tanam
(Hakim et al. 1986; Monagro Kimia 1995;
Tanpa Olah Tanah dan Konservasi Lamid 1997).
Sumber Daya Untuk menghindari kepadatan tanah,
penerapan TOT pada lahan sawah jenis
Teknologi TOT sudah lama diterapkan tanah liat berpasir atau liat berdebu hanya
petani di Indonesia, terutama di Kabu- hingga empat musim tanam, lebih dari itu
paten Pasaman Timur, Sumatera Barat. sulit dilakukan penanaman. Karena itu,
Mereka menyebutnya sebagai teknik TGT pada MT 5 diperlukan satu kali OTS dan
(tebas, gulung, dan tanam). Gulma dan sisa selanjutnya dapat diterapkan kembali TOT
tanaman sebelumnya ditebas, kemudian (Abdurrahman et al. 1994). Pada tanah
digulung untuk dijadikan pematang sawah Andosol, teknologi TOT dapat diterapkan
guna menahan air dan tanam. Cara ini pada setiap musim tanam. Namun, pada
masih dipraktekkan dan berkembang tanah Aluvial hingga 17 musim tanam ber-
menjadi teknik budi daya TOT dengan turut-turut belum layak diselingi dengan
menggunakan herbisida untuk mengen- OTS karena kepadatan tanah berada pada
dalikan gulma dan singgang padi dari angka 1,41 g/cm3 (Lamid 1998). Kalau
tanaman sebelumnya (Argus Agronomics kepadatan tanah belum mencapai 1,75 g/
1994; Hebblethwait 1996). TOT banyak cm3, penerapan TOT masih layak diterap-
menghemat tenaga kerja, waktu, dan biaya kan (Blevin 1984). Selanjutnya, aplikasi
sehingga sisa waktu yang masih tersedia herbisida berbahan aktif berbeda dapat
dapat digunakan untuk kegiatan produktif mengurangi munculnya resistensi gulma.
lainnya (off-farm dan on-farm) guna Pelaksanaan TOT sangat sederhana,
menambah pendapatan keluarga. Tekno- tetapi pengguna dituntut untuk mampu
logi ini juga telah diterapkan oleh petani di mengikuti prosedur, termasuk kalibrasi
lahan pasang surut tipologi B, C, dan D untuk aplikasi herbisida agar efektif me-
karena lebih menghemat tenaga kerja, ngendalikan gulma sasaran dan singgang
mempercepat tanam, dan tidak memerlukan padi (Lamid dan Hermawan 1996). Arti-
banyak biaya untuk menyiapkan lahan nya, padi ditanam pada areal yang di-
(Hosen et al. 1998; Lamid et al. 2000 ). tumbuhi gulma yang sedang menurun
Penerapan teknologi TOT di lapangan pertumbuhannya sehingga tanaman lebih
bergantung pada penggunaan herbisida leluasa tumbuh dan berkembang.
agar permukaan tanah terhindar dari erosi Teknologi TOT telah diterima oleh
permukaan atau pelindian hara dan bahan sebagian petani di Sumatera Barat, tetapi
organik (Hebblethwait 1996). Herbisida belum tentu diterima di daerah lain.
Integrasi pengendalian gulma dan teknologi tanpa olah tanah ... 21

Penerapan TOT bersifat spesifik sosio- sawah pasang surut, penerapan TOT
agroekosistem (air irigasi bisa diatur dan membantu mengatasi kekurangan tenaga
tenaga kerja sangat terbatas) dan telah kerja dan air, serta menekan pelarutan
direkomendasikan oleh Komisi Teknologi unsur besi dan sulfur pada zona oksidasi.
Pertanian Provinsi Sumatera Barat (Komisi
Teknologi 1998). Teknologi ini bahkan
termasuk ke dalam salah satu dari 10 jurus KEUNGGULAN DAN HAMBATAN
program intensifikasi paket D oleh Setdal PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Bimas padi sawah, di mana OTS diubah TANPA OLAH TANAH
menjadi olah tanah secara bijak (OTSB),
terutama melalui TOT. Ditinjau dari Banyak yang menganggap bahwa TOT
keunggulannya, terutama dalam hal kon- adalah teknologi tradisional. Namun,
servasi lahan dan sumber daya petani, kajian ilmiah menunjukkan bahwa tekno-
efisiensi input, dan peningkatan pen- logi ini sangat relevan dalam mendukung
dapatan, teknologi TOT perlu disosiali- program peningkatan indeks pertanaman
sasikan karena merupakan jawaban dari (IP) yang didukung oleh varietas unggul
tantangan dalam mengatasi kelemahan umur genjah, dan sangat potensial dalam
OTS. menghadapi perubahan iklim, baik untuk
adaptasi maupun mitigasi. Hasil pene-
litian dan pengkajian selama 17 MT mem-
Delineasi Wilayah buktikan bahwa teknologi TOT memiliki
Pengembangan Tanpa beberapa keunggulan dan hambatan dalam
Olah Tanah pengembangannya di tingkat pengguna.

TOT secara teknis mempunyai keunggulan


dibanding OTS, terutama hemat tenaga Efisiensi Pemanfaatan Sumber
kerja dan air irigasi. Namun, teknologi Daya dan Biaya
tersebut tidak selalu dapat diterapkan di
semua agroekosistem, terutama lahan Penerapan teknologi TOT pada penyiapan
sawah irigasi teknis di mana tenaga kerja lahan dapat menghemat kebutuhan air
belum menjadi kendala. Oleh karena itu, sekitar 27% dibanding teknologi OTS.
pengembangan TOT akan mendapat res- Angka ini sudah memperhitungkan kehi-
pons yang baik di wilayah yang mempu- langan air melalui evapotranspirasi, perko-
nyai tenaga kerja dan air irigasi terbatas. lasi, dan seepage (Utomo et al. 1994). Lebih
Penerapan TOT bersifat spesifik sosio- sedikitnya kebutuhan air pada saat penyi-
agroekosistem. Delineasi pengembangan apan lahan disebabkan oleh lama pengge-
terkait dengan konservasi sumber daya nangan lahan sebelum tanam (Lamid 2001).
pada lahan sawah dataran tinggi (berlereng Pada lahan sawah jenis tanah Andosol,
dan berjenjang) dan pasang surut tipologi penggenangan yang diperlukan hanya 3-
B, C, dan D ( Ananto dan Fagi 1993; Utomo 5 hari, pada tanah Aluvial 10 hari, dan pada
1995). Namun implementasinya tidak tanah Latosol 10-15 hari sebelum tanam.
diarahkan ke wilayah usaha tani padat Dengan OTS diperlukan waktu 20-30 hari
karya karena akan menyaingi unit penye- untuk melumpurkan tanah sebelum tanam
dia jasa alsintan olah tanah. Pada lahan padi (Utomo et al. 1994). Penghematan
22 Zainal Lamid

penggunaan air ini akan mengurangi yang diperlukan Rp600.000/MT/ha atau


terjadinya rebutan air irigasi antarpetani TOT 45% lebih hemat (Adrizal et al. 1998).
dan memperluas areal tanam di daerah Demonstrasi lapang teknologi TOT,
yang menerapkan sistem irigasi gilir giring. OTS tanam pindah, dan TOT tanam benih
Setelah aplikasi herbisida pada budi langsung (totabela) di Padang, Sumatera
daya TOT padi sawah, luas penutupan Barat, pada MH 1997 masing-masing
gulma tumbuh yang berasosiasi dengan memberikan revenue-cost ratio 2,83; 2,53;
tanaman padi kurang dari 30% hingga dan 3,10 (Adrizal et al. 1998). Hal ini
tanaman berumur 45 HST (Lamid 2001). menunjukkan bahwa teknologi TOT tanam
Dengan demikian, hanya diperlukan satu pindah atau totabela secara ekonomi lebih
kali pengendalian gulma selama per- menguntungkan daripada OTS sehingga
tumbuhan tanaman padi, yaitu pada 30 layak dikembangkan.
HST dengan jumlah tenaga kerja 25 HOK/
ha, sedangkan untuk OTS memerlukan
dua kali penyiangan dan membutuhkan Mitigasi dan Adaptasi
tenaga kerja 58 HOK. Oleh karena itu, Perubahan Iklim
penerapan TOT lebih hemat 57% HOK
dibanding OTS. Penerapan teknologi TOT pada lahan
Teknologi TOT hanya membutuhkan sawah dapat menekan emisi GRK seperti
waktu 2 HOK untuk penyemprotan herbi- CO2, N2O, dan metana masing-masing
sida, sedangkan teknologi OTS mencapai 31,5%, 63,4%, dan 71% (Setyanto 2008).
39 hari/ha. Sekitar 25 hari di antaranya Hal ini disebabkan dekomposisi gulma
menggunakan tenaga ternak untuk pem- dan singgang padi terjadi secara aerobik
bajakan I dan II, garu, dan perataan lahan, karena aplikasi herbisida tanpa meng-
serta 14 HOK untuk memperbaiki pematang ganggu permukaan tanah dan tanpa
(Ardjasa et al. 1994). Dengan demikian, penggenangan pada saat penyiapan
penerapan teknologi TOT menghemat 25 lahan (Argus Agronomics 1994; Lamid
hari kerja ternak dan 12 HOK atau 95% dari 2001). Pada saat terjadi kekurangan air
penerapan OTS (Lamid dan Hermawan pengairan atau kemarau panjang, pene-
1996). rapan teknologi TOT tidak merusak
Penerapan teknologi TOT pada lahan struktur tanah, hanya mengalami sedikit
sawah pasang surut lebih banyak meng- keretakan, sedangkan penerapan OTS
hemat biaya untuk persiapan lahan, men- membuat tanah menjadi rengkah (Lamid
capai 56-61%/ha. Hasil padi dengan pene- 2001). Oleh karena itu, penerapan teknologi
rapan teknologi TOT bahkan 15,2% lebih TOT tidak mengganggu akar tanaman
tinggi dibandingkan dengan teknologi padi dan laju evaporasi pun lebih ren-
OTS (menebas, melilit, menghamburkan dah sehingga kondisi tanah tetap lembap
sisa gulma, dan tanam) (Lamid et al. 1996a, untuk menunjang pertumbuhan tanaman
1996b). Biaya yang diperlukan untuk lebih baik. Penerapan teknologi TOT
penyiapan 1 ha lahan bagi budi daya TOT mempercepat waktu tanam sekitar 20 hari
hanya Rp50.000 untuk membiayai tenaga sehingga jarak tanam antarmusim (turn
kerja 2 HOK, ditambah Rp280.000 untuk around time) lebih singkat dan umur panen
pembelian 4 liter herbisida, atau biaya total lebih cepat (Lamid 2001). Pada gilirannya
Rp330.000/MT/ha. Dengan OTS, biaya tanaman terhindar dari dampak kekeringan
Integrasi pengendalian gulma dan teknologi tanpa olah tanah ... 23

dan IP300 atau IP400 mudah dicapai dan panen lebih cepat), dan biaya pro-
(Lamid et al. 1999a). duksi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Tk I Sumatera Barat 1998).

Peningkatan Produktivitas
Kendala dan Hambatan
Penerapan teknologi TOT menyebabkan
pertumbuhan morfofisiologi akar padi Penerapan teknologi TOT kurang ber-
secara horizontal relatif pendek dan lebih kembang pada agroekosistem lahan sawah
besar sehingga perakaran banyak ter- dibanding lahan kering. Hal ini disebabkan
akumulasi pada lapisan oksidasi (zonasi oleh budaya petani yang masih terbiasa
hara), dan sebaliknya jika menerapkan dengan OTS, belum menyentuh pengguna
teknologi OTS (perakaran vertikal, ram- karena kurangnya sosialisasi, diseminasi,
ping, dan panjang). Dengan demikian, hara dan promosi teknologi TOT, dan berkem-
lebih efisien diabsorpsi oleh akar tanaman bangnya unit pelayanan jasa alsintan
padi yang lebih luas permukaannya (Lamid sebagai pesaing (Utomo 1995).
2001). Selain itu, aplikasi herbisida mem- Kepemilikan lahan sawah umumnya
bantu mempercepat pelapukan gulma dan relatif sempit. Dalam kondisi tenaga kerja
singang tanaman padi. Materi lapuk ter- pengolah tanah tersedia, petani belum
sebut akan tinggal secara in situ dan me- tertarik menerapkan teknologi TOT. Di
nyumbang terhadap kandungan C-organik samping itu, teknologi TOT belum dija-
tanah (Lamid 2001). Selanjutnya, dengan dikan sebagai salah satu komponen tekno-
teknologi TOT nilai total hara N, P, dan K logi dalam program Peningkatan Produksi
dalam tanah selalu lebih rendah dibanding Beras Nasional (P2BN) melalui penerapan
teknologi OTS (Musfal et al. 1996; Lamid pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
2001). Artinya, hara tersebut banyak ter- (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
absorpsi sehingga berkontribusi terhadap 2010). Untuk lebih mengembangkan
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif penerapan teknologi TOT pada sosio-
tanaman. Namun, informasi pengelolaan agroekosistem spesifik maka sosialisasi,
hemat hara tersebut untuk tanaman padi diseminasi, promosi, dan pilot produksi
TOT belum tersedia. padi sawah harus dilakukan. Untuk itu,
Jumlah gabah, gabah bernas, dan pengambil kebijakan terkait perlu mem-
bobot 1.000 butir gabah yang dihasilkan pertimbangkan teknologi TOT sebagai
tanaman dengan penerapan teknologi TOT komponen teknologi pilihan bagi petani
8-22% lebih tinggi dibanding OTS (Lamid dalam program peningkatan produksi padi
2001). Hal ini menunjukkan bahwa gabah nasional, khususnya di lahan sawah.
yang dihasilkan lebih banyak, lebih bernas,
dan relatif lebih besar sehingga berkontri-
busi terhadap peningkatan hasil padi. Pena- ARAH DAN STRATEGI
naman padi dengan teknologi TOT tidak PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
selalu dengan cara tanam pindah, tetapi
juga dapat dengan cara tabela (Lamid dan Penerapan dan pengembangan teknologi
Anhar 1979; Lamid 2001). Hal ini lebih TOT di lapangan belum sesuai dengan
menghemat tenaga kerja, waktu (tanam harapan, padahal teknologi ini dapat
24 Zainal Lamid

dijadikan salah satu komponen teknologi munikasi Olah Tanah Konservasi (FK-
dalam penerapan PTT padi sawah. Oleh OTK) turut menentukan pengembangan
karena itu, arah dan strategi pengem- teknologi di lapangan. Aplikasinya perlu
bangannya dapat disesuaikan dengan memerhatikan kesesuaian teknologi
agroekosistem yang ada. dengan lingkungan fisik, sosial-budaya,
dan ekonomi petani setempat.

Arah Pengembangan
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Pemanfaatan jasa ekologi (ecological KEBIJAKAN
services) secara optimal dalam pengem-
bangan teknologi TOT padi sawah secara Penerapan TOT yang diintegrasikan de-
berkelanjutan, diarahkan pada dataran ngan pengendalian gulma memberikan
rendah, dataran tinggi berlereng dan beberapa manfaat, antara lain hemat tenaga
berjenjang (teraccering), dan sawah kerja dan air serta adaptif dan mitigatif
pasang surut tipologi B, C, dan D. Peng- dalam menghadapi perubahan iklim,
embangannya juga untuk mempercepat namun tidak dapat diterapkan di semua
pengembangan teknologi hemat tenaga agroekosistem padi sawah. Pengembang-
kerja, waktu, dan biaya (conserving an teknologi TOT yang diintegrasikan
resource technology) pada wilayah sosio- dengan pengendalian gulma dapat di-
agroekosistemnya, terutama pada daerah percepat pada agroekosistem dataran
yang langka tenaga kerja, dan daerah tinggi berlereng dan berjenjang serta
yang selalu bermasalah dengan peng- lahan sawah pasang surut tipologi B, C,
airan. dan D.
Dalam budi daya padi sawah, petani
sudah terbiasa menerapkan OTS. Untuk
Strategi Pengembangan mengubah kebiasaan tersebut diperlukan
sosialisasi, diseminasi, dan promosi tekno-
Petani sebagai pengguna teknologi di- logi TOT.
tuntut untuk berperan aktif dalam memilih Teknologi TOT padi sawah dikembang-
dan menguji teknologi yang sesuai de- kan berdasarkan pertimbangan: (1) hemat
ngan kondisi setempat, dan meningkatkan tenaga kerja, waktu, dan biaya penyiapan
kemampuan melalui proses pembelajaran lahan; (2) konservasi lahan dan sumber
di lapangan. Penerapan teknologi memer- daya petani; dan (3) hasil dan keuntungan
hatikan keterkaitan dengan komponen usaha tani lebih tinggi pada sosio-agro-
teknologi lainnya yang saling mendukung ekosistem spesifik. Pengembangan tekno-
dan berwawasan lingkungan. logi TOT secara nasional memerlukan
Penerapan teknologi di lapangan dapat dukungan pengambil kebijakan, lembaga
diukur dengan keuntungan yang diperoleh penelitian, terutama Badan Litbang Perta-
dari segi ekonomi usaha tani dan konsis- nian, dan melibatkan FK-OTK, baik dalam
tensi konservasi sumber daya pada setiap kegiatan sosialisasi dan pendampingan
musim tanam. Di samping itu, keterlibatan teknologi maupun sebagai pemandu atau
pengambil kebijakan dan Forum Ko- pelatih petugas dan petani di lapangan.
Integrasi pengendalian gulma dan teknologi tanpa olah tanah ... 25

DAFTAR PUSTAKA rensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia


XII: 209-216.
Abdurrahman, A., W. Hermawan, dan Argus Agronomics. 1994. No-Till Produc-
Hartarto. 1994. Sistem tanpa olah tanah tion: An indepth guide to high residue
pada padi sawah dengan herbisida farming for southern crops. Argus Inc.,
glifosat. Prosiding Konferensi Him- Clarksdale, Mississippi. 96 pp.
punan Ilmu Gulma Indonesia XII: 217- Badan Penelitian dan Pengembangan
221. Pertanian. 2010. Road Map Strategi
Adrizal, W. Hermawan, Z. Lamid, dan N. Sektor Pertanian Menghadapi Peru-
Hasan. 1998. Keunggulan komparatif bahan Iklim. Badan Penelitian dan
teknik budi daya tanpa olah tanah Pengembangan Pertanian, Jakarta. 102
dengan herbisida glifosat pada padi hlm.
sawah. hlm. 475-479. Dalam Z. Irfan, Z. Bangun, P. dan M. Syam. 1989. Pengen-
Lamid, D. Jahja, Irawati, dan Ardi (Ed.). dalian gulma pada padi. hlm. 579-599.
Prosiding Seminar Nasional VI Budi- Dalam M. Ismunadji, M. Syam, dan
daya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Yuswadi (Ed.). Padi, Buku 2. Pusat Pe-
Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, nelitian dan Pengembangan Tanaman
Padang. Pangan, Bogor.
Allen, R.R. 1985. Weed control and energy Bangun, P. 1995. Budidaya padi sawah
use in limited tillage systems. p. 225- dengan sistem tanpa olah tanah. hlm.
265. In A.F. Weise (Ed.). Weed Control 301-305. Dalam M. Utomo, F.X. Susilo,
in Limited Tillage Systems. Weed Sci. R.J. Dad, Sembodo, Sugianto, H.
Soc. Am., Illinois. Susanto, dan A. Setiawan (Ed.). Pro-
Ananto, E.E. 1989. Mekanisasi pertanian siding Seminar Nasional V Budidaya
dalam usaha tani padi. hlm. 631-652. Pertanian Olah Tanah Konservasi,
Dalam M. Ismunadji, M. Syam, dan Universitas Lampung-Himpunan Ilmu
Yuswadi (Ed.). Padi, Buku 2. Pusat Gulma Indonesia-Himpunan Ilmu
Penelitian dan Pengembangan Tanam- Tanah Indonesia-Fakultas Pertanian
an Pangan, Bogor. Institut Pertanian Bogor, Bandar
Ananto, E.E. dan A.M. Fagi. 1993. Pengo- Lampung.
lahan tanah di jalur pantura Jawa Barat. Blevin, R.L. 1984. Soil adaptability for no-
hlm. 101-108. Dalam M. Syam, H. tillage. p. 42-65. In R.E. Phillip and S.H.
Kasim, dan A. Musaddad (Ed.). Risa- Phillip (Eds.). No-Tillage Agriculture:
lah Seminar Pusat Penelitian dan Principles and practices. Van Nastrand
Pengembangan Tanaman Pangan, April Rein Hold Co. Inc., New York.
1992-Maret 1993. Pusat Penelitian dan De Datta, S.K. 1981. Principles and Prac-
Pengembangan Tanaman Pangan, tices of Rice Production. A Wiley Inter-
Bogor. science Pub., New York. 618 pp.
Ardjasa, W.S., Widyantoro, G.E. Maliawan, Ditjentan (Direktorat Jenderal Tanaman
W. Hermawan, dan S. Asmono. 1994. Pangan). 2010. Pedoman Pelaksanaan
Sistem tanpa olah tanah dengan herbi- SLPTT Padi, Jagung, Kedelai dan
sida isopropil amin glifosat 16 dan 24% Kacang Tanah Tahun 2010. Direktorat
dan pemupukan dalam pengendalian Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta. 123
gulma padi sawah. Prosiding Konfe- hlm.
26 Zainal Lamid

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tk I Indonesia, Bandar Lampung, 5-7


Sumatera Barat. 1998. Rangkuman Hasil November 1996.
Demonstrasi Totabela Padi Sawah di Hosen, N., Z. Lamid, Z. Irfan, dan Asyiardi.
Sumatera Barat. Dinas Pertanian Ta- 1998. Kajian ekonomi penggunaan
naman Pangan Tk I Provinsi Sumatera herbisida persiapan lahan tanpa olah
Barat, Padang. tanah dan pengendalian gulma pada
Effendi, I. dan M. Utomo. 1993. Analisis budidaya padi sawah pasang surut di
perbandingan tenaga kerja, produksi Provinsi Sumatera Selatan. hlm. 516-
dan pendapatan usaha tani kedelai 523. Dalam Z. Irfan, Z. Lamid, D. Jahja,
pada sistem tanpa dan olah tanah biasa Irawati, Ardi (Ed.). Prosiding Seminar
di Rawa Sragi, Lampung. hlm. 247-253. Nasional VI Budidaya Pertanian Olah
Dalam M. Utomo, I.H. Utomo, dan Tanah Konservasi, Himpunan Ilmu
F.X. Susilo (Ed.). Prosiding Seminar Gulma Indonesia, Padang.
Nasional IV Budidaya Pertanian Kasryno, F. 1983. Perkembangan penye-
Olah Tanah Konservasi, Universitas rapan tenaga kerja pertanian dan
Lampung-Himpunan Ilmu Gulma tingkat upah. Rural Dynamic Ser. 23:
Indonesia-Himpunan Ilmu Tanah 204-267.
Indonesia-Fakultas Pertanian Institut Komisi Teknologi. 1998. Rekomendasi
Pertanian Bogor, Bandar Lampung. Paket Teknologi Pertanian Provinsi
Fagi, A.M. 1996. Efficient Water Use Sumatera Barat. Kantor Wilayah Depar-
Movement. Ministry of Agriculture, temen Pertanian Provinsi Sumatera
Republic of Indonesia, Jakarta. 9 Barat, Padang.
pp. Lamid, Z. dan A. Anhar. 1979. Jenis gulma
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, H.M. Lubis, G.H. padi sawah di Sumatera Barat. Berkala
Sutopo, M.A. Dika, G.B. Hong, dan Penelitian Pertanian 15: 2-48.
H.H. Bailay. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Lamid, Z. 1993. Dampak dan strategi
Tanah. Universitas Lampung, Bandar pengendalian sistem usaha tani ladang
Lampung. 480 hlm. berpindah di kawasan hutan tropis
Hammond, R.B. and B.R. Stinner. 1999. Sumatera Barat. hlm. 75-80. Prosiding
Impact of tillage on pest management. Seminar Ilmiah Lustrum VI Fakultas
p. 693-714. In J.R. Ruberson (Ed.). Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Handbook on Pest Management. Mar- Alam, Universitas Andalas, Padang.
cel Dekker Inc., New York. Lamid, Z., W. Hermawan, dan G. Adlis.
Hasny, Z., I. Anas, dan P. Bangun. 1989. 1995. Pengaruh waktu dan takaran
Hubungan antara persiapan tanam dan pemberian herbisida isopropil amine
sistem pengendalian gulma dengan glifosat dengan sistem tanpa olah
aktivitas mikroorganisme. Makalah tanah pada padi sawah irigasi. hlm. 407-
disampaikan pada Kongres Himpunan 417. Dalam M. Utomo, F.X. Susilo, R.J.
Ilmu Tanah Indonesia V, Medan, 7-10 Dad, Sembodo, Sugianto, H. Susanto,
Desember 1989. dan A. Setiawan (Ed.). Prosiding Se-
Hebblethwait, J.F. 1996. Conservation minar Nasional V Budidaya Pertanian
tillage: A global perspective. Makalah Olah Tanah Konservasi, Universitas
Utama Konferensi Nasional XIII dan Lampung-Himpunan Ilmu Gulma
Seminar Ilmiah Himpunan Ilmu Gulma Indonesia-Himpunan Ilmu Tanah
Integrasi pengendalian gulma dan teknologi tanpa olah tanah ... 27

Indonesia-Institut Pertanian Bogor, hlm. 253-264. Dalam E.E. Ananto,


Bandar Lampung. I.G. Ismail, Subagio, Suwarno, A.
Lamid, Z. 1996. Perkembangan penge- Djajanegara, dan H. Supriadi (Ed.).
lolaan gulma di Indonesia. Prosiding Prosiding Seminar Nasional Peneliti-
Konferensi Himpunan Ilmu Gulma an dan Pengembangan Pertanian di
Indonesia XIII (2): 331-346. Lahan Rawa, Buku 1. Pusat Penelitian
Lamid, Z., G. Adlis, dan W. Hermawan. dan Pengembangan Tanaman Pangan,
1996a. Efikasi herbisida glifosat untuk Bogor.
mengendalikan gulma padi sawah Lamid, Z. 2001. Laporan Kemajuan Peng-
pasang surut tanpa olah tanah. Pro- gunaan Herbisida Polaris 240 AS/
siding Konferensi Himpunan Ilmu Polado 240/105 AS dengan Sistem
Gulma Indonesia XIII (2): 657-666. Tanpa Olah Tanah Jangka Panjang
Lamid, Z., G. Adlis, S. Praja, dan D.A. pada Padi Sawah. Kerja Sama Monagro
Mannan. 1996b. Penggunaan herbisida Kimia dan Balai Pengkajian Teknologi
purnatumbuh untuk penyiapan lahan Pertanian Sukarami, Solok.
budi daya padi sawah pasang surut. Lamid, Z. dan Wentrisno. 2001. Teknologi
Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu persiapan lahan tanpa olah tanah
Gulma Indonesia XIII (2): 379-387. (TOT) untuk budi daya padi, kedelai
Lamid, Z. 1997. Effect of continuous dan jagung. hlm. 85-76. Dalam M.
glyphosate application on selected Rangkuti, I W. Rusastra, J. Limbongan,
nutrient status of zero-tilled irrigated M. Slamet, A. Syam, dan D. Bulo (Ed.).
lowland rice. Proc. APWSS Conf. XVI: Prosiding Seminar Nasional Meman-
286-288. tapkan Rekomendasi Paket Teknologi
Lamid, Z. 1998. Kelayakan teknologi tanpa Pertanian dan Ketahanan Pangan
olah tanah (TOT) pada padi sawah. dalam Era Otonomi Daerah. Pusat
Makalah disampaikan pada Seminar Penelitian dan Pengembangan Sosial
Sehari PPS Setdal Bimas, Departemen Ekonomi Pertanian, Bogor.
Pertanian, Jakarta, 6 Agustus 1998. Lamid, Z., E.S. Saragih, R. Sutanto, dan Adt.
Lamid, Z., R. Munir, dan M. Jamalin. 1999a. Tambijo. 2001. Pengaruh tanpa olah
Teknologi tanam tanpa olah tanah tanah diaplikasi herbisida glifosat
(TOT). Brosur No. 01/Tan/RM-ZL/PTP/ terus-menerus terhadap komunitas
BPTP-SKR/98-99. BPTP Sukarami. 27 gulma padi sawah irigasi. Prosiding
hlm. Konferensi Himpunan Ilmu Gulma
Lamid, Z., K. Azwir, and G. Adlis. 1999b. Indonesia XV(2): 612-617.
Effects of continuous no-tilled applied Las, I., H. Syahbuddin, dan E. Surmaini.
glyphosate herbicide on weed commu- 2008. Iklim dan Tanaman Padi: Tan-
nity of irrigated lowland rice. Proc. tangan dan peluang. Balai Besar
APWSS Conf. XVII (1B): 219-225. Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.
Lamid, Z., E. Saragih, dan R. Sutanto. Mercado, B.L. 1979. Introduction to Weed
2000. Peluang penggunaan herbisida Science. Searca Pub., Los Banos,
glifosat dalam pengembangan budi Laguna, the Philippines. 279 pp.
daya olah tanah konservasi tanaman Monagro Kimia. 1995. Padi sawah tanpa
pangan pada lahan pasang surut. olah tanah: Teknologi tanpa olah tanah
28 Zainal Lamid

salah satu alternatif teknologi terapan Utomo, M., M. Idrus, D.R.J. Sembodo, R.
dalam meningkatkan efisiensi waktu, Subiantoro, and H. Susanto. 1994. No-
tenaga dan biaya produksi dan indeks tillage for lowland rice: Water require-
pertanaman. Makalah Utama Seminar ment and soil properties. p. 1-8. In M.
Sehari Peningkatan Produksi Padi di Utomo and W.S. Ardjasa (Eds.). No-
Provinsi Riau, Pekanbaru, 25 Februari Tillage for Lowland Rice in Indonesia.
1995. PT Monagro Kimia, Medan.
Musfal, Z. Lamid, dan W. Hermawan. 1996. Utomo, M. 1995. Reorientasi kebijakan
Pengaruh herbisida isopropil amine pengolahan tanah. hlm. 1-7. Dalam M.
glifosat terhadap sifat kimia tanah dan Utomo, F.X. Susilo, Sembodo, R.J. Dad,
hasil padi sawah tanpa olah tanah pada Sugiatno, H. Susanto, dan A. Setiawan
berbagai agroekologi. Prosiding Kon- (Ed.). Prosiding Seminar Nasional V
ferensi Himpunan Ilmu Gulma Indo- Budidaya Pertanian Olah Tanah Kon-
nesia XIII(2): 650-656. servasi, Universitas Lampung-Him-
Setyanto, P. 2008. Perlu inovasi teknologi punan Ilmu Gulma Indonesia-Him-
mengurangi emisi gas rumah kaca dari punan Ilmu Tanah Indonesia- Fakultas
lahan pertanian. Sinar Tani 23(3249): Pertanian Institut Pertanian Bogor,
10. Bandar Lampung.
Sinukaban, N. 1981. Erosion Selectivity as Widjaja-Adhi, I P.G. 1990. Pengendalian
Influenced by Tillage Planting System. keracunan besi di lahan sulfat masam.
Ph.D. Thesis, Dept. Soil, Univ. Wis- hlm. 199-216. Dalam A. Taher, M.H.
consin, Madison. Abbas, dan Yurnalis (Ed.). Pengelolaan
Taslim, H., S. Partoharjono, dan Djunainah. Sawah Bukaan Baru: Prospek dan
1989. Bercocok tanam padi sawah. hlm. masalah. Fakultas Pertanian Univer-
507-522. Dalam M. Ismunadji, M. sitas Negeri Semarang-Balai Penelitian
Syam, dan Yuswadi (Ed.). Padi, Buku Tanaman Pangan Sukarami, Padang.
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor.

You might also like