You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

Percobaan ke-2 :
IDENTIFIKASI REAKSI-REAKSI DASAR PADA SENYAWA ANORGANIK

Tanggal Percobaan : Selasa, 27 September 2016


Tanggal Laporan : Selasa, 04 Oktober 2016

Oleh:
Sanusi (1147040070)
Nurul Khotimah (1147040054)
Nurul Tafiani (1147040055)
Restiani Alia Pratiwi (11470400)
Siti Fajri Nurramdani (1147040071)
Siti Hani Pratiwi (1147040072)
Yusi Rahmawati (11470400)

KIMIA V B

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
A. Tujuan Percobaan
1. Mengidentifikasi reaksi asam basa dan metatesis antara HCl dengan NaOH ,
Na2CO3 dengan HCl, NH3 dengan CH3COOH, dan Na2CO3 dengan CaCl2.
2. Mengidentifikasi reaksi redoks antara H2SO4 dengan paku besi, dan AgNO3
dengan NaCl.
3. Mengidentifikasi reaksi senyawa kompleks dan substitusi ligan antara FeCl3
dengan amonia dan EDTA, dan CaCl2 dengan NH3 dan EDTA.
4. Mengidentifikasi reaksi katalisis antara besi(III)klorida dengan natrium tiosulfat
dengan penambahan katalis garam logam.

B. Dasar Teori
Reaksi kimia adalah perubahan yang terjadi pada suatu campuran
atau reaksi antara dua zat atau lebih yang menghasilkan produk reaksi.
Reaksi kimia juga dapat didefinisikan sebagai interaksi antara dua zat
atau lebih yang melibatkan terbentuknya atau terputusnya ikatan kimia
(Chang, 2005).
Reaksi kimia dapat diamati dari perubahan yang terjadi, misalnya
perubahan warna, perubahan wujud, dan utama adalah perubahan zat
yang disertai dengan perubuhan energi dalam bentuk kalor. Reaksi kimia
merupakan kunci utama ilmu kimia. Dengan mereaksikan suatu zat berarti
kita mengubah zat itu menjadi zat lain, baik sifat maupun wujudnya
(Sunarya, 2010).
Beberapa jenis reaksi yang terjadi pada zat anorganik, yaitu :
1. Reaksi Asam Basa
Reaksi asam basa atau netralisasi adalah reaksi penggaraman
dimana perbandingan mol antara asam dan basa sama maka sifat asam
dan sifat basa saling meniadakan. Pada reaksi netralisasi jika larutan
asam dan larutan basa dalam jumlah yang ekuivalen, maka akan
dihasilkan suatu larutan bersifat netral (pH = 7). Adapun reaksi yang
terjadi yaitu :
OH- + H+ H2O
Reaksi di atas menunjukan bahwa 1 mol H + dinetralkan oleh 1 mol
OH-. Pada reaksi bivelen (bervalensi 2) dengan basa monovalen maka 1
mol asam akan menetralkan 2 mol basa (Fessenden, 1982).
2. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengakibatkan dua unsur yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi. Unsur yang ,mengalami
kenaikan bilangan oksidasi disebut teroksidasi, sedangkan yang
mengalami penurunan bilangan oksidasi disebut tereduksi (Svehla, 1985).
- Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu
elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu
unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih
positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron,
dan dalam proses itu zat tersebut mengalami reduksi.
- Reduksi adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang
positif). Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron,
dalam proses itu zat tersebut mengalami oksidasi.
3. Reaksi Metatesis (Pertukaran Pasangan)
Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran ion dari dua buah
elektrolit pembentuk garam, terdapat tiga jenis reaksi penggaraman yang
mungkin yaitu : garam LA dengan garam BX, garam BX dengan asam HA,
dan garam LA dengan basa BOH. Reaksi metatesis disebut juga reaksi
perpindahan rangkap menyangkut suatu larutan dan pertukaran dari
kation dan anionnya. Adapun pendukunung dalam reaksi metatesis adalah
berupa terbentuknya endapan, gas, dan elektrolit lemah. Tak hanya
endapan garam, bila larutan-larutan pereaksi dicampurlan tergantung dari
konsentrasi ion pembentuk garam tersebut. Reaksi metatesis bercirikan
adanya pertukaran dari bagian molekul diantara dua reaktan (Kuchel,
2006).
Reaksi ini secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
AB + CD AD + CB
Reaksi metatesis dapat terjadi jika AD dan CB memenuhi paling tidak satu
kriteria berikut (Underwood, 2002) :
- Sukar larut dalam air (mengendap)
- Senyawa tidak stabil
- Sifat elektrolitnya lebih lemah daripada AB dan CD

Terjadinya perubahan fisika dan perubahan kimia (reaksi) pada


materi, zat, unsur, atau senyawa adalah karena adanya kendali atau yang
mengendalikan. Reaksi-reaksi eksoterm pada umumnya terjadi dengan
mudahnya, namun sebaliknya yang terjadi pada reaksi endoterm.Dalam
perubahan materi, terutama yang menjadi pokok dalam bahasan ini
adalah reaksi kimia, terdapat dua jenis kendali, yaitu kendali termokia dan
kendali kinetika. Dalam reaksi kimia kedua jenis kendali ini dapat dikenali
dengan cara memeriksa selisih energi bebas antara produk dengan
reaktan. Jika cukup negatif dan reaksi mudah berlangsung maka reaksi
tersebut dikatakan di bawah kendali termokimia. Namun, bila sulit terjadi
tetapi masih bisa diusahakan hanya bila dibantu dengan katalis maka
reaksi ity di bawah kendali kinetika. Sulitnya terjadi reaksi adalah karena
tingginya energi aktivasi, dan dalam hal ini katalis berperan untuk
menurunkan energi aktivasinya. Dengan menurunnya energi aktivasi, baik
reaksi eksoterm maupun endoterm yang energi aktivasinya sangat tinggi
dimana pemenuhan energinya tidak dapat bersumber dari kalor, maka
reaks dapat berlangsung lebih mudah dengan hanya memerlukan kalor
energi aktivasi yang sedikit saja. Reaksi-reaksi tanpa katalis namun secara
termokimia tidak memungkinkan ternyata berlangsung juga, biasanya
memiliki rute (tahapan) reaksi yang tidak sederhana, dan kinetikanya
dapat ditelusiri dari mekanisme reaksi. Reaksi jenis ini dikategorikan
sebagai reaksi di bawah kenda;I kinetika juga (Suhendar, 2016).
C. Prosedur Percobaan.
1. Reaksi asam-basa dan metatesis
Mula-mula, disiapkan 4 tabung berbeda. Pada tabung pertama diisi dengan larutan
HCl 6N sebanyak 1 mL, dan ditambahkan 1 mL NaOH 6 N. Pada tabung kedua diisi dengan
2 tetes larutan Na2CO3 0.1 M dan ditambahkan 1 mL HCl g N. Pada tabung ketiga diisi
dengan amoniak sebanyak 10 mL dan ditambahkan asam asetat sebanyak 1 mL. Pada tabung
terakhir diisi dengan larutan Na2CO3 0.1 M sebanyak 2 tetes dan ditambahkan 1 mL larutan
CaCl2. Kemudian keempat tabung reaksi berisi campuran-campuran tersebut diuapkan
dengan cara dipanaskan di atas pembakar bunsen. Suhu awal tiap campuran diukur baik
sebelum maupun setelah pemanasan yang menunjukan suhu tertinggi yang dicapai saat
reaksi.
2. Reaksi Redoks
Mula-mula disiapkan 2 tabung berbeda. Pada tabung pertama diisi dengan 2 mL
larutan H2SO4 1 M. Kedalamnya dimasukan sebuah paku besi. Lalu diamati perubahan yang
terjadi pada paku besi tersebut. Pada tabung kedua, tabung diisi dengan larutan AgNO 3 0.1 M
sebanyak 5 mL. Lalu ditambahkan kedalamnya 5 mL larutan NaCl 0.1 M. Endapan yang
terbentuk dari hasil reaksinya kemudian disaring dan dibagi menjadi dua bagian. Kedua
bagian endapan tersebut kemudian disimpan di tempat yang berbeda, bagian pertama
disimpan di tempat gelap dan bagian kedua disimpan di tempat terang yang terkena sinar
matahari secara langsung. Kemudian bandingkan warna endapan yang dihasilkan dari kedua
tempat tersebut.
3. Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan
Mula-mula, empat buah tabung reaksi disiapkan, dua tabung untuk larutan FeCl 3 dan
dua tabung lainnya untuk CaCl2. Pada dua tabung pertama diisi dengan larutan FeCl 3 0.5 M
masing-masingnya sebanyak 5 tetes. Lalu dilarutkan dengan aquades. Kemudian dilakukan
penambahan amonia dan larutan EDTA masing-masingnya sebanyak 5 tetes. Jika pada tabung
pertama yang ditambahkan terlebih dahulu adalah amoniak kemudian EDTA, pada tabung
kedua penambahan tersebut adalah EDTA terlebih dahulu lalu amoniak. Lalu dibandingkan
hasil yang diperoleh. Untuk tabung ketiga dan keempat,dilakukan hal yang sama seperti pada
kedua tabung pertama, namun larutan FeCl3 yang digunakan diganti dengan larutan CaCl2 0.5
M. Hasilnya dibandingkan dengan yang diperoleh pada tabung sebelumnya.

4. Reaksi katalisis.
Mula-mula, pada selembar kertas digambar tanda yang disesuaikan dengan
ukuran gelas ukur yang digunakan. Lalu ditempatkan gelas ukur 50 mL tepat berada di atas
tanda tersebut. Kemudian gelas ukur diisi dengan larutan Na2S2O3 0.5 M sebanyak 15 mL.
Pada gelas ukur yang lain, disiapkan larutan FeCl3 0.5 M sebanyak 15 mL. Lalu larutan FeCl3
dicampurkan ke gelas ukur pertama yang berisi larutan Na 2S2O3. Kemudian dihitung waktu
yang dibutuhkan hingga tanda pertama kali terlihat kembali. Setelah itu, percobaan
kembali dilakukan namun dengan penambahan katalis pada larutan FeCl 3 yang digunakan
sebanyak 1 tetes. Katalis-katalis tersebut adalah FeCl3, FeSO4, dan CuSO4. Kemudian
dibandingkan waktu yang diperlukan antara reaksi yang tanpa menggunakan katalis, dan
reaksi-reaksi yang ditambahkan katalis.

D. Hasil engamatan
1. Reaksi asam-basa dan metafisis
Perlakuan Hasil pengamatan
1 mL HCl 6 N Larutan tidak berwarna
+ 1 mL NaOH 6 N NaOH : tidak berwarna
Campuran : Tidak berwarna
Diuapkan sampai kering Larutan tidak mengalami perubahan
warna, terdapat endapan putih.
Suhu awal : 28C
Suhu akhir : 110C

2 tetes Na2CO3 Larutan tidak berwarna


+ 1 mL HCl 6 N HCl : tidak berwarna
Campuran : tidak berwarna
Diuapkan sampai kering Larutan tidak mengalami perubahan
warna
Suhu awal : 30C
Suhu akhir : 96C

10 mL NH3 Larutan tidak berwarna


+ 1 mL CH3COOH CH3COOH : tidak berwarna
Campuran : tidak berwarna
Diuapkan sampai kering Larutan tidak mengalami perubahan
warna
Suhu awal : 30C
Suhu akhir : 94C

2 tetes Na2CO3 Larutan tidak berwarna


+ 1 mL CaCl2 CaCl2 : tidak berwarna
Campuran : tidak berwarna
Diuapkan sampai kering Larutan tidak mengalami perubahan
warna
Suhu awal : 30C
Suhu akhir : 95C

2. Reaksi Redoks
Perlakuan Hasil Pengamatan
2 mL H2SO4 1 M Larutan tidak berwarna
+ paku besi Terbentuk gelembung disekitar
permukaan paku.
Terjadi reaksi oksidasi

5 mL AgNO3 0.1 M Larutan tidak berwarna


+ 5 mL NaCl 0.1 M NaCl : tidak berwarna
Campuran : larutan putih keruh
Disaring endapannya Endapan : putih
Endapan disimpan di tempat gelap Endapan menjadi ungu muda
Endapan disimpan di tempat terang Endapan menjadi ungu kehitaman
Terjadi reaksi reduksi
3. Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan
Perlakuan Hasil pengamatan
5 tetes FeCl3 Larutan kuning kecoklatan
+ aquades Larutan menjadi kuning
+ 5 tetes NH3 NH3 : tidak berwarna
Campuran : larutan berwarna kuning,
endapan jingga
+ 5 tetes EDTA EDTA: tidak berwarna
Campuran : larutan tidak berwarna,
endapan merah kecoklatan

5 tetes FeCl3 Larutan kuning kecoklatan


+ aquades Larutan menjadi kuning
+ 5 tetes EDTA EDTA: tidak berwarna
Campuran : larutan tidak berwarna,
endapan berwarna kuning
+ 5 tetes NH3 NH3 : tidak berwarna
Campuran : larutan berwarna jingga,
terbentuk emulsi jingga.

5 tetes CaCl2 Larutan kuning kecoklatan


+ aquades Larutan menjadi kuning
+ 5 tetes NH3 NH3 : tidak berwarna
Campuran : larutan tidak berwarna
+ 5 tetes EDTA EDTA: tidak berwarna
Campuran : larutan tidak berwarna

5 tetes CaCl2 Larutan kuning kecoklatan


+ aquades Larutan menjadi kuning
+ 5 tetes EDTA EDTA: tidak berwarna
Campuran : larutan tidak berwarna
+ 5 tetes NH3 NH3 : tidak berwarna
Campuran : larutan tidak berwarna
4. Reaksi Katalisis
Perlakuan Hasil pengamatan
15 mL Na2S2O3 0.5 M Larutan tidak berwarna
+ 15 mL FeCl3 0.5 M FeCl3 : larutan kuning kecoklatan
Campuran awal berwarna hitam. Warna
larutan semakin mendekati warna kuning
kecoklatan.
Pertama kali tanda b terlihat pada 43.98
detik.

15 mL Na2S2O3 0.5 M Larutan tidak berwarna


+ 15 mL FeCl3 0.5 M FeCl3 : larutan kuning kecoklatan
+ 1 tetes FeCl3 0.5 M Campuran awal berwarna hitam. Warna
larutan semakin mendekati warna kuning
kecoklatan.
Pertama kali tanda terlihat pada 29.18
detik.

15 mL Na2S2O3 0.5 M Larutan tidak berwarna


+ 15 mL FeCl3 0.5 M FeCl3 : larutan kuning kecoklatan
+ 1 tetes FeSO4 0.5 M FeSO4 : berwarna hijau seulas
Campuran awal berwarna hitam. Warna
larutan semakin mendekati warna kuning.
Pertama kali tanda terlihat pada 28.10
detik.

15 mL Na2S2O3 0.5 M Larutan tidak berwarna


+ 15 mL FeCl3 0.5 M FeCl3 : larutan kuning kecoklatan
+ 1 tetes CuSO4 0.5 M CuSO4 : berwarna biru
Campuran awal berwarna hitam. Warna
larutan semakin mendekati tidak
berwarna.
Pertama kali tanda terlihat pada 2.88
detik.

Tabel pengamatan

1. Reaksi asam-basa
Campuran Suhu awal Suhu akhir
HCl + NaOH 28C 110C
Na2CO3 + HCl 30C 96C
NH3 + CH3COOH 30C 94C
Na2CO3 + CaCL2 30C 95C

2. Reaksi Katalisis
Campuran Katalis
Tanpa katalis FeCl3 FeSO4 CuSO4
Na2S2O3 + FeCl3 43.98 detik 29.18 detik 28.10 detik 2.88 detik
PERHITUNGAN DAN PERSAMAAN REAKSI
a. Perhitungan
1. Pembuatan FeCl3 0,5 M sebanyak 250 ml
M . Mr . V
massa=
1000
g
0,5 M .162,2 . 250 ml
mol
massa= =20,275 gram
1000

2. Pembuatan NaOH 6 M sebanyak 50 ml


M . Mr . V
massa=
1000
g
6 M .40 .50 ml
mol
massa= =12 gram
1000

3. Pembuatan CuSO4.5H2O 1 M sebanyak 50 ml


M . Mr . V
massa=
1000
g
1 M .249,7 . 50 ml
mol
massa= =12,48 gram
1000

4. Pembuatan Na2S2O3 0,5 M sebanyak 250 ml


M . Mr . V
massa=
1000
g
0,5 M .158 .250 ml
mol
massa= =19,76 gram
1000

5. Pembuatan FeSO4.7H2O 0,5 M sebanyak 10 ml


M . Mr . V
massa=
1000
g
0,5 M .278,05 .10 ml
mol
massa= =1,39 gram
1000

6. Pembuatan AgNO3 0,1 M sebanyak 50 ml


M . Mr . V
massa=
1000
g
0,1 M .169,87 .50 ml
mol
massa= =0,85 gram
1000

b. Persamaan Reaksi
1. Reaksi Asam Basa dan Metatesis
- HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
- Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
- NH3 (aq) + CH3COOH (aq) NH4+ (aq) + CH3COO- (aq)
- Na2CO3 (aq) + CaCl2 (aq) CaCO3 (aq) + 2NaCl (aq)
2. Reaksi Redoks
- 2Fe (s) + 3H2SO4 (aq) Fe2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)
- AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)
Ag (s) Ag+ (s) + e-
3. Reaksi Pembentukan Kompleks dan Substitusi Ligan
Reaksi pembentukan kompleks
- FeCl3 (aq) + 6H2O (l) [Fe(H2O)6]3+(aq) + 3Cl-(aq)
- CaCl2 (aq) + 6H2O (l) [Ca(H2O)6]2+(aq) + 2Cl-(aq)
Reaksi substitusi ligan
- [Fe(H2O)6]3+(aq) + 6NH3 (aq) [Fe(NH3)6]3+(aq) + 6H2O (l)
- [Fe(NH3)6]3+(aq) + 3EDTA (aq) [Fe(EDTA)3]3+(aq) + 6NH3
(aq)
- [Fe(H2O)6]3+(aq) + EDTA (aq) [Fe(EDTA)3]3+(aq) + 6H2O
(l)
- [Fe(EDTA)3]3+(aq) + 6NH3 (aq) [Fe(NH3)6]3+(aq) + 3EDTA
(aq)
- [Ca(H2O)6]2+(aq) + 6NH3 (aq) [Ca(NH3)6]2+(aq) + 6H2O
(l)
4. Reaksi Katalisis
- Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)
- Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) FeCl
3 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)

- Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) FeSO 4 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)


- Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) CuSO 4 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)



Pembahasan
Nama : Sanusi
NIM : 1147040070
Praktikum kali ini mengenai reaksi-reaksi dasar pada senyawa organik berdasarkan
kendali termokimia atau kendali kinetiknya. Kendali termokimia terjadi apabila dalam
keadaan temperatur tinggi dengan reaksinya yang reversibel dan menghasilkan produk paling
stabil, sedangkan kendali kinetik biasanya terjadi dalam keadaan suhu rendah dengan
reaksinya yang irreversibel dan produk yang dihasilkan merupakan produk tercepat yang
pertama terbentuk. Pada percobaannya dilakukan berbagai reaksi, yaitu reaksi asam basa dan
metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks, dan reaksi katalisis.
Percobaan pertama adalah reaksi asam basa dan metatesis. Reaksi asam basa pada
dasarnya merupakan reaksi antara suatu asam dengan basa yang menghasilkan senyawa
garam dengan air, sedangkan reaksi metatesis merupakan reaksi pertukaran pasangan ion dari
dua elektrolit, biasanya merupakan reaksi antara garam dengan asam, garam dengan basa,
maupun garam dengan garam lain. Ciri-ciri umum reaksi metatesis yaitu mengahsilkan
endapan, menghasilkan perubahan warna, menghasilkan gas, mengaalami perubahan suhu,
dan perubahan bau.
Pada tabung pertama merupakan reaksi antara larutan HCl 6 N dengan NaOH 6 N
dengan volume yang sama. Kemudian dipanaskan sehingga terjadi peningkatan suhu dari
suhu pencampuran 29C menjadi 110C pada suhu tertingginya. Hasil reaksi keduanya berupa
air dan garam NaCl. Air yang dihasilkan pada reaksi ini merupakan suatu elektrolit yang
sangat lemah sehingga sangat kecil untuk bisa terionisasi, sedangkan garamnya sangat mudah
terionisasi dalam air menjadi Na+ dan Cl- . Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi merupakan
reaksi penetralan antara asam kuat dengan basa kuat. HCl sebagai asam kuat akan
mendonorkan ion hidrogennya yang dapat memperbesar konsentrasi ion OH - dalam air.
Kenaikan suhu yang terjadi disebabkan oleh adanya pemanasan sehingga terjadi reaksi
eksoterm, dimana entalpi sistem akan berkurang atau entalpi produknya lebih kecil daripada
entalpi reaktannya. Nilai H reaksi tersebut menurut litelatur adalah -104.21 Kj/mol.
Sedangkan nilai entropi nya S = 21.08 kJ/mol. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (s) + H2O (l)
Pada tabung kedua, dilakukan reaksi Na2CO3 0.01 M dengan HCl 6 N. Kemudian diuapkan
sehingga terjadi peningkatan temperatur dari suhu awal pencampuran 30C menjadi 96C.
Reaksi ini merupakan reaksi metatesis dimana terjadi pertukaran pasangan ion antara suatu
garam dengan asam kuat. Setelah pemanasan terdapat sedikit noda warna hitam yang
dihasilkan karena zat volatil menguap dan zat non volatil tetap berada dalam tabung reaksi.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) 2NaCl (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Pada tabung ketiga, dilakukan reaksi antara amoniak dengan asam asetat lalu
dipanaskan hingga terjadi penguapan yang mengakibatkan kenaikan suhu dari suhu awal
pencampuran 30C menjadi 94C pada suhu tertinggi dalam reaksi. Reaksi tersebut
merupakan reaksi antara asam lemah dengan basa lemah yang mengalami reaksi eksoterm
karena terjadi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Persamaan reaksi byang
berlangsung adalah:
NH3 (aq) + CH3COOH (aq) NH4+ (aq) + CH3COO- (aq)
Pada tabung keempat, dilakukan reaksi antara Na2CO3 0.01 M dengan CaCl2 0.1 M.
Kemudian dipanaskan sehingga mengalami penguapan yang menyebabkan kenaikan suhu
dari suhu awal pencampuran adalah 30C menjadi 95C. Reaksi ini juga mengalami reaksi
eksoterm dimana terjadi pelepasan panas dari sistem ke lingkungan. Reaksi yang terjadi
yaitu:
Na2CO3 (aq) + CaCl2 (aq) 2NaCl (s) + CaCO3 (s)
Percobaan kedua yaitu reaksi redoks. Parameter reaksi redoks biasanya dilihat dari
perubahan bilangan oksidasi , lepas-tangkap elektron dan oksigen. Pada reaksi reduksi, terjadi
penurunan bilangan oksidasi, membutuhkan elektron untuk bereaksi, ataupun menghasilkan
oksigen, sedangkan pada reaksi oksidasi terjadi kenaikan biloangan oksidasi, menghasilkan
elektron dan membutuhkan oksigen sebagai oksidatornya. Hal ini menjadikan reaksi ini
dikendalikan secara termokimia karena reaksi ini juga bersifat reversibel.
Pada tabung pertama, sebanyak 2 mL larutan H2SO4 1 M dimasukan ke dalamnya
sebuah paku besi. Hasil pengamatan menunjukan bahwa terbentuk gelembung-gelembung
gas di sekitar permukaan paku tersebut.. Gelembung-gelembung yang terbentuk merupakan
hasil dari reaksi oksidasi yang terjadi antara paku besi dan larutan H 2SO4 yang berupa gas H2.
Larutan H2SO4 berperan sebagai oksidator yang menyebabkan bilangan oksidasi besi menjadi
bertambah. Persamaan reaksi yang berlangsung adalah:
2Fe (s) + 3H2SO4 (aq) Fe2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)
Pada tabung kedua, larutan AgNO3 dengan NaCl dalam volume yang sama
direaksikan sehingga menghasilkan larutan putih keruh. Setelah beberapa saat, terbentuk
endapan putih dengan larutannya semakin tidak berwarna. Endapan putih tersebut merupakan
AgCl yang timbul karena ion logam Ag sukar larut dalam air. Lalu larutannya disaring
sehingga diperoleh padatan putih AgCl. Kemudian padatan tersebut dibagi menjadi dua
bagian dan disimpan di tempat berbeda untuk perbandingan. Saat endapan disimpan
ditempat gelap, warna putih endapan berubah sedikit ungu. Sedangkan endapan yang
disimpan di tempat yang terkena sinar matahari, endapan tersebut berubah menjadi berwarna
ungu kehitaman. Hal ini menunjukan terjadinya reaksi reduksi oleh sinar UV, sedangkan pada
tempat gelap tidak ada reduktor yang mengubah endapan tersebut, perubahan sedikit warna
ungu tersebut disebabkan karena saat disimpan, tempat penyimpanan tersebut tidak benar-
benar tertutup dari sinar matahari sehingga memungkinkan terjadinya reaksi reduksi yang
terbatas. Reaksi yang terjadi yaitu:
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)
Ag(s) Ag+ (s) + e-
Percobaan ketiga yaitu reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan. Reaksi
kompleksometri merupakan reaksi antara ion logam dengan kation, anion, dan molekul
netral. Ion logam berperan sebagai atom pusat dan akan mengikat molekul lain sebagai
ligannya. Reaksi kompleksiometri terbagi kedalam berbagai macam reaksi berdasarkan
mekanismenya, namun pada percobaan ini, reaksi yang berlangsung adalah secara substitusi,
dimana suatu ligan akan digantikan oleh ligan lain sesuai dengan bilangan koordinasi atom
pusatnya. Jenis kendali pada reaksi ini adalah kendali kinetika karena produk yang dihasilkan
merupakan produk tercepat dari reaksi dan irreversibel.
Pada tabung pertama, FeCl3 yang dilarutkan dalam air kemudian ditambahkan
amonia dalam jumlah yang sama. Reaksi ini menghasilkan senyawa kompleks
aminotriklorobesi(iii) yang berwarna kuning kecokelatan. Perubahan warna ini menunjukan
bahwa reaksi pembentukan senyawa kompleks sedang berlangsung. Kemudian ditambahkan
kedalamnya larutan EDTA dengan jumlah yang sama sehingga terjadi reaksi substitusi dan
menghasilkan senyawa kompleks EDTA-besi(iii) yang berwarna merah kecoklatan.
Kemudian dilakukan hal yang sama pada tabung kedua, namun dengan penambahan EDTA
terlebih dahulu. Ketika ditambahkan EDTA, terbentuk kompleks EDTA-Fe(iii) yang
berwarna kuning kecoklatan. Kemudian ditambahkan amonia kedalamnya. Saat penambahan
ini, tidak terjadi reaksi substitusi ligan, melainkan adisi ligan karena bilangan koordinasi dari
atom pusat Fe bertambah, sebelumnya mengikat EDTA yang merupakan ligan heksadentat
ditambah dengan mengikat amonia. Amonia tersebut tidak dapat menggantikan ligan EDTA
karena perbedaan bilangan koordinasinya. Reaksi yang terjadi adalah:
FeCl3 (aq) + NH3 (aq) [FeCl3NH3] (aq) + EDTA [FeEDTA]3-(aq) + Cl3 (aq) + NH3 (aq)
Pada tabung yang lain, FeCl3 diganti dengan CaCl2. Pada reaksi ini, tidak terjadi
pembentukan kompleks, karena Ca bukan merupakan logam transisi, sehingga hanya terjadi
reaksi biasa. Hal ini ditandai dengan warna larutan baik sebelum maupun setelah reaksi tetap
tidak berwarna. Reaksi yang berlangsung adalah:
CaCl2 (aq) + NH3 (aq) Ca(NH3)Cl2 (aq) + EDTA (aq) Ca-EDTA (aq) + 2Cl- (aq) + NH3 (aq)
Percobaan keempat merupaka reaksi katalisis. Katalis merupakan suatu zat yang
berfungsi untuk mempercepat laju reaksi, tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali
karena tidak ikut bereaksi terhadap reaktannya. Penambahan katalis dapat menurunkan energi
aktifasi sehingga reaksi lebih mudah terjadi karena zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah
untuk melampaui energi aktifasi. Hal ini menjadikan reaksi katalisis merupakan suatu reaksi
yang dikendalikan secara kinetika.
Pada percobaan pertama, pencampuran antara Na2S2O3 dengan FeCl3 dengan
konsentrasi dan volume yang sama dilakukan tanpa penambahan suatu katalis. Pada awal
reaksi, campuran keduanya membentuk larutan berwarna hitam dan kemudian warnanya
berubah semakin mendekati warna kuning kecoklatan. Waktu yang dibutuhkan agar tanda X
pada kertas yang diletakan di bawah gelas ukur tempat terjadinya reaksi adalah 43.98 detik.
Kemudian saat ditambahkan katalis berupa FeCl3 reaksi yang terjadi membutuhkan waktuv
29.18 detik hingga tanda X terlihat. Warna hitam larutan semakin mendekati warna kuning
kecklatan yang merupakan warna asli dari katalis FeCl 3. Saat ditambahkan katalis FeSO4
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi menjadi lebih cepat, yaitu 28.1 detik. Hal ini karena
perbedaan bilangan oksidasi dari katalis yang digunakan juga mempengaruhi laju reaksi.
Warna larutan dari berwarna hitam berubah semakin mendekati warna kuning yang
merupakan warna FeSO4. Namun saat ditambahkan katalis CuSO4 waktu yang dibutuhkan
untuk reaksi semakin cepat, yaitu hanya 2.88 detik setelah pencampuran. Warna larutan
menjadi tidak berwarna dengan sedikit warna biru seperti minyak diatas permukaan larutan
yang merupakan katalis CuSO4 yang terbentuk kembali.
Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)

Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) FeCl



3 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)

Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) FeSO



4 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)

Na2S2O3 (aq) + 2FeCl3 (aq) CuSO



4 6NaCl (aq) + Fe2(S2O3)3 (aq)

Kesimpulan.
Setelah melakukan praktikum ini, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Reaksi asam-basa dan metatesis dikendalikan secara termokimia. Dimana reaksi
antara HCl dan NaOH merupakan reaksi asam-basa karena menghasilkan garam NaCl
dan air, sedangkan reaksi Na2CO3 dengan NaCl, amoniak dengan asam asetat, dan
Na2CO3 dengan CaCl2 merupakan reaksi metatesis karena terjadi pertukaran antara
kation dengan anionnya.
2. Reaksi redoks dikendalikan secara termokimia. Reaksi antara H 2SO4 dengan paku
mengalami reaksi oksidasi dengan H2SO4 sebagai oksidatornya, sedangkan pada
reaksi antara AgNO3 dengan NaCl terjadi reaksi reduiksi dengan sinar matahari
sebagai reduktornya.
3. Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan dikendalikan secara kinetika.
Reaksi kompleksometri hanya terjadi pada ion Fe karena merupakan logam transisi,
sedangkan pada ion Ca tidak terjadi reaksi kompleksometri karena bukan logam
transisi yang ditandai dengan tidak terbentuknya larutan kompleks berwarna.
4. Reaksi katalisis dikendalikan secara kinetika. Penambahan katalis dapat mempercepat
reaksi antara Na2S2O3 dengan FeCl3. Katalis tersebut secara berturut-turut adalah
FeCl3, FeSO4, dan CuSO4.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chang, Raymond . 2005 . Kimia Dasar . Jakarta : Erlangga.


2. Fessenden, R. 1982. Kimia Dasar . Jakarta : Erlangga.
3. G.Svehla . 1985 . Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Mikro,Edisi V . Jakarta : PT.Kalman Media Pustaka.
4. R.A Day, A.L. Underwood. 2002 . Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta :
Erlangga.
5. Sunarya, Yayan. 2010 . Kimia Dasar 1 . Bandung : CV.Yrama Widya.
6. Suhendar, Dede . 2016 . Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik .
Bandung : UIN.

You might also like