You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah sebuah negara hukum, hal tersebut telah ditegaskan

dalam pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945. Dalam sebuah

negara hukum terdapat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia yang

secara tegas dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk menjamin

adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu hukum bertujuan mengatur

masyarakat agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai, menjaga

agar masyarakat tidak bertindak anarki dengan main hakim sendiri dan menjamin

keadilan bagi setiap orang akan hak-haknya sehinggga tercipta masyarakat yang

teratur, bahagia, dan damai.

Dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945 dijelaskan

bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut

pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan terhadap

seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan. Selain tujuan tersebut,

pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pembangunan diberbagai bidang

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut,

pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

1
yang ditujukan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

melaksanakan pembangunan dalam bidang kesehatan..

Undang-Undang No. 36 Tahun 2006 tentang Kesehatan dibentuk untuk

menggantikan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dibentuk

untuk menggantikan Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Kesehatan yang dianggap telah usang dan tidak lagi memenuhi kebutuhan akan

pengaturan tentang kesehatan pada era dimana kemajuan Ilmu Pengetahuan dan

teknologi kedokteran telah maju demikian pesatnya. Dalam bagian pertimbangan

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa

pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang

besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia

dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya

adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

masyarakat Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah berkewajiban untuk

melaksanakan program dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan memuaskan kepada

masyarakat yang memberikan perlindungan hukum, maka pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Undang-undang tersebut diharapkan memberikan perlindungan kepada

2
masyarakat, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan, dan

memberikan kepastian hukum.

UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan

pengaturan praktik kedokteran bertujuan memberikan perlindungan kepada

pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan

dokter (dokter dan dokter spesialis) serta dokter gigi (dokter gigi dan dokter gigi

spesialis), memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter

gigi. Ada beberapa hal yang diatur dalam undang-undang tersebut, salah satunya

Pasal 37 ayat 2 dan 3 tentang Surat Izin Praktik (SIP) dokter dan dokter gigi yang

hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat serta satu Surat Izin Praktik

(SIP) hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat. Dalam undang-undang No. 29 Tahun

2004 dikatakan bahwa Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan

pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik

kedokteran setelah memenuhi persyaratan.

Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter

dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.

Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter

gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam

maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

3
Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang

diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang

telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.

Surat tugas adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan Propinsi

kepada dokter atau dokter gigi dalam rangka pelaksanaan praktik kedokteran pada

sarana pelayanan kesehatan tertentu.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Program Internsip

Prinsip internsip dokter Indonesia adalah:

1. Dokter mempraktikan standar pelayanan kedokteran (UKP dan

UKM) yang baik, dengan menyadari keterbatasan kemampuannya

dan memastikan tidak menempatkan pasien/ keluarga/ masyarakat

dalam keadaan bahaya.


2. Dokter mampu membangun, meningkatkan dan memelihara

hubungan baik dengan pasien/ kolega/ petugas kesehatan yang lain.

Sasaran akhir internsip dokter Indonesia adalah menerapkan serta

memahirkan kompetensi yang telah diperoleh selama pendidikan, dalam rangka

penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan mengenai penyeleggaraan program

internsip dan penempatan dokter pasca internsip nomor

299/MENKES/PER/II/2010 menerangkan bahwa program Internsip dokter

Indonesia merupakan tahap pelatihan keprofesian pra-registrasi berbasis

kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah mereka

capai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan

kedokteran dasar. PIDI dilaksanakan di Sarana Pelayanan Kesehatan (Saryankes)

yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan di syahkan oleh Komite

Internsip Dokter Indonesia (KIDI) sebagai wahana internsip.

5
Selama menempuh Internsip Dokter Indonesia, peserta didampingi oleh

dokter pendamping. Peserta Internsip hanya dijinkan melakukan praktik dokter di

wahana internsip. Setelah menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia,

para peserta Internsip Dokter Indonesia akan memperoleh Surat Tanda Selesai

Internsip (STSI) yang dikeluarkan oleh KIDI pusat.

2.2 Surat Izin Praktik (SIP)

Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang

diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang

telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.

Tujuan perlu adanya Surat Izin Praktik bagi seorang dokter adalah sebagai

berikut:

1. Perlindungan bagi masyarakat dan tenaga kesehatan, apabila dari

praktik kedokteran tersebut menimbulkan akibat yang merugikan

kesehatan fisik, mental, atau nyawa pasien.


2. Petunjuk bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat harus mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan

lisensi atau legalitas.


3. Pemberdayaan masyarakat, organisasi profesi & institusi yang ada.

2.3 Praktik Kedokteran

6
Menurut peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor

512/MENKES/PER/IV/2007 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik

kedokteran mengatur hal hal sebagai berikut :

Pasal 2

1. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik

kedokteran wajib memiliki SIP.

2. Untuk memperoleh SIP, dokter dan dokter gigi yang bersangkutan

harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan.

3. Dalam pengajuan permohonan SIP sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) harus dinyatakan secara tegas permintaan SIP untuk

tempat praktik Pertama, Kedua atau Ketiga.

4. Untuk memperoleh SIP kedua dan ketiga pada jam kerja, dokter

dan dokter gigi yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan

pemerintah dan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh

pemerintah harus melampirkan surat izin dari pimpinan

instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana dokter dan dokter gigi

dimaksud bekerja.

Pasal 4
1. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk 3 (tiga)

tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik

pemerintah, swasta maupun praktik perorangan.

7
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota langsung/otomatis

memberikan SIP kepada dokter atau dokter gigi yang telah

memiliki STR yang ditempatkan di sarana pelayanan kesehatan

milik pemerintah setempat berdasarkan permohonan yang

bersangkutan, dan SIP di tempat tersebut sudah terhitung sebagai 1

(satu) tempat praktik.

Pasal 8
1. SIP bagi dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik

kedokteran pada suatu sarana pelayanan kesehatan pemerintah

berlaku juga bagi sarana pelayanan kesehatan pemerintah dalam

wilayah binaannya.
2. Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi Rumah Sakit milik Pemerintah, TNI dan POLRI,

puskesmas, dan balai kesehatan/balai pengobatan milik

Pemerintah.

Pasal 14
1. Praktik kedokteran dilaksanakan berdasarkan pada kesepakatan

berdasarkan hubungan kepercayaan antara dokter atau dokter gigi

dengan pasien dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan

pemulihan kesehatan.
2. Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

upaya maksimal pengabdian profesi kedokteran yang harus

8
dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penyembuhan dan

pemulihan kesehatan pasien sesuai dengan standar pelayanan,

standar profesi, standar prosedur operasional dan kebutuhan medis

pasien.
3. Upaya maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah

sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

2.4 Sanksi dan Pelanggaran

Seorang Dokter dan Dokter Gigi yang melakukan kegiatan pelayanan

kesehatan wajib memiliki Surat Izin Praktik dari pemerintah sesuai dengan

peraturan yang berlaku, dalam melakukan pelayanan kesehatan harus sesuai

dengan kompetensi kedokteran. Apabila dalam memberikan pelayanan kesehatan

menyimpang dari peraturan yang telah ditentukan maka akan mendapatkan sanksi

sesuai dengan perundang- undangan yang dimuat dalam no 29 tahun 2004

mengenai praktik kedokteran. Konsekuensi bagi dokter atau dokter gigi yang

dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik

sebagaimana dimaksud pada alinea di atas dipidana dengan pidana penjara paling

lama 3 (tiga) 3 tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah).

9
.

BAB III

PENUTUP

Internship merupakan suatu program magang bagi dokter yang baru

menyelesaikan masa pendidikan profesi, dengan tujuan untuk menerapkan

kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif,

mandiri serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka

pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan.

Sedangkan mereka yang disebut sebagai peserta program Internsip, tak lain adalah

10
dokter yang telah lulus program studi pendidikan dokter dan telah lulus uji

kompetensi namun belum mempunyai kewenangan untuk praktik mandiri.

Adapun jangka waktu pelaksanaan program internsip dilaksanakan dalam

kurun satu tahun. Meskipun, apabila kompetensi belum dapat dicapai sesuai

ketentuan maka dapat diperpanjang sesuai waktu yang dibutuhkan untuk

mencapainya. Dan, sesuai Pasal 6 Peraturan KKI No.1/2010, apabila setelah

melewati jangka waktu tertentu peserta Internsip tidak memenuhi persyaratan

sesuai ketentuan, maka dinyatakan tidak dapat melanjutkan program Internsip dan

tidak boleh berpraktik profesi dokter.

Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran

wajib memiliki SIP. Dokter yang melakukan praktik tanpa SIP akan dikenakan

sanksi seperti yang dijelaskan pada undang-undang republik Indonesia Nomor 29

tahun 2004 Tentang Praktik kedokteran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Penindakan terhadap dokter praktik tanpa memiliki surat izin praktik

(studi di dinas kesehatan dan ikatan dokter indonesia kabupaten pasuruan)

kementerian pendidikan dan kebudayaan universitas brawijaya fakultas

hukum malang.
2. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor

512/menkes/per/iv/2007 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik

kedokteran.
3. Peraturan Mentri Kesehatan 299/MENKES/PER/II/2010.

11
4. Undang-undang republik indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik

kedokteran dengan rahmat tuhan yang maha esa presiden Republik

Indonesia.
5. Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik

kedokteran.
6. Buku pedoman internsip dokter indonesia Depkes RI badan ppsdm 2009.
7. Wibowo, Edi, dkk Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Yayasan

Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, 2004.

12

You might also like