Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus (DM)
1. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik (kebanyakan herediter) sebagai akibat
dari kurangnya efektif insulin (ada Diabetes Mellitus Tipe 2) atau insulin absolute (pada
Diabetes Mellitus Tipe 1) di dalam tubuh, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan
glukosuria, disertai dengan gejala klinik acut (poliuria, polidipsia, penurunan berat
badan) dan gejala kronik atau kadang-kadang tanpa gejala, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat dan sekunder pada metabolisme lemak dan protein
(Tjokroprawiro A, 1999).
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan
kadar glukosa darah (Hiperglikemia), mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan
tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terhadapnya
pembentukan insulin oleh pankreas (Braughman, 2000).
c. Faktor lingkungan
Misalnya : infeksi virus.
2. Diabetes Mellitus tipe II
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Diabetes Mellitus tipe II
a. Faktor usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun.
b. Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan
berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak.
c. Obesitas
Cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan sehingga
mengakibatkan gangguan kerja insulin.
d. Mal nutrisi
Dapat merusak pankreas
e. Faktor genetik
4. Anatomi Fisiologi
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : gula darah sewaktu > 200 mg/dl, gula darah puasa >140
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau
( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.
8. Komplikasi
a. Komplikasi Akut.
1). Ketoasidosis Diabetikum.
Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak biasa menggunakan glukosa sebagai
energi dan karenanya lemak tubuh immobilisasi tempat penyimpanannya.
Penghancuran lemak untuk melepas energi menghasilkan formasi asam lemak. Asam
lemak ini melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia yang bernama
benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut Ketosis. Ketosis bisa meningkatkan
keasaman cairan tubuh dan jaringan sehingga kadar yang sangat tinggi dan
menyebabkan satu kondisi yang disebut Asidosis. Asidosis terbuat dari benda keton
yang meningkat disebut Ketoasidosis.
Gejala-gejalanya: Dehidrasi, kekeringan dimulut dan hilangnya elastisitas kulit,
Nafas berbau kecut atau asam, Mual-mual, muntah, dan rasa sakit diperut, Nafas
berat, Tarikan nafas meningkat, Merasa sangat lemah dan mengantuk.
2). Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi yang tidak Jarang terjadi dan seringkali
membahayakan hidup penderitanya, serta ditandai kadar gula darah yang melonjak
turun dibawah 50 sampai 60 mg/dl. Komplikasi ini dapat disebabkan faktor eksogen dan
endogen. Faktor eksogen diantaranya akibat pemakaian insulin atau obat hipoglikemia
oral yang tidak terkontrol dan tidak diikuti asupan kalori yang memadai.
Di negara maju, hipoglikemia sering ditemukan pada penderita Diabetes yang
menggunakan insulin atau obat, hipoglikemia oral beratnaan dengan alcohol yang
berlebihan tanpa asupan kalori yang baik. Gejala hipoglikemia mula-mula berupa gejala
adrenergic seperti pucat, berkeringat, tachikaidi, palpitasi, lapar, lemah, dan gugup.
Kemudian se1anjutnya gejala disusul pada fase neuroglikopepia yang meliputi cepat
lelah, cepat marah, sakit, kepala, gangguan kesadaran, kehilangan konsentrasi,
gangguan sensorik dan motorik, bingung: kejang dan bahkan koma.
3).I n f e k s i
Pengidap diabetes cenderung terkena infeksi karena 3 alasan:
a). Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa lebih dari normal
b). Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang
terkena Diabetes.
c). Komplikasi terkait Diabetes yang meningkatkan resiko infeksi. Infeksi yang pada
umumnya menyerang pengidap. Diabetes termasuk infeksi kulit, infeksi saluran kencing,
penyakit pada gusi, tuberculosis, beberapa dan jenis-jenis Jamur.
b. Komplikasi Kronis.
1). Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Aterosklorosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri
dikaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki . karena yang berkurangnya suplai darah,
mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan, Jika suplai darah
pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi kematian pada
jaringan.
2). Kerusakan Pada Ginjal.
Diabetes mempengaruhi pembuluh darah karena ginjal akibat defisiensi ginjal
untuk menyaring darah terganggu. Pasien dengan nefropati menunjukkan gambaran
gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat
penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin
atau ureum. serum yang berkisar antara 2-7,1% pasien Diabetes Melitus. Adanya
proteinuria yang persisten tanpa adanya.
3). Kerusakan Saraf.
Gula darah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan lemak di sekitar
saraf. Saraf yang rusak tidak bisa mengirim sinyal ke otak dan dari otak dengan baik
sehingga akibatnya bias kehilangan indera perasa, meningkatnya indera perasa atau
nyeri dibagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi tubuh lebih sering
terjadi. kerusakan dimulai dari jempol kaki serta berlanjut hingga telapak kaki dan
seluruh kaki yang menimbulkan mati rasa, kesemutan, seperti terbakar, rasa sakit, rasa
tertusuk serta kram pada otot kaki.
4). Kerusakan Mata.
Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan
Pasien dengan retinopati Diabetic mengalami gejala penglihatan kabur sampai
kebutaan.
9. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitusadalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronis. Jika klien
berhasil mengatasi Diabetes Mellitus yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hiperglikemia atau hipoglikemia.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor yaitu aktifitas fisik/latihan, diit dan obat-obatan (Harnawatiaj, 2008).
1. Latihan Jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus karena
latihan jasmani akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot, sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
berolahraga, kegiatan yang dapat dilakukan adalah jogging, berenang, jalan kaki dan
lain-lain (Misnadiarly, 2006).
2. Diit
Pola diit Diabetes Mellitus : kurangi energi, kurangi lemak, makanlah karbohidrat
kompleks, menghindari makanan yang manis, mengemil diantara waktu makan, lengkapi
dengan serat (Brunner dan Suddarth, 2002).
3. Obat-obatan
Apabila pengendalian Diabetes Mellitus tidak berhasil dengan pengaturan diet dan
gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemia oral (OHO) dan terapi insulin.
a. oral (OHO) Obat hipoglikemia
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibedakan menjadi 3 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea dan glinid.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiozolidindion.
3) Penghambat absorbsi glukosa : penghambat alfa glukosidase.
b. Terapi Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans
kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk
digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel
otot dan hati.
Insulin ada 2 macam :
1) Insulin endogen : insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
2) Insulin eksogen : insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.
Indikasi terapi dengan insulin :
1) Semua Penyandang Diabetes Mellitus tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin oleh sel beta tidak atau hampir tidak ada.
2) Penyandang Diabetes Mellitus tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi
jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
3) Keadaan stress berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard
akut atau stroke.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
5) Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemia oral (Misnadiarly, 2006).
B. Konsep Dasar Ulkus Diabetikum
1. Pengertian
Ulkus Diabetikum adalah luka pada kaki yang merah kehitam hitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh sedang atau besar di tungkai
(Askandar,2001). Corwin (2001) mengatakan ulkus adalah hilangnya epidermis dan
lapisan kulit yang lebih dalam yang dapat mengeluarkan darah dan membentuk
jaringan parut.
Ulkus adalah tukak, luka terbuka pada permukaan kulit (Laksamana, 2005).
Sedangkan Misnadiarly (2006) mengungkapkan bahwa Ulkus Diabetikum adalah
kematian berbagai jaringan tubuh karena hilangnya suplai darah, infeksi bakteri dan
kerusakan jaringan sekitarnya. Adji (2007) mengatakan bahwa Ulkus Diabetikum adalah
adanya tukak atau borok dan atau kerusakan jaringan dalam, berhubungan dengan
kelainan saraf dan pembuluh darah pada tungkai bawah.
2. Patogenesis
Penyebab terjadinya Ulkus Diabetikum bersifat multifaktorial. Dasar terjadinya
Ulkus Diabetikum adalah adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah
dan kemudian adanya infeksi. Dari ketiga hal tersebut yang paling berperan adalah
kelainan pada saraf, sedangkan kelainan pembuluh darah lebih berperan nyata pada
penyembuhan luka yang dapat menentukan nasib kaki. Keadaan kelainan saraf dapat
mengenai saraf sensorik, saraf motorik dan otonom.
a. Kelainan saraf sensoris
Menyebabkan hilangnya rasa sehingga penderita tidak merasakan rangsang nyeri
sehingga kehilangan daya kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsangan dari luar.
Akibatnya, kaki lebih rentan terhadap luka meskipun terhadap benturan kecil.
b. Kelainan saraf motorik (serabut saraf yang menuju otot)
Mengakibatkan pengecilan otot, akibatnya otot kaki menjadi tidak seimbang sehingga
terjadi perubahan bentuk (deformitas) pada kaki seperti menekuk (cock up toes),
bergesernya sendi (luksasi) pada sendi kaki depan dan terjadi penipisan bantalan
lemak dibawah pangkal jari kaki sehingga terjadi perluasan daerah yang mengalami
penekanan.
c. Kelainan saraf otonom
Menyebabkan perubahan pola keringat sehingga pasien tidak dapat berkeringat, kulit
menjadi kering, mudah timbul pecah-pecah pada kulit kepala, akibatnya mudah terkena
infeksi.
Selain itu pembuluh darah mengalami perubahan daya membesar mengecil
(vasodilatasi, vasokonstriksi) di daerah tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi kaku.
Keadaan lebih lanjut menyebabkan perubahan bentuk kaki (charchot) yang
menyebabkan perubahan daerah tekanan kaki, yang baru dan berisiko terjadinya luka.
Kelainan pembuluh darah berakibat tersumbatnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah, mengganggu suplai oksigen, bahan makanan atau obat
antibiotik yang dapat mengganggu proses penyembuhan luka (Prabowo, 2007).
3. Klasifikasi Klinis
Rapapatr M. (2001) mengklasifikasikan Ulkus Diabetikum untuk menilai grade
lesi, salah satunya yang banyak dianut adalah klasifikasi Ulkus Diabetikum berdasarkan
University of texas classification system. System klasifikasi ini menilai lesi bukan hanya
factor dalamnya lesi, tetapi juga menilai ada tidaknya factor infeksi dan iskemia. Lesi
semakin berat dan semakin berisiko dilakukan amputasi bila sifat lesi semakin ke
bawah dan ke arah kanan.
Tabel 2.2. Klasifikasi Ulkus
Grade
Stage 0 1 II III
(Rapapatr M, 2001)
Tidak semua ulkus mengalami infeksi, infeksi superfisial di kulit apabila tidak
diatasi dapat berkembang menembus jaringan dibawah kulit, seperti otot, tendon, sendi
dan tulang atau bahkan menjadi infeksi perlu dicurigai apabila dicurigai peradangan
lokal, cairan purulen, sinus atau krepitsasi.
Menentukan ada/tidak infeksi dan derajat infeksi merupakan hal penting dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetikum. Elemen dalam klasifikasi klinis infeksi ulkus
Diabetes Mellitus di singkat menjadi PEDIS (perfusion, extend/size, depth/tissueloss,
infestion, and sensation).
Derajat infeksi terbagi :
1. derajat 1 (tanpa infeksi)
2. derajat II (infeksi ringan : melibatkan jaringan kulit dan subkutis )
3. derajat III (infeksi : terjadi selulitis luas atau infeksi lebih lama)
4. derajat IV (infeksi berat : dijumpai adanya sepsis).
Secara praktis, derajat infeksi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Infeksi yang tidak mengancam kaki (derajat 1 dan 2).
2. Infeksi yang mengancam kaki (derajat 3 dan 4)
Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan
tidak cukupnya aliran darah ke kaki dan tangan. Aliran darah yang buruk ini akan menyebabkan luka
dan infeksi sukar sembuh. Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer (pembuluh darah tepi) yang
umum menyerang kaki dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin
memperburuk aliran darahnya.
5. Manifestasi klinis
Ulkus Diabetikum adalah ulkus yang tejadi pada pasien Diabetes Mellitus. Ulkus
ini terjadi pada setiap bagian tubuh yang teletak pada bagian tubuh yang teletak di
ujung, terutama extemitas bawah. Seiring timbul rasa nyeri yang hebat pada bagian
yang terkena ulkus diabetikum. Bagian tersebut menjadi pucat kebirubiruan dan bercak-
bercak, kemudian cairan menguap, menjadi kering dan mengeriput dingin pada
perabaan, bau, tidak terasa denyut nadi, dan perasaan nyeri berangsur-angsur dan
hilang sama sekali.
6. Penatalaksaan
Penatalaksanaan terhadap Ulkus Diabetikum dan gangren digolongkan pada tiga
kelompok sesuai dengan penyebab dan gejala klinik, yaitu :
1. Ulkus dan gangren tanpa gangguan pembuluh darah besar (neuropati
dan mikroangiopati). Tujuan utama pengobatan adalah mengatasi infeksi dengan
pemberian antibiotika yang sesuai dan obat antiseptik yang ringan.
2. Ulkus dan gangren disertai gangguan pembuluh darah besar, pertama-tama harus
diatasi dan gangguan sgperti biasa, debridemen dilakukan lebih hatihati karena
terdapat iskemik, setelah ulkus dan infeksi teratasi.
3. Ulkus dan gangren yang disertai sepsis yang mengancam nyawa. Dalam keadaan
septicemia dan short yang disebabkan oleh ulkus atau gangren dapat menyebabkan
kematian. Tujuan utama pengobatan adalah mengatasi sepsis dan shock dengan
pemberian antibiotic dan monitor tanda-tanda vital.
Sedangkan menurut Shukia VK (2005) penatalaksanaan Ulkus Diabetikum
melalui upaya :
1. Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting
padaulkus diabetikum. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upayamemberikan
benda asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akansembuh apabila masih
didapatkan jaringan nekrotik, debris, callus,fistula/rongga yang memungkinkan kuman
berkembang. Setelah dilakukandebridemen luka harus diirigasi dengan larutan
garam fisiologis ataupembersih lain dan dilakukan dressing (kompres). Ada
beberapa pilihandalam tindakan debridemen, yaitu :
a. Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiologis, ultrasonik
laser dan sebagainya. Dalam rangka untukmembersihkan jaringan nekrotik.
b. Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim eksogen secara
topical pada permukaan lesi. Enzim tersebut akanmenghancurkan residu-residu
protein. Contohnya kolagenasi akanmelisiskan kolagen dan elastis. Beberapa jenis
debridemen yang sering dipakai adalah papin dan fibrinolisin.
c. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkenaluka Proses
ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan
melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintesis preparat hidrogel dan hydrocolloid
dapat menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit dan bertindak
sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses granulasi.
Belatung(Lucilla serricata) yang disterilkan sering digunakan untuk debridemen
biologi. Belatung menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan jaringan nekrotik.
Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan efisien.
Tujuan debridemen bedah adalah untuk (1) mengevakuasi bakteri kontaminasi, (2)
mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan, (3)
menghilangkan jaringan kalus, (4) mengurangi risiko infeksi lokal. ( Shukia VK , 2005)
2. Mengurangi beban tekanan (off loading)
Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar.
Pada penderita Diabetes Mellitus yang mengalami neuropati permukaan plantar kaki
mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban
tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang digunakan.
Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini tidakmendapatkan
perhatian dalam perawatan kaki diabetik adalah mengurangi atau menghilangkan
beban pada kaki (off loading). Upayaoff loading berdasarkan peneliti terbukti dapat
mempercepat kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah :
mengurangi kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas
kaki, removable cast walker, total contact cast, walker,sepatu boot ambulatory.
Total contact cast merupakan metode off loading yang paling
efektif dibandingkan metode yang lain. Berdasarkan penelitian Amstrong
TCC dapat mengurangi tekanan pada luka secara signifikan dan
memberikan kesembuhan antara 73%-100%. TCC dirancang mengikuti bentuk kaki
dan tungkai, dan dirancang agar tekanan plantar kaki terdistribusi secara merata.
Telapak kaki bagian tengah diginjal dengan karet sehingga memberikan
permukaan rata dengan telapak kaki sisi depan dan belakang (tumir) (Ulbrecht
(1994) dan Lavery LA (2005).
3. Perawatan Luka
Perawatan luka modem menekankan metode moist wound healing atau
menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila
eksudat dapat dikontrol, menjaga agarluka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket
dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas.
Tindakan dressingmerupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat
penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana dalam
keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalarn menulih dressing yang akan
digunakan, yaltu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi
kulitsekitar dan biaya. Ada beberapa jenis dressing yang sering dipakai
dalam Perawatan luka, seperti: hydrocoloid, hydragel, calcium alginate, foam, kompres
anti mikroba, dan sebagainya seperti pada tabel berikut:
C. Perbedaan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Yang Tidak Mengalami
Ulkus Diabetikum Dengan Yang Mengalami Ulkus Diabetikum
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi, polifagi, poliuri) dan
hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (tidak normal). Untuk
mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8
jam atau bisa juga diambil setelah makan. Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di
atas 65 tahun. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan
karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
Hasil glukosa contoh darah dibandingkan dengan kriteria diagnostik gula darah
terbaru yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2006. Sebelum berkembang menjadi
diabetes tipe 2, biasanya selalu menderita pra-diabetes, yang memiliki gejala tingkat
gula darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosa diabetes.
Setidaknya 20% dari populasi usia 40 hingga 74 tahun menderita pra-diabetes. memiliki
resiko satu setengah kali lebih besar terkena Ulkus Diabetikum, Saat Anda menderita
diabetes, maka risiko naik menjadi 2 hingga 4 kali. Akan tetapi, pada beberapa orang
yang memiliki pra-diabetes, kemungkinan untuk menjadi diabetes dapat di tunda atau di
cegah dengan perubahan gaya hidup. Diabetes dan pra-diabetes dapat muncul pada
orang-orang dengan umur dan ras yang beragam, tetapi ada kelompok tertentu yang
memiliki resiko lebih tinggi.
Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan terjadinya
penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang
tinggi terus menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur
internal lainnya. Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan
ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju kekulit dan saraf.
Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua
penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami
infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus
diamputasi. (Jusinta Kristella T, 2007).
komplikasi bisa dicegah, di tunda atau di perlambat dengan mengendalikan
kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-
benar normal sulit untuk dipertahankan. Meskipun demikian, semakin mendekati
kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun
jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar
gula darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula
darah sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat.(Jusinta Kristella T,
2007).
Mengontrol kadar gula darah dapat dilakukan dengan terapi misalnya patuh
meminum obat Hindari Diabetes dengan Ubah Gaya Hidup Faktor keturunan memiliki
pengaruh apakah seseorang dapat terkena diabetes atau tidak. Karena kadar gula di
dalam darah tinggi, maka darah menjadi lebih kental dari biasanya. Fungsi darah
menjadi terganggu, misalnya : fungsi transportasi nutrisi dan oksigen ke jaringan akan
lebih sulit, terutama ke daerah-daerah yang terdapat pada ujung-ujung pembuluh
darah, akibatnya akan mudah merasa kesemutan, baal, kulit menjadi kering, mudah
pecah dan mudah luka, luka juga menjadi sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat
penyembuh lainnya sulit sampai pada luka. (Jusinta Kristella T, 2007).
Tingginya kadar gula darah juga akan membuat penderita tetap lapar jadi makan
banyak (polifagi), haus terus sehingga banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing
(poliuri). Penderita akan semakin kurus dalam waktu yang relatif singkat, lemah badan,
kesemutan, mata kabur yang berubah-ubah, penurunan kemampuan seksual, juga
penurunan kemampuan kerja. Jika dibiarkan atau penderita tidak menyadari hal ini
dalam waktu yang lama, maka akan terjadi gangguan yang serius, biasanya pada
ginjal, jantung dan pembuluh darah. (Jusinta Kristella T, 2007).
D. Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus yang tidak mengalami Ulkus Diabetikum dengan yang mengalami Ulkus
Diabetikum di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu.
Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus
yang tidak mengalami Ulkus Diabetikum dengan yang mengalami Ulkus Diabetikum di
RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu.
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Mengenai Saya
Rofek sumantri
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2012 (1)
o Juli (1)
askep ulkus diabetus mellitus
Digital clock
Daily Calendar
Amazon SearchBox
Cari
Pengikut
Follow by Email
Submit
Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan
KumpulBlogger.com:Menerima Bitcoin
didukung oleh