You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa
etanol berpengaruh pada beberapa metabolisme organ dan jaringan tubuh,
termasuk organ reproduksi pria berupa keterlambatan pubertas, atrofi testis,
disfungsi ereksi, ginekomastia, gangguan proses spermatogenesis hingga
infertilitas. Selanjutnya konsumsi alkohol pada pria dapat menyebabkan disfungsi
ereksi, infertilitas, dan yang tak kalah pentingnya bersifat mengurangi ciri-ciri
seksual sekunder pria. Alkohol dapat merusak sel Leydig di dalam testis, dan
produksi sekresi hormon testosteron dan terjadinya feminisasi.
Konsumsi alkohol adalah faktor yang sangat berperan penyebab kesehatan
masyarakat pemakainya tersebar luas dan meningkat di banyak negara. Konsumsi
alkohol dalam waktu lama mempengaruhi disfungsi ereksi, menurunkan libido,
dan ginekomastia. Penelitian lain menyatakan bahwa konsumsi alkohol akut
berlebihan dapat berefek merugikan fertilitas pria dan menyebabkan berkurangnya
konsentrasi serum testosteron. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.151/A/SK/V/81 bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam
minuman keras mengandung alkohol >1%.
Walaupun banyak orang percaya bahwa alkohol dapat meningkatkan
aktivitas seksual, tetapi efek yang sebaliknya lebih sering teramati. Banyak obat
yang disalahgunakan termasuk alkohol mempunyai efek disinhibisi yang pada
awalnya dapat meningkatkan libido. Namun, penggunaan alkohol jangka panjang
dan berlebihan sering menyebabkan penurunan fungsi seksual. Alkohol dapat
menyebabkan disfungsi ereksi pada pria setelah penggunaan akut maupun kronis.
Insidensi disfungsi ereksi dapat terjadi sampai pada 50% pasien alkoholisme
kronis (Fleminget al ., 2007). Disfungsi ereksi sangat sering terjadi di antara
pasien dengan kerusakan hati yang lebih parah (Emanuele, 1998).
Berdasarkan yang sudah dipaparkan di atas terlihat akan pengaruh alkohol
terhadap penurunan fungsi seksual. Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui
apa saja pengaruh alkohol terhadap fungsi seksual pria dan wanita.

1.2. Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak alkohol terhadap fungsi seksual pria dan wanita?
2. Bagaimana farmokinetik alkohol?
3. Bagaimana farmakodinamik alkohol?

1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui tentang
bagaimana pengaruh alkohol terhadap fungsi seksual.
1.3.2.Tujuan Khusus
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dampak alkohol terhadap fungsi seksual pria dan wanita.
2. Mengetahui farmakokinetik alkohol
3. Mengetahui farmakodinamik alkohol

1.4. Manfaat
Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat khususnya pria dan wanita agar lebih memahami dan dapat
mencegah penggunaan alkohol yang berlebihan.
2. Penulis untuk menambah wawasan tentang pengaruh alkohol terhadap fungsi
seksual pada pria dan wanita.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Reproduksi Pria


2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Pria

2
Gambar 1. Anatomi Reproduksi Pria
Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua yaitu genetalia eksterna dan
interna. Genitalia eksterna terdiri dari penis, glans penis dan skrotum. Sedangkan
genetalia interna terdiri dari testis (pelir), epididimis, vas deferens (saluran
sperma) , uretra (saluran kencing), ostium uretra, dan vesica urinaria (kandung
kemih) ( Heffner, 2006).
2.1.1.1. Genitalia Eksterna
1) Penis
Merupakan alat kelamin luar yang berfungsi sebagai alat persetubuhan serta
alat senggama dan juga sebagai saluran untuk pembuangan atau pengeluaran
sperma dan air seni (urine).
Waktu lembek dengan mengukur dari pangkal dan ditarik sampai ujung
sekitar 9-12 cm. Sebagian ada yang lebih pendek dan juga ada yang lebih panjang.
Pada saat ereksi yang penuh, penis akan memanjang dan membesar sehingga
menjadi sekitar 10-14 cm. Pada orang Caucasian (barat) atau orang timur tengah
lebih panjang dan lebih besar sekitar 12,2-15,4 cm.
Penis terdiri dari 3 bagian utama yaitu dua yang besar di atas ialah corpora
cavernosa berfungsi ketika ereksi dan satu bagian yang lebih kecil di bawah
(corpus spongiosum) berfungsi sebagai saluran air seni ketika kencing dan saluran
untuk sperma ketika ejakulasi.
Penis sebagai alat penting dalam hubungan seks baik untuk kreasi atau
prokreasi. Struktur anatominya terdapat bagian yang disebut kapernus yang dapat
membesarkan dan memberikan ketegangan pada penis ( Heffner, 2006).
2) Glans

3
Merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan saraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin
(preputium). Di beberapa Negara memiliki kebiasaan membersihkan daerah
sekitar preputium ini atau dikenal dengan yang namanya sunat ( Heffner, 2006).
3) Skrotum
Merupakan sebuah kantung kulit yang menggantung di bawah
penis.Skrotum ini berfungsi untuk melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat
lipat.Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke
dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relative tetap.Biasanya
skrotum sebelah kiri tergantung lebih rendah dari yang kanan karena saluran
sperma sebelah kiri lebih panjang.
Skrotum (kandung buah pelir) ini merupakan sebuah struktur berupa
kantong yang terdiri atas kulit tanpa lemak subkutan, berisi sedikit jaringan
otot.Testis (buah pelir) berada di dalamnya, setiap testis berada dalam
pembungkus yang bernama tunika vaginais, yang dibentuk peritoneum ( Heffner,
2006).
2.1.1.2. Genitalia Interna
1) Testis (pelir)
Testis berjumlah dua buah berbentuk oval yang berisi tubulus
seminiferus.Pada tubulus seminiferus ini terdiri dari atas dua jenis sel yaitu, sel
sertoli atau penyokong dan sel yang membawa sifat atau garis turunan
spermatogenik.
Organ kecil ini berdiameter sekitar 5cm pada orang dewasa.Saat melewati
masa pubertas, saluran khusus berbentuk kuil di dalam testis mulai membuat sel
sel sperma. Testis juga memiliki tanggung jawab lain yaitu membuat hormone
testosterone. Testis merupakan tempat spermatozoa dibentuk dan hormone
kelamin laki laki.
Organ kelamin ini berkembang di dalam rongga abdomen sewaktu janin dan
turun melalui saluran inguinal kanan dan kiri masuk ke dalam skrotum menjelang
akhir kehamilan.Testis ini terletak oblik menggantung pada urat urat spermatic
di dalam skrotum.
Testosterone atau hormone kelamin laki laki yang di bentuk testis
disekresikan oleh sel interstisiil yaitu sel sel yang terletak di dalam ruang
anatara tubula tubula seminiferus testis dibawah rangsangan hormone
perangsang sel interstisiil ( ICSH) dari hipofisis yang sebenarnya adalah bahan

4
yang sama dengan hormne luteinizing (LH). Pengeluaran testoteron bertamabah
dengan nyata pada masa pubertas dan bertanggung jawab atas pengembangan
sikap sikap kelamin sekunder yaitu pertumbuhan jenggut, sura lebih berat dan
pembesaran genitalia ( Scott, J. 2002)
2) Saluran Reproduksi
- Epididimis
Yaitu merupakan saluran saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok
yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh testis
akan berkumpul di epydidimis. Organ kecil ini terletak di belakang testis serta
terkait padanya.Terdiri atas sebuah tabung sempit yang sangata panjang dan
meliku liku di belakang testis.Melalui tabung ini sperma berjalan dari testis
masuk ke dalam vas deferens.
Epididimis akan mengantarkan sperma (yang di produksi oleh testis)
keluar. Perjalanan yang cukup panjang harus ditempuh oleh sperma sekitar 4 -
6 minggu perjalanan dalam epydidimis.Lebih sederhana lagi epydidimis
tempat pematangan sperma lebih lanjut dan tempat penyimpanan sperma
sementara ( Scott, J. 2002)
- Vas Deferens ( Saluran Sperma)
Yaitu saluran yang menyalurkan dari testis menuju ke vesikula seminalis
( kantong sperma). Vas deferens panjangnya kurang lebih 4,5 cm dengan
diameter kurang lebih 2,5 mm.
Arah vas deferens ini ke atas, kemudian melingkar di salah satu ujungnya
berakhir pada kelenjar prostat.Vas deferens adalah sebuah saluaran yang
berjalan dari bagian bawah epydidimis. Naik di belakang testis, masuk ke tali
mani ( funikulus spermatikus), dan mencapai rongga abdomen melalui
saluran inguinal, dan akhirnya berjalan masuk ke dalam pelvis. Vas deferens
merupakan kelanjutan dari saluran epydidimis yang dapat diraba dari
luar.Kontap (kontrasepsi mantap) pria di lakukan dengan memotong saluran
ini, sehingga tidak mungkin memberikan kehamilan.
Sistem hormonal pria yang kompek sama dengan wanita, tetapi terdapat
perbedaan pada beberapa hal yaitu pada sistem hubungan panca indera, pusat
pubertas inhibitor, hypotalamus, hipofise, dan kelenjar testis. Melalui
rangsangan panca indera diteruskan dalam sistem hypothalamus hipofise
testis sehingga berangsur angsur dapat menerima rangasangan.hypotalamus
mengeluarkan gonadotropik stimulating hormone melalui sistem portal,

5
sehingga hipofise anterior mengeluarkan hormone gonadotropik. Interstitial
cell stimulating hormone ( ICSH) mrangsang sel leydig. Sekitar umur 13-14
tahun terdapat perubahan suara sebagai tanda akil baligh dan mengeluarkan
saat tidur ( nuchturnal orgasm ). Pembentukan spermatozoa melalui proses
spermatogenesis yang berasal dari sel sartoli pada tubulus testis, merupakan
mata rantai yang panjang. Sel leydig yang berperan aktif sehingga akhirnya
terbentuk dua spermatozoa X dan spermatozoa Y.
Dalam berhubungan seks pria bereran aktif untuk memberikan
rangsangan sehingga dapat menimbulkan keinginan seks wanita, dengan
sentuhan halus di daerah erogen.Dengan melakukan sentuhan halus sebagian
besar pria telah menimbulkan pada dirinya sendiri pada keinginan seks.
Factor yang menyebabkan pembagian ini bersumber dari konsep dasar
fenomena orgasme yang meliputi vasokongesti (penimbunan darah) dan
miotonik (peningkatan tonus otot).Siklus seksualisme lengkap ini bukan
merupakan batas tegas tetapi merupakan mata rantai ( Scott, J. 2002)
- Uretra (Saluran Kencing)
Yaitu saluran untuk mengeluarkan air mani dan air seni.

- Mulut Uretra
Adalah awal dari saluran kencing / uretra.
- Kandung Kencing
Kandung kencing merupakan tempat penampungan sementara air yang
berasal dari ginjal (air seni).
- Kelenjar Kelamin
Saluran kelamin laki-laki dilengkapi 3 kelenjar yang dapat mengeluarkan
secret / semen, yaitu :
- Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis sering juga di sebut dengan kandung mani yaitu dua
buah kelenjar tubuler yang terletak kanan dan kiri di belakang leher kandung
kencing. Salurannya bergabung dengan vasa deferentia, untuk membentuk
saluran eyakulator (ductus ejaculatorius communis). Secret vesika seminalis
adalah komponen pokok dari air mani.
Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan letaknya di atas dan di bawah
kandung kencing.Vesikula seminalis panjangny 5-10 cm, berupa kantong
seperti huruf S berbelok-belok. Bermuara pada ductus deferens pada bagian
yang hamper masuk prostat, dindingnya tipis mengandung serabut otot dan
mukosa.

6
- Kelenjar Prostat
Besar kelenjar prostat kira-kira sbesar buah walnut atau buah kenari
besar, letaknya di bawah kandung kencing, mengelilingi uretra dan terdiri atas
kelenjar majemuk, saluran-saluran, dan otot polos.Prostat mengeluarkan
sekret cairan yang bercampur dengan secret dari testis. Pembesaran prostat
akan membendung uretra dan menyebabkan retensio urine.
Kelenjar prostat merupakan pembentuk cairan yang akan bersama-sama
keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual. Kelenjar ini berada di bagian
dalam dan berfungsi membentuk cairan pendukung spermatozoa. Kelenjar ini
terletak di bawah vesika urinaria.Panjangnya kurang lebih 3 cm.
- Kelenjar Cowper
Kelenjar kecil ini berjumlah sepasang dan terletak di sepanjang uretra
( Scott, J. 2002).
2.1.2. Hormon-Hormon pada Pria
1) Hormon Testosteron
Dihasilkan oleh sel interstitial yang terletak antara tubulus seminiferus.Sel
ini berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.
Setelah pubertas, sel interstitial banyak menghasilkan hormon testosteron yang
disekresi oleh testis.Sebagian besar testosteron berikatan longgar dengan protein
plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi
dalam sel menjadi dehidrasi testosteron.Testosteron yang tidak terikat pada
jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan
dehidroepialdosteron.Konjugasi ini disekresi dalam usus melalui empedu ke
dalam urin (Guyton, 2007). Fungsi hormon testosteron :
- Efek desensus (penempatan) testis.
Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang penting
untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan
factor keturunan.
- Perkembangan seks pria dan sekunder.
Sekresi testosteron setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan
skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi pertumbuhan
sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
2) Hormon Gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon, yaitu Lutein
Hormon (LH) dan Folikel Stimulating Hormon (FSH).Bila testis dirangsang oleh
LH dari kelenjar hipofisis, maka sekresi testosteron selama kehidupan fetus
penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria.

7
3) Hormon Estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang
folikel.Hormon ini memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein
pengikat endogen untuk mengikat testosteron dan estrogen serta membawa
keduanya ke dalam cairan lumen tubulus semininferus untuk pematangan sperma.
4) Hormon Pertumbuhan
Diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis secara
khusus dan untuk meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis sendiri. Bila
tidak terdapat hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat berkurang atau
tidak ada sama sekali (Guyton, 2007).

2.1.3. Siklus Respon Seksual Pria


1) Fase Perangsangan (Excitement Phase)
Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk fisik
atau psikis. Kadang fase perangsangan ini berlangsung singkat, segera masuk ke
fase plateau. pada saat yang lain terjadi lambat dan berlangsung bertahap
memerlukan waktu yang lebih lama.
Pemacu dapat berasal dari rangsangan erotik maupun non erotik, seperti
pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran, dan mimpi. Kenikmatan seksual
subjektif dan tanda-tanda fisiologis keterangsangan seksul pada laki-laki, penis
yang membesar (peningkatan aliran darah yang memasuki penis (Guyton, 2007).
2) Fase Plateau
Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum
mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme (periode
singkat sebelum orgasme) (Guyton, 2007).
3) Fase Orgasme
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik
dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual
(sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau.
Pada laki-laki, perasaan akan mengalami ejakulasi yang tak terhindarkan yang
diikuti dengan ejakulasi (Guyton, 2007).
4) Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat
kelamin yang telah terjadi akan kembali ke keadaan asal (Guyton, 2007).

8
2.2. Sistem Reproduksi Wanita
2.2.1. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

Gambar 2. Anatomi Organ Reproduksi Wanita

2.2.1.1. Genitalia Eksterna


1) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium
urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina (R. Putz, 2006).
2) Mons pubis / mons veneris
Mons Veneris merupakan bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan
lemak yang menutupi bagian depan simpisis pubis, dan setelah masa pubertas
kulit mons veneris akan di tumbuhi oleh rambut (R. Putz, 2006).
3) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian
bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior) (R. Putz,
2006).

4) Labia minora

9
Labia minora merupakan lipatan sebelah medial dari labia mayora dan
merupakan lipatan kecil dari kulit diantara bagian superior labia mayora.
Sedangkan labianya mengandung jaringan erektil. Kedua lipatan tersebut bertemu
dan membentuk superior sebagai preputium klitoridis pada bagian superior dan
inferior sebagai klitoridis pada bagian inferior (R. Putz, 2006).
5) Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif ( R. Putz,
2006).
6) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium
urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan
duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis
( R. Putz, 2006).
7) Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal
terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit,
bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain,
hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak
pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer
tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna (R. Putz,
2006).

2.2.1.2. Genitalia Interna


1) Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan uterus dengan vulva dan
merupakan tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris
khusus dan dialiri banyak pembuluh darah serta serabut saraf secara melimpah.

10
Panjang Vagina kurang lebih 10-12 cm dari vestibula ke uterus, dan letaknya di
antara kandung kemih dan rektum. Vagina mempunyai fungsi yaitu : sebagai
saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah menstruasi, sebagai jalan
lahir pada waktu partus ( Heffner, 2006).
2) Uterus
Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu
yang gepeng dan terdiri dari 2 bagian : korpus uteri yang berbentuk segitiga dan
servix uteri yang berbentuk silindris. Bagian dari korpus uteri antara kedua
pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim).
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbada-bada tergantung dari usia, dan
pernah melahirkan anak atau belum. Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk
segitiga, melebar di daerah fundus dan menyempit kearah cervix. Sebelah atas
rongga rahim brhubungan dengan saluran indung telur (tuba follopi) dan sebelah
bawah dengan saluran leher rahim (kanalis cervikalis). Hubungan antara kavum
uteri dengan kanalis cervikalis disebut ostium uteri internum, sedangkan muara
kanalis cervikalis kedalam vagina disebut ostium uteri eksternum. Dinding rahim
terdiri dari 3 lapisan : Perimetrium (lapisan peritoneum) yang meliputi dinding
uteru bagian luar, Myometrium (lapisan otot) merupakan lapisan yang paling
tebal, Endometrium (selaput lendir) merupakan lapisan bagian dalam dari korpus
uteri yang membatasi kavum uteri ( Heffner, 2006).
3) Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah
lateral, mulia dari kornu uteri kanan kiri yang panjangnya kurang lebih 12 cm dan
diameternya 3-8 mm. Fungsi tuba yang utama adalah untk membawa ovum yang
dilapaskan ovarium ke kavum uteri. Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4
bagian, sebagai berikut:
- Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding
uterus mulai pada ostium internum tubae.
- Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.
- Pars Isthmica, bagian tuba sebelahkeluar dari dinding uerus dan merupakan
bagian tuba yang lurus dan sempit.

11
- Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan lubangnya
menghadap ke rongga perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna
sebagai alat penangkap ovum ( Heffner, 2006).
4) Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan
pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di
korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi).
Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae.
Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis ( Heffner, 2006).

2.2.2 Hormon-Hormon pada Wanita


1) GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi
hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon
gonadotropin (FSH / LH ) (Sherwood, 2001).
2) FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap
GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel
granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar
3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim
inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif
(Sherwood, 2001).
3) LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan
juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama

12
fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi
setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat
cepat dan singkat. (Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig
testis) (Sherwood, 2001).
4) Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di
ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar
adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di
testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi
wanita.
- Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
- Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir
serviks.
- Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
- Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga mengatur
distribusi lemak tubuh.
- Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk
pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon
estrogen (sintetik) pengganti (Sherwood, 2001).

5) Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium,
sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di
plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase
sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus
berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi (Sherwood, 2001).
6) HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar

13
1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar
10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan
produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal.
Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda
kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb) (Ganong,
2008).
7) LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL Human
Placental Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama
pada masa laktasi / pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga
jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan
follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea (Ganong, 2008).

2.2.3. Siklus Respon Seksual Wanita


1) Fase Eksitasi
Mengacu pada respon anatomis dan fisiologis terhadap kegiatan atau
pemikiran seksual yang merangsang dari titik paling rendah hingga rangsangan
seks tinggi. Kebanyakan perubahan yang terjadi diakibatkan oleh peningkatan
aliran darah ke dalam organ kelamin dan adanya perubahan lokal dalam pembuluh
darah organ tersebut. Hal ini menyebabkan pembesaran dan pelumasan vagina
dimulai 30 detik setelah rangsangan dan terjadi ekspansi dan distensi 2/3 bagian
dalam vagina. Pada fase ini klitoris seringkali sangat sensitif, terjadi
pembengkakan pada kepala klitoris dan memanjangnya batang klitoris, sehingga
banyak wanita menganggap hubungan langsung pada kepala klitoris sangat
menyakitkan. Pada fase ini labia major sedikit berpisah dan diameter meningkat,
juga pada labia minor terjadi penebalan dan ekspansi, tubuh uterus terangkat dan
leher uterus naik dari dasar vagina, juga terjadi ereksi puting susu (tidak pada
semua wanita dan mungkin tertunda) (Heffner,2006).

14
2) Fase plateau
Rangsangan seksual yang berupa sentuhan, pengelihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan serta imaginasi akan menyebabkan terjadinya perubahan
fisik seorang lebih lanjut. Terjadi pengeluaran cairan didalam vagina sehingga
vagina, labia serta vulva menjadi semakin lembab. Cairan ini berfungsi sebagai
pelicin (lubrikasi) saat terjadi hubungan kelamin. Vagina akan mengembang dan
klitoris membesar dan terjadi retraksi sehingga klitoris menjadi semakin terbuka
dan menonjol. Kelenjar Bartholine mensekresi cairan disekitar pintu masuk
vagina sehingga pasase sperma menjadi lebih mudah. Terjadi peningkatan tekanan
darah, frekuensi pernafasan, frekuensi nadi dan ketegangan otot-otot tertentu
( Heffner,2006).
3) Fase Orgasme
Fase ini merupakan pelepasan dari ketegangan seksual. Fase orgasme dapat
berlangsung tanpa adanya stimulasi fisik yang nyata. Fase ini terpusat didaerah
klitoris, vagina dan uterus. Pada puncak fase gairah otot-otot sekitar vagina,
uterus, perut bagian bawah dan anus mengalami kontraksi secara ritmik dan
menyebabkan terjadinya sebuah sensasi yang menyenangkan. Biasanya terjadi 5
12 kontraksi yang sinkron dengan jeda masing-masing kontraksi sekitar 1 detik.
Kontraksi pada detik-detik pertama sangat kuat dan jeda yang sangat singkat.
Tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan mencapai puncaknya dan
terjadi hilangnya kendali tonus otot-otot bergaris ( beberapa wanita secara tidak
sadar meluruskan jari-jari kakinya saat orgasme carpopedal reflex ) Inilah yang
disebut sebagai suatu sexual climax. Seorang wanita dapat mengalami orgasme
berulangkali sebelum mereka masuk ke dalam fase resolusi ( Heffner, 2006).
4) Fase Resolusi
Vagina, klitoris, dan daerah sekitarnya kembali normal. sex flush didaerah
dada menghilang, tekanan darah dan frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan
kembali normal. Perasaan wanita menjadi tenang dan santai dan seringkali diikuti
dengan perasaan mengantuk ( Heffner, 2006).

2.3. Alkohol (Etanol)


2.3.1 Definisi
Alkohol yang dikenal sehari-hari yang terdapat dalam minuman, adalah
etanol dengan rumus kimia C2H5OH, etanol adalah jenis alkohol yang paling

15
popular dan banyak digunakan dalam berbagai industri. Senyawa ini dapat
diproduksi dari setiap bahan yang mengandung karbohidrat (gula). Bahan baku
yang digunakan beragam seperti biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan, tanaman
palma dan limbah hasil pertanian. Industri etanol telah dikenal cukup lama dan
diproduksi secara besar-besaran. Metode pembuatan alkohol bisa dilakukan
dengan proses fermentasi atau dengan cara sintesis.
Saat ini, alkohol dikonsumsi secara luas. Sama seperti obat-obat sedatif-
hipnotik lainnya, alkohol dalam jumlah rendah sampai sedang bisa
menghilangkan kecemasan dan membantu menimbulkan rasa tenang atau bahkan
euporia. Akan tetapi, alkohol juga dikenal sebagai obat yang paling banyak
disalahgunakan di dunia, suatu alasan yang tepat atas kerugian besar yang mesti
ditanggung masyarakat dan dunia medis. Kandungan alkohol minuman berkisar
dari 4 - 6% untuk bir, 10 - 15% untuk anggur, dan 40% dan lebih tinggi untuk
spirit hasil distilasi. Proof (kekuatan alkohol) minuman mengandung alkohol dua
kali persen alkoholnya (sebagai contoh, alkohol 40% adalah 80 proof) (Fleming,
2007).
Di Amerika Serikat, kira-kira 75% dari populasi dewasa mengkonsumsi
minuman beralkohol secara teratur. Mayoritas dari populasi peminum ini bisa
menikmati efek memuaskan yang diberikan alkohol tanpa menjadikannya sebagai
risiko terhadap kesehatan. Bahkan fakta terbaru menunjukkan bahwa konsumsi
etanol secukupnya bisa melindungi beberapa orang terhadap penyakit
kardiovaskular. Akan tetapi, sekitar 10% dari populasi umum di Amerika Serikat
tidak mampu membatasi konsumsi etanol mereka, suatu kondisi yang dikenal
sebagai penyalahgunaan alkohol. Individu-individu yang terus meminum alkohol
tanpa mempedulikan adanya konsekuensi yang merugikan secara medis dan sosial
yang berkaitan langsung dengan konsumsi alkohol mereka tersebut akan
menderita alkoholisme, suatu gangguan kompleks yang nampaknya ditentukan
oleh faktor lingkungan (Masters, 2002).
2.3.2 Jenis-Jenis Minuman Beralkohol dan Kandungannya
1) Anggur
Dalam bahasa Inggris, anggur dikenal dengan nama wine. Anggur adalah
minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang
biasanya hanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan lintang
selatan. Minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah lain yang kadar

16
alkoholnya berkisar di antara 8% hingga 15% biasanya disebut sebagai wine buah
(fruit wine). Ada beberapa jenis minuman anggur yang kita kenal saat ini, antara
lain: red wine, white wine, rose wine, sparkling wine, sweet wine, dan fortified
wine. Semua minuman tersebut bersifat memabukkan.
2) Vodka
Vodka merupakan jenis minuman yang mengandung alkohol berkadar
tinggi, bening, tidak berwarna, yang biasanya disuling dari gandum yang
difermentasi. Kecuali untuk sejumlah kecil zat perasa, vodka mengandung air dan
alkohol (etanol). Vodka biasanya memiliki kandungan alkohol sebesar 35-60%
dari isinya. Vodka merupakan bahan dasar dari sejumlah minuman populer,
diantaranya Bloody Marry, Bullshot, dan Vodka Martini (Vodkatini) (Fleming,
2007).

3) Bir
Secara harfiah, bir berarti segala minuman beralkohol yang diproduksi
melalui proses fermentasi bahan berpati dan tidak melalui proses penyulingan
setelah fermentasi. Bir merupakan salah satu minuman tertua yang dibuat oleh
manusia. Secara umum, bir merupakan minuman beralkohol. Tapi terdapat
beberapa jenis minuman bir yang membuang hampir seluruh kadar alkoholnya
sehingga disebut bir tanpa alkohol. Para penggemar minuman bir sering
mencampurkan minuman ini dengan bahan penambah energi lain sehingga
menimbulkan efek kerusakan pada organ ginjal mereka.
4) Sampanye
Sampanye adalah minuman anggur putih bergelembung yang dihasilkan di
kawasan Champagne di Perancis. Sampanye biasanya hanya diminum pada acara-
acara khusus seperti perayaan tahun baru.
5) Brendi
Brendi berasal dari bahasa Belanda, yaitu brandewijn. Brendi adalah istilah
umum yang dipakai untuk minuman anggur hasil distilasi dan biasanya memiliki
kadar etil alkohol antara 40-60%. Kadar alkohol brendi yang sangat tinggi ini
sangat mempengaruhi tingkat kesuburan seorang pria untuk memperoleh
keturunan. Akibat kadar alkohol tinggi di dalam tubuh, maka sel sperma akan
bergerak lebih lambat dan atau bentuknya tidak normal. Bayi yang dilahirkan dari
sperma tidak normal beresiko terlahir dalam kondisi cacat.
6) Wiski

17
Minuman ini dalam bahasa Inggris disebut whisky. Menurut Wikipedia,
wiski merujuk secara luas kepada kategori minuman beralkohol yang dibuat dari
fermentasi serealia yang mengalami proses mashing (dihaluskan, dicampur air,
dan dipanaskan) dan hasilnya melalui proses distilasi sebelum dimatangkan
dengan cara disimpan di dalam tong kecil dari kayu. Jenis wiski yang dihasilkan
tergantung dari jenis serealia yang dipakai sebagai bahan baku, yaitu jelai, malt
(jelai yang dikecambahkan), gandum hitam (rye), rye yang dikecambahkan,
gandum, dan jagung (Fleming, 2007).

7) Tuak
Tuak adalah jenis minuman memabukkan yang merupakan hasil fermentasi
dari bahan minuman atau buah yang mengandung gula. Tuak sering juga disebut
arak, produk yang mengandung alkohol. Tuak banyak dihasilkan oleh masyarakat
tradisional Indonesia dan tersebar hampir di seluruh wilayah kepulauan
Nusantara. Bahan baku yang biasa dipakai dalam pembuatan tuak adalah beras
atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari
pohon siwalan atau tal, atau sumber lain.
Minuman beralkohol banyak beredar di pasaran dengan bermacam-macam
nama, bentuk dan kadar alkoholnya. Nama-nama yang popular antara lain beer,
Ak, porter. Sterut, Tuak, Wisky, Brandy, Rum, Gin, Vodka, Spirit, semua
minuman ini mempunyai sifat memabukkan, baik dalam kadar atau konsentrasi
alkohol yang rendah dengan konsentrasi yang tinggi. Pada Permenkes RI No. 86 /
Men. Kes / Per / IV/77 disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan minuman
keras adalah minuman beralkohol tetapi bukan obat. Minuman beralkohol ini
dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1.Minuman keras golongan A dengan kadar alkohol 1 s/d 5 %, misalnya bir.
2.Minuman keras golongan B dengan kadar alkohol 5 s/d 20 %, misalnya anggur
3.Minuman keras golongan C dengan kadar alkohol 20 s/d 55 %, misalnya wiskey
dan vodka.
Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir
dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras
yang biasa disebut dengan spirit (35 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam
darah dicapai dalam 30 90 menit setelah diminum. Menurut batasan Standar
Industri Internasional SII bahwa yang disebut minuman keras hanyalah yang

18
mengandung lebih dari 24 % alkohol. Minuman-minuman yang mengandung
alkohol tersebut menekan susunan syaraf pusat, sehingga lama-kelamaan orang
yang meminum akan kehilangan kontrol (Fleming, 2007).

Gambar 3. Jenis-Jenis Minuman Beralkohol


2.3.3 Efek Minuman Beralkohol
1) Pengaruh Terhadap Tubuh (Fisik dan Mental)
Pengaruh alkohol terhadap tubuh bervariasi, tergantung pada beberapa
faktor yaitu :
- Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
- Usia, berat badan, dan jenis kelamin
- Makanan yang ada di dalam lambung
- Pengalaman seseorang minum minuman beralkohol
- Situasi dimana orang minum minuman beralkohol
2) Pengaruh jangka pendek
Walaupun pengaruh terhadap individu berbeda beda, terdapat hubungan
antara konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol Concentration BAC)
dan efeknya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring
dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah. Sayangnya orang
banyak beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik dan mereka
mengabaikan efek buruknya (Masters, 2002).
3) Resiko intoksikasi (mabuk)
Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah mabuk, teler
sehingga dapat menyebabkan cedera dan kematian. Penurunan kesadaran seperti
koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat demikian juga henti nafas

19
dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol dapat menyebabkan
hilangny produktifitas kerja (misalnya teler, kecelakaan akibat ngebut). Sebagai
tambahan, alkohol dapat menyebabkan perilaku kriminal. 70 % dari narapidana
menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 %
kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.
4) Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan :
- Kerusakan jantung
- Tekanan Darah Tinggi
- Stroke
- Kerusakan hati
- Kanker saluran pencernaan
- Gangguan pencernaan lainnya (misalnya tukak lambung)
- Impotensi dan berkurangnya kesuburan
- Meningkatnya resiko terkena kanker payudara
- Kesulitan tidur
- Kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan
- Sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi
5) Toleransi dan Ketergantungan
Pengguna alkohol yang terus menerus dapat mengalami toleransi dan
ketergantungan. Toleransi adalah peningkatan penggunaan alkohol dari jumlah
yang kecil menjadi lebih besar untuk mendapatkan pengaruh yang sama.
Sedangkan ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang
penting dalam kehidupannya, banyak waktu yang terbuang karena memikirkan
(cara mendapatkan, mengkonsumsi dan bagaimana cara berhenti). Pengguna
alkohol akan mengalami kesulitan bagaimana cara menghentikan atau
mengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi (Gunawan, 2007).
6) Gejala Putus Alkohol
Seseorang yang mengalami ketergantungan secara fisik terhadap alkohol
akan mengalami gejala putus alkohol apabila menghentikan atau mengurangi
penggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6 24 jam setelah minum yang
terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah :
- Gemetar
- Mual
- Cemas
- Depresi
- Berkeringat yang banyak
- Nyeri kepala
- Sulit tidur (berlangsung beberapa minggu)

20
Gejala putus alkohol sangat berbahaya. Orang yang minum lebih dari 8
standar minum perhari dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter (sebelum
memutuskan untuk berhenti minum) untuk mendapatkan terapi medis guna
mencegah komplikasi (Fleming, 2007).

2.3.4. Farmakokinetik
1) Absorpsi/distribusi
Alkohol diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit melalui mukosa mulut dan
lambung. Sebagaian besar (80%) diabsorpsi di usus halus dan sisanya diabsorpsi
di kolon. Kecepatan absorpsi tergantung pada takaran dan konsentrasi alkohol
dalam minuman yang diminum serta vaskularisasi dan motalitas dan pengisisan
lambung dan usus. Bila konsentrasi optimal alkohol diminum dan dimasukkan
kedalam lambung kosong, kadar puncak dalam darah 30-90 menit sesudahnya.
Alkohol mudah berdifusi dan distribusinya dalam jaringan sesuai dengan kadar air
jaringan tersebut. Semakin hidrofil jaringan semakin tinggi kadarnya. Biasanya
dalam 12 jam telah tercapai kesimbangan kadar alkohol dalam darah, usus, dan
jaringan lunak. Konsentrasi dalam otak, sedikit lebih besar dari pada dalam darah
(Gunawan, 2007).
2) Metabolisme
Alkohol yang dikonsumsi 90% akan dimetabolisme oleh tubuh terutama
dalam hati oleh enzim alkoholdehidrogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-
adenin-dinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim
aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat. Asam asetat
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Piruvat, levulosa (fruktosa), gliseraldehida
(metabolit dari levulosa)dan alanina akan mempercepat metabolism alkohol.
Sebenarnya didalam tubuh ditemukan juga mekanisme pemecahan alkohol yang
lain, yaitu hydrogen peroksida katalase dan sistem oksidasi etanol mikrosomal,
namun kurang berperan. Kadar alkohol darah kemudian akan menurun dengan
kecepatan yang sangat bervariasi (12-20 mg% per jam), biasanya penurunan kadar
tersebut dianggap rata-rata 15 mg% atau 14 mg% setiap jam. Pada alkohol kronik,
yang telah dipercepat metabolismenya, eliminasi alkohol dapat mencapai 40 mg%
per jam.
Hepatosit memiliki tiga jalur metabolisme alkohol, yang masing-masing
terletak pada bagian yang berlainan. Jalur yang pertama adalah jalur alkohol
dehidrogenase (ADH) yang terletak pada sitosol atau bagian cair dari sel. Dalam

21
keadaan fisiologik, ADH memetabolisir alkohol yang berasal dari fermentasi
dalam saluran cerna dan juga untuk proses dehidrogenase steroid dan omega
oksidasi asam lemak. ADH memecah alkohol menjadi hidrogen dan asetaldehida,
yang selanjutnya akan diuraikan menjadi asetat. Asetat akan terurai lebih lanjut
menjadi H2O dan CO2.
Jalur kedua ialah melalui Microsomal Ethanol Oxydizing System (MEOS)
yang terletak dalam retikulum endoplasma. Dengan pertolongan tiga komponen
mikrosom yaitu sitokrom P-450, reduktase, dan lesitin, alkohol diuraikan menjadi
asetaldehida.
Jalur ketiga melalui enzim katalase yang terdapat dalam peroksisom
(peroxysome). Hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme alkohol dapat
mengubah keadaan redoks, yang pada pemakaian alkohol yang lama dapat
mengecil. Perubahan ini dapat menimbulkan perubahan metabolisme lemak dan
karbohidrat, mungkin menyebabkan bertambahnya jaringan kolagen dan dalam
keadaan tertentu dapat menghambat sintesa protein.
Perubahan redoks menimbulkan perubahan dari piruvat ke laktat yang
menyebabkan terjadinya hiperlaktasidemia. Bila sebelumnya sudah terdapat kadar
laktat yang tinggi karena sebab lain, bisa terjadi hiperurikemia. Serangan kejang
pada delirium tremens juga meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Pada
pasien gout, alkohol dapat meningkatkan produksi asam urat sehingga kadarnya
dalam darah makin meningkat.1 Meningkatnya rasio NADH/NAD akan
meningkatkan pula konsentrasi alfa gliserofosfat yang akan meningkatkan
akumulasi trigliserida dengan menangkap asam lemak dalam hepar. (NAD=
Nicotinamide Adenine Dinucleotide; NADH = reduced NAD.) lemak dalam hepar
berasal dari tiga sumber: dari makanan, dari jaringan lemak yang diangkut ke
hepar sebagai Free Fatty Acid (FFA), dan dari hasil sintesis oleh hepar sendiri.
Oksidasi alkohol dalam hepar menyebabkan berkurangnya oksidasi lemak dan
meningkatnya lipogenesis dalam hepar.
Pemakaian alkohol yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada
mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk oksidasi lemak.
Semua yang tersebut di atas menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty
lever). Perubahan pada MEOS yang disebabkan pemakaian alkohol yang
berlangsung lama dapat menginduksi dan meningkatkan metabolisme obat-
obatan, meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan hiperlipidemia, berkurangnya

22
penimbunan vitamin A dalam hepar, meningkatkan aktivasi senyawa
hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat karsinogen. Walaupun jarang, alkohol
juga dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia (karena menghambat
glukoneogenesis) dan ketoasidosis.
Alkohol juga menghambat sintesis protein. Asetaldehida mempengaruhi
mikrotubulus sehingga hapatosit menggembung. Sebaliknya, sintesis kolagen
bertambah sehingga menambah jaringan fibrotik. Itulah sebabnya 8-20%
peminum alkohol yang kronik dalam jumlah banyak mengalami sirosis hepatis
(Gunawan, 2007).
3) Ekskresi
Alkohol yang dikonsumsi 10% akan dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui
urin, keringat dan udara napas. Dari jumlah ini sebagian besar dikeluarkan melalui
urin (90%) (Gunawan, 2007).

2.3.5. Farmakodinamik
Alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel sehingga
bersifat sebagai astringen. Makin tinggi kadar alkohol makin besar efek tersebut.
Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan temperatur akibat penguapan,
sedangkan pada mukosa, alkohol akan menyebabkan iritasi dan inflamasi
(Masters, 2002).
1) Susunan saraf pusat
Alkohol sangat berpengaruh pada SSP dibandingkan pada sistem-sistem
lain. Efek stimulasi alkohol terhadap SSP masih diperdebatkan mungkin stimulasi
tersebut timbul akibat aktivitas berbagai bagian otak yang tidak terkendalikan
karena bebas dari hambatan seagai akibat penekanan mekanisme control
penghambat. Alkohol bersifat anastetik (menekan SSP), sehingga kemmpuan
berkonsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mendiskriminasi terganggu adan
akhirnya hilang. Penggunaan alcohol pada seseorang yang tidak ketergantungan
alkohol, tidak minum obat dan dalam kondisi jasmani yang sehat, alkohol
mengurangi risiko untuk menderita penyakit jantung koroner. Bila alkohol
diminum dalam jumlah yang layak, perubahan-perubahan patologik yang
mungkin terjadi masih bersifat revensibel. Sebaliknya, bila alkohol

23
disalahgunakan, dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan fisik seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya, termasuk gangguan pada susunan saraf pusat,
serta menimbulkan ketergantungan fisik dengan segala akibatnya. pada pemakaian
alkohol yang lama, teratur, dan dalam jumlah banyak, dapat timbul
ketergantungan, baik fisik maupun psikis. Toleransi yang terjadi disebabkan
meningkatkannya aktivitas MEOS (toleransi farmakodinamik) dan toleransi
behavioral. Pada pemakaian alkohol yang berlebihan dapat terjadi intoksifikasi
alkohol dengan gejala muka merah, gangguan koordinasi motorik, jalannya tak
stabil, bicara cadel, pelo), nistagmus, perubahan pada alam perasaan, mudah
tersinggung, banyak bicara, dan gangguan dalam memusatkan perhatian. Pada
beberapa orang dapat dijumpai intoksikasi idiosinkratik alkohol, yaitu timbul
gejala intoksikasi walaupun ia hanya minum alkohol dalam jumlah yang pada
kebanyakan orang tidak akan menimbulkan intoksikasi (Masters, 2002).

2) Sistem kardiovaskuler
Alkohol hanya sedikit berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Depresi
kardiovaskuler terjadi pada keracunan akut alkohol yang berat, terutama akibat
factor vasomotor sentral dan depresi pernapasan. Alkohol dalam takaran sedang
menyebabkan vasodilatasi terutama pembuluh darah kulit, sehingga
menimbulkan rasa hangat pada kulit (Masters, 2002).
3) Ginjal
Minum alkohol secara akut meningkatkan ekskresi amonium melalui ginjal.
Alkohol sendiri tidak menimbulkan perubahan pada keseimbangan asam dan basa.
Pasien yang mengalami gangguan dalam asidifikasi ginjal akan cenderung
mengalami koma hepatikum. Ini disebabkan karena meningkatnya pembentukan
amonia dalam ginjal dan meningkatnya amonia ke dalam pembuluh darah balik.
Asidosis tubulus renalis terjadi karena kekurangan fosfat, zat putih telur atau
karena sirosis hepatis. Alkohol menyebabkan terjadinya hiperventilasi sehingga
bisa terjadi alkalosis respiratorik. Emesis pada putus alkohol dapat menyebabkan
terjadinya alkalosis metabolik dan hipokalemia.
Alkohol dapat menyebabkan terjadinya diuresis. Pengaruh alkohol pada
manusia antara lain mengubah respon hipotalamus terhadap perubahan
osmolalitas plasma. Dalam keadaan normal, bila osmolalitas plasma meningkat
maka hormon antidiuretik dalam plasma meningkat pula sehingga mengurangi

24
produksi urine. Kadar alkohol yang meningkat secara akut akan memperbanyak
urine, sedangkan pada waktu putus alkohol akan bekerja pengaruh antidiuretik.
Pada penyalahgunaan alkohol yang kronis di mana terjadi kerusakan pada hepar
dapat terjadi retensi air karena tingginya ADH (Anti Diuretik Hormon) sehingga
terjadi keracunan air (Masters, 2002).
4) Pankreas
Penyalahgunaan alkohol baik secara akut maupun kronis dapat
menimbulkan perubahan- perubahan pada struktur dan fungsi pankreas, yaitu
perubahan pada membran sel, meningkatkan fluiditasnya dan mengubah
permeabilitasnya terhadap ion, asam amino, dan senyawa lain yang penting untuk
metabolisme sel. Melalui mekanisme neurohumoral, alkohol mengubah sekresi
kelenjar eksokrin pankreas. Alkohol dapat menyebabkan nekrosis akut, edema
akut, pankreatitis akut, kronik maupun asimtomatik, mungkin melaui aktivasi
zimogen yang tidak memadai (Emmanuele, 1998).
5) Saluran cerna
Alkohol secara akut mempengaruhi motilitas esofagus, memperruk refluks
esofagus sehingga dapat terjadi pneumonia karena aspirasi. Alkohol merupakan
predisposisi terjadinya sindroma Barrett dan kanker esofagus. Sejauh ini tidak ada
bukti bahwa alkohol mempengaruhi sekresi asam lambung, tetapi alkohol jelas
merusak selaput lendir lambung sehingga dapat menimbulkan gastritis dan
pendarahan lambung. Tidak ada bukti bahwa alkohol menyebabkan ulkus
peptikum. Alkohol secara akut maupun kronis mengubah morfologi dan stuktur
intraseluler makanan dengan akibat terjadinya kondisi kurang gizi. Perubahan
intraseluler itu juga dapat menyebabkan diare. Alkohol mempunyai kaitan dengan
insidensi kanker sepanjang saluran pencernaan (Fleming, 2007).
6) Otot
Miopatia alkoholika akut adalah suatu sindroma nekrosis otot secara tiba-
tiba pada seorang yang secara terus-menerus minum alkohol (binges drinking).
Ditandai dengan adanya rasa nyeri pada otot, mioglobinuria, dan meningkatnya
serum kreatin kinase. Miopatia alkoholika kronis ditandai dengan adanya
kelemahan otot-otot proksimal dan atrofi otot-otot. Miopatia alkoholika ini
mungkin disebabkan gangguan keseimbangan elektrolit, yaitu turunya kadar
kalium, turunnya kadar fosfat dalam darah, serta adanya defisiensi magnesium
(Fleming, 2007).

25
7) Darah
Alkohol secara langsung merusak sumsum tulang, terutama prekursor
eritrosit dan prekursor leukosit, sehingga menimbulkan anemia dan leukopenia.
Pada pemakaian alkohol yang kronis, anemia disebabkan kurang gizi dan anemia
hemolitika yang terjadi karena kerusakan pada hepar. Alkohol juga secara
langsung menghambat pembentukan trombosit serta mempengaruhi fungsinya
sehingga memperpanjang waktu pendarahan. Hal ini diperhebat apabila ada
defisiensi asam folat dan splenomegalia. Pada pemakaian alkohol yang kronis,
defisiensi vitamin K dan faktor koagulasi terjadi sebagai akibat sirosis hepatis,
bukan semata-mata karena alkohol itu sendiri (Emmanuele, 1998).
8) Kelenjar Endokrin
Efek alkohol terhadap kelenjar endokrin yang paling jelas ialah terjadinya
hipogonadisme pada pria. Alkohol melalui pengaruhnya pada testes dan
hipotalamus mengurangi produksi testeron. Feminisasi pada pemakai alkohol
kronis disebabkan hipogonadisme tersebut di atas dan juga karena terganggunya
fungsi hepar akibat alkohol, yaitu terganggunya kemampuan untuk memecah
hormon estrogen. Pada beberapa peminum alkohol kronis dapat dijumpai gejala
mirip sindroma Cushing. Hal tersebut kemungkinan disebabkan efek stimulasi
alkohol terhadap sekresi cortisol pada waktu intoksikasi maupun waktu putus
alkohol, yang bekerja melaui ACTH atau langsung pada kelenjar adrenalis. Aksis
hipofisis paling kurang mendapat pengaruh dari alkohol. Tetapi, pada penyakit
hepar karena alkohol, konversi T4 ke T3 menurun, sedangkan konversi T3 ke T4
meningkat. Thyroid binding protein juga berkurang. Kedua hal tersebut di atas
menyebabkan perubahan pada pemeriksaan darah tetapi secara klinis tidak sampai
menimbulkan hipotiroidisme. Hormon pertumbuhan dan prolaktin rupanya juga
dipengaruhi oleh alkohol tetapi data mengenai hal ini belum banyak
9) Sistem imunitas
Kemungkinan menderita penyakit infeksi pada peminum alkohol bertambah
besar karena beberapa faktor, antara lain :
- Terhalangnya daya tahan mekanik terutama pada sistem pernafasan.
Menurunnya kesadaran, terganggunya penutupan glotis, dan
berkurangnya gerakan pernafasan karena sirosis hepatitis pada peminum
alkohol yang kronis merupakan faktor predisposisi terjadinya pneumonia
- Menurunnya daya tahan tubuh karena faktor makanan

26
- Daya tahan tubuh, terganggunya produksi imunoglobulin, dan
berkurangnya sintesa komplemen C. di samping menurunkan imunitas
humoral, pemakaian alkohol dalam jumlah banyak dan lama juga
menurunkan imunitas seluler karena terjadinya leukopenia, menimbulkan
cacat pada kemotaksis, menghambat mobilitas daya ikat leukosit
polimorfonuklear, menghambat mitogenesis sel T, menghambat kerja
makrofag alveoler sehingga pulmonary clearance terganggu (Master,
2002).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengaruh Alkohol Terhadap Fungsi Seksual


Walaupun banyak orang percaya bahwa alkohol dapat meningkatkan
aktivitas seksual, tetapi efek yang sebaliknya lebih sering teramati. Banyak obat
yang disalahgunakan termasuk alkohol mempunyai efek disinhibisi yang pada
awalnya dapat meningkatkan libido. Namun, penggunaan alkohol jangka panjang
dan berlebihan sering menyebabkan penurunan fungsi seksual. Alkohol dapat
menyebabkan disfungsi ereksi pada pria setelah penggunaan akut maupun kronis.
Selain itu, banyak pecandu kronis akan mengalami atrofi testikular dan penurunan
fertilitas serta pengurangan ciri seksual sekunder pria (misalnya, pengurangan
rambut wajah dan dada, pembesaran payudara, dan pergeseran posisi lemak dari
perut ke daerah pinggul).
Penyalahgunaan alkohol pada pria dapat menyebabkan gangguan produksi
testosteron dan penyusutan testis (atrofi testis). Atrofi testis terutama disebabkan
hilangnya sel-sel sperma dan penurunan diameter tubulus seminiferus.
Mekanisme yang terlibat dalam hal ini kompleks dan kemungkinan melibatkan
perubahan fungsi hipotalamus dan efek toksik alkohol langsung pada sel Leydig.
Produk metabolisme alkohol yaitu asetaldehida memiliki sifat toksik ke sel
Leydig daripada alkohol itu sendiri.
Atrofi testis mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu salah satunya
adalah efek alkohol pada LH dan FSH yang merangsang pertumbuhan testis.
Faktor lain yaitu karena efek alkohol yang merusak testis, serta faktor lain, seperti
malnutrisi, akibat pengobatan dengan berbagai obat, dan penyalahgunaan obat-
obatan selain alkohol.

27
Konsumsi alkohol juga menyebabkan penurunan aktivitas enzim yang
berperan dalam sintesis hormon kelamin jantan. Alkohol dehidrogenase yang
berada pada testis, dalam keadaan normal mampu mengubah retinol menjadi
retinal. Kegagalan sintesis retinal ini akan menyebabkan gangguan
spermatogenesis, karena retinal merupakan senyawa yang esensial untuk
berlangsungnya spermatogenesis. Pada akhirnya hal tersebut akan menyebabkan
penurunan jumlah lapisan sel spermatogenik . Alkohol menyebabkan kegagalan
hipotalamus dan hipofisis untuk mensekresikan Gonadotrophine Releasing
Hormon (GnRH), FSH, dan LH , selanjutnya akan diikuti oleh kegagalan sel
Leydig untuk mensintesis testosteron dan sel sertoli tidak mampu melakukan
fungsinya sebagai nurse cell.
Selain menimbulkan gangguan pada hipotalamus dan hipofisis, alkohol juga
bertindak sebagai inhibitor bagi enzim 5 -reduktase. Enzim ini digunakan untuk
mengubah prohormon (testosteron) menjadi bentuk aktifnya yaitu 5 -
dihidrotestosteron. Tidak adanya testosteron dalam bentuk aktif menyebabkan
proses spermatogenesis tidak terjadi, yang pada akhirnya menyebabkan gangguan
pada proses spermatogenesis. Hal ini akan menyebabkan penurunan jumlah
lapisan sel spermatogenik.

BAB IV
PENUTUP

28
4.1. Kesimpulan
Salah satu penyebab gangguan fungsi seksual adalah penggunaan alkohol
secara berlebihan. Alkohol dengan kandungannya mampu mempengaruhi fungsi
organ-organ tubuh yang berhubungan dengan kerja dan kemampuan seksual.
Dalam Hal ini alkohol terutama mempengaruhi organ-organ yang terkait dengan
system endokrin sehingga mengacaukan sistem produksi hormon yang dibutuhkan
dalam kemampuan seksual. Berbagai efek ditimbulkan misalnya pengurangan
jumlah sperma, atau bahkan terjadi atrofi pada testis yang merupakan organ
penting reproduksi pria. Berkurangnya produksi hormon GRNH juga secara
radikal akan mengganggu fungsi seksual pria maupun wanita.
Penggunaan alkohol secara berlebihan sangat tidak dianjurkan karena
memiliki berbagai efek buruk bagi kesehatan. Berbagai penelitian yang
membuktikan adanya pengaruh yang besar bagi kesehatan reproduksi seseorang
menjadi alasan agar dapat menghentikan kebiasaan atau kegiatan konsumsi
terhadap alkohol baik berupa minuman atau beragam produk makanan lainnya.

4.2. Saran
- Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai berbagai macam kandungan
alkohol yang dapat menyebabkan gangguan seksual serta bagaimana
alkohol tersebut mempengaruhi fungsi seksual
- Diharapkan setiap individu mempunyai kepedulian terhadap kesehatannya
terutama kesehatan seksual dan agar terhindar dari kebiasaan meminum
alkohol.

29

You might also like