Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Millatul Hanifah
Nur farida
Jacky fahri H.
yahya
syaifullah
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara bahari dimana luas laut 2/3 total luas seluruh wilayah
dengan jumlah pulau 13.466 yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Zona Eksklusif
Ekonomi (ZEE) 200 mil dari garis pantai dimana garis pantai 95.181 km.
Dengan demikian banyak pekerja yang bekerja di wilayah perairan seperti: peselam professional
(pekerja rig untuk pengeboran minyak lepas pantai, pemasangan dan pengelasan pipa dalam laut
dll), peselam dengan kompresor konvensional (peselam mutiara, nelayan peselam ikan hias,
moro ami, petani rumput laut), penyelam militer dan penyelam tahan nafas (tanpa alat).
Menurut survey dari 251 responden peselam di 9 (Sembilan) propinsi di Indonesia, teknik
menyelam yang digunakan 56,6% peselam tahan nafas, 33,9 % peselam kompresor dan 9,6%
peselam dengan scuba.
Keluhan yang sering didapat dari 251 responden peselam tersebut antara lain 21,2% pusing/sakit
kepala, 12,6% lelah, 12,5% pendengaran berkurang, nyeri sendi 10,8%, perdarahan hidung
10,2%, 9,7 % sakit dada/ sesak, 6,4 % penglihatan berkurang, 6,0% bercak merah di kulit, 5,6
gigitan binatang, 3,2 % lumpuh dan 1,7 % hilang kesadaran. (Subdit Kesehatan Matra tahun
2009)
Banyaknya jumlah peselam dan beragamnya keluhan kesehatan akibat penyelaman belum
diimbangi dengan kemampuan dan pengetahuan dokter di tingkat pelayanan kesehatan primer
dalam menangani masalah kesehatan yang terkait dengan pekerjaan tersebut sehingga perlu
disusun pedoman sebagai acuan.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun
sampai dibawah 35o C. jadi hipotermi merupakan Kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas
yang dihasilkan.
2.2 ETIOLOGI
hipotermi terjadi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk
menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Suhu air yang berada di sekeliling penyelam menentukan kenyamanan dan lamanya
penyelaman secara maksimal. Hampir semua perairan lebih dingin dibandingkan suhu tubuh
manusia yang normal, karena itu seorang penyelam akan kehilangan panas tubuh terhadap air.
Pada penyelaman saturasi, pemeliharaan suhu tubuh penyelam menjadi suatu kebutuhan utama,
suhu air akan makin turun secara nyata bersamaan dengan bertambahnya kedalaman.
Perubahan suhu terbesar terjadi pada 10 meter pertama, dikarenakan hilangnya sebagian
besar panas matahari pada kedalaman yang lebih dalam. Air yang dingin dapat menyebabkan
gangguan fisiologi seperti vertigo dan sakit kepala. Untuk itu dibituhkan pakaian selam sesuai
kebutuhan.
Panas badan dapat hilang bila berada di dalam air melalui beberapa cara :
a. Konduksi adalah transfer panas langsung dari molekul ke molekul. Air mempunyai
kapasitas konduksi 25 kali dari pada udara. Jadi kecepatan hilangnya panas di air 25 x
lebih cepat dari pada di udara.
b. Konveksi adalah transfer panas dengan adanya pergerakan arus air.
c. Radiasi adalah transfer panas dengan cara pancaran tanpa adanya zat perantara.
d. Evaporasi keringat dari kulit dan keluarnya uap air dari paru menyebabkan hilangnya
panas dari badan secara signifikan.
Bila seoseorang menyelam sangat dalam dengan menggunakan Helium-Oxygen (Heliox),
hilangnya panas badan dapat menimbulkan hypothermia klinis yang serius. Pada penyelaman
sangat dalam dengan gas campuran heliox, gas pernafasan ini dipanaskan untuk menghindari
hypothermia.
Gejala Sistemik:
a. Vaso konstriksi pembuluh darah
b. Tekanan darah meningkat
c. Curah jantung meningkat
d. Berlanjut metabolic rate menurun, kardiak output menurun akhirnya kesadaran
menurun.
2.5 Tatalaksana
1) Diagnosis
Anamnesis : riwayat peselaman yang lama
Gejala :
a. Diawali ujung-ujung jari tangan dan kaki terasa dingin.
b. kekuatan tangan menggenggam menurun
c. Timbul rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki
2) Pemeriksaan fisik:
Tanda vital:
a. Kesadaran menurun
b. Nadi takhikardia
c. Tekanan darah meningkat
d. Curah jantung meningkat
3) Pemeriksaan motorik:
Kekuatan otot menurun
4) Pemeriksaan penunjang:
a. EKG,
b. Thorax foto,
c. pemerikasaan laboratorium (darah dan urine)
2.6 Penatalaksanaan :
1. Ganti pakaian dengan yang kering
2. Beri selimut dan minum hangat
3. Jika tidak sadar diberi infus NaCl
2.7 Pencegahan :
1. Memakai pakaian pelindung (wet suit atau dry suit)
2. Meningkatkan jaringan lemak sub kutan (Makanan bergizi)
3. Mengurangi latihan di dalam air
4. Adaptasi di dalam air
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOTERMIA
KASUS
Pada hari selasa tgl 19 september 2016 Tn.L masuk ke RSI karena jatuh di laut saat
mencari ikan, pada saat itu anak klien lansung menolong dan mengangktnya ke perahu. Saat
kejadian klien terlihat menggigil dan anaknya lansung membawa k RSI. Pada saat pengkajian
klien tampak menggigil, ekstremitas dingin dan tampak gelisah. S : 35 C, N : 100 x/menit, TD :
150/90 mmHg, P : 24 x/menit.
A. PENGKAJIAN
I. 1. a. Identitas Klien
Nomor Register : 05.07.94
Nama Pasien : Tn. L
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Jl. Kenanga No. 3
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
b. Identitas penanggung
Nama : Tn. M
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Nelayan
Hubungan dengan klien: anak kandung
2. Keluhan utama
Klien terjatuh di laut dan merasa menggigil.
III. Observasi
Observasi TTV
S : 35 C
N : 100 x/menit
TD : 150/90 mmHg
P : 24 x/menit
Data Subjektif
1. Pasien merasa menggigil
2. Merasa lemah
3. Pasien merasa mengantuk terus
4. Pasien sering menanyakan kondisinya
5. Klien merasa tidak berdaya akan kondisinya
2. Data objektif
a. Tampak lemah
Data subjektif
a. Merasa lemah
3. Data objektif
a. Klien sering menanyakan kondisinya
b. Terlihat gelisah
c. tampak cemas dan ketakutan
Data subjektif
a. Klien merasa tidak berdaya akan kondisinya
V. Diagnosa Keperawata
1. Penurunan suhu tubuh
2. Intoleransi aktivitas
3. Kecemasan
VI. INTERVENSI
1. Penurunan suhu tubuh berhubungan dengan regulasi suhu tak efektif akibat terlalu lama di air
laut ditandai dengan:
- Suhu tubuh 35 C
- Kulit teraba dingin
- Tampak pucat dan menggigil
Tujuan: mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria
- Suhu 36 37 C
- Tidak menggigil
- Tidak pucat
Intervensi:
1. Pantau suhu klien setiap 2 jam
Rasional: perubahan suhu yang signifikan membantu dalam pemberian
2. Berikan selimut tambahan
Rasional: pemberian selimut tambahan dapat mengurangi evaporasi dan radiasi sehingga
suhu tubuh dapat dipertahankan.
3. Berikan buli-buli panas pada kaki
Rasional: memberikan rangsangan panas dari luar untuk membantu mempertahankan
suhu tubuh yang optimal
4. Pantau suhu lingkungan
Rasional: menjaga suhu lingkungan tetap konstan sehingga tidak terjadi pertukaran antara
suhu tubuh dan suhu ruangan.
5. Batasi aktivitas
Rasional: aktivitas yang tinggi meningkatkan metabolisme tubuh sehingga meningkatkan
pengeluaran panas dari tubuh.
VI. Implementasi
Diagnosa I penurunan suhu tubuh berhubungan denganregulasi suhu tak efektif akibat terlalu
lama di jatuh di laut.
1. Memantau suhu klien setiap 2 jam (suhu: 35,5 C)
2. Memberikan selimut tambahan
3. Memberikan buli-buli panas pada daerah kaki
4. Memantau suhu lingkungan kamar klien
5. Membatasi aktivitas klien dengan memenuhi segala kebutuhan klien di tempat tidur.
VII. Evaluasi
1. Evaluasi untuk diagnosa: penurunan suhu tubuh berhubungan dengan regulasi
suhu tak efektif akibat usia.
S : Klien mengatakan tidak merasa menggigil lagi
O : - Suhu tubuh 37 C
- Kulit tidak teraba dingin
- Tidak pucat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Evaluasi untuk diagnosa: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suhu tubuh
S : Klien mengatakan tidak merasa lemah
O : Aktivitas terpenuhi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun
sampai dibawah 35o C. jadi hipotermi merupakan Kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas
yang dihasilkan.
hipotermi terjadi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh
untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Suhu air yang berada di sekeliling penyelam menentukan kenyamanan dan lamanya
penyelaman secara maksimal. Hampir semua perairan lebih dingin dibandingkan suhu tubuh
manusia yang normal, karena itu seorang penyelam akan kehilangan panas tubuh terhadap air.
Pada penyelaman saturasi, pemeliharaan suhu tubuh penyelam menjadi suatu kebutuhan utama,
suhu air akan makin turun secara nyata bersamaan dengan bertambahnya kedalaman.
Perubahan suhu terbesar terjadi pada 10 meter pertama, dikarenakan hilangnya sebagian
besar panas matahari pada kedalaman yang lebih dalam. Air yang dingin dapat menyebabkan
gangguan fisiologi seperti vertigo dan sakit kepala. Untuk itu dibituhkan pakaian selam sesuai
kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Angkatan Laut, ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Jakarta 2000.
http://wn.com/Avascular_necrosis masukkan website
Edmons Carl,MB.BS, Lowry Christopher, M.B., B.S, Pennefather B.Sc(Hons), Walker Robyn,
M.B., B.S, Dip.D.H.M.,Diving and Subaquatic Medicine, 4th edition, Arnold, a member of the
holder headline group, Great Britain, 2002
Larn Richard, Whistler Rex, Commercial Diving Manual, 3th edition, Best Publishing Company.
USA,1993
Gosovic Stracimir, Safe Diving Underwater Medicine and Diving Techniques, 6 th (English)
edition, Best Publishing Company, United States, 1993.
M.D, Yapor Y. Wesley, On-Site of Scuba Diving and Boating Emergencies, Diversification
series, USA, 2002