Professional Documents
Culture Documents
DENGAN: AUTIS
OLEH:
ANADIANA
FILIPUS HERDINAS ERDI
FLOERIANUS RAHADI
MARGEDIANA
PERIANUS CANDRA
DOSEN PEMBIMBING:
VERONIKA HERAWATI S.KEP.NERS
1. Definisi
2. Anatomi fisiologi
b. Sinaps
Informasi dan komunikasi dari sel saraf terjadi karena adanya proses listrk dan kimia.
Hantaran impuls dari neuron satu ke lainya melalui sinaps. Sinaps adalah tempat
bertemunya neuron satu dan lainnya dank e otot.
3. Etiologi
4. Manifestasi klinis
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai
kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak
untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek
menghadapi kedua orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat
terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara,
tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera
atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh,
(biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.
5. Penatalaksanaan
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang
tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik
children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak
autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga
dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan
dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi
dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah
dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu
dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk
mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran
diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri
yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi
kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan
latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi
dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat,
konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan
berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu
serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
1. Pengkajian
a. Psikososial
menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua
memiliki sikap menolak perubahan secara eksterm
ketertarikan yang tidak pada tempatnya dengan objek
perilaku menstimulasi diri
pola tidur tidak teratur
permainan stereotip
perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
tentrum yang sering
peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
kemampuan bertutur kata menurun
menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus.
b. Neurologis
respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
refleks mengisap buruk
tidak mampu menangis ketika lapar.
c. Gastrointestinal
penurunan nafsu makan
penurunan berat badan
2. Diagnosa keperawatan
3.Intervensi keperawatan :
c. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara menyebutkan
perasaannya yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka.
Rasional: memahami konsep penyebab dan efek membantu anak membangun
kemampuan untuk terpisah dari objek serta orang lain dan mendorongnya
mengekspresikan kebutuhan serta perasaannya melalui kata-kata.
Dp. 2. Resiko membahayakan diri sendiri dan orang lain yang berhubungan dengan
rawat inap di Rumah sakit.
Intervensi:
a.Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode
perawatan di Rumah sakit.
Rasional: Anak yang autistic dapat berkembang melalui lingkungan yang kondusif
dan rutinitas, dan biasanya tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
mereka.
b. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat tapi sering.
Rasional: Sesi yang singkat dan sering memungkinkan anak mudah mengenal
perawat serta lingkungan rumah sakit.
d. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku positif
dan menghukum perilaku yang negative.
Rasional: Pemberian imbalan dan hukuman dapat membantu mengubah perilaku anak
dan mencegah episode kekerasan.
Dp. 3. Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan.
Hyd: Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat
yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari
nasihat serta bantuan.
Intervensi:
a.Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.
Rasional: membiarkan orang tua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka
tentang kondisi kronis anak membantu mereka beradaptasi terhadap frustasi dengan
lebih baik, suatu kondisi yang tampaknya cenderung meningkat.
b. Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autisme setempat dank e sekolah khusus
jika di perlukan.
Rasional: kelompok pendukung memperbolehkan orang tua menemui orang tua dari
anak yang menderita autisme untuk berbagi informasi dan memberikan dukungan
emosional.
Morgan Speer, Kathleen. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatric dengan Clinical
Patways. Jakarta: EGC.
www. Google.com