You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN: AUTIS

OLEH:

ANADIANA
FILIPUS HERDINAS ERDI
FLOERIANUS RAHADI
MARGEDIANA
PERIANUS CANDRA

DOSEN PEMBIMBING:
VERONIKA HERAWATI S.KEP.NERS

AKPER DHARMA INSAN


PONTIANAK
2010/ 2011
A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Autisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia


dua setengah tanhun dan ditandai dengan gangguan pada wicara dan bahasa, persepsi,
dan hubungan interpersonal. (Kathleen morgan speer. Rencana asuhan keperawatan
pediatric.2007).
Autisme mengacu pada problem dengan interaksi social, komunikasi, dan bermain
imajinatif yang mulai muncul sejak usia dibawah 3 tahun. (Andri priyatna. Amazing
autism. 2010).
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M,
1996 : 305).
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock
dan sadock 2000).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan


perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan
antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas.

2. Anatomi fisiologi

a. Sel saraf neuron


Neuron merupakan unit fungsional sel saraf dengan bentuk yang berbeda-beda,
berfungsi sebagai stimulus atau respon. Struktur neuron dibagi menjadi 3 bagian besar
yaitu cell body, dendrite dan axon. Dendrit adalah serat pendek seperti sikat yang
melekat pada bagian sel luar. Mempunyai cabang-cabang serat yang pendek dan
banyak. Informasi pertama kali diterima oleh dendrite yang kemudian dilanjutkan ke
cell body saraf dank e axon. Axon adalah satu percabangan dari sel saraf yang keluar
dari badan sel yang berfungsi sebagai penghantar informasi dari badan sel ke axon
terminal.

b. Sinaps
Informasi dan komunikasi dari sel saraf terjadi karena adanya proses listrk dan kimia.
Hantaran impuls dari neuron satu ke lainya melalui sinaps. Sinaps adalah tempat
bertemunya neuron satu dan lainnya dank e otot.
3. Etiologi

Penyebab Autisme diantaranya:


Sebenarnya belum di ketahui secara pasti , tetapi di duga adalah karena:
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada
keluarga .
b. Anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
c. Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
d. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
e. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur
serebellum, lesi hipokompus otak depan.
f. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta
kejang epilepsi
g. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh


Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak
berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan
jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat
pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak.
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang
abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara
lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu
berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan
bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan
intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi
pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik
tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba
ketika mengeksplorais lingkungannya.

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :


a. Penarikan diri, Kemampuan komunikasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak
atau kurang berkembang karena tidak dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang
didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual
kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan
sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non
verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat
memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi,
berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan
menghabiskan waktu untuk bermain sendiri. Ciri yang khas pada anak yang austik :
1).Defisit keteraturan verbal.
2).Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3).Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang
lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1).Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2).Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3).Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak
imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:


a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila
diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana
(ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu
waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak
makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua
tangannya sendiri.

b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai
kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak
untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek
menghadapi kedua orang tuanya.

c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat
terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara,
tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera
atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh,
(biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.

5. Penatalaksanaan

Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang
tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik
children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak
autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga
dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan
dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi
dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah
dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu
dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk
mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran
diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri
yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi
kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan
latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi
dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat,
konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan
berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu
serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.

Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:


1. Mengurangi masalah perilaku.
2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
3. Anak bisa mandiri.
4. Anak bisa bersosialisasi.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Psikososial
menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua
memiliki sikap menolak perubahan secara eksterm
ketertarikan yang tidak pada tempatnya dengan objek
perilaku menstimulasi diri
pola tidur tidak teratur
permainan stereotip
perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
tentrum yang sering
peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
kemampuan bertutur kata menurun
menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus.

b. Neurologis
respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
refleks mengisap buruk
tidak mampu menangis ketika lapar.

c. Gastrointestinal
penurunan nafsu makan
penurunan berat badan

2. Diagnosa keperawatan

a. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus.


b. Resiko membahayakan diri atau orang lain berhubungan dengan rawat inap di Rumah
Sakit.
c. resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan.

3.Intervensi keperawatan :

Dp 1. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus.

Hyd : - Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau


gerakan tubuh yang sederhana, konkret;Bayi dengan obyektif dapat
mengkomunikasikan kebutuhannya.
Intervensi :
a. Ketika berkomunikasi dengan anak, bicaralah dengan kalimat singkat yang terdiri
dari satu hingga tiga kata, dan ulangi perintah sesuai yang di perlukan.
Rasional: kalimat yang sederhana dan diulang0ulang mungkin merupakan satu-
satunya cara berkomunikasi karena anak yang autis mungkin tidak mampu
mengembangkan tahap pikiran operasional yan konkret.

b. Gunakan irama, musik, dan gerakan tubuhuntuk membantu perkembangan


komunikasi sampai anak dapat memahami bahasa.
Rasional: gerakan fisik dan suara membantu anak mengenali integritas tubuh serta
batasan-batasannya sehingga mendorongnyaterpisah dari objek dan orang lain.

c. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara menyebutkan
perasaannya yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka.
Rasional: memahami konsep penyebab dan efek membantu anak membangun
kemampuan untuk terpisah dari objek serta orang lain dan mendorongnya
mengekspresikan kebutuhan serta perasaannya melalui kata-kata.

d. Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataannya dengan fantasi, dalam


penyerta yang singkat dan jelas.
Rasional: biasanya anak autis tidak mampu membedakanantara realitas dan fantasi,
dan gagal untukmengenali nyeri atau sensasi lain serta peristiwa hidup dengan cara
yang bermakna.

e. Sentuh dan gendong byi, tapi semampu yang dapat di toleransi.


Rasional: menyentuh dan menggendong mungkin tidak membuat bayi yang autis
merasa nyaman.

Dp. 2. Resiko membahayakan diri sendiri dan orang lain yang berhubungan dengan
rawat inap di Rumah sakit.

Hyd: Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau


perilaku merusak diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan skap agresi atau
distruksi berkurang, serta peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.

Intervensi:
a.Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode
perawatan di Rumah sakit.
Rasional: Anak yang autistic dapat berkembang melalui lingkungan yang kondusif
dan rutinitas, dan biasanya tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
mereka.
b. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat tapi sering.
Rasional: Sesi yang singkat dan sering memungkinkan anak mudah mengenal
perawat serta lingkungan rumah sakit.

c.Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuuhkannya, untuk memastikan


keamanan anak dan untuk mengalihkan amarah dan frustasinya.
Rasional: Restrain fisik dapat mencegah anak dari tindakan mencederai diri sendiri.

d. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku positif
dan menghukum perilaku yang negative.
Rasional: Pemberian imbalan dan hukuman dapat membantu mengubah perilaku anak
dan mencegah episode kekerasan.

e.Ketika anak berprilaku destruktif, tanyakanapakah ia mencoba menyampaikan


sesuatu, misalnya apakah ia ingin sesuatu untuk dimakan atau diminum atau apakah
ia perlu pergi ke kamar mandi.
Rasional: Setiap peningkatan perilaku agresif menunjukan perasaan stress meningkat,
kemungkinan muncul dari kebutuhan untuk mengkomunikasikan sesuatu.

Dp. 3. Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan.

Hyd: Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat
yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari
nasihat serta bantuan.

Intervensi:
a.Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.
Rasional: membiarkan orang tua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka
tentang kondisi kronis anak membantu mereka beradaptasi terhadap frustasi dengan
lebih baik, suatu kondisi yang tampaknya cenderung meningkat.

b. Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autisme setempat dank e sekolah khusus
jika di perlukan.
Rasional: kelompok pendukung memperbolehkan orang tua menemui orang tua dari
anak yang menderita autisme untuk berbagi informasi dan memberikan dukungan
emosional.

c. Anjurkan orang tua untuk mengikuti konseling (bila ada).


Rasional: kontak dengan kelompok swabantu membantu orang tua memperoleh
informasi tentang masalah terkini, dan perkembangan yang berhubungan dengan
autisme.
DAFTAR PUSTAKA

Morgan Speer, Kathleen. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatric dengan Clinical
Patways. Jakarta: EGC.

Priyatna, Andri. 2010. Amazing Autism. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

www. Google.com

You might also like